Seorang arkeolog cantik bernama Mauli Bhusana, hidup di Kota Miranda, ia tinggal di rumah susun. Hari itu telah menunjukkan pukul 8.00 pagi namun, wanita itu belum bangkit dari ranjang. Begitu Mauli tersadar bahwa ia telah terlambat, wanita itu akhirnya langsung bergerak cepat. Wanita itu berjalan terburu-buru menuju lokasi penemuan benda bersejarah zaman kerajaan Sriwijaya karena datang satu jam lebih lambat dari timnya. Ketika ia sampai, teman-temannya telah sibuk membersihkan sebuah patung manusia yang sedang memegang tongkat pendek sambil duduk bersila. Timnya memperkirakan benda itu berumur 1.100 tahun. Namun,, para peneliti benda bersejarah itu tidak menyadari bahwa benda tersebut merupakan benda hidup yang sedang bermeditasi.
Kedua orang itu sama-sama bingung dengan kejadian yang tak lazim ini. Merasakan ketakutan Mauli, Pria itu duduk sedikit jauh dari Mauli. Setelah lama menatap pria itu, Mauli menyimpulkan bahwa pria itu tidak berbahaya. Perlahan, ia mendekati sang prajurit. "Siapa namamu? Aku Mauli," giliran Mauli yang berusaha menenangkan pria yang kebingungan itu. "Ogan, prajurit terkuat dari serdadu Sriwijaya," tutur pria itu. Mauli berusaha memproses informasi baru mengenai Ogan. Ia mempelajari pecahan batu di sekitarnya yang sebagian besar ada di lantai sementara yang lainnya melayang. Ia meraih serpihan batu yang melayang tersebut.
"Kenapa?" tanya Ogan polos. "Tidak, ayo makan," ucap Mauli aneh. Ogan melihat wajah Mauli sambil mendepat. “Kau keluar dulu,” pinta Mauli menjaga jarak. “Baik,” jawab Ogan keluar. Setelah itu, Mauli bernafas lega karena Ogan tidak mengerti tentang barang pribadinya. Wanita itu menyimpannya di lemari kemudian menemui Ogan. Mereka duduk lesehan di hadapan meja pendek, Ogan memperhatikan makanan di depannya. Ogan tidak asing bentuk dan aroma khas makanan ters
"Patung itu ada yang mencuri," kata Beni sambil mendekati Mauli. "Bagaimana bisa?" Mauli pura-pura. “Entahlah.. sebaiknya kau lihat sendiri,” ucap Beni. Mereka mengamati benda tersebut menyisakan material yang sama, pecahan material berupa batu. "Sepertinya batu itu tidak dicuri, karena benda-benda itu memiliki material yang sama," Profesor Garung memperlihatkan pecahan benda itu. "Aku rasa patung itu benda hidup yang dibungkus oleh fosil ini," kata Profesor enteng.
Sesampainya di lokasi, Mauli langsung mengajak Ogan melihat patung dari dirinya. Ogan mengamati patung itu sedikit berjarak karena cukup banyak orang. Pria itu menggendong tas seperti membawa kumpulan anak panah. Kemudian Ogan menjauh dari keramaian, sementara Mauli tampak sibuk. Ogan duduk sekitar 10 meter dari tempat Mauli bekerja. "Siapa Pria itu?" kata Profesor Garung pada Mauli. "Dia temanku," jawab Mauli sambil melebarkan mulutnya. “Oh.. teman, dia cukup tampan,” ucap Profesor sambil mengeluarkan kuas kecil. Mauli tak merespon tapi, ia menjauh dengan malu-malu.
Tak lama Mauli meraih tasnya lalu angkat kaki. Wanita itu berjalan keluar ke arah timur. Setelah itu, Mauli masuk minimarket dengan plang ‘Ronamart’, di dalam mauli mengambil sebungkus gula lalu disodorkan ke kasir. Usai lakukan pembayaran Mauli menuju jalan pulang dengan membawa kantong plastik putih. Sementara di rumah, Ogan sedang belajar masak telur, ia belajar memasak hasil menonton tutorial di Youtube, Ogan dengan teliti memperhatikan video itu sambil menggoreng. Ogan juga telah menanak nasi dengan Rice Cooker. Prajurit tersebut sengaja memasak memberikan kejutan untuk Mauli. Ogan mempersiapkan peralatan makan seperti yang pernah dilakukan Mauli. Dua piring yang masing-masing telah berisi telur ceplok, sementara di tengah meja terdapat seonggok nasi putih.
Dua sepasang manusia itu berjalan di tepi jalan, wanita berambut gelombang itu terlihat cantik ketika menggunakan topi rajut berwarna coklat. Sementara Ogan terlihat seperti pria pekerja keras dengan tubuhnya kekar berotot. Hari ini mereka akan berkeliling dengan mengunjungi beberapa tempat wisata. Miranda adalah tempat yang sejuk serta tidak begitu tercemar dengan polusi udara. Tempat yang penuh dataran tinggi dan perbukitan itu akan diperkenalkan oleh Mauli. Ogan berjalan mengikuti jejak Mauli dari kanan, Sementara tas hitam selalu melekat di punggung. "Kita mau kemana?" wajahnya menatap Mauli. Mauli yang tubuhnya lebih pendek mendongak ke atas. "Kita
“Tak ku sangka benda itu sakti,” ucapnya pelan. Tak lama, ia menutup tas berwarna hitam lalu meletakkan di lemari dengan rapi. Setelah itu bedu melayani pengunjung yang lain. Setelah itu, sang pemilik muncul, ia lalu meminta tas yang barusan ia titipkan. “Nomor 25,” kata Ogan sambil menyodorkan kartu kecil warna putih. Penjaga itu lalu membuka loker nomor 25 serta mengambil tas Mauli dan Ogan. Setelah menerima barang mereka, penjaga itu angkat bicara. "Dari mana kau dapatkan benda itu?" Bedu menatap Ogan. "Maksudmu benda ini?" jawab Ogan sambil mengangkat tas. "Ini adalah Akuadron, senjata pamungkasku, hanya sekali pukulan gunung pun bisa terbelah," kata Ogan dengan bangga. Bedu hanya berekspresi biasa, sebelum Ogan menambah kalimatnya, Mauli langsung menarik lengan Ogan. “Hei, apa yang kau lakukan? Mauli,” Og