Share

Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!
Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!
Penulis: Risca Amelia

Cinta Pertama Suamiku

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 20:56:39

"Suri, cepat buatkan kami teh hijau tanpa gula!" 

Suara sang ibu mertua menggema dari ruang tengah, hingga Suri yang sedang membersihkan meja makan, segera meletakkan lap yang ia pegang dan menuju dapur. 

Meski ada banyak pelayan di mansion keluarga Albantara, mertuanya itu memang selalu menyuruh Suri melakukan berbagai pekerjaan, seolah-olah dia adalah bagian dari staf rumah tangga. 

Tapi, Suri tak melawan karena merasa itulah tugasnya di rumah ini. Setidaknya, ia bisa bermanfaat dibandingkan diabaikan seperti tahun pertamanya sebagai menantu di keluarga itu.

Tak lama kemudian, Suri pun kembali dengan membawa nampan berisi 2 cangkir teh yang masih mengepul. 

Hanya saja saat Suri meletakkan cangkir di atas meja, ia baru menyadari ada tante sang suami yang datang bersama kedua putrinya di sofa mewah ruang tamu.

“Pagi, Tan–”

"Suri, bekas luka di pipimu itu masih ada?" potong Mira menatap Suri dari atas hingga bawah dengan pandangan merendahkan. "Apa Romeo tidak malu memiliki istri yang wajahnya cacat? Apalagi sampai sekarang kamu belum juga memberinya anak."

“Tante seharusnya ingat kenapa Kak Romeo sampai menikahi wanita yang jelek dan mandul?” Aira, sang adik ipar, ikut menimpali, “Ia terpaksa melakukannya sebagai bentuk dari rasa tanggung jawab. Kalau saja ayahnya Suri tidak meninggal, Kak Romeo tidak mungkin menikahinya."

Mereka semua langsung tertawa, sementara lidah Suri terasa kelu.

Hinaan itu terasa seperti cambuk yang menyayat hati.

Pernikahannya dengan Romeo memang bukan berdasarkan cinta, melainkan karena tanggung jawab pria itu setelah membuat kecelakaan tragis  2 tahun lalu yang merenggut nyawa sang ayah dan membuat Suri memiliki bekas luka seumur hidup.

Hanya saja, ia bukanlah wanita yang mandul!  

Selama dua tahun pernikahan, Romeo tidak pernah menyentuhnya. Lantas, bagaimana mungkin ia bisa mengandung?

Di sisi lain, mertua Suri memandangnya dengan tatapan penuh tuntutan. "Nanti malam, ada tamu penting yang akan datang ke mansion. Kamu harus menyiapkan menu masakan yang terbaik. Aku ingin segalanya sempurna."

"Baik, Bu. Saya harus masak apa saja?” Suri menunduk, mengangguk patuh. 

Namun, sang ibu mertua tak tersentuh sama sekali. "Ayam panggang lemon, spaghetti, sup ikan salmon, lobster, dan hidangan pencuci mulut. Tamu kita istimewa, seorang artis terkenal, jadi jangan sampai kamu membuatku malu."

“Oh iya, sebelum itu, buatkan tiga cangkir teh hijau lagi untuk adik dan keponakanku,” sambungnya menambah daftar perintah.

Tanpa menunggu lebih lama, Suri kembali ke dapur dan mulai menyiapkan minuman untuk keluarga ibu mertuanya. Dengan hati-hati, ia membawa nampan dan berjalan menuju ruang tengah. Langkahnya mendadak terhenti di ambang pintu, saat ia tak sengaja mendengar percakapan mereka.

“Jadi, Diva sudah kembali dari Amerika?” suara Mira tertangkap jelas di telinga Suri.

“Ya, dia kembali setelah menyelesaikan proyek filmnya di sana,” jawab sang mertua dengan antusias. “Romeo sedang menjemputnya di bandara. Mereka berdua akhirnya bertemu, setelah sekian lama berpisah. Aku juga sudah mengundang Diva untuk makan malam di sini."

Deg!

“Diva?” lirihnya pelan.

Wajah Suri seketika memucat mendengarnya. Ia tahu siapa wanita itu—Diva Adinda, artis terkenal sekaligus cinta pertama Romeo, suaminya. 

Hatinya mencelos mendengar wanita yang dulu dicintai Romeo akan datang malam ini.

“Bukankah mereka dulu sangat cocok?” lanjut  Mira sambil tertawa pelan. “Seharusnya Romeo menikah dengan Diva, bukan? Mereka pasangan yang serasi."

“Aku juga berpikir begitu,” sahut sang mertua sambil tersenyum tipis. “Diva lebih cocok menjadi istri Romeo daripada Suri. Malam ini, aku akan membicarakan tentang rencana pernikahan Romeo dan Diva. Aku yakin Diva bisa melahirkan cucu yang sempurna untukku."

Ucapan ibu mertuanya itu bagaikan belati tajam yang menghujam hati Suri. Tanpa sadar, tangannya yang memegang nampan bergetar hebat. Cangkir-cangkir di atas nampan terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping.

Prang!

Seluruh ruangan hening seketika. Semua mata kini tertuju pada Suri yang berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat pasi. Tangannya gemetar, tubuhnya terasa mati rasa. 

Bukannya merasa iba, ibu mertua Suri itu justru menatapnya dengan mata penuh kemarahan. “Suri! Apa yang kamu lakukan?!”

Pelupuk mata Suri sudah tergenang oleh air mata, tetapi tidak satu kata pun keluar dari bibirnya. 

Pikirannya kalut, hatinya terlampau hancur mendengar percakapan tadi.

“Lihat, dia bahkan tidak bisa memegang nampan dengan benar. Memalukan!” ujar Aira, tertawa kecil bersama dengan kedua putri Mira.

Rasanya Suri ingin berteriak dan berlari keluar dari ruangan ini. Hanya saja, tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak. Matanya hanya bisa menatap serpihan gelas di lantai, seolah itulah yang terjadi pada hatinya saat ini—remuk, hancur, tanpa sisa.

“Bersihkan semua, jangan ada yang tertinggal di lantai Setelah itu, pergilah ke dapur untuk memasak. Semua harus siap sebelum jam tujuh malam,” perintah ibu sang suami dengan nada dingin.

Suri mengangguk pelan tanpa mengeluarkan suara. Ia berlutut, mengumpulkan serpihan-serpihan gelas yang berserakan. Hanya saja, tak sengaja jarinya terluka, hingga darah mengalir dari kulitnya yang robek. Namun, rasa sakit fisik itu tidaklah berarti apa-apa dibandingkan luka yang ada di dalam hatinya. 

Dua tahun sudah dia mengabdi sebagai istri dan menantu yang patuh, tak banyak bicara, dan tak pernah menuntut. Namun, keluarga ini memang tidak pernah menganggapnya. Tidak ada yang peduli pada nasibnya, bahkan kini suaminya akan menikahi perempuan lain.

Jadi dengan cepat, Suri berjalan ke dapur dan mengambil kotak P3K. Gerakannya cepat dan terlatih, seperti sudah berkali-kali melakukan hal ini. Setelah membersihkan luka dan menutupinya dengan plester, ia menggantung kotak itu kembali di tempatnya. 

Tanpa membuang waktu, Suri mengenakan celemek. Hanya saja, sambil memasak, pikiran Suri tak bisa lepas dari bayangan tentang Diva yang akan duduk di meja makan, berbincang akrab dengan Romeo. Hatinya berdenyut nyeri. 

Semua orang di keluarga ini tahu bahwa hati Romeo masih tertinggal di masa lalunya bersama Diva. 

Mungkin itulah sebabnya, sang ibu mertua bermaksud menjadikan Diva sebagai menantu?

"Suri, sudah siap belum makanannya?" teriak ibu mertuanya dengan nada memerintah yang khas.

Suri menjawab dengan tenang, menahan rasa pedih di hatinya, “Sebentar lagi, Bu.”

Gegas ia menyelesaikannya.

Namun tiba-tiba, Suri merasa ada sesuatu yang aneh.

Hidungnya terasa panas dan ketika jari ramping Suri menyentuhnya, ia terkejut melihat darah mengalir.

Rasa cemas mulai merayap dalam dirinya. ‘Mimisan lagi...,’ batinnya dengan panik. 

Ini bukan pertama kalinya. Buru-buru, Suri mengelap darah yang menetes, khawatir darah itu akan jatuh ke makanan yang sedang dimasaknya. 

Sayangnya, tak kunjung berhenti, hingga membuat Suri panik. 

Ia lantas mematikan kompor dan berlari ke kamar, berharap mimisannya segera berhenti.

Di dalam kamar, ditekannya hidung dengan tisu sembari menghubungi dokter yang merawatnya pasca kecelakaan.

Ya, indera penciuman Suri tampaknya semakin lemah dalam setahun terakhir.

Ia hampir tidak bisa mencium bau apapun, baik aroma harum dari makanan, maupun bau tajam dari sesuatu yang terbakar. 

Meski hal ini membuatnya khawatir, Suri tidak pernah mengatakannya kepada siapapun dan memilih diam-diam ke Rumah Sakit minggu lalu untuk melakukan pemeriksaan.

Seharusnya, dia bertemu sang dokter lusa untuk membicarakan hasilnya.

Tapi, ia khawatir sesuatu serius tengah terjadi.

Jadi dengan tangan gemetar, Suri menunggu sebelum suara dokter itu terdengar di seberang.

“Halo, Dokter Adrian, ini Suri.” Suara wanita itu terdengar lemah, hampir putus asa, "apakah hasil pemeriksaan dapat dilihat hari ini?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
g kasihan sama istri goblok yg g bisa menjaga harga dirinya sendiri. ngapain bertahan selama 2 th jadi babu dan diabaikan suami. krn suami kaya dan tampan? tau diri dong!! harusnya si sari goblok itu meminta kompensasi dlm bentuk uang biar bisa oplas dan buka usaha. tp si sari kan punya jiwa babu
goodnovel comment avatar
Hendra 03
kasihan sex istrinya selalu tertekan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sakit

    “Suri, saya harus jujur padamu. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kamu memiliki tumor di dalam hidungmu. Tumor ini cukup berbahaya, dan harus segera diangkat melalui pembedahan,” ucap Dokter Adrian setelah Suri duduk di hadapannya.“Jika dibiarkan terlalu lama, tumor ini dapat berubah menjadi ganas dan bisa mengancam nyawamu.”Deg!Suri merasa napasnya tercekat.Selama ini ia sudah terbiasa dengan penderitaan fisik dan emosional, tetapi kabar ini membuat semua masalah lain tampak kecil.“Kita perlu segera menjadwalkan operasi, Suri,” kata dokter Adrian. “Apakah kamu perlu membicarakan ini dengan suamimu?”Mendengar pertanyaan itu, Suri merasa hatinya semakin berat.Apa Romeo peduli? Selama ini, dalam rumah tangganya ia berdiri sendirian. Keberadaan Romeo di sisinya lebih seperti bayangan daripada kenyataan. Terlebih, Diva sudah kembali.Tidak ada tempat untuknya.“Tidak, Dok. Saya tidak perlu izin dari siapapun,” jawab Suri berusaha tegar.Dokter Adrian memandang Suri dengan tatapan hera

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perceraian?

    Suri tertawa miris.Tepat setelah ia mengatakannya, ia dapat melihat pintu mobil mewah milik suaminya terbuka.Seperti biasa, Romeo terlihat tampan dengan setelan jas abu-abu tua yang membalut tubuh tegapnya.Namun, kemejanya sama dengan yang ada di foto yang diterimanya tadi.Terlebih, ia melihat Romeo berjalan ke sisi lain mobil, membukakan pintu penumpang untuk Diva. Sesuatu yang bahkan tak pernah suaminya itu lakukan selama pernikahan mereka. Mungkin karena wajahnya yang buruk rupa tak menyenangkan dipandang, dibanding Diva yang seorang artis terkenal yang memang rupawan?Hati Suri kembali berdenyut pedih. Dia juga dapat melihat sang mertua dan ipar menyambut cinta pertama suaminya itu dengan senyuman hangat, seolah mereka baru saja bertemu dengan seorang ratu. “Diva, Sayang, kamu semakin cantik saja,” puji wanita paruh baya itu.Aira, yang selalu suka ikut campur, menambahkan, “Aku tidak sabar untuk makan malam bersamamu, Kak Diva. Aku sudah bilang pada teman-temanku bahwa aku a

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Paksaan

    Suri menghela napas.Kenapa ia harus bertahan selama ini? Romeo jelas tidak mencintainya dan akan selalu memilih Diva. Tanpa bisa dicegah, air matanya akhirnya kembali mengalir.Akan tetapi, Suri menahan diri agar tak bersuara. Ia takut tangisannya didengar oleh orang-orang di mansion yang justru akan menertawakan kelemahannya. Tapi ia berjanji....Setelah ini, ia tak akan menangis lagi. Kriet!Pintu kamar mendadak terbuka, menampilkan Romeo di sana. Suri sontak berdiri dan mendekatinya–berharap bisa menyelesaikan semua masalah malam ini.Hanya saja, suara berat Romeo mengisi ruangan lagi-lagi mengecewakannya. “Aku akan mengantar Diva pulang ke apartemennya karena sudah malam. Aku akan kembali secepatnya ke sini.”“Tapi, aku ingin membicarakan perceraian kita segera,” tuntut Suri."Apa maksudmu?" Romeo menyipitkan matanya, “apa kau cemburu dengan Diva?”Suri menarik napas panjang, seolah mengumpulkan keberanian yang tersisa. "Bukan hanya itu. Yang jelas, aku sudah menghubungi pengac

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Puncak

    Hanya saja, Suri tak menyia-nyiakan kesempatan itu.Ia segera melarikan diri dari kamar yang telah menjadi saksi bisu penderitaannya selama ini.Bingung harus ke mana, Suri berlari ke bagian belakang mansion, menuju kamar pelayan.Hanya tempat itu yang aman bagi dirinya saat ini. Tidak mungkin ia menuju ke depan mansion karena di sana masih ada Diva, ibu mertua, dan adik iparnya. Dengan tubuh yang gemetar, Suri berhenti di depan kamar Bi Wina. Selama ini, hanya wanita tua yang sudah bertahun-tahun bekerja di mansion keluarga Albantara itu yang pernah menunjukkan rasa simpati padanya. “Bi Wina,” suara Suri terdengar pecah, ia menahan isak. “Bolehkan aku bermalam di sini? Aku tidak ingin kembali ke kamarku.”Bi Wina terkejut dan menatap Suri penuh kebingungan. Namun, melihat mata Suri yang sembap dan memerah, ia bisa merasakan kepedihan yang sedang ditanggung perempuan muda itu. Dengan lembut, Bi Wina mempersilakan Suri duduk di atas tempat tidur kecil di sudut kamarnya.“Nona Suri,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Berbeda

    Ck!Ucapan Yonas itu membuat Suri mendengus sinis.Sudah jelas, bukan? Romeo lebih memilih menghabiskan waktu bersama Diva daripada pulang dan menyelesaikan masalah rumah tangganya. "Sampaikan pada Romeo," kata Suri dengan nada tajam, "aku hanya minta sepuluh menit waktunya. Sepuluh menit saja untuk menandatangani surat cerai." Yonas terdiam sesaat, lalu berkata hati-hati, "Baik, Nona Suri. Nanti saya sampaikan." Suri tahu, tak ada gunanya berharap banyak.Romeo pasti akan mencari alasan untuk terus mengabaikannya, lalu memadu kasih dengan Diva tanpa rasa bersalah. Tut!Dengan gerakan tegas, Suri memutus sambungan telepon dan meletakkan ponselnya di meja.Ia lalu membuka kopernya sekali lagi.Tangannya terulur, menyentuh sebuah gaun merah anggun yang sudah lama tidak ia pakai.Gaun itu pernah menjadi favoritnya—simbol keberanian dan kekuatan.Namun sejak kehidupannya dengan Romeo berubah menjadi penjara, gaun itu hanya berdiam dalam gelap, seperti dirinya.Suri melepas pakaian

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sekarang!

    Begitu tiba, Suri berjalan cepat memasuki lobi Hotel Orion.Gaun merah yang ia kenakan berayun mengikuti gerakan tubuhnya, menarik perhatian tamu dan staf hotel.Namun, Suri tidak peduli. Hanya satu hal yang ada dalam pikirannya malam ini—mengakhiri pernikahan dengan Romeo. Ia langsung menuju meja resepsionis dan bertanya, “Di mana letak restoran?” “Di sebelah kanan lobi, Nyonya.”Setelah mendapat arahan dari sang resepsionis, Suri mengayunkan langkah. Begitu sampai di depan pintu restoran, ia berhenti sejenak, mengatur napas. Dari celah pintu kaca, Suri langsung menangkap sosok Romeo yang duduk di meja besar bersama seorang pria berjas hitam. Ia menebak pria itu adalah Tuan Thomas. Sementara di samping Romeo, ada Diva yang terlihat cantik dengan gaun model sabrina berwarna hitam. Suri mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyergap hatinya. Ia melihat mereka berbincang akrab, seperti tak ada beban. Sejenak, ia ingin berbalik dan pergi, tetapi ia sudah terlalu jauh. Ini buka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pertama

    Suri terkejut dan mencoba melawan, tetapi Romeo menggenggam tangannya lebih erat. Ia menyeret Suri keluar dari restoran tanpa menghiraukan tatapan heran para tamu. “Romeo, kamu gila!” Suri berteriak.Romeo terus menariknya menuju lift, lalu menekan tombol ke lantai tujuh dengan terburu-buru. Pintu lift tertutup, mengurung mereka berdua dalam ruang sempit yang penuh dengan ketegangan. “Kenapa kamu melakukan ini?” Suri berbisik, suaranya bergetar antara marah dan takut. Romeo menatapnya dengan mata yang penuh emosi. “Kamu ingin kebebasan, Suri? Kamu akan mendapatkannya setelah kita selesaikan semuanya malam ini.” Suri menelan ludah, hatinya berdegup kencang. Ia merasa terperangkap dalam situasi yang tak terduga. Meski begitu, ia tidak akan membiarkan Romeo menang. Begitu lift sampai di lantai yang dituju, Romeo menarik Suri keluar dan membawanya ke depan pintu kamar. Dengan satu gerakan cepat, lelaki itu menyeret Suri masuk lalu menutup pintu dengan keras. Bunyi pintu yang te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Amarah

    Entah berapa lama, Suri tak tahu.Romeo benar-benar tak dapat dicegah sama sekali.Pria itu benar-benar keras, panas, dan tak tertahankan.Tapi begitu memaksa di saat bersamaan.Hal ini sungguh berbeda dari bayangan Suri sebelumnya.Ia selalu membayangkan malam pertamanya dengan sang suami akan begitu hangat dan lembut. Bukan kemarahan seperti ini.Perlahan, Suri merasakan kantuk.Ia terlalu lelah, hingga menyerah.Dibiarkannya Romeo menguasai tubuhnya.***"Arrgh..." erang Suri kala terbangun dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, seolah-olah ia baru saja dilindas truk.Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya lemas, seperti kehilangan seluruh energi dan harapannya.Di kamar hotel yang mewah itu, matanya mengerjap beberapa kali kala menyadari kenyataan pahit yang menimpanya—Romeo sudah tidak ada.Suri meremas selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Napasnya terasa berat, seolah-olah ada beban tak terlihat yang menekan dadanya. Ia memaksa dirinya turun dari tempat tidur denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bahaya Mengintai

    Di apartemennya, Diva baru saja menggeliat di tempat tidur. Kebiasaannya bangun siang membuatnya enggan beranjak. Akan tetapi, dering ponsel memaksanya untuk meraih perangkat itu dengan malas.Begitu melihat nama di layar, Diva segera menjawab dengan suara lembut.“Halo, Tante Valerie?""Diva, Tante ingin bertanya. Apakah kamu yang mengirimkan foto-foto Suri ke mansion? Kami baru saja menerima sebuah paket tak bernama berisi foto-foto itu."Rasa malas Diva hilang seketika, berganti dengan senyum lebar yang tersungging di wajahnya. "Iya, Tante. Aku menyewa orang untuk memata-matai Suri,” katanya penuh antusiasme. “Apakah Nyonya Miranda sudah melihatnya? Bagaimana reaksinya?”Ada jeda sejenak sebelum Nyonya Valerie menjawab. "Ya, Mama Miranda sudah melihat foto-foto itu. Tangannya gemetar, bahkan dia hampir pingsan.""Bagus! Itu artinya Beliau sangat marah. Lalu, apakah Suri akan dipanggil hari ini dan dipaksa untuk bercerai dari Kak Romeo?” tanya Diva tak sabar.Nyonya Valerie mendesah

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Ini Kesempatan Kita

    Aira membuka amplop besar itu dengan rasa penasaran. Begitu matanya menangkap isi di dalamnya, tubuhnya langsung membeku. Deretan foto-foto yang terjatuh ke pangkuannya menampilkan sosok Suri bersama seorang pria yang terlihat mesra. Di dalam foto pertama, Suri dan pria itu tampak sedang makan siang bersama di sebuah kafe. Senyum mereka begitu akrab, seolah tidak ada jarak. Dalam foto lain, pria itu merangkul Suri, memegang tangannya bahkan memeluknya di halaman rumah tanpa rasa malu.Aira merasa napasnya tersendat. “Tidak mungkin… Suri?” bisiknya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Tangannya gemetar saat menggenggam foto-foto itu. Selama ini, ia memang tidak menyukai Suri, tetapi ia tidak pernah menyangka sang kakak ipar akan melakukan perselingkuhan. Nyonya Miranda yang sejak tadi memperhatikan cucunya, melangkah perlahan. Ia mendekat sambil mencengkeram tongkatnya dengan erat. Garis wajahnya yang mulai menua memancarkan ketegasan.“Ada apa, Aira?”Aira tersen

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Paket Tak Bernama

    Hati Suri terasa lebih ringan usai melihat kondisi sang tante, yang akhirnya bersedia menjalani pengobatan. Ia meletakkan tasnya di sofa, lalu bergegas menuju kamar mandi. Air hangat menyentuh kulitnya, menghapus penat yang melekat setelah seharian bekerja. Selesai mandi, Suri mengenakan piyama berbahan katun lembut dan berjalan menuju ruang makan. Di atas meja, terdapat semangkuk sup ayam dengan potongan wortel dan kentang, sepiring nasi putih, serta sari buah segar yang disiapkan pelayan. Suri duduk dan mulai menyantap makanan dengan tenangDi tengah suapan makan malamnya, ponselnya yang tergeletak di meja bergetar. Suri mengambilnya dan melihat nama Raysa terpampang di layar. Ia segera menjawab panggilan itu dengan senyum."Halo, Raysa.""Suri, aku mau berbagi sesuatu!" suara Raysa terdengar penuh kebahagiaan di seberang sana.Suri menaruh sendoknya, penasaran dengan kabar yang akan disampaikan sahabatnya itu. "Apa itu? Suaramu terdengar sangat bahagia."Raysa tertawa kecil sebel

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mirip Pasangan Kekasih

    Suri melangkah mengikuti Axel ke dalam kamar yang beraroma obat. Di atas ranjang berkanopi putih, seorang wanita paruh baya terbaring lemah. Wajahnya yang dulu penuh wibawa kini tampak pucat dan tirus.Lingkaran hitam di bawah matanya semakin menegaskan betapa sakitnya ia selama ini. Napasnya terdengar berat, dan tangannya yang dulu tampak berisi kini terlihat ringkih dan berurat.Suri terkejut melihat kondisi tantenya yang begitu rapuh. Ada rasa iba yang tiba-tiba menyelubungi hatinya. Walau masih ada bekas luka atas apa yang terjadi di masa lalu, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa wanita di depannya ini adalah keluarga.Axel mendekati ranjang terlebih dahulu, membangunkan sang ibu dengan suara lembut. "Mama, aku membawa Suri ke sini. Dia ingin menjenguk Mama."Mata wanita itu terbuka perlahan, tampak terkejut dan tidak percaya. Dengan usaha yang terlihat menyakitkan, ia mencoba bangun dari posisinya. Suri segera melangkah maju, tangannya menopang tubuh sang tante. "Jangan,

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Butuh Pertolonganmu

    Tepat pukul dua belas, Suri melangkah masuk ke Kafe Eclesia, tempat yang telah ia sepakati dengan Axel. Aroma kopi yang khas bercampur dengan wangi roti panggang menyambutnya, memberikan suasana hangat di tengah kepenatan. Matanya segera menangkap sosok pria yang duduk di sendirian di meja nomor sebelas, menunggunya dengan wajah penuh harap. Axel segera berdiri begitu melihat Suri datang. Ia berjalan ke pintu masuk dengan senyum mengembang, lalu meraih tangan Suri dan menariknya ke dalam pelukan.Suri sempat terkejut, tubuhnya menegang sejenak, tetapi ia tidak menolak. Ia menganggap pelukan itu sebagai ungkapan persaudaraan semata. Bagaimanapun, Axel adalah putra dari sang tante, walaupun hubungan mereka memiliki riwayat yang pelik. "Aku senang kamu datang," ujar Axel sambil melepas pelukannya. Ia kemudian menggandeng tangan Suri, membimbingnya menuju meja yang telah ia pesan sebelumnya.Suri duduk dengan sopan, menarik tangannya secara perlahan dari genggaman Axel. Matanya menatap

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Lamaran Kilat

    Raysa baru saja menyelesaikan pertemuan dengan salah satu calon pembeli apartemen. Setelah merapikan berkas-berkasnya, ia menghela napas sejenak sebelum bersiap menemui klien berikutnya—seseorang yang berniat membeli unit penthouse eksklusif dengan luas lebih dari 250 meter persegi di pusat kota. Pertemuan mereka dijadwalkan berlangsung di sebuah kafe, yang terletak di dekat area pengembangan apartemen.Setibanya di kafe, Raysa memesan secangkir kopi latte dan duduk di salah satu meja yang menghadap ke jendela. Ia mengecek kembali dokumen properti sambil menunggu kliennya datang.Namun, alih-alih sosok asing yang muncul, Raysa justru mendapati seorang pria yang sangat dikenalnya.Kenzo.Matanya melebar, tubuhnya menegang. Kenzo berjalan santai mendekatinya, mengenakan kemeja hitam dengan lengan tergulung, memperlihatkan pergelangan tangan kokohnya. Senyum khasnya yang penuh percaya diri membuat Raysa semakin kesal."Apa yang kamu lakukan di sini?" Raysa langsung berdiri dari kursinya,

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tanpa Suamiku

    Hampir tiga minggu berlalu sejak pengakuan Romeo tentang kondisinya di depan keluarga. Sejak itu, Nyonya Miranda semakin sering mengundang mereka ke mansion, sekadar untuk makan malam bersama atau berjalan-jalan menikmati udara segar. Sementara itu, Nyonya Valerie, meskipun masih bersikap sinis, tampaknya belum melakukan apapun yang mengusik kehidupan rumah tangga putranya.Hanya saja, saat ini Suri sedang merasa kesepian. Romeo harus pergi ke luar negeri selama lima hari untuk melakukan kesepakatan kerja sama proyek pembangunan mal. Hari ini baru memasuki hari kedua, tetapi Suri sudah merindukan suaminya dengan begitu dalam. Sepulang dari kantor, ia hanya duduk termenung di kamar, memeluk erat boneka beruang besar pemberian Romeo. Walaupun tubuhnya lelah usai seharian meninjau proyek kota mandiri, Suri sama sekali tidak mengantuk.Biasanya, di malam-malam seperti ini, Suri terlelap dalam pelukan suaminya, merasakan kehangatan dan perlindungannya. Namun kini, ranjang tempatnya berbar

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menjaga Nama Baik Keluarga

    Gedung galeri seni di pusat kota Velmora berdiri megah dengan arsitektur bernuansa klasik. Dinding-dindingnya tinggi, dihiasi karya-karya para pelukis ternama. Aroma cat minyak samar-samar bercampur dengan wangi bunga yang disusun dalam vas kristal. Para tamu yang berlalu-lalang, mengamati lukisan-lukisan yang dipajang dengan pencahayaan sempurna.Nyonya Miranda berjalan perlahan, matanya menyusuri tiap kanvas yang memajang berbagai mahakarya dari tiga pelukis tersohor. Romeo dan Suri setia mendampinginya, memperhatikan ekspresi nenek mereka yang sesekali mengangguk kagum. Ia berhenti di depan lukisan malaikat yang melayang di atas hamparan bunga lili putih, serta lukisan burung camar yang terbang bebas di langit jingga. Kemudian, matanya berpindah lagi ke lukisan laut bergelora, dengan mercusuar yang berdiri kokoh di tengah badai. Lukisan-lukisan itu bercerita tentang warna dan goresan, menyuguhkan potret emosional dan abstrak yang menggugah imajinasi."Sungguh luar biasa," gumam N

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tetap akan Memisahkan Mereka

    Kesunyian yang melingkupi ruangan itu membuat setiap detik terasa begitu panjang. Bak badai yang baru saja reda, tetapi meninggalkan jejak kehancuran yang tak kasatmata. Nyonya Miranda, Nyonya Valerie, dan Aira masih terdiam, seolah tersambar petir oleh kenyataan yang baru saja terungkap. Mata Nyonya Valerie memerah, dadanya naik turun seiring kedua bahunya yang terguncang pelan. Sedangkan Nyonya Miranda, wanita tua itu tampak pucat. Ia terbatuk sebentar, lalu menghela napas sepenuh dada.Romeo menatap mereka satu per satu, membiarkan mereka menyerap berita buruk yang selama ini ia pendam sendiri. Dengan suara bergetar, Nyonya Miranda akhirnya membuka suara.“Romeo, apakah kamu yakin hasil ini benar?” tanyanya lirih, menatap cucunya penuh harap.Romeo mengangguk tegas. “Sangat benar, Nek. Aku diperiksa di rumah sakit terpercaya oleh dokter Fani, seorang dokter obgyn yang sangat berpengalaman.”Mendengar penegasan dari Romeo, Nyonya Valerie terisak, menutupi wajahnya dengan kedua tan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status