Lana rela masuk ke kandang macan demi membalas dendam pada Mikail, pria yang telah membunuh kedua orangtuanya. Dengan menyamar sebagai office girl, Lana berniat membunuh Mikail dengan meracuninya. Tapi yang terjadi, alih-alih melihatnya mati, Lana justru disekap dan dijadikan alat pemuas nafsu pria itu. Hati Lana semakin benci awalnya. Tapi ketika ia melihat sisi lain dari Mikail selama ia mengenalnya, apakah kebenciannya akan surut lalu berubah jadi cinta?
View More“Sshhh... kau akan menyakiti lenganmu kalau kau meronta-ronta terus seperti itu.” Bibir Mikail merayap dan mendarat di bibir Lana.Lelaki itu mengecup sedikit ujung bibir Lana, lalu lidahnya menelusup masuk, membuka bibir Lana yang lembut, mencecapnya dan merasakan seluruh tekstur bibir Lana yang hangat dan panas, lidahnya mengait lidah Lana dan memainkannya dengan intensitas yang sangat ahli.Ketika Mikail melepaskan bibirnya, napas Lana terengah-engah, ciuman ini adalah ciuman yang paling intens yang pernah dirasakannya.“Kau menyukainya bukan?” Mikail berbisik lembut dengan nafasnya .yang panas di telinga Lana. “Aku sangat menyukai bibirmu, dan sensasi kelembutannya di bibirku...” Tangan Mikail merayap ke bawah, meraba kulit leher Lana. “Seluruh tubuhmu hangat sayang, seakan menggodaku....” Jemari Mikail menyingkap rok Lana dan menelusup ke dalam sana, menggoda pusat gairahnya. “Di sini... yang
Tubuh lemas Lana di baringkan di lantai di pinggiran kolam, lalu dia merasakan perutnya di tekan dengan ahli hingga aliran air yang tertelan keluar.Lana memuntahkan banyak air dan terbatuk-batuk kesakitan. Paru-parunya masih terasa begitu sakit dan nyeri. Siapakah penolongnya?Apakah dia memang belum diizinkan mati? Tangan kuat itu terus menekan hingga seluruh cairan terpompa keluar dari perut Lana. Mata Lana mulai buram, kesadarannya semakin hilang, ketika suara itu terdengar tenang di atasnya. “Panggil dokter.”Itu suara Mikail. Apakah Mikail yang menyelamatkannya? Lagi pula... kenapa lelaki itu menyelamatkannya?♡♡♡Mikail keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai. Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh.Norman berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Mikail masih menimbulkan memar-memar di sana sini, tetapi lelaki itu sep
Tubuh Norman hampir melemas. Tubuhnya dan wajahnya dipenuhi lebam. Darah mengalir pada hidung dan bibirnya, semakin membuat Lana kasihan melihatnya.Lana menjerit, tangisannya semakin keras. "Hentikan! Aku mohon," pintanya memelas, semakin lama tubuhnya duduk bersimpuh di atas lantai.Mikail menghentikan pukulannya, lalu menoleh pada Lana yang tengah menangis tak berdaya. Dihampirinya gadis itu. "Kamu menangisinya? Apa sekarang kau menyesal?"Lana tak menjawab, tertunduk sesegukan. Namun, Mikail tetap ingin menagih jawabannya. Dagu Lana diremasnya dan dihelanya kasar hingga tatapan mereka kini beradu. Mikail tersenyum puas melihat mata Lana basah disebabkan oleh air mata penderitaan."Norman begitu gara-gara kau. Lihat!" Mikail beringsut sedikit, mengarahkan tunjukkannya pada tubuh Norman yang tengah meringkuk kesakitan. "Jika kau berbuat salah, maka para pekerja yang ada di rumah ini yang akan menanggung hukumannya."Kejam sekali! Lana menat
"Tuhan, selamatkan aku...," lirih Lana dalam hati, terisak.Pria itu bergerak di atas Lana, lalu menindihnya. Dia tersenyum, memandangi wajah cantiknya. "Jangan takut, sayang. Kamu pasti ketagihan nanti," ucapnya sensual, setengah berbisik.Rahang Lana mengeras. Ia malah nekat membuat pria itu semakin bengis dengan meludahi wajahnya. Alhasil, pria itu mendelik marah. Dari raut wajahnya, kali ini perlakuan kasar yang akan didapatkan Lana atas kelancangannya itu."DASAR JALANG!"Pria itu meradang, menyingkapkan baju kaus Lana hingga terlihatlah bra hitam yang menutupi payudara ranumnya. Wajah pria itu mendekat pada area sensitif itu. Lana mendelik dan sebisa mungkin meronta. "JANGAN!" jerit Lana kencang.Tiba-tiba, bahu pria itu digenggam, lalu ditarik oleh seseorang di belakangnya hingga terjatuh di atas sebuah makam. Keempat temannya menoleh kaget pada pria yang membuatnya jatuh. Lana juga melirik pada pria itu. Tapi karena tempat itu gelap, ditambah lagi matanya digenangi oleh air m
"Bagaimana dia bisa lolos?!" maki Mikail, sebuah vas yang dibelinya langsung dari China melayang hampir ke wajah seorang pengawal.Sang pengawal berlutut dan menunduk gemetaran. Hanya satu kata yang bisa diucapkannya:"Maafkan saya, Tuan."Bukan pengampunan, melainkan amarah Mikail semakin menjadi. Mikail menghampirinya, menggenggam kerah bajunya, lalu melayangkan pukulan bertubi-tubi ke wajah si pengawal, menjadikannya tontonan memilukan di depan para pengawal lainnya. "Bodoh! Saya mencari pengawal terbaik dan menggaji tinggi kalian. Apa otakmu sangat kecil, bisa-bisanya ditipu oleh wanita itu!" Mikail memaki seraya menendang tubuh sang pengawal yang terbaring tanpa melawan. Norman juga merasa takut sekaligus kasihan pada pengawal itu. Iapun memberanikan diri maju untuk mempertanggungkan perbuatannya. "Tuan, saya juga bersalah dalam hal ini. Tolong, maafkan kami."Mikail langsung menoleh bengis pada pria paruh baya itu. Gerakannya cepat melesat mendorong Norman dengan satu tangan sa
"Ya, itu aja!"Lana sigap beranjak dari tempatnya. Setelah hampir satu jam berpikir, ia memutuskan untuk mencoba pakai cara yang tadi. Maka, Lana berjalan keluar kamar, mencari keberadaan Norman. Namun, ia tak menemukannya di dapur. Saat keluar dari dapur, ia berpapasan dengan dua pelayan muda. "Siang, Nona. Apa ada yang bisa kami bantu?" sapa salah seorang pelayan.Iya, Lana memang membutuhkan bantuan. Senyumannya merekah kala pertanyaan itu diajukan. "Apa kalian tahu di mana pak Norman?" tanyanya bergegas. "Tuan Norman sepertinya ada di taman belakang. Mau saya panggilkan?" Padahal Lana bisa meminta mereka untuk menyuruh Norman datang ke kamarnya, tetapi Lana malah menolak. "Nggak usah, saya yang akan menghampirinya."Kaki mungilnya terburu-buru melangkah meninggalkan kedua pelayan itu menuju taman belakang yang sering dilihat Lana lewat jendela kamarnya.Norman sedang menyiram kebun bagian bunga mawar putih. Keindahan taman yang dihiasi oleh air mancur tak membuat Lana terpana.
"Apa katamu?" Begitu kata itu terucap, Norman gemetaran. Cepat Mikail beranjak, lalu melemparkan gelas yang dipegangnya ke dinding. Tak sempat bagi Norman untuk bergidik, sebab Mikail langsung meraih lehernya dan mencekiknya. "Pelayan di rumah ini banyak, bagaimana kalian bisa seteledor itu, hah?" bentak Mikail, matanya nyalang mengerikan.Cekikan dari tangan kekar Mikail tak begitu kencang, sehingga Norman masih bisa sedikit bernapas, meskipun agak sulit untuk berbicara. "Ma... ma... maafkan saya... Tuan," jawabnya tercekat. "Saya akan memaksimalkan penjagaan."Sayangnya, Mikail tak mudah dibujuk, ia belum puas jika kemarahannya belum dilampiaskan dulu, barulah ia menghempaskan Norman hingga terjungkal. Mikail melirik dingin pada Norman yang tengah merangkak di bawah kakinya. "Pastikan bahwa hal itu bukan sekadar ucapan!"Ancaman yang cukup membuat tubuh Norman menggigil di balik sikap dan ucapannya yang tenang. "Baik, Tuan."Mikail mengibas-kibaskan tangannya, menyuruh Norman eny
"Haruskah aku membunuhnya?"Keraguan itu berkecambuk dalam hati, seakan ada dua suara yang menghasutnya. Hati nurani berusaha mencegah untuk melakukan hal itu. Di lain sisi setan menghembuskan kebencian dengan memutar memori kematian orangtuanya dalam otak. Akhirnya, dendam berhasil menguasai, perlahan kedua tangannya mengarah pada leher Mikail, bersiap mencengkramnya kuat sampai meregang nyawa.Grep!Lana terhenyak, tiba-tiba kedua tangannya digenggam oleh Mikail. Kemudian, mata pria itu terbuka. Tatapan kebencian Lana berubah menjadi keterkejutan lalu kecemasan.Lana berusaha menarik tangannya, tetapi Mikail semakin kuat menggenggamnya. Senyuman sinis pria itu berkembang, membuat Lana gugup bukan kepalang.Apakah hari ini ia akan mati?Dengan cepat Mikail memutar keadaan sehingga kini Lana yang terbaring di ranjang. Kedua lengan Lana diletakkan di samping kepalanya, mengekangnya dengan lengan kekar Mikail."Kemarin diracun, sekarang dicekik. Besok apa lagi? Mungkin kau akan mencoba
Lana duduk di atas ranjang seraya bersandar dan menjulurkan kaki. Matanya fokus pada satu arah, termenung berpikir serius dengan tangan menyentuh dagu."Apa itu benar-benar pintu keluarnya? Bagaimana kalau bukan?" gumamnya, kakinya digerak-gerakkan cepat. Ingatannya melintas pada kejadian beberapa jam yang lalu. Norman memergokinya di tempat itu. Apakah nanti akan terpengaruh?"Takutnya..." Mata Lana menyipit. "Aku ketahuan tadi, terus Norman menutup pintu tadi."Lana menegak, wajahnya pucat dengan keraguan dan rasa cemas yang menyeruak. Tiba-tiba ia beranjak lalu membeku dan menegang. "Aku nggak ketahuan kan tadi?" gumamnya resah, berjalan mondar-mandir di tempat. Pasti nggak ketahuan, aku yakin! Duuuuuuuh... semoga aja nggak ketahuan! Kalau sampai itu terjadi, aku nggak bisa kabur...."Ting! Langkahnya sontak terhenti. Bagaimana kalau ia manfaatkan situasinya? Maksudnya. Lana terkurung di rumah, tapi tidak di dalam kamar ini. Ia bisa berkeliling di rumah ini kapanpun, bahkan di ma
"Jangan sampai gagal!"Lana menggumamkannya berkali-kali kala kakinya melangkah masuk ke dalam kantor ini, menyamar menjadi seorang office girl. Ini hari pertamanya masuk kerja, dan ini juga terakhir kalinya ia berada di sini. Sebab, kedatangannya hanya untuk menjalankan sebuah misi.Ia sudah menyiapkan secangkir teh. Ditatapnya minuman itu, bayangan wajahnya yang tampak dalam minuman itu memperlihatkan ekspresinya yang penuh tekad. "Biarin aja kalau sampai ketahuan dan masuk penjara, aku nggak peduli. Yang penting, aku bisa melihatnya mati di depan mataku!" Derit pintu pantri membuatnya terhenyak dan sontak menoleh. Seorang office girl lain muncul, mengernyit mendapati Lana masih bergeming di sana. "Udah kamu antarkan minumannya untuk bapak Mikail?" tanya wanita itu seraya menghampiri rak piring untuk mengambil sebuah cangkir. Lana tersenyum kikuk dan spontan berseru, "Udah kok, Kak. Ini mau saya antar."Gadis itu mengangkat nampan yang berisi secangkir teh buatannya, lalu kelua
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments