Share

Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!
Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!
Penulis: Risca Amelia

Cinta Pertama Suamiku

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 20:56:39

"Suri, cepat buatkan kami teh hijau tanpa gula!" 

Suara sang ibu mertua menggema dari ruang tengah, hingga Suri yang sedang membersihkan meja makan, segera meletakkan lap yang ia pegang dan menuju dapur. 

Meski ada banyak pelayan di mansion keluarga Albantara, mertuanya itu memang selalu menyuruh Suri melakukan berbagai pekerjaan, seolah-olah dia adalah bagian dari staf rumah tangga. 

Tapi, Suri tak melawan karena merasa itulah tugasnya di rumah ini. Setidaknya, ia bisa bermanfaat dibandingkan diabaikan seperti tahun pertamanya sebagai menantu di keluarga itu.

Tak lama kemudian, Suri pun kembali dengan membawa nampan berisi 2 cangkir teh yang masih mengepul. 

Hanya saja saat Suri meletakkan cangkir di atas meja, ia baru menyadari ada tante sang suami yang datang bersama kedua putrinya di sofa mewah ruang tamu.

“Pagi, Tan–”

"Suri, bekas luka di pipimu itu masih ada?" potong Mira menatap Suri dari atas hingga bawah dengan pandangan merendahkan. "Apa Romeo tidak malu memiliki istri yang wajahnya cacat? Apalagi sampai sekarang kamu belum juga memberinya anak."

“Tante seharusnya ingat kenapa Kak Romeo sampai menikahi wanita yang jelek dan mandul?” Aira, sang adik ipar, ikut menimpali, “Ia terpaksa melakukannya sebagai bentuk dari rasa tanggung jawab. Kalau saja ayahnya Suri tidak meninggal, Kak Romeo tidak mungkin menikahinya."

Mereka semua langsung tertawa, sementara lidah Suri terasa kelu.

Hinaan itu terasa seperti cambuk yang menyayat hati.

Pernikahannya dengan Romeo memang bukan berdasarkan cinta, melainkan karena tanggung jawab pria itu setelah membuat kecelakaan tragis  2 tahun lalu yang merenggut nyawa sang ayah dan membuat Suri memiliki bekas luka seumur hidup.

Hanya saja, ia bukanlah wanita yang mandul!  

Selama dua tahun pernikahan, Romeo tidak pernah menyentuhnya. Lantas, bagaimana mungkin ia bisa mengandung?

Di sisi lain, mertua Suri memandangnya dengan tatapan penuh tuntutan. "Nanti malam, ada tamu penting yang akan datang ke mansion. Kamu harus menyiapkan menu masakan yang terbaik. Aku ingin segalanya sempurna."

"Baik, Bu. Saya harus masak apa saja?” Suri menunduk, mengangguk patuh. 

Namun, sang ibu mertua tak tersentuh sama sekali. "Ayam panggang lemon, spaghetti, sup ikan salmon, lobster, dan hidangan pencuci mulut. Tamu kita istimewa, seorang artis terkenal, jadi jangan sampai kamu membuatku malu."

“Oh iya, sebelum itu, buatkan tiga cangkir teh hijau lagi untuk adik dan keponakanku,” sambungnya menambah daftar perintah.

Tanpa menunggu lebih lama, Suri kembali ke dapur dan mulai menyiapkan minuman untuk keluarga ibu mertuanya. Dengan hati-hati, ia membawa nampan dan berjalan menuju ruang tengah. Langkahnya mendadak terhenti di ambang pintu, saat ia tak sengaja mendengar percakapan mereka.

“Jadi, Diva sudah kembali dari Amerika?” suara Mira tertangkap jelas di telinga Suri.

“Ya, dia kembali setelah menyelesaikan proyek filmnya di sana,” jawab sang mertua dengan antusias. “Romeo sedang menjemputnya di bandara. Mereka berdua akhirnya bertemu, setelah sekian lama berpisah. Aku juga sudah mengundang Diva untuk makan malam di sini."

Deg!

“Diva?” lirihnya pelan.

Wajah Suri seketika memucat mendengarnya. Ia tahu siapa wanita itu—Diva Adinda, artis terkenal sekaligus cinta pertama Romeo, suaminya. 

Hatinya mencelos mendengar wanita yang dulu dicintai Romeo akan datang malam ini.

“Bukankah mereka dulu sangat cocok?” lanjut  Mira sambil tertawa pelan. “Seharusnya Romeo menikah dengan Diva, bukan? Mereka pasangan yang serasi."

“Aku juga berpikir begitu,” sahut sang mertua sambil tersenyum tipis. “Diva lebih cocok menjadi istri Romeo daripada Suri. Malam ini, aku akan membicarakan tentang rencana pernikahan Romeo dan Diva. Aku yakin Diva bisa melahirkan cucu yang sempurna untukku."

Ucapan ibu mertuanya itu bagaikan belati tajam yang menghujam hati Suri. Tanpa sadar, tangannya yang memegang nampan bergetar hebat. Cangkir-cangkir di atas nampan terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping.

Prang!

Seluruh ruangan hening seketika. Semua mata kini tertuju pada Suri yang berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat pasi. Tangannya gemetar, tubuhnya terasa mati rasa. 

Bukannya merasa iba, ibu mertua Suri itu justru menatapnya dengan mata penuh kemarahan. “Suri! Apa yang kamu lakukan?!”

Pelupuk mata Suri sudah tergenang oleh air mata, tetapi tidak satu kata pun keluar dari bibirnya. 

Pikirannya kalut, hatinya terlampau hancur mendengar percakapan tadi.

“Lihat, dia bahkan tidak bisa memegang nampan dengan benar. Memalukan!” ujar Aira, tertawa kecil bersama dengan kedua putri Mira.

Rasanya Suri ingin berteriak dan berlari keluar dari ruangan ini. Hanya saja, tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak. Matanya hanya bisa menatap serpihan gelas di lantai, seolah itulah yang terjadi pada hatinya saat ini—remuk, hancur, tanpa sisa.

“Bersihkan semua, jangan ada yang tertinggal di lantai Setelah itu, pergilah ke dapur untuk memasak. Semua harus siap sebelum jam tujuh malam,” perintah ibu sang suami dengan nada dingin.

Suri mengangguk pelan tanpa mengeluarkan suara. Ia berlutut, mengumpulkan serpihan-serpihan gelas yang berserakan. Hanya saja, tak sengaja jarinya terluka, hingga darah mengalir dari kulitnya yang robek. Namun, rasa sakit fisik itu tidaklah berarti apa-apa dibandingkan luka yang ada di dalam hatinya. 

Dua tahun sudah dia mengabdi sebagai istri dan menantu yang patuh, tak banyak bicara, dan tak pernah menuntut. Namun, keluarga ini memang tidak pernah menganggapnya. Tidak ada yang peduli pada nasibnya, bahkan kini suaminya akan menikahi perempuan lain.

Jadi dengan cepat, Suri berjalan ke dapur dan mengambil kotak P3K. Gerakannya cepat dan terlatih, seperti sudah berkali-kali melakukan hal ini. Setelah membersihkan luka dan menutupinya dengan plester, ia menggantung kotak itu kembali di tempatnya. 

Tanpa membuang waktu, Suri mengenakan celemek. Hanya saja, sambil memasak, pikiran Suri tak bisa lepas dari bayangan tentang Diva yang akan duduk di meja makan, berbincang akrab dengan Romeo. Hatinya berdenyut nyeri. 

Semua orang di keluarga ini tahu bahwa hati Romeo masih tertinggal di masa lalunya bersama Diva. 

Mungkin itulah sebabnya, sang ibu mertua bermaksud menjadikan Diva sebagai menantu?

"Suri, sudah siap belum makanannya?" teriak ibu mertuanya dengan nada memerintah yang khas.

Suri menjawab dengan tenang, menahan rasa pedih di hatinya, “Sebentar lagi, Bu.”

Gegas ia menyelesaikannya.

Namun tiba-tiba, Suri merasa ada sesuatu yang aneh.

Hidungnya terasa panas dan ketika jari ramping Suri menyentuhnya, ia terkejut melihat darah mengalir.

Rasa cemas mulai merayap dalam dirinya. ‘Mimisan lagi...,’ batinnya dengan panik. 

Ini bukan pertama kalinya. Buru-buru, Suri mengelap darah yang menetes, khawatir darah itu akan jatuh ke makanan yang sedang dimasaknya. 

Sayangnya, tak kunjung berhenti, hingga membuat Suri panik. 

Ia lantas mematikan kompor dan berlari ke kamar, berharap mimisannya segera berhenti.

Di dalam kamar, ditekannya hidung dengan tisu sembari menghubungi dokter yang merawatnya pasca kecelakaan.

Ya, indera penciuman Suri tampaknya semakin lemah dalam setahun terakhir.

Ia hampir tidak bisa mencium bau apapun, baik aroma harum dari makanan, maupun bau tajam dari sesuatu yang terbakar. 

Meski hal ini membuatnya khawatir, Suri tidak pernah mengatakannya kepada siapapun dan memilih diam-diam ke Rumah Sakit minggu lalu untuk melakukan pemeriksaan.

Seharusnya, dia bertemu sang dokter lusa untuk membicarakan hasilnya.

Tapi, ia khawatir sesuatu serius tengah terjadi.

Jadi dengan tangan gemetar, Suri menunggu sebelum suara dokter itu terdengar di seberang.

“Halo, Dokter Adrian, ini Suri.” Suara wanita itu terdengar lemah, hampir putus asa, "apakah hasil pemeriksaan dapat dilihat hari ini?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
g kasihan sama istri goblok yg g bisa menjaga harga dirinya sendiri. ngapain bertahan selama 2 th jadi babu dan diabaikan suami. krn suami kaya dan tampan? tau diri dong!! harusnya si sari goblok itu meminta kompensasi dlm bentuk uang biar bisa oplas dan buka usaha. tp si sari kan punya jiwa babu
goodnovel comment avatar
Hendra 03
kasihan sex istrinya selalu tertekan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sakit

    “Suri, saya harus jujur padamu. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kamu memiliki tumor di dalam hidungmu. Tumor ini cukup berbahaya, dan harus segera diangkat melalui pembedahan,” ucap Dokter Adrian setelah Suri duduk di hadapannya.“Jika dibiarkan terlalu lama, tumor ini dapat berubah menjadi ganas dan bisa mengancam nyawamu.”Deg!Suri merasa napasnya tercekat.Selama ini ia sudah terbiasa dengan penderitaan fisik dan emosional, tetapi kabar ini membuat semua masalah lain tampak kecil.“Kita perlu segera menjadwalkan operasi, Suri,” kata dokter Adrian. “Apakah kamu perlu membicarakan ini dengan suamimu?”Mendengar pertanyaan itu, Suri merasa hatinya semakin berat.Apa Romeo peduli? Selama ini, dalam rumah tangganya ia berdiri sendirian. Keberadaan Romeo di sisinya lebih seperti bayangan daripada kenyataan. Terlebih, Diva sudah kembali.Tidak ada tempat untuknya.“Tidak, Dok. Saya tidak perlu izin dari siapapun,” jawab Suri berusaha tegar.Dokter Adrian memandang Suri dengan tatapan hera

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perceraian?

    Suri tertawa miris.Tepat setelah ia mengatakannya, ia dapat melihat pintu mobil mewah milik suaminya terbuka.Seperti biasa, Romeo terlihat tampan dengan setelan jas abu-abu tua yang membalut tubuh tegapnya.Namun, kemejanya sama dengan yang ada di foto yang diterimanya tadi.Terlebih, ia melihat Romeo berjalan ke sisi lain mobil, membukakan pintu penumpang untuk Diva. Sesuatu yang bahkan tak pernah suaminya itu lakukan selama pernikahan mereka. Mungkin karena wajahnya yang buruk rupa tak menyenangkan dipandang, dibanding Diva yang seorang artis terkenal yang memang rupawan?Hati Suri kembali berdenyut pedih. Dia juga dapat melihat sang mertua dan ipar menyambut cinta pertama suaminya itu dengan senyuman hangat, seolah mereka baru saja bertemu dengan seorang ratu. “Diva, Sayang, kamu semakin cantik saja,” puji wanita paruh baya itu.Aira, yang selalu suka ikut campur, menambahkan, “Aku tidak sabar untuk makan malam bersamamu, Kak Diva. Aku sudah bilang pada teman-temanku bahwa aku a

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Paksaan

    Suri menghela napas.Kenapa ia harus bertahan selama ini? Romeo jelas tidak mencintainya dan akan selalu memilih Diva. Tanpa bisa dicegah, air matanya akhirnya kembali mengalir.Akan tetapi, Suri menahan diri agar tak bersuara. Ia takut tangisannya didengar oleh orang-orang di mansion yang justru akan menertawakan kelemahannya. Tapi ia berjanji....Setelah ini, ia tak akan menangis lagi. Kriet!Pintu kamar mendadak terbuka, menampilkan Romeo di sana. Suri sontak berdiri dan mendekatinya–berharap bisa menyelesaikan semua masalah malam ini.Hanya saja, suara berat Romeo mengisi ruangan lagi-lagi mengecewakannya. “Aku akan mengantar Diva pulang ke apartemennya karena sudah malam. Aku akan kembali secepatnya ke sini.”“Tapi, aku ingin membicarakan perceraian kita segera,” tuntut Suri."Apa maksudmu?" Romeo menyipitkan matanya, “apa kau cemburu dengan Diva?”Suri menarik napas panjang, seolah mengumpulkan keberanian yang tersisa. "Bukan hanya itu. Yang jelas, aku sudah menghubungi pengac

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Puncak

    Hanya saja, Suri tak menyia-nyiakan kesempatan itu.Ia segera melarikan diri dari kamar yang telah menjadi saksi bisu penderitaannya selama ini.Bingung harus ke mana, Suri berlari ke bagian belakang mansion, menuju kamar pelayan.Hanya tempat itu yang aman bagi dirinya saat ini. Tidak mungkin ia menuju ke depan mansion karena di sana masih ada Diva, ibu mertua, dan adik iparnya. Dengan tubuh yang gemetar, Suri berhenti di depan kamar Bi Wina. Selama ini, hanya wanita tua yang sudah bertahun-tahun bekerja di mansion keluarga Albantara itu yang pernah menunjukkan rasa simpati padanya. “Bi Wina,” suara Suri terdengar pecah, ia menahan isak. “Bolehkan aku bermalam di sini? Aku tidak ingin kembali ke kamarku.”Bi Wina terkejut dan menatap Suri penuh kebingungan. Namun, melihat mata Suri yang sembap dan memerah, ia bisa merasakan kepedihan yang sedang ditanggung perempuan muda itu. Dengan lembut, Bi Wina mempersilakan Suri duduk di atas tempat tidur kecil di sudut kamarnya.“Nona Suri,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Berbeda

    Ck!Ucapan Yonas itu membuat Suri mendengus sinis.Sudah jelas, bukan? Romeo lebih memilih menghabiskan waktu bersama Diva daripada pulang dan menyelesaikan masalah rumah tangganya. "Sampaikan pada Romeo," kata Suri dengan nada tajam, "aku hanya minta sepuluh menit waktunya. Sepuluh menit saja untuk menandatangani surat cerai." Yonas terdiam sesaat, lalu berkata hati-hati, "Baik, Nona Suri. Nanti saya sampaikan." Suri tahu, tak ada gunanya berharap banyak.Romeo pasti akan mencari alasan untuk terus mengabaikannya, lalu memadu kasih dengan Diva tanpa rasa bersalah. Tut!Dengan gerakan tegas, Suri memutus sambungan telepon dan meletakkan ponselnya di meja.Ia lalu membuka kopernya sekali lagi.Tangannya terulur, menyentuh sebuah gaun merah anggun yang sudah lama tidak ia pakai.Gaun itu pernah menjadi favoritnya—simbol keberanian dan kekuatan.Namun sejak kehidupannya dengan Romeo berubah menjadi penjara, gaun itu hanya berdiam dalam gelap, seperti dirinya.Suri melepas pakaian

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sekarang!

    Begitu tiba, Suri berjalan cepat memasuki lobi Hotel Orion.Gaun merah yang ia kenakan berayun mengikuti gerakan tubuhnya, menarik perhatian tamu dan staf hotel.Namun, Suri tidak peduli. Hanya satu hal yang ada dalam pikirannya malam ini—mengakhiri pernikahan dengan Romeo. Ia langsung menuju meja resepsionis dan bertanya, “Di mana letak restoran?” “Di sebelah kanan lobi, Nyonya.”Setelah mendapat arahan dari sang resepsionis, Suri mengayunkan langkah. Begitu sampai di depan pintu restoran, ia berhenti sejenak, mengatur napas. Dari celah pintu kaca, Suri langsung menangkap sosok Romeo yang duduk di meja besar bersama seorang pria berjas hitam. Ia menebak pria itu adalah Tuan Thomas. Sementara di samping Romeo, ada Diva yang terlihat cantik dengan gaun model sabrina berwarna hitam. Suri mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyergap hatinya. Ia melihat mereka berbincang akrab, seperti tak ada beban. Sejenak, ia ingin berbalik dan pergi, tetapi ia sudah terlalu jauh. Ini buka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pertama

    Suri terkejut dan mencoba melawan, tetapi Romeo menggenggam tangannya lebih erat. Ia menyeret Suri keluar dari restoran tanpa menghiraukan tatapan heran para tamu. “Romeo, kamu gila!” Suri berteriak.Romeo terus menariknya menuju lift, lalu menekan tombol ke lantai tujuh dengan terburu-buru. Pintu lift tertutup, mengurung mereka berdua dalam ruang sempit yang penuh dengan ketegangan. “Kenapa kamu melakukan ini?” Suri berbisik, suaranya bergetar antara marah dan takut. Romeo menatapnya dengan mata yang penuh emosi. “Kamu ingin kebebasan, Suri? Kamu akan mendapatkannya setelah kita selesaikan semuanya malam ini.” Suri menelan ludah, hatinya berdegup kencang. Ia merasa terperangkap dalam situasi yang tak terduga. Meski begitu, ia tidak akan membiarkan Romeo menang. Begitu lift sampai di lantai yang dituju, Romeo menarik Suri keluar dan membawanya ke depan pintu kamar. Dengan satu gerakan cepat, lelaki itu menyeret Suri masuk lalu menutup pintu dengan keras. Bunyi pintu yang te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Amarah

    Entah berapa lama, Suri tak tahu.Romeo benar-benar tak dapat dicegah sama sekali.Pria itu benar-benar keras, panas, dan tak tertahankan.Tapi begitu memaksa di saat bersamaan.Hal ini sungguh berbeda dari bayangan Suri sebelumnya.Ia selalu membayangkan malam pertamanya dengan sang suami akan begitu hangat dan lembut. Bukan kemarahan seperti ini.Perlahan, Suri merasakan kantuk.Ia terlalu lelah, hingga menyerah.Dibiarkannya Romeo menguasai tubuhnya.***"Arrgh..." erang Suri kala terbangun dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, seolah-olah ia baru saja dilindas truk.Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya lemas, seperti kehilangan seluruh energi dan harapannya.Di kamar hotel yang mewah itu, matanya mengerjap beberapa kali kala menyadari kenyataan pahit yang menimpanya—Romeo sudah tidak ada.Suri meremas selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Napasnya terasa berat, seolah-olah ada beban tak terlihat yang menekan dadanya. Ia memaksa dirinya turun dari tempat tidur denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tidak Akan Berpisah Lagi

    Meski Romeo tak menoleh sama sekali, Diva masih terus meronta-ronta. Suaranya melengking di antara pekikan sirene dan derap langkah para petugas yang mengawalnya. "Tolong, Pak, saya ingin bicara dengan Kak Romeo," serunya, sarat dengan emosi. "Sebentar saja." Para polisi saling bertukar pandang, ragu apakah akan mengabulkan permintaan tersangka yang jelas-jelas baru saja mencoba membunuh seseorang. Sementara itu, Romeo sudah mendudukkan Suri di dalam mobil. Namun, ketika pria itu hendak menutup pintu, Suri tiba-tiba mencegahnya. "Sayang, bicaralah pada Diva," tutur Suri lembut. "Untuk terakhir kali." Romeo mengerutkan kening, menoleh ke arah Suri, seolah ingin meyakinkan bahwa istrinya tidak salah bicara. Namun, tatapan Suri yang penuh pengertian dan ketulusan, membuat Romeo menemukan jawaban. "Mungkin, bila kamu yang menasihatinya, Diva akan lebih tenang," lanjut Suri.Romeo menarik napas dalam, lalu keluar dari mobilnya. Dengan sopan, pria itu meminta kepada polisi agar memb

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kita Mati Bersama

    Langkah Suri tetap tenang saat ia memasuki rumah itu, tetapi jantungnya berdegup kencang seperti genderang perang yang bertalu tanpa henti. Jemarinya yang menggenggam gagang kereta bayi terasa dingin, sementara ponselnya bergetar berulang kali di dalam tas. Suri tahu siapa yang menghubunginya.Romeo. Pria itu pasti mengetahui bahwa ia telah sampai di titik lokasi, dan tengah berusaha memperingatkannya. Namun, Suri tidak ingin mundur. Ia sudah berada di titik ini, sudah setengah jalan, dan harus memastikan dengan matanya sendiri bahwa Diva benar-benar ada di dalam rumah. Begitu Suri melewati ambang pintu, Bastian mengikuti dari belakang. Pria itu lantas berjalan ke tangga dan memanggil istrinya dengan lantang.“Sayang, Ibu Suri sudah datang!” Suara Bastian menggema ke lantai atas, nyaris seperti pekikan.Lalu, tanpa memberi kesempatan bagi Suri untuk merespons, Bastian berkata dengan santai.“Silakan duduk, Bu Suri. Saya harus keluar sebentar untuk memeriksa barang yang tertinggal

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menuju Babak Akhir

    Bukit Harapan. Nama itu terasa ironis bagi Suri. Tempat itu dikenal sebagai tempat yang damai, pelarian bagi mereka yang ingin melepas penat dari hiruk-pikuk kota. Namun, bagi Suri, tempat itu bukan lagi lambang ketenangan. Sebaliknya, di sanalah kemungkinan terburuk bisa terjadi. Ia menatap ke luar jendela, memperhatikan perubahan pemandangan di luar sana. Gedung-gedung tinggi mulai tergantikan oleh deretan rumah kecil yang berjajar rapi, kemudian berganti menjadi jalanan yang lebih sepi. Rasa dingin menjalari tubuhnya, bukan karena cuaca, melainkan karena kesadaran bahwa ia semakin dekat dengan titik penentuan. Suri merapatkan blazer yang ia kenakan. Hatinya berdegup cepat, tetapi ia menolak membiarkan ketegangan menguasainya. Mobil yang ditumpangi Suri akhirnya mencapai kawasan Bukit Harapan. Jalanan yang mereka lalui semakin sepi, dikelilingi oleh pepohonan rindang yang menjulang tinggi di kedua sisi. Suasana di tempat ini cukup lengang, hanya sesekali terdengar suara burun

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perjalanan Menuju Bahaya

    Pagi itu, Suri membuka tirai lebar-lebar agar cahaya matahari menghangatkan kamar tidurnya. Kemudian, ia duduk di kursi khusus, menyusui bayi kembarnya dengan penuh kelembutan. Jevandro dan Jeandra yang mungil tampak nyaman dalam dekapan ibunya. Jemari kecil mereka menggenggam baju Suri, seolah tidak ingin terpisah barang sedetik pun. Namun, di balik momen penuh kasih itu, kegelisahan perlahan merambat ke dalam hati Suri. Hari ini akan menjadi hari yang penting, hari di mana ia mempertaruhkan segalanya demi mengakhiri ancaman Diva. Jarum jam telah menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi Romeo belum juga pulang. Sejak pukul enam, pria itu sudah pergi untuk mengatur segala persiapan, memastikan rencana mereka berjalan sempurna. Selesai menyusui, Suri menyerahkan Jevandro dan Jeandra kepada pengasuh. Dengan hati-hati, ia mengusap pipi kedua bayinya sebelum beranjak ke depan cermin besar di sudut kamar. Tangannya meraih setelan blazer berwarna putih gading yang dipadukan dengan blu

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Penjahat Kejam

    Sejenak, keheningan menelan ruangan. Randy terpaku di tempatnya, wajahnya kehilangan warna. Ia berkedip beberapa kali, seolah tidak yakin dengan apa yang baru saja diucapkan Diva. "M—maksudmu rumah ini akan dibakar?" tanyanya dengan suara serak. “Bukankah ini hasil dari kerja kerasmu?”Diva mengangkat dagu, mata elangnya berkilat tajam. "Aku rela kehilangan rumah, asalkan bisa menghabisi Suri. Orang yang berani merebut milikku, harus dihukum." Randy menelan ludah, rasa dingin menjalari tengkuknya. "Tapi... ini.…" Pria feminim itu menggeleng, mencari kata-kata yang tepat. "Aku tidak menyangka kamu akan melakukan tindakan berbahaya, Diva. Ini seperti adegan film kriminal!" Diva tertawa. Tawanya renyah, tetapi mengandung sesuatu yang dingin dan beracun. Ia melangkah lebih dekat, jemarinya yang ramping menyentuh wajahnya sendiri, seolah ia sedang membayangkan dirinya berperan dalam suatu adegan epik. “Tentu saja,” tukas Diva, bibirnya membentuk senyum sinis.“Karena aku adalah seo

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Diva Harus Tertangkap

    Mereka berdua kemudian naik ke tempat tidur, duduk berdampingan dalam keheningan. Waktu berjalan perlahan, setiap detik terasa lebih panjang dari biasanya. Hingga akhirnya, suara notifikasi masuk terdengar dari ponsel Suri. Dengan cepat, Suri meraih ponselnya dan membuka email. Rekaman CCTV sudah diterima.Suri bergegas turun dari tempat tidur untuk mengambil laptop. Ia mulai mengunduh rekaman CCTV itu, sementara Romeo duduk lebih dekat untuk melihat layar bersama. Ketika rekaman mulai terputar, tampak suasana lobi kantor Pilar Interior Desain. Orang-orang berlalu lalang dan staf yang keluar masuk tampak di sana. Lalu, dalam beberapa detik, muncul sepasang pria dan wanita yang masuk ke dalam gedung. Suri langsung memperbesar tampilan. Pria itu masih muda, berpenampilan rapi dengan kemeja formal, sedangkan wanita di sebelahnya mengenakan setelan blazer hitam, rambutnya pendek, dan sebuah kacamata menghiasi wajahnya. Romeo menyipitkan mata, berusaha melihat lebih jelas. “Aku

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menerima Tantangan

    “Apakah saya perlu menghubungkan mereka dengan Anda, Bu?” tanya sang resepsionis dengan nada sedikit ragu. Romeo yang berdiri di sebelah Suri langsung menggeleng, ekspresinya jelas menunjukkan bahwa ia tidak setuju. Namun, Suri tetap mendekatkan ponselnya ke telinga. “Baiklah, hubungkan dengan saya.” Beberapa detik kemudian, suara bariton seorang pria terdengar dari seberang. Nada bicaranya terdengar ramah. “Selamat malam, Bu Suri. Perkenalkan, saya Henri. Saya mendengar bahwa Anda adalah salah satu arsitek terbaik di kota Velmora," jelas Henri penuh semangat."Kebetulan saya dan istri saya baru saja membeli rumah, dan kami ingin mendesain ulang. Kami berharap Anda sendiri yang menangani proyek ini.” Suri berusaha tetap tenang. “Terima kasih atas kepercayaan Anda, Pak Henri, tetapi saat ini saya sedang cuti untuk mengurus bayi saya.” “Ah, saya mengerti,” Henri menanggapi dengan nada pengertian, sebelum ia melanjutkan, “sebenarnya, itu bukan masalah. Jika perlu, Anda bisa me

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Klien Mencurigakan

    Di kantor Pilar Interior Desain, kesibukan masih terasa meski waktu telah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Akhir bulan selalu menjadi waktu yang paling sibuk bagi perusahaan itu. Apalagi, proyek-proyek besar terus berdatangan tanpa henti, menumpuk seperti gelombang pasang yang tak kunjung surut. Beberapa staf nampak sibuk di meja kerja mereka, menyelesaikan detail proyek sebelum tenggat waktu. Axel, dengan kemeja yang sedikit kusut, sedang berkutat dengan berkas-berkas desain yang berserakan di mejanya. Ia tengah menangani proyek renovasi butik eksklusif di pusat kota Velmora.Kini, tanggung jawab itu sepenuhnya berada di pundaknya. Tidak hanya proyek butik ini, tetapi juga beberapa proyek lain yang seharusnya masih di bawah pengawasan Suri. Sejak Suri tidak ada, ia harus mengambil alih beban kerja dua kali lipat. Penat, Axel menghela napas panjang dan meremas pelipisnya. Merasa kepalanya mulai berat, pria itu bangkit dari kursi. "Aku butuh makan," putusnya sambil me

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Dua Pria Bucin

    Mobil melaju dengan stabil, membelah malam yang hangat dengan nuansa kebersamaan. Suri menyandarkan kepala pada bahu suaminya, menikmati perjalanan di bawah kerlip lampu-lampu kota. Romeo sesekali mengusap punggung tangan Suri dengan ibu jarinya, gerakan kecil yang menenangkan sekaligus penuh kasih sayang. Tak berselang lama, sopir menghentikan mobil perlahan di depan Hotel Scarlett, tempat di mana mereka akan bertemu dengan dua sahabat lama. Seorang petugas valet segera datang membukakan pintu.Romeo turun terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangan untuk membantu Suri keluar dari mobil. Namun, baru beberapa langkah mereka berjalan memasuki lobi, sebuah suara yang begitu akrab menggema di telinga mereka. "Romeo!" Suri menoleh dan melihat seorang pria bertubuh tegap dengan senyum lebar, berjalan cepat ke arah mereka.Kenzo.Tepat di sampingnya, Raysa melangkah anggun, tersenyum hangat ke arah mereka. Wajah Kenzo langsung berubah begitu melihat sosok Romeo. Hampir satu tahun berla

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status