Share

Tujuh

Author: Liana Dee
last update Last Updated: 2023-01-11 20:41:39

"Haruskah aku membunuhnya?"

Keraguan itu berkecambuk dalam hati, seakan ada dua suara yang menghasutnya. Hati nurani berusaha mencegah untuk melakukan hal itu. Di lain sisi setan menghembuskan kebencian dengan memutar memori kematian orangtuanya dalam otak. 

Akhirnya, dendam berhasil menguasai, perlahan kedua tangannya mengarah pada leher Mikail, bersiap mencengkramnya kuat sampai meregang nyawa.

Grep!

Lana terhenyak, tiba-tiba kedua tangannya digenggam oleh Mikail. Kemudian, mata pria itu terbuka. Tatapan kebencian Lana berubah menjadi keterkejutan lalu kecemasan.

Lana berusaha menarik tangannya, tetapi Mikail semakin kuat menggenggamnya. Senyuman sinis pria itu berkembang, membuat Lana gugup bukan kepalang.

Apakah hari ini ia akan mati?

Dengan cepat Mikail memutar keadaan sehingga kini Lana yang terbaring di ranjang. Kedua lengan Lana diletakkan di samping kepalanya, mengekangnya dengan lengan kekar Mikail.

"Kemarin diracun, sekarang dicekik. Besok apa lagi? Mungkin kau akan mencoba membunuhku dengan menembakku?" sindir Mikail, senyum menang mengejeknya terkembang. 

Lana sendiri tak memikirkan hal itu. Yang ada di benaknya sekarang adalah, apakah ia akan tetap hidup besok?

Ia mencoba menggerakkan kedua lengannya dengan sekuat tenaga, tetapi kekuatannya tak sebesar Mikail. Jangankan lepas, bergerak saja tidak. Mikail benar-benar kuat. Mungkin kurang dari lima menit bagi Mikail mencabut nyawa Lana dengan mencekiknya.

"Kau sudah tahu niatku," kata Lana, masih lantang menantangnya. "Kenapa tidak BUNUH SAJA AKU?!"

Bibir sensual Mikail mengulas senyum mencibir. "Memangnya kau siap mati sekarang?"

Memang tidak, tapi Lana yakin bahwa malam ini nyawanya tidak akan terampuni akibat kenekatannya mencengkik pria itu.

Melihatnya diam, Mikail tak tahan untuk menggodanya lagi. "Tapi," Kemudian, ia berbisik ke telinga Lana. "Aku tidak mau menikahi mayat. Setidaknya, aku tidak ingin rugi."

Brengsek! Lana menggemeretakkan gigi dengan mata menyalang marah. "Lebih baik aku mati daripada menikah denganmu!" balasnya membentak.

"Begitu? Oke! Kita mulai saja hukumannya."

Hukuman? Jangan bilang... 

Sebelum hal yang mengerikan muncul secara utuh di benaknya, Mikail menutup paksa bibirnya dengan lumatan kasar yang menyakitkan dan buas. Lana meronta dan mencoba mengatakan apa pun agar ciuman itu segara dilepaksan. Namun, Mikail semakin beringas, Lana hampir dibuat menyerah.

Apa kesuciannya akan terenggut sekarang? Tidak sudi! Tapi, bagaimana cara lepas dari pria brengsek ini? Lana tak bisa memikirkan apa pun, pelecehan ini menyiksanya sampai air matanya hampir mengalir. 

Ciuman di bibir selesai, napas Lana terengah-engah. Tapi, permainan tak sampai di sini, Mikail menyasar pada lehernya. Kecupan yang disertai gigitan yang cukup kencang. Mata Lana terpejam erat seraya menjerit, dan tubuhnya menggelinjang. 

"Hentikan!" lirih Lana. 

"Kenapa? Apa rasanya kurang nikmat?" bisik Mikail mendesah sensual.

Lana menggeleng pelan. "Ada yang bergerak di pahaku."

Mikail mengikuti kata Lana, melirik ke arah paha Lana yang agak tersingkap. Lana tersenyum licik. Inilah saatnya!

Lana mendorong Mikail yang tengah lengah. Tangan mungilnya ternyata cukup kuat untuk membuat Mikail terjungkal ke bawah ranjang. Lana tak menyia-nyiakan kesempatan untuk langsung melarikan diri dan bersembunyi di kamar mandi.

"Sial!" desis Mikail seraya perlahan beranjak. 

Mikail sempat melihat Lana masuk ke dalam kamar mandi. Senyum misteriusnya terkembang seraya menegak. 

Di lain tempat, Lana mengatur napasnya yang terengah-engah sehabis berlari. Hampir saja Mikail memperdayanya. Tapi, apa ia akan aman berada di sini terus?

"Gimana kalau dia bisa membuka pintu ini dengan kunci cadangan?" gumamnnya bergidik.

Lana menggigit jarinya cemas. Berangsur tubuhnya merosot hingga terduduk di balik pintu. Entah sudah berapa lama ia di sana, sampai akhirnya ia ketiduran tanpa sadar. 

Ketika ia tersentak, Lana menyadari bahwa dirinya tertidur di sini. Namun, ia merasa janggal. Kenapa tidak ada pergerakan apa pun sejak tadi?

Lana menempelkan telinganya ke pintu, mencoba mendengar suara di dalam kamar tidur. "Senyap. Apa Mikail sengaja tak bersuara untuk mengecohku?" duganya.

Lana menggenggap knop pintu, tapi gerakannya tertahan karena ragu. "Kalau aku keluar sekarang, takutnya Mikail tiba-tiba menangkapku. Bisa habis nanti aku sama dia! Aduuuh, gimana, ya?"

Tidak mungkin Lana terjebak di kamar mandi berhawa dingin ini, 'kan? Lantas, kapan waktu yang tepat untuk keluar?

Di saat otaknya sibuk berpikir, tiba-tiba ia tertegun menduga suatu hal yang lain. "Ah! Jangan-jangan ... Mikail tidur ranjangku?"

Lana tak mau begitu saja beramsumsi tanpa bukti, maka ia ingin memastikannya dulu. Perlahan, dibukanya pintu kamar mandi, lalu menjulurkan kepalanya sedikit ke arah dalam. 

Jarak kamar tidur agak jauh sehingga Lana tak bisa melihat dengan jelas. Lana memberanikan diri keluar, berjingkat tanpa suara mengarah pada ambang dinding ruang tidur. 

Lana tercengang, kamar ini sepi, tidak ada Mikail, dan pintu kamarnya tertutup rapat. 

"Ke mana dia? Apa udah balik ke kamarnya?" gumamnya seraya berkacak pinggang. "Apa sekarang waktunya tidur cantik?" 

Lana melompat ke ranjang seraya tersenyum senang. Dikira ia akan berada di kamar mandi sampai pagi. Kakinya hampir membeku karena terlalu lama di sana. 

💍

Mikail memang kembali ke kamarnya, tetapi tak langsung tidur. Bercanda dengan gadis itu sangat berbahaya, tubuhnya yang kena imbasnya kini. 

Norman datang untuk memberikan koyo dan minyak pijat. Pria itu memijat pinggang Mikail yang sakit, lalu menempelkan koyo tanpa bertanya sedikitpun tentang penyebab rasa sakit yang diderita tuannya.

"Norman, ambilkan aku segelas wine," perintah Mikail setelah selesai dipijat. 

Tuannya memang suka minum wine ketika menjelang tidur. Maka dari itu, ia sudah menyiapkannya bersamaan dengan dibawanya koyo dan obat urut. Norman menuangkan sedikit wine di gelas. Mikail menyesapnya sedikit, kemudian terdiam sejenak.

"Apa saja yang dilakukan Lana seharian ini?" tanya Mikail, setelah tegukan wine kedua.

Norman terbungkam sejenak seraya berpikir keras. Ia ragu, apa kejadian tadi siang harus diceritakannya atau tidak. Pasalnya, Norman iba jika gadis itu mendapat hukuman, atau pelayan lain yang menjadi sasaran kemarahan Mikal sebab keteledoran mereka.

"Norman." Mikail menagih, menoleh curiga padanya. "Kenapa? Kau sedang berusaha menyembunyikan sesuatu?"

"Em ... maafkan saya, Tuan. Begini. Tadi siang, nona Lana menemukan pintu keluar yang ada di lorong khusus tempat tidur para pelayan."

Jantung Norman berdetak kencang, gugup jika Mikail murka. Dan sepertinya kekhawatirannya memang terjadi. Mikail mengarahkan lirikan tajam ke arahnya, lalu menghentakkan gelas ke atas meja dengan kencang. 

"Apa katamu?"[]

Related chapters

  • Office Girl Pribadi CEO   Delapan

    "Apa katamu?" Begitu kata itu terucap, Norman gemetaran. Cepat Mikail beranjak, lalu melemparkan gelas yang dipegangnya ke dinding. Tak sempat bagi Norman untuk bergidik, sebab Mikail langsung meraih lehernya dan mencekiknya. "Pelayan di rumah ini banyak, bagaimana kalian bisa seteledor itu, hah?" bentak Mikail, matanya nyalang mengerikan.Cekikan dari tangan kekar Mikail tak begitu kencang, sehingga Norman masih bisa sedikit bernapas, meskipun agak sulit untuk berbicara. "Ma... ma... maafkan saya... Tuan," jawabnya tercekat. "Saya akan memaksimalkan penjagaan."Sayangnya, Mikail tak mudah dibujuk, ia belum puas jika kemarahannya belum dilampiaskan dulu, barulah ia menghempaskan Norman hingga terjungkal. Mikail melirik dingin pada Norman yang tengah merangkak di bawah kakinya. "Pastikan bahwa hal itu bukan sekadar ucapan!"Ancaman yang cukup membuat tubuh Norman menggigil di balik sikap dan ucapannya yang tenang. "Baik, Tuan."Mikail mengibas-kibaskan tangannya, menyuruh Norman eny

    Last Updated : 2023-01-12
  • Office Girl Pribadi CEO   Sembilan

    "Ya, itu aja!"Lana sigap beranjak dari tempatnya. Setelah hampir satu jam berpikir, ia memutuskan untuk mencoba pakai cara yang tadi. Maka, Lana berjalan keluar kamar, mencari keberadaan Norman. Namun, ia tak menemukannya di dapur. Saat keluar dari dapur, ia berpapasan dengan dua pelayan muda. "Siang, Nona. Apa ada yang bisa kami bantu?" sapa salah seorang pelayan.Iya, Lana memang membutuhkan bantuan. Senyumannya merekah kala pertanyaan itu diajukan. "Apa kalian tahu di mana pak Norman?" tanyanya bergegas. "Tuan Norman sepertinya ada di taman belakang. Mau saya panggilkan?" Padahal Lana bisa meminta mereka untuk menyuruh Norman datang ke kamarnya, tetapi Lana malah menolak. "Nggak usah, saya yang akan menghampirinya."Kaki mungilnya terburu-buru melangkah meninggalkan kedua pelayan itu menuju taman belakang yang sering dilihat Lana lewat jendela kamarnya.Norman sedang menyiram kebun bagian bunga mawar putih. Keindahan taman yang dihiasi oleh air mancur tak membuat Lana terpana.

    Last Updated : 2023-01-13
  • Office Girl Pribadi CEO   Sepuluh

    "Bagaimana dia bisa lolos?!" maki Mikail, sebuah vas yang dibelinya langsung dari China melayang hampir ke wajah seorang pengawal.Sang pengawal berlutut dan menunduk gemetaran. Hanya satu kata yang bisa diucapkannya:"Maafkan saya, Tuan."Bukan pengampunan, melainkan amarah Mikail semakin menjadi. Mikail menghampirinya, menggenggam kerah bajunya, lalu melayangkan pukulan bertubi-tubi ke wajah si pengawal, menjadikannya tontonan memilukan di depan para pengawal lainnya. "Bodoh! Saya mencari pengawal terbaik dan menggaji tinggi kalian. Apa otakmu sangat kecil, bisa-bisanya ditipu oleh wanita itu!" Mikail memaki seraya menendang tubuh sang pengawal yang terbaring tanpa melawan. Norman juga merasa takut sekaligus kasihan pada pengawal itu. Iapun memberanikan diri maju untuk mempertanggungkan perbuatannya. "Tuan, saya juga bersalah dalam hal ini. Tolong, maafkan kami."Mikail langsung menoleh bengis pada pria paruh baya itu. Gerakannya cepat melesat mendorong Norman dengan satu tangan sa

    Last Updated : 2023-01-16
  • Office Girl Pribadi CEO   Sebelas

    "Tuhan, selamatkan aku...," lirih Lana dalam hati, terisak.Pria itu bergerak di atas Lana, lalu menindihnya. Dia tersenyum, memandangi wajah cantiknya. "Jangan takut, sayang. Kamu pasti ketagihan nanti," ucapnya sensual, setengah berbisik.Rahang Lana mengeras. Ia malah nekat membuat pria itu semakin bengis dengan meludahi wajahnya. Alhasil, pria itu mendelik marah. Dari raut wajahnya, kali ini perlakuan kasar yang akan didapatkan Lana atas kelancangannya itu."DASAR JALANG!"Pria itu meradang, menyingkapkan baju kaus Lana hingga terlihatlah bra hitam yang menutupi payudara ranumnya. Wajah pria itu mendekat pada area sensitif itu. Lana mendelik dan sebisa mungkin meronta. "JANGAN!" jerit Lana kencang.Tiba-tiba, bahu pria itu digenggam, lalu ditarik oleh seseorang di belakangnya hingga terjatuh di atas sebuah makam. Keempat temannya menoleh kaget pada pria yang membuatnya jatuh. Lana juga melirik pada pria itu. Tapi karena tempat itu gelap, ditambah lagi matanya digenangi oleh air m

    Last Updated : 2023-01-17
  • Office Girl Pribadi CEO   Dua belas

    Tubuh Norman hampir melemas. Tubuhnya dan wajahnya dipenuhi lebam. Darah mengalir pada hidung dan bibirnya, semakin membuat Lana kasihan melihatnya.Lana menjerit, tangisannya semakin keras. "Hentikan! Aku mohon," pintanya memelas, semakin lama tubuhnya duduk bersimpuh di atas lantai.Mikail menghentikan pukulannya, lalu menoleh pada Lana yang tengah menangis tak berdaya. Dihampirinya gadis itu. "Kamu menangisinya? Apa sekarang kau menyesal?"Lana tak menjawab, tertunduk sesegukan. Namun, Mikail tetap ingin menagih jawabannya. Dagu Lana diremasnya dan dihelanya kasar hingga tatapan mereka kini beradu. Mikail tersenyum puas melihat mata Lana basah disebabkan oleh air mata penderitaan."Norman begitu gara-gara kau. Lihat!" Mikail beringsut sedikit, mengarahkan tunjukkannya pada tubuh Norman yang tengah meringkuk kesakitan. "Jika kau berbuat salah, maka para pekerja yang ada di rumah ini yang akan menanggung hukumannya."Kejam sekali! Lana menat

    Last Updated : 2023-01-18
  • Office Girl Pribadi CEO   Tiga belas

    Tubuh lemas Lana di baringkan di lantai di pinggiran kolam, lalu dia merasakan perutnya di tekan dengan ahli hingga aliran air yang tertelan keluar.Lana memuntahkan banyak air dan terbatuk-batuk kesakitan. Paru-parunya masih terasa begitu sakit dan nyeri. Siapakah penolongnya?Apakah dia memang belum diizinkan mati? Tangan kuat itu terus menekan hingga seluruh cairan terpompa keluar dari perut Lana. Mata Lana mulai buram, kesadarannya semakin hilang, ketika suara itu terdengar tenang di atasnya. “Panggil dokter.”Itu suara Mikail. Apakah Mikail yang menyelamatkannya? Lagi pula... kenapa lelaki itu menyelamatkannya?♡♡♡Mikail keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai. Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh.Norman berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Mikail masih menimbulkan memar-memar di sana sini, tetapi lelaki itu sep

    Last Updated : 2023-01-19
  • Office Girl Pribadi CEO   Empat belas

    “Sshhh... kau akan menyakiti lenganmu kalau kau meronta-ronta terus seperti itu.” Bibir Mikail merayap dan mendarat di bibir Lana.Lelaki itu mengecup sedikit ujung bibir Lana, lalu lidahnya menelusup masuk, membuka bibir Lana yang lembut, mencecapnya dan merasakan seluruh tekstur bibir Lana yang hangat dan panas, lidahnya mengait lidah Lana dan memainkannya dengan intensitas yang sangat ahli.Ketika Mikail melepaskan bibirnya, napas Lana terengah-engah, ciuman ini adalah ciuman yang paling intens yang pernah dirasakannya.“Kau menyukainya bukan?” Mikail berbisik lembut dengan nafasnya .yang panas di telinga Lana. “Aku sangat menyukai bibirmu, dan sensasi kelembutannya di bibirku...” Tangan Mikail merayap ke bawah, meraba kulit leher Lana. “Seluruh tubuhmu hangat sayang, seakan menggodaku....” Jemari Mikail menyingkap rok Lana dan menelusup ke dalam sana, menggoda pusat gairahnya. “Di sini... yang

    Last Updated : 2023-01-20
  • Office Girl Pribadi CEO   Satu

    "Jangan sampai gagal!"Lana menggumamkannya berkali-kali kala kakinya melangkah masuk ke dalam kantor ini, menyamar menjadi seorang office girl. Ini hari pertamanya masuk kerja, dan ini juga terakhir kalinya ia berada di sini. Sebab, kedatangannya hanya untuk menjalankan sebuah misi.Ia sudah menyiapkan secangkir teh. Ditatapnya minuman itu, bayangan wajahnya yang tampak dalam minuman itu memperlihatkan ekspresinya yang penuh tekad. "Biarin aja kalau sampai ketahuan dan masuk penjara, aku nggak peduli. Yang penting, aku bisa melihatnya mati di depan mataku!" Derit pintu pantri membuatnya terhenyak dan sontak menoleh. Seorang office girl lain muncul, mengernyit mendapati Lana masih bergeming di sana. "Udah kamu antarkan minumannya untuk bapak Mikail?" tanya wanita itu seraya menghampiri rak piring untuk mengambil sebuah cangkir. Lana tersenyum kikuk dan spontan berseru, "Udah kok, Kak. Ini mau saya antar."Gadis itu mengangkat nampan yang berisi secangkir teh buatannya, lalu kelua

    Last Updated : 2022-12-13

Latest chapter

  • Office Girl Pribadi CEO   Empat belas

    “Sshhh... kau akan menyakiti lenganmu kalau kau meronta-ronta terus seperti itu.” Bibir Mikail merayap dan mendarat di bibir Lana.Lelaki itu mengecup sedikit ujung bibir Lana, lalu lidahnya menelusup masuk, membuka bibir Lana yang lembut, mencecapnya dan merasakan seluruh tekstur bibir Lana yang hangat dan panas, lidahnya mengait lidah Lana dan memainkannya dengan intensitas yang sangat ahli.Ketika Mikail melepaskan bibirnya, napas Lana terengah-engah, ciuman ini adalah ciuman yang paling intens yang pernah dirasakannya.“Kau menyukainya bukan?” Mikail berbisik lembut dengan nafasnya .yang panas di telinga Lana. “Aku sangat menyukai bibirmu, dan sensasi kelembutannya di bibirku...” Tangan Mikail merayap ke bawah, meraba kulit leher Lana. “Seluruh tubuhmu hangat sayang, seakan menggodaku....” Jemari Mikail menyingkap rok Lana dan menelusup ke dalam sana, menggoda pusat gairahnya. “Di sini... yang

  • Office Girl Pribadi CEO   Tiga belas

    Tubuh lemas Lana di baringkan di lantai di pinggiran kolam, lalu dia merasakan perutnya di tekan dengan ahli hingga aliran air yang tertelan keluar.Lana memuntahkan banyak air dan terbatuk-batuk kesakitan. Paru-parunya masih terasa begitu sakit dan nyeri. Siapakah penolongnya?Apakah dia memang belum diizinkan mati? Tangan kuat itu terus menekan hingga seluruh cairan terpompa keluar dari perut Lana. Mata Lana mulai buram, kesadarannya semakin hilang, ketika suara itu terdengar tenang di atasnya. “Panggil dokter.”Itu suara Mikail. Apakah Mikail yang menyelamatkannya? Lagi pula... kenapa lelaki itu menyelamatkannya?♡♡♡Mikail keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai. Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh.Norman berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Mikail masih menimbulkan memar-memar di sana sini, tetapi lelaki itu sep

  • Office Girl Pribadi CEO   Dua belas

    Tubuh Norman hampir melemas. Tubuhnya dan wajahnya dipenuhi lebam. Darah mengalir pada hidung dan bibirnya, semakin membuat Lana kasihan melihatnya.Lana menjerit, tangisannya semakin keras. "Hentikan! Aku mohon," pintanya memelas, semakin lama tubuhnya duduk bersimpuh di atas lantai.Mikail menghentikan pukulannya, lalu menoleh pada Lana yang tengah menangis tak berdaya. Dihampirinya gadis itu. "Kamu menangisinya? Apa sekarang kau menyesal?"Lana tak menjawab, tertunduk sesegukan. Namun, Mikail tetap ingin menagih jawabannya. Dagu Lana diremasnya dan dihelanya kasar hingga tatapan mereka kini beradu. Mikail tersenyum puas melihat mata Lana basah disebabkan oleh air mata penderitaan."Norman begitu gara-gara kau. Lihat!" Mikail beringsut sedikit, mengarahkan tunjukkannya pada tubuh Norman yang tengah meringkuk kesakitan. "Jika kau berbuat salah, maka para pekerja yang ada di rumah ini yang akan menanggung hukumannya."Kejam sekali! Lana menat

  • Office Girl Pribadi CEO   Sebelas

    "Tuhan, selamatkan aku...," lirih Lana dalam hati, terisak.Pria itu bergerak di atas Lana, lalu menindihnya. Dia tersenyum, memandangi wajah cantiknya. "Jangan takut, sayang. Kamu pasti ketagihan nanti," ucapnya sensual, setengah berbisik.Rahang Lana mengeras. Ia malah nekat membuat pria itu semakin bengis dengan meludahi wajahnya. Alhasil, pria itu mendelik marah. Dari raut wajahnya, kali ini perlakuan kasar yang akan didapatkan Lana atas kelancangannya itu."DASAR JALANG!"Pria itu meradang, menyingkapkan baju kaus Lana hingga terlihatlah bra hitam yang menutupi payudara ranumnya. Wajah pria itu mendekat pada area sensitif itu. Lana mendelik dan sebisa mungkin meronta. "JANGAN!" jerit Lana kencang.Tiba-tiba, bahu pria itu digenggam, lalu ditarik oleh seseorang di belakangnya hingga terjatuh di atas sebuah makam. Keempat temannya menoleh kaget pada pria yang membuatnya jatuh. Lana juga melirik pada pria itu. Tapi karena tempat itu gelap, ditambah lagi matanya digenangi oleh air m

  • Office Girl Pribadi CEO   Sepuluh

    "Bagaimana dia bisa lolos?!" maki Mikail, sebuah vas yang dibelinya langsung dari China melayang hampir ke wajah seorang pengawal.Sang pengawal berlutut dan menunduk gemetaran. Hanya satu kata yang bisa diucapkannya:"Maafkan saya, Tuan."Bukan pengampunan, melainkan amarah Mikail semakin menjadi. Mikail menghampirinya, menggenggam kerah bajunya, lalu melayangkan pukulan bertubi-tubi ke wajah si pengawal, menjadikannya tontonan memilukan di depan para pengawal lainnya. "Bodoh! Saya mencari pengawal terbaik dan menggaji tinggi kalian. Apa otakmu sangat kecil, bisa-bisanya ditipu oleh wanita itu!" Mikail memaki seraya menendang tubuh sang pengawal yang terbaring tanpa melawan. Norman juga merasa takut sekaligus kasihan pada pengawal itu. Iapun memberanikan diri maju untuk mempertanggungkan perbuatannya. "Tuan, saya juga bersalah dalam hal ini. Tolong, maafkan kami."Mikail langsung menoleh bengis pada pria paruh baya itu. Gerakannya cepat melesat mendorong Norman dengan satu tangan sa

  • Office Girl Pribadi CEO   Sembilan

    "Ya, itu aja!"Lana sigap beranjak dari tempatnya. Setelah hampir satu jam berpikir, ia memutuskan untuk mencoba pakai cara yang tadi. Maka, Lana berjalan keluar kamar, mencari keberadaan Norman. Namun, ia tak menemukannya di dapur. Saat keluar dari dapur, ia berpapasan dengan dua pelayan muda. "Siang, Nona. Apa ada yang bisa kami bantu?" sapa salah seorang pelayan.Iya, Lana memang membutuhkan bantuan. Senyumannya merekah kala pertanyaan itu diajukan. "Apa kalian tahu di mana pak Norman?" tanyanya bergegas. "Tuan Norman sepertinya ada di taman belakang. Mau saya panggilkan?" Padahal Lana bisa meminta mereka untuk menyuruh Norman datang ke kamarnya, tetapi Lana malah menolak. "Nggak usah, saya yang akan menghampirinya."Kaki mungilnya terburu-buru melangkah meninggalkan kedua pelayan itu menuju taman belakang yang sering dilihat Lana lewat jendela kamarnya.Norman sedang menyiram kebun bagian bunga mawar putih. Keindahan taman yang dihiasi oleh air mancur tak membuat Lana terpana.

  • Office Girl Pribadi CEO   Delapan

    "Apa katamu?" Begitu kata itu terucap, Norman gemetaran. Cepat Mikail beranjak, lalu melemparkan gelas yang dipegangnya ke dinding. Tak sempat bagi Norman untuk bergidik, sebab Mikail langsung meraih lehernya dan mencekiknya. "Pelayan di rumah ini banyak, bagaimana kalian bisa seteledor itu, hah?" bentak Mikail, matanya nyalang mengerikan.Cekikan dari tangan kekar Mikail tak begitu kencang, sehingga Norman masih bisa sedikit bernapas, meskipun agak sulit untuk berbicara. "Ma... ma... maafkan saya... Tuan," jawabnya tercekat. "Saya akan memaksimalkan penjagaan."Sayangnya, Mikail tak mudah dibujuk, ia belum puas jika kemarahannya belum dilampiaskan dulu, barulah ia menghempaskan Norman hingga terjungkal. Mikail melirik dingin pada Norman yang tengah merangkak di bawah kakinya. "Pastikan bahwa hal itu bukan sekadar ucapan!"Ancaman yang cukup membuat tubuh Norman menggigil di balik sikap dan ucapannya yang tenang. "Baik, Tuan."Mikail mengibas-kibaskan tangannya, menyuruh Norman eny

  • Office Girl Pribadi CEO   Tujuh

    "Haruskah aku membunuhnya?"Keraguan itu berkecambuk dalam hati, seakan ada dua suara yang menghasutnya. Hati nurani berusaha mencegah untuk melakukan hal itu. Di lain sisi setan menghembuskan kebencian dengan memutar memori kematian orangtuanya dalam otak. Akhirnya, dendam berhasil menguasai, perlahan kedua tangannya mengarah pada leher Mikail, bersiap mencengkramnya kuat sampai meregang nyawa.Grep!Lana terhenyak, tiba-tiba kedua tangannya digenggam oleh Mikail. Kemudian, mata pria itu terbuka. Tatapan kebencian Lana berubah menjadi keterkejutan lalu kecemasan.Lana berusaha menarik tangannya, tetapi Mikail semakin kuat menggenggamnya. Senyuman sinis pria itu berkembang, membuat Lana gugup bukan kepalang.Apakah hari ini ia akan mati?Dengan cepat Mikail memutar keadaan sehingga kini Lana yang terbaring di ranjang. Kedua lengan Lana diletakkan di samping kepalanya, mengekangnya dengan lengan kekar Mikail."Kemarin diracun, sekarang dicekik. Besok apa lagi? Mungkin kau akan mencoba

  • Office Girl Pribadi CEO   Enam

    Lana duduk di atas ranjang seraya bersandar dan menjulurkan kaki. Matanya fokus pada satu arah, termenung berpikir serius dengan tangan menyentuh dagu."Apa itu benar-benar pintu keluarnya? Bagaimana kalau bukan?" gumamnya, kakinya digerak-gerakkan cepat. Ingatannya melintas pada kejadian beberapa jam yang lalu. Norman memergokinya di tempat itu. Apakah nanti akan terpengaruh?"Takutnya..." Mata Lana menyipit. "Aku ketahuan tadi, terus Norman menutup pintu tadi."Lana menegak, wajahnya pucat dengan keraguan dan rasa cemas yang menyeruak. Tiba-tiba ia beranjak lalu membeku dan menegang. "Aku nggak ketahuan kan tadi?" gumamnya resah, berjalan mondar-mandir di tempat. Pasti nggak ketahuan, aku yakin! Duuuuuuuh... semoga aja nggak ketahuan! Kalau sampai itu terjadi, aku nggak bisa kabur...."Ting! Langkahnya sontak terhenti. Bagaimana kalau ia manfaatkan situasinya? Maksudnya. Lana terkurung di rumah, tapi tidak di dalam kamar ini. Ia bisa berkeliling di rumah ini kapanpun, bahkan di ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status