"Kenapa?" tanya Ogan polos.
"Tidak, ayo makan," ucap Mauli aneh.
Ogan melihat wajah Mauli sambil mendepat. “Kau keluar dulu,” pinta Mauli menjaga jarak.
“Baik,” jawab Ogan keluar.
Setelah itu, Mauli bernafas lega karena Ogan tidak mengerti tentang barang pribadinya. Wanita itu menyimpannya di lemari kemudian menemui Ogan.
Mereka duduk lesehan di hadapan meja pendek, Ogan memperhatikan makanan di depannya. Ogan tidak asing bentuk dan aroma khas makanan tersebut.
"Aku tau ini adalah ayam," Ogan menunjuk empat potong ayam goreng di piring putih.
Awalnya Ogan tidak tahu cara makan yang baik dan benar. Akhirnya ia mengikuti cara makan yang dilakukan Mauli.
Mauli menggunakan sendok untuk menyuap nasi. Namun, Ogan sulit mengikuti gerakan Mauli ia malah menggunakan tangan.
Ketika sedang makan, Mauli memperhatikan pusaka Ogan yang tampak melayang anteng setinggi bahu manusia.
"Bagaimana senjatamu bisa melayang seperti itu?" tanya Mauli.
"Benda itu terbuat dari batu permata yang sangat kuat, Arcapoda adalah permata yang lebih kuat dari Berlian," jelas Ogan.
"Akuadron dibuat oleh Sri Paduka Jayanasa, benda itu hanya ada satu di dunia," tambahnya sembari menyuap nasi.
"Lalu, dari mana dia mendapatkan Arcapoda itu?" Mauli menghentikan aksinya sejenak.
"Entahlah, tidak ada yang tahu asal-usul permata itu," kata Ogan sambil mengunyah. Mauli tidak merespon lagi tetapi ia memancungkan bibirnya seperti ditali karet.
Setelah makan, Mauli membereskan piring dan alat makan lainnya. Ogan mengikuti Mauli dari belakang sambil membawa teko dan gelas ke belakang.
Ketika jam sembilan, mauli hendak tidur ke kamar, sementara Ogan rebahan di sofa. Mauli mendekati Ogan sambil membawa selimut abu-abu, tetapi Ogan menolaknya.
“Aku sudah terbiasa tanpa kain itu,” kata alasan Ogan.
Mauli terpaksa mengambil selimut itu lalu kembali ke kamarnya. Sementara prajurit terakhir Sriwijaya tersebut masih melek menatap langit-langit. Sedangkan Akuadron berada di samping kanan Ogan.
Ia masih belum habis pikir jika tapanya bisa selama itu hingga zaman telah berubah. Ogan tidak bisa memejamkan mata. Ogan merasa tidak tenang serta berpikiran hendak mencari tahu informasi Sriwijaya apakah masih ada atau sudah runtuh.
Hari mulai menyingsing, Ogan juga tak kunjung tidur. Prajurit tersebut lalu diam-diam meninggalkan Mauli. Ogan ternyata pergi mengunjungi situs-situs peninggalan kerajaan zaman dulu.
Ogan datang ke salah satu situs di Palembang, Bukit Si Guntang. Ia bingung kini tempat tersebut ramai pengunjung. Ogan melihat kanan kiri tampak beberapa orang datang dengan bergerombol.
Usai dari situ Ogan pergi ke Candi Borobudur, Magelang, di tempat tersebut juga tengah ramai pengunjung, bahkan mereka memadati salah satu keajaiban dunia itu. Kedatangan Ogan malah jadi pusat perhatian orang-orang sekitar.
Dengan menggunakan Akuadron, Ogan menuju di Thailand, Kamboja, India dan China. Prajurit itu telah menemukan jawaban bahwa kerajaan Sriwijaya hanya tinggal nama. Kerajaan Maritim terbesar di dunia tersebut runtuh tertelan usia.
Sementara, Mauli tidak menunjukkan ekspresi terkejut saat melihat Ogan tidak ada di rumahnya. Wanita itu lalu membersihkan sofa tempat Ogan berbaring. Mauli merasakan tempat tersebut masih hangat hingga Mauli beramsumsi Ogan pergi belum lama.
Setelah itu, Mauli pergi ke tempat penelitian yang sudah ramai orang. Timnya baru saja kehilangan benda temuan yang tak lain adalah Ogan. Melihat hal tersebut Mauli jadi ingat bahwa ia yang telah membuat kegaduhan itu.
Mauli tampak panik, meski pun begitu wanita itu harus merahasiakan kejadian hari kemarin. Terpaksa Mauli memperlihatkan ekspresi biasa padahal di dalam hatinya sudah deg-degan.
"Patung itu ada yang mencuri," kata Beni sambil mendekati Mauli. "Bagaimana bisa?" Mauli pura-pura. “Entahlah.. sebaiknya kau lihat sendiri,” ucap Beni. Mereka mengamati benda tersebut menyisakan material yang sama, pecahan material berupa batu. "Sepertinya batu itu tidak dicuri, karena benda-benda itu memiliki material yang sama," Profesor Garung memperlihatkan pecahan benda itu. "Aku rasa patung itu benda hidup yang dibungkus oleh fosil ini," kata Profesor enteng.
Sesampainya di lokasi, Mauli langsung mengajak Ogan melihat patung dari dirinya. Ogan mengamati patung itu sedikit berjarak karena cukup banyak orang. Pria itu menggendong tas seperti membawa kumpulan anak panah. Kemudian Ogan menjauh dari keramaian, sementara Mauli tampak sibuk. Ogan duduk sekitar 10 meter dari tempat Mauli bekerja. "Siapa Pria itu?" kata Profesor Garung pada Mauli. "Dia temanku," jawab Mauli sambil melebarkan mulutnya. “Oh.. teman, dia cukup tampan,” ucap Profesor sambil mengeluarkan kuas kecil. Mauli tak merespon tapi, ia menjauh dengan malu-malu.
Tak lama Mauli meraih tasnya lalu angkat kaki. Wanita itu berjalan keluar ke arah timur. Setelah itu, Mauli masuk minimarket dengan plang ‘Ronamart’, di dalam mauli mengambil sebungkus gula lalu disodorkan ke kasir. Usai lakukan pembayaran Mauli menuju jalan pulang dengan membawa kantong plastik putih. Sementara di rumah, Ogan sedang belajar masak telur, ia belajar memasak hasil menonton tutorial di Youtube, Ogan dengan teliti memperhatikan video itu sambil menggoreng. Ogan juga telah menanak nasi dengan Rice Cooker. Prajurit tersebut sengaja memasak memberikan kejutan untuk Mauli. Ogan mempersiapkan peralatan makan seperti yang pernah dilakukan Mauli. Dua piring yang masing-masing telah berisi telur ceplok, sementara di tengah meja terdapat seonggok nasi putih.
Dua sepasang manusia itu berjalan di tepi jalan, wanita berambut gelombang itu terlihat cantik ketika menggunakan topi rajut berwarna coklat. Sementara Ogan terlihat seperti pria pekerja keras dengan tubuhnya kekar berotot. Hari ini mereka akan berkeliling dengan mengunjungi beberapa tempat wisata. Miranda adalah tempat yang sejuk serta tidak begitu tercemar dengan polusi udara. Tempat yang penuh dataran tinggi dan perbukitan itu akan diperkenalkan oleh Mauli. Ogan berjalan mengikuti jejak Mauli dari kanan, Sementara tas hitam selalu melekat di punggung. "Kita mau kemana?" wajahnya menatap Mauli. Mauli yang tubuhnya lebih pendek mendongak ke atas. "Kita
“Tak ku sangka benda itu sakti,” ucapnya pelan. Tak lama, ia menutup tas berwarna hitam lalu meletakkan di lemari dengan rapi. Setelah itu bedu melayani pengunjung yang lain. Setelah itu, sang pemilik muncul, ia lalu meminta tas yang barusan ia titipkan. “Nomor 25,” kata Ogan sambil menyodorkan kartu kecil warna putih. Penjaga itu lalu membuka loker nomor 25 serta mengambil tas Mauli dan Ogan. Setelah menerima barang mereka, penjaga itu angkat bicara. "Dari mana kau dapatkan benda itu?" Bedu menatap Ogan. "Maksudmu benda ini?" jawab Ogan sambil mengangkat tas. "Ini adalah Akuadron, senjata pamungkasku, hanya sekali pukulan gunung pun bisa terbelah," kata Ogan dengan bangga. Bedu hanya berekspresi biasa, sebelum Ogan menambah kalimatnya, Mauli langsung menarik lengan Ogan. “Hei, apa yang kau lakukan? Mauli,” Og
Mereka lalu berjalan di lorong sebelah kanan, Mauli melihat sekelompok Harimau Sumatera yang sedang diberi makan oleh penjaga. Mauli dan Ogan hanya memperhatikan dua ekor harimau yang sedang makan potongan daging segar. "Pernah dengar manusia harimau di tanah Sumatera tidak?" Mauli melihat wajah Ogan. Ogan tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak hingga akhirnya membuka mulut. "Di zamanku tidak pernah mendengar tentang hal tersebut," ungkap pria yang berdiri di samping kanan Mauli. Mauli melanjutkan pembicaraannya, "Aku yakin hewan juga bisa mengerti bahwa manusia bukanlah musuh." "Kau tau bahwa harimau menjadi simbol sakral di tanah Sumatera," ucap wanita itu lagi. Mulutnya terus bersuara namun menatap ke arah harimau yang berada di depannya. "Ada apa dengan hewan tersebut?" Ogan berjalan pindah ke sisi kiri. "Di tanah Sumatera sangat t
Mendengar suara tersebut, mereka langsung mundur dan melepaskan pelukkan. Mereka malah jadi aneh hingga Mauli langsung pergi dari tempat tersebut. Mauli berjalan agak cepat menjauh dari keramaian. Ogan mengejar wanita itu, Ogan juga mempercepat langkah kaki sembari menyebut nama Mauli. "Mauli tunggu," teriak Ogan sambil menghindari dari orang yang berjalan berlawanan. Mauli terus berjalan hingga jauh dari keramaian, ia berhenti di sebuah pagar hitam setinggi dada manusia. Dia berdiri menatap ke atas sambil memperhatikan bintang-bintang. Setelah Ogan mendekat, Mauli mengeluarkan kalimat, " Coba kau lihat, bintang itu indah bukan?" "Mereka hanya ben
Suatu ketika, Profesor membersihkan kalung permata, setelah terlihat jelas bentuk serta keindahan permata tersebut. Timbul rasa iseng Profesor untuk memakai benda tersebut. Pria itu lalu menghadap sebuah cermin kecil. Profesor terkagum dengan liontin permata itu. Tiba-tiba liontin tersebut bercahaya terang, seluruh tubuh Profesor seperti merasakan sesuatu yang aneh. Dari benda itu mengeluarkan radiasi yang menyebabkan tubuh Profesor kaku. Profesor berusaha melepaskan benda itu namun tak bisa. Energi sangat kuat berusaha mempengaruhi Profesor. Profesor meronta-ronta kesakitan, Pria berjubah putih itu kejang-kejang hingga jatuh ke lantai. Kondisi ilmuwan tersebut seperti tengah mengalami sakaratul maut. Seluruh tubuhnya mengeras hin