Share

OBSESI BARA
OBSESI BARA
Author: Melisristi

Bab 1. Awal Tragedi

“A-apa ya-ng akan k--au lakukan Bara ...?” Dengan susah payah Laila meneguk salivanya saat Bara mulai mendekatinya dengan kancing yang terus ia buka.

"Melakukan hal yang seharusnya dilakukan," jawab Bara.

“Jangan mendekat!” teriak Laila saat Bara semakin mendekat. "Berhenti Bara?! Aku bilang jangan mendekat?!" teriak Laila sembari melempar sebuah benda yang entah apa.

Laila ketakutan, dia melempari barang yang ada di sekitarnya. Semakin dilempar semakin keras pula suara nyaring itu terdengar. Namun sayang, tidak ada satupun benda yang mengenai Bara.

Tangis Laila pecah dengan tubuh yang masih bergerak mundur, “Bara, aku bilang berhenti di sana!”

Laila, si gadis berhijab itu kini tidak bisa kemana-mana lagi saat tangan Bara mengukungnya disudut tembok dengan sangat kasar.

Laila terus saja memberontak ingin dikeluarkan dengan air mata yang terus merembes.

“Jangan berani kamu sentuh saya, brengsek!” teriak Laila marah yang diiringi dengan tangisnya.

Bara terkekeh mendengar gaya Laila yang mulai kasar padanya.

“Gue suka sama lo,” ucap Bara menatap lekat wajah Laila. “Karena itu ....” Bara menggantung ucapannya. Sedangkan Laila masih menangis dengan tubuh yang gemetar, takut, itulah yang Laila rasakan.

“Gue mau lo jadi milik gue! Paham?!” tegas Bara mencoba kembali menyentuh Laila. Namun dengan sigap Laila langsung menepis tangan Bara.

“Sampai di 7 keabadian pun, aku gak pernah mau sama lelaki brengsek kaya kamu!” Laila mengusap air matanya dengan kasar. Menjerit sekerasnya berharap ada orang yang akan mendengarnya. Setidaknya ia butuh pertolongan seseorang.

Dengan keberanian penuh dan hati yang terus meminta pertolongan-Nya, Laila mendorong tubuh Bara cukup keras, menjadikan tubuh Bara terdorong ke belakang.

Namun tidak sampai disitu, Bara dengan gesit langsung mencekal kedua tangan Laila dan menjatuhkan kembali tubuhnya diatas ranjang dengan kasar.

Laila semakin panik dan takut, tak memperdulikan pakaiannya yang sudah sangat lusuh dengan kerudung yang dikatakan tidak teratur namun masih tertutup.

“Sudah cukup permainan ini Laila!” murka Bara dengan sorot mata tajam. “Sekarang nikmati syurga dunia bersama.” Seringainya yang langsung menindih tubuh Laila.

“Lepaskan ... kumohon--Bar ....” Berontak Laila dengan tangis yang mulai kembali deras.

“No,no--setelah ini kau akan menjadi milikku,” ujar Bara yang bersiap membuka kerudung Laila. Namun tangannya terhenti saat Laila menahannya langsung.

“Kalau begitu ....” Dalam tangisnya, Laila memejamkan matanya terlebih dahulu sebelum menghela nafas panjang dan mengatakan “Nikahi aku.”

Dengan Refleks Bara menghentikan pergerakan tangannya yang ingin melecehkan Laila. Mata Bara melebar mendengar penuturan Laila.

“Kumohon ... a-aku lebih ba-baik mati ... daripada harus mengorbankan harga diriku sebagai seorang perempuan. ” Isakan Laila semakin parau.

Bara masih menatap intens Laila sebelum ia mulai bangkit dan menjauhkan tubuhnya dari Laila.

Dengan nafas tersengal-sengal karena isakan akhirnya Laila lega saat badan berat itu sudah tidak berada di atas tubuhnya.

Laila menatap langit-langit kamar dengan menahan sakit didadanya yang begitu menyesakkan. Air matanya terus jatuh tanpa mau dicegah.

“Laila ....”

Suara bariton itu membuyarkan lamunan Laila, dengan sigap Laila langsung bangun dan kembali menjauh dari Bara.

“Kumohon ....” Laila menggeleng takut.

“Demi Allah a-aku lebih baik kehilangan mimpiku daripada harus kehilangan kesucianku disaat statusku masih belum menikah,” ucap Laila melirih. Ia mengigit bibir bawahnya menahan rasa sesak yang melanda hatinya.

Berbeda dengan Bara yang langsung melebarkan pupil matanya lagi menatap Laila.

“Kalau begitu ....” Bara menggantungkan ucapannya, tangannya mengambil kameja terlebih dahulu dan mulai memakainya kembali.

“Beritahu keluargamu secepatnya dan kita akan menikah!” pungkas Bara tanpa mengalihkan tatapannya. “Jika itu tidak terjadi---” Tatapannya kini menyorot tajam Laila.

“Bersiaplah dengan kegilaanku nantinya!” tegas Bara yang masih tidak melirik ke arah Laila sedikitpun.

Bara membuka sebuah laci dan mengambil benda pipih bermerek Apple itu dan langsung menaruhnya ditelinga kanan.

“Kamar nomer 505.” Kata Bara saat telepon tersambung.

“....”

“Ya. Aku tidak ingin menunggu lama!” tukasnya yang langsung mematikan sabungannya secara sepihak.

“Cepat rapikan kembali pakaianmu!”

Dengan cepat Laila mengusap pipinya yang basah dan merapikan pakaiannya yang berantakan.

Tok! Tok! Tok!

“Masuk!”

Pintu langsung terbuka menampilkan seorang wanita yang terlihat cantik dan seksi.

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan muda?” ujar wanita itu dengan senyum lebarnya.

“Tolong antarkan gadis ini ke rumahnya,” tutur Bara dengan aura dinginnya.

Mata wanita itu melirik sekilas Laila yang hanya termenung, sebelum kemudian ia tersenyum lebar.

“Laksanakan,tuan,” ucap wanita itu ramah.

“Ayo!” perintah wanita itu kepada Laila. Ia berbalik dan langsung pergi begitu saja.

Laila, dengan wajah yang sembab menoleh sekilas ke arah Bara yang malah dibalas tatapan datar olehnya. Dengan rasa takut, Laila hanya menunduk dan melangkahkan kakinya dengan perasaan sedikit lega. Setidaknya kesuciannya masih terjaga, tapi tidak dengan mimpinya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sri Handayani
Tumben pelecehan masih bisa di nego, lanjut baca.. hhh
goodnovel comment avatar
Sani
kasian nya laila mau dileceh kn
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status