Share

Perceraian?

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-10-10 21:44:41

Suri tertawa miris.

Tepat setelah ia mengatakannya, ia dapat melihat pintu mobil mewah milik suaminya terbuka.

Seperti biasa, Romeo terlihat tampan dengan setelan jas abu-abu tua yang membalut tubuh tegapnya.

Namun, kemejanya sama dengan yang ada di foto yang diterimanya tadi.

Terlebih, ia melihat Romeo berjalan ke sisi lain mobil, membukakan pintu penumpang untuk Diva. Sesuatu yang bahkan tak pernah suaminya itu lakukan selama pernikahan mereka. Mungkin karena wajahnya yang buruk rupa tak menyenangkan dipandang, dibanding Diva yang seorang artis terkenal yang memang rupawan?

Hati Suri kembali berdenyut pedih. Dia juga dapat melihat sang mertua dan ipar menyambut cinta pertama suaminya itu dengan senyuman hangat, seolah mereka baru saja bertemu dengan seorang ratu. 

“Diva, Sayang, kamu semakin cantik saja,” puji wanita paruh baya itu.

Aira, yang selalu suka ikut campur, menambahkan, “Aku tidak sabar untuk makan malam bersamamu, Kak Diva. Aku sudah bilang pada teman-temanku bahwa aku akan berfoto denganmu, dan mereka semua iri padaku.”

Suara mereka yang riuh menyambut Diva seperti gemuruh. Namun, Romeo bahkan tidak mencarinya sama sekali. 

Toktoktok!

Pintu kamarnya tiba-tiba diketuk dari luar, disusul dengan panggilan dari kepala pelayan rumah itu. 

“Nona Suri, Anda dipanggil oleh Nyonya Valerie. Beliau memintamu untuk menghidangkan makanan.”

“Tolong, Nona. Kami diancam untuk dipecat jika Anda tidak turun,” ucapnya lagi.

Tangan Suri mengepal. Rasanya, ia ingin menolak, tetapi wajah takut wanita tua di hadapannya membuatnya tak sanggup. Ia tahu sekali sang mertua begitu kejam. Bisa-bisa dia melimpahkan kekesalannya pada seluruh pelayan di rumah.

Menghela napas, Suri pun keluar dan melakukan kewajiban terakhirnya sebagai menantu malam ini–sebelum dia benar-benar berpisah dari Romeo.

***

“Apa makanannya cukup, Diva? Kalau kurang, tambah saja. Kami punya banyak,” tanya sang mertua di ruang makan. 

Nadanya begitu manis dan tidak pernah didengar Suri selama dua tahun menjadi menantu. Namun, Suri tak peduli lagi. Ia ingin semua ini cepat berakhir.

“Terima kasih, Tante, tapi aku sedang diet. Aku harus menjaga tubuhku untuk syuting film minggu depan,” jawab Diva yang setelahnya mengalihkan perhatiannya pada Suri yang masih berdiri di sudut ruangan. 

“Suri, kenapa kamu hanya berdiri di sana? Duduklah dan makan bersama kami.”

“Ah, tidak perlu. Suri lebih suka makan di kamarnya sendiri. Bukan begitu, Suri?” ujar ibu mertuanya penuh penekanan.

Suri mengangguk. “Iya, saya lebih suka di kamar,” jawabnya lirih, suaranya nyaris tenggelam di antara gemerincing peralatan makan.

Diva seolah tak puas dengan jawaban itu. Dia menoleh ke arah Romeo dan berkata dengan manis, “Kak Romeo, tidak baik membiarkan istrimu makan sendirian. Aku tidak enak hati kalau dia tidak ikut makan bersama kita. Bagaimana kalau kita biarkan Suri duduk bersama kita hari ini?”

Romeo menatap Suri. “Duduklah, Suri.”

Darah Suri terasa berdesir cepat. Duduk bersama mereka? Itu adalah mimpi buruk yang tak pernah ia inginkan. Namun, ia malas berdebat. 

Jadi, Suri mendekati meja dan duduk di kursi paling ujung–jauh dari pandangan Diva dan Romeo.

Hanya saja ketika semua orang kembali fokus pada makanan dan percakapan mereka, Diva kembali menatap Suri. 

“Maaf, Suri, aku takut melihat luka parut di pipimu itu,” celetuknya. “Aku tahu dokter bedah plastik yang sangat bagus, dan bisa memberikan rekomendasinya kepadamu. Segera hilangkan bekas itu, supaya kamu tidak mempermalukan Kak Romeo.”

Suri mengepalkan tangan. Ia tahu Diva tidak benar-benar peduli. Terlihat senyumnya yang mungkin tak diperhatikan oleh yang lain.

Ini hanya semacam permainan untuk menunjukkan betapa dirinya tidak sebanding dengan wanita cantik itu.

“Tidak perlu. Aku–”

“Operasi plastik? Itu hanya akan membuang-buang uang Kak Romeo. Toh, Suri tidak akan berubah cantik. Kak Romeo seharusnya punya istri yang sempurna sepertimu, Kak Diva,” sahut Aira sembari memiringkan bibirnya. 

Kali ini, Suri tidak bisa lagi menahan perasaannya. Semua hinaan dan sindiran, menggores perasaannya yang sudah terluka sejak lama. Seketika, Suri meletakkan sendok dan garpu di atas meja dengan hati-hati, mencoba menenangkan dirinya. 

“Maaf, saya tidak bisa melanjutkan makan,” katanya penuh ketegasan. “Saya permisi ke kamar.”

“Apa kau tak nyaman karena aku?” tanya Diva pura-pura sedih.

Suri menghela napas, terlebih kala sang mertua menghardiknya, keras. “Suri, jaga sopan santunmu!”

Sayangnya, Suri sudah muak. Alih-alih mendengar omelan sang mertua, ia justru menatap mata sang suami dalam. “Romeo Albantara, mari bicarakan perceraian kita setelah kau selesai makan malam,” tegasnya.

Srak!

Dia tidak ingin menitikkan air mata di depan mereka. Jadi tanpa menunggu jawaban dari siapapun, Suri bangkit dari kursi dan berjalan cepat menuju ke kamarnya–menyisakan semua orang yang syok, termasuk Romeo.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Nunavk Nunavk
jadilah kiat, dan buat Romeo menyesal
goodnovel comment avatar
Surna
setuju tinggalkan saja keluarga durjana seperti itu.
goodnovel comment avatar
Ros
Rasain lo Romeo. Skak mat lo… Hrs begt jd perempuan. Suami membw wanita kermh, dan mertua menginginkan se bgi istri. Bagus lah permintaan cerai istri nya..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Paksaan

    Suri menghela napas.Kenapa ia harus bertahan selama ini? Romeo jelas tidak mencintainya dan akan selalu memilih Diva. Tanpa bisa dicegah, air matanya akhirnya kembali mengalir.Akan tetapi, Suri menahan diri agar tak bersuara. Ia takut tangisannya didengar oleh orang-orang di mansion yang justru akan menertawakan kelemahannya. Tapi ia berjanji....Setelah ini, ia tak akan menangis lagi. Kriet!Pintu kamar mendadak terbuka, menampilkan Romeo di sana. Suri sontak berdiri dan mendekatinya–berharap bisa menyelesaikan semua masalah malam ini.Hanya saja, suara berat Romeo mengisi ruangan lagi-lagi mengecewakannya. “Aku akan mengantar Diva pulang ke apartemennya karena sudah malam. Aku akan kembali secepatnya ke sini.”“Tapi, aku ingin membicarakan perceraian kita segera,” tuntut Suri."Apa maksudmu?" Romeo menyipitkan matanya, “apa kau cemburu dengan Diva?”Suri menarik napas panjang, seolah mengumpulkan keberanian yang tersisa. "Bukan hanya itu. Yang jelas, aku sudah menghubungi pengac

    Last Updated : 2024-10-10
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Puncak

    Hanya saja, Suri tak menyia-nyiakan kesempatan itu.Ia segera melarikan diri dari kamar yang telah menjadi saksi bisu penderitaannya selama ini.Bingung harus ke mana, Suri berlari ke bagian belakang mansion, menuju kamar pelayan.Hanya tempat itu yang aman bagi dirinya saat ini. Tidak mungkin ia menuju ke depan mansion karena di sana masih ada Diva, ibu mertua, dan adik iparnya. Dengan tubuh yang gemetar, Suri berhenti di depan kamar Bi Wina. Selama ini, hanya wanita tua yang sudah bertahun-tahun bekerja di mansion keluarga Albantara itu yang pernah menunjukkan rasa simpati padanya. “Bi Wina,” suara Suri terdengar pecah, ia menahan isak. “Bolehkan aku bermalam di sini? Aku tidak ingin kembali ke kamarku.”Bi Wina terkejut dan menatap Suri penuh kebingungan. Namun, melihat mata Suri yang sembap dan memerah, ia bisa merasakan kepedihan yang sedang ditanggung perempuan muda itu. Dengan lembut, Bi Wina mempersilakan Suri duduk di atas tempat tidur kecil di sudut kamarnya.“Nona Suri,

    Last Updated : 2024-10-11
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Berbeda

    Ck!Ucapan Yonas itu membuat Suri mendengus sinis.Sudah jelas, bukan? Romeo lebih memilih menghabiskan waktu bersama Diva daripada pulang dan menyelesaikan masalah rumah tangganya. "Sampaikan pada Romeo," kata Suri dengan nada tajam, "aku hanya minta sepuluh menit waktunya. Sepuluh menit saja untuk menandatangani surat cerai." Yonas terdiam sesaat, lalu berkata hati-hati, "Baik, Nona Suri. Nanti saya sampaikan." Suri tahu, tak ada gunanya berharap banyak.Romeo pasti akan mencari alasan untuk terus mengabaikannya, lalu memadu kasih dengan Diva tanpa rasa bersalah. Tut!Dengan gerakan tegas, Suri memutus sambungan telepon dan meletakkan ponselnya di meja.Ia lalu membuka kopernya sekali lagi.Tangannya terulur, menyentuh sebuah gaun merah anggun yang sudah lama tidak ia pakai.Gaun itu pernah menjadi favoritnya—simbol keberanian dan kekuatan.Namun sejak kehidupannya dengan Romeo berubah menjadi penjara, gaun itu hanya berdiam dalam gelap, seperti dirinya.Suri melepas pakaian

    Last Updated : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sekarang!

    Begitu tiba, Suri berjalan cepat memasuki lobi Hotel Orion.Gaun merah yang ia kenakan berayun mengikuti gerakan tubuhnya, menarik perhatian tamu dan staf hotel.Namun, Suri tidak peduli. Hanya satu hal yang ada dalam pikirannya malam ini—mengakhiri pernikahan dengan Romeo. Ia langsung menuju meja resepsionis dan bertanya, “Di mana letak restoran?” “Di sebelah kanan lobi, Nyonya.”Setelah mendapat arahan dari sang resepsionis, Suri mengayunkan langkah. Begitu sampai di depan pintu restoran, ia berhenti sejenak, mengatur napas. Dari celah pintu kaca, Suri langsung menangkap sosok Romeo yang duduk di meja besar bersama seorang pria berjas hitam. Ia menebak pria itu adalah Tuan Thomas. Sementara di samping Romeo, ada Diva yang terlihat cantik dengan gaun model sabrina berwarna hitam. Suri mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyergap hatinya. Ia melihat mereka berbincang akrab, seperti tak ada beban. Sejenak, ia ingin berbalik dan pergi, tetapi ia sudah terlalu jauh. Ini buka

    Last Updated : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pertama

    Suri terkejut dan mencoba melawan, tetapi Romeo menggenggam tangannya lebih erat. Ia menyeret Suri keluar dari restoran tanpa menghiraukan tatapan heran para tamu. “Romeo, kamu gila!” Suri berteriak.Romeo terus menariknya menuju lift, lalu menekan tombol ke lantai tujuh dengan terburu-buru. Pintu lift tertutup, mengurung mereka berdua dalam ruang sempit yang penuh dengan ketegangan. “Kenapa kamu melakukan ini?” Suri berbisik, suaranya bergetar antara marah dan takut. Romeo menatapnya dengan mata yang penuh emosi. “Kamu ingin kebebasan, Suri? Kamu akan mendapatkannya setelah kita selesaikan semuanya malam ini.” Suri menelan ludah, hatinya berdegup kencang. Ia merasa terperangkap dalam situasi yang tak terduga. Meski begitu, ia tidak akan membiarkan Romeo menang. Begitu lift sampai di lantai yang dituju, Romeo menarik Suri keluar dan membawanya ke depan pintu kamar. Dengan satu gerakan cepat, lelaki itu menyeret Suri masuk lalu menutup pintu dengan keras. Bunyi pintu yang te

    Last Updated : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Amarah

    Entah berapa lama, Suri tak tahu.Romeo benar-benar tak dapat dicegah sama sekali.Pria itu benar-benar keras, panas, dan tak tertahankan.Tapi begitu memaksa di saat bersamaan.Hal ini sungguh berbeda dari bayangan Suri sebelumnya.Ia selalu membayangkan malam pertamanya dengan sang suami akan begitu hangat dan lembut. Bukan kemarahan seperti ini.Perlahan, Suri merasakan kantuk.Ia terlalu lelah, hingga menyerah.Dibiarkannya Romeo menguasai tubuhnya.***"Arrgh..." erang Suri kala terbangun dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, seolah-olah ia baru saja dilindas truk.Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya lemas, seperti kehilangan seluruh energi dan harapannya.Di kamar hotel yang mewah itu, matanya mengerjap beberapa kali kala menyadari kenyataan pahit yang menimpanya—Romeo sudah tidak ada.Suri meremas selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Napasnya terasa berat, seolah-olah ada beban tak terlihat yang menekan dadanya. Ia memaksa dirinya turun dari tempat tidur denga

    Last Updated : 2024-11-07
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Harapan Baru

    Selama perjalanan, Suri menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Ia memikirkan semua kenangan buruk dan perasaan terperangkap yang ia alami bersama Romeo semalam. Pria itu, yang tidak pernah menyentuhnya selama pernikahan, justru mengambil kesuciannya secara paksa di saat-saat terakhir mereka bersama. Betapa ironisnya cinta yang dulu ia pikir akan membuatnya bahagia, kini hanya menyisakan luka mendalam.Suri mengepalkan tangan di atas pangkuan. Romeo boleh mengambil surat cerai mereka, tetapi pria itu tidak akan bisa menghentikan niatnya untuk pergi. Apapun risikonya, ia akan menggugat Romeo secara hukum untuk mengakhiri pernikahan mereka.Saat taksi berhenti di tempat tujuan, Suri menghela napas sepenuh dada. Dengan langkah gontai, ia keluar dari taksi. Gaun merah yang ia kenakan tampak kusut, dan wajahnya terlihat begitu pucat, membuat aura kerapuhan menyelimuti dirinya. Meski tubuhnya serasa tak bertenaga, Suri tahu bahwa langkah pertama menuju kebebasan sudah dimulai. Kini

    Last Updated : 2024-11-29
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pergi Jauh Darinya

    Setelah asisten Tuan Josua membelikan blazer baru, Suri segera melanjutkan perjalanan ke rumah sakit dengan diantar mobil pribadi milik pengacaranya. Di dalam mobil, tubuh Suri bersandar lemah, tetapi pikirannya berputar. Setiap detik berlalu terasa lambat, dan hatinya masih bergejolak dengan kenangan buruk semalam.Ia menatap keluar jendela, melihat pemandangan kota yang berlalu begitu cepat, seolah mengisyaratkan bahwa waktu tak akan berhenti menunggunya. Begitu sampai di rumah sakit, Suri turun dengan langkah berat. Blazer yang ia kenakan sedikit memberikan rasa nyaman, seolah menyembunyikan luka batin yang menggerogoti hatinya.Di ruang tunggu, ia duduk sejenak sebelum akhirnya perawat memanggilnya masuk ke ruangan dokter Adrian. Ketika dokter Adrian melihat Suri masuk, wajahnya langsung memancarkan keterkejutan.“Suri, apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah jadwal operasimu besok siang?” tanyanya, bingung.

    Last Updated : 2024-11-30

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tidak Akan Berpisah Lagi

    Meski Romeo tak menoleh sama sekali, Diva masih terus meronta-ronta. Suaranya melengking di antara pekikan sirene dan derap langkah para petugas yang mengawalnya. "Tolong, Pak, saya ingin bicara dengan Kak Romeo," serunya, sarat dengan emosi. "Sebentar saja." Para polisi saling bertukar pandang, ragu apakah akan mengabulkan permintaan tersangka yang jelas-jelas baru saja mencoba membunuh seseorang. Sementara itu, Romeo sudah mendudukkan Suri di dalam mobil. Namun, ketika pria itu hendak menutup pintu, Suri tiba-tiba mencegahnya. "Sayang, bicaralah pada Diva," tutur Suri lembut. "Untuk terakhir kali." Romeo mengerutkan kening, menoleh ke arah Suri, seolah ingin meyakinkan bahwa istrinya tidak salah bicara. Namun, tatapan Suri yang penuh pengertian dan ketulusan, membuat Romeo menemukan jawaban. "Mungkin, bila kamu yang menasihatinya, Diva akan lebih tenang," lanjut Suri.Romeo menarik napas dalam, lalu keluar dari mobilnya. Dengan sopan, pria itu meminta kepada polisi agar memb

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kita Mati Bersama

    Langkah Suri tetap tenang saat ia memasuki rumah itu, tetapi jantungnya berdegup kencang seperti genderang perang yang bertalu tanpa henti. Jemarinya yang menggenggam gagang kereta bayi terasa dingin, sementara ponselnya bergetar berulang kali di dalam tas. Suri tahu siapa yang menghubunginya.Romeo. Pria itu pasti mengetahui bahwa ia telah sampai di titik lokasi, dan tengah berusaha memperingatkannya. Namun, Suri tidak ingin mundur. Ia sudah berada di titik ini, sudah setengah jalan, dan harus memastikan dengan matanya sendiri bahwa Diva benar-benar ada di dalam rumah. Begitu Suri melewati ambang pintu, Bastian mengikuti dari belakang. Pria itu lantas berjalan ke tangga dan memanggil istrinya dengan lantang.“Sayang, Ibu Suri sudah datang!” Suara Bastian menggema ke lantai atas, nyaris seperti pekikan.Lalu, tanpa memberi kesempatan bagi Suri untuk merespons, Bastian berkata dengan santai.“Silakan duduk, Bu Suri. Saya harus keluar sebentar untuk memeriksa barang yang tertinggal

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menuju Babak Akhir

    Bukit Harapan. Nama itu terasa ironis bagi Suri. Tempat itu dikenal sebagai tempat yang damai, pelarian bagi mereka yang ingin melepas penat dari hiruk-pikuk kota. Namun, bagi Suri, tempat itu bukan lagi lambang ketenangan. Sebaliknya, di sanalah kemungkinan terburuk bisa terjadi. Ia menatap ke luar jendela, memperhatikan perubahan pemandangan di luar sana. Gedung-gedung tinggi mulai tergantikan oleh deretan rumah kecil yang berjajar rapi, kemudian berganti menjadi jalanan yang lebih sepi. Rasa dingin menjalari tubuhnya, bukan karena cuaca, melainkan karena kesadaran bahwa ia semakin dekat dengan titik penentuan. Suri merapatkan blazer yang ia kenakan. Hatinya berdegup cepat, tetapi ia menolak membiarkan ketegangan menguasainya. Mobil yang ditumpangi Suri akhirnya mencapai kawasan Bukit Harapan. Jalanan yang mereka lalui semakin sepi, dikelilingi oleh pepohonan rindang yang menjulang tinggi di kedua sisi. Suasana di tempat ini cukup lengang, hanya sesekali terdengar suara burun

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perjalanan Menuju Bahaya

    Pagi itu, Suri membuka tirai lebar-lebar agar cahaya matahari menghangatkan kamar tidurnya. Kemudian, ia duduk di kursi khusus, menyusui bayi kembarnya dengan penuh kelembutan. Jevandro dan Jeandra yang mungil tampak nyaman dalam dekapan ibunya. Jemari kecil mereka menggenggam baju Suri, seolah tidak ingin terpisah barang sedetik pun. Namun, di balik momen penuh kasih itu, kegelisahan perlahan merambat ke dalam hati Suri. Hari ini akan menjadi hari yang penting, hari di mana ia mempertaruhkan segalanya demi mengakhiri ancaman Diva. Jarum jam telah menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi Romeo belum juga pulang. Sejak pukul enam, pria itu sudah pergi untuk mengatur segala persiapan, memastikan rencana mereka berjalan sempurna. Selesai menyusui, Suri menyerahkan Jevandro dan Jeandra kepada pengasuh. Dengan hati-hati, ia mengusap pipi kedua bayinya sebelum beranjak ke depan cermin besar di sudut kamar. Tangannya meraih setelan blazer berwarna putih gading yang dipadukan dengan blu

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Penjahat Kejam

    Sejenak, keheningan menelan ruangan. Randy terpaku di tempatnya, wajahnya kehilangan warna. Ia berkedip beberapa kali, seolah tidak yakin dengan apa yang baru saja diucapkan Diva. "M—maksudmu rumah ini akan dibakar?" tanyanya dengan suara serak. “Bukankah ini hasil dari kerja kerasmu?”Diva mengangkat dagu, mata elangnya berkilat tajam. "Aku rela kehilangan rumah, asalkan bisa menghabisi Suri. Orang yang berani merebut milikku, harus dihukum." Randy menelan ludah, rasa dingin menjalari tengkuknya. "Tapi... ini.…" Pria feminim itu menggeleng, mencari kata-kata yang tepat. "Aku tidak menyangka kamu akan melakukan tindakan berbahaya, Diva. Ini seperti adegan film kriminal!" Diva tertawa. Tawanya renyah, tetapi mengandung sesuatu yang dingin dan beracun. Ia melangkah lebih dekat, jemarinya yang ramping menyentuh wajahnya sendiri, seolah ia sedang membayangkan dirinya berperan dalam suatu adegan epik. “Tentu saja,” tukas Diva, bibirnya membentuk senyum sinis.“Karena aku adalah seo

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Diva Harus Tertangkap

    Mereka berdua kemudian naik ke tempat tidur, duduk berdampingan dalam keheningan. Waktu berjalan perlahan, setiap detik terasa lebih panjang dari biasanya. Hingga akhirnya, suara notifikasi masuk terdengar dari ponsel Suri. Dengan cepat, Suri meraih ponselnya dan membuka email. Rekaman CCTV sudah diterima.Suri bergegas turun dari tempat tidur untuk mengambil laptop. Ia mulai mengunduh rekaman CCTV itu, sementara Romeo duduk lebih dekat untuk melihat layar bersama. Ketika rekaman mulai terputar, tampak suasana lobi kantor Pilar Interior Desain. Orang-orang berlalu lalang dan staf yang keluar masuk tampak di sana. Lalu, dalam beberapa detik, muncul sepasang pria dan wanita yang masuk ke dalam gedung. Suri langsung memperbesar tampilan. Pria itu masih muda, berpenampilan rapi dengan kemeja formal, sedangkan wanita di sebelahnya mengenakan setelan blazer hitam, rambutnya pendek, dan sebuah kacamata menghiasi wajahnya. Romeo menyipitkan mata, berusaha melihat lebih jelas. “Aku

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menerima Tantangan

    “Apakah saya perlu menghubungkan mereka dengan Anda, Bu?” tanya sang resepsionis dengan nada sedikit ragu. Romeo yang berdiri di sebelah Suri langsung menggeleng, ekspresinya jelas menunjukkan bahwa ia tidak setuju. Namun, Suri tetap mendekatkan ponselnya ke telinga. “Baiklah, hubungkan dengan saya.” Beberapa detik kemudian, suara bariton seorang pria terdengar dari seberang. Nada bicaranya terdengar ramah. “Selamat malam, Bu Suri. Perkenalkan, saya Henri. Saya mendengar bahwa Anda adalah salah satu arsitek terbaik di kota Velmora," jelas Henri penuh semangat."Kebetulan saya dan istri saya baru saja membeli rumah, dan kami ingin mendesain ulang. Kami berharap Anda sendiri yang menangani proyek ini.” Suri berusaha tetap tenang. “Terima kasih atas kepercayaan Anda, Pak Henri, tetapi saat ini saya sedang cuti untuk mengurus bayi saya.” “Ah, saya mengerti,” Henri menanggapi dengan nada pengertian, sebelum ia melanjutkan, “sebenarnya, itu bukan masalah. Jika perlu, Anda bisa me

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Klien Mencurigakan

    Di kantor Pilar Interior Desain, kesibukan masih terasa meski waktu telah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Akhir bulan selalu menjadi waktu yang paling sibuk bagi perusahaan itu. Apalagi, proyek-proyek besar terus berdatangan tanpa henti, menumpuk seperti gelombang pasang yang tak kunjung surut. Beberapa staf nampak sibuk di meja kerja mereka, menyelesaikan detail proyek sebelum tenggat waktu. Axel, dengan kemeja yang sedikit kusut, sedang berkutat dengan berkas-berkas desain yang berserakan di mejanya. Ia tengah menangani proyek renovasi butik eksklusif di pusat kota Velmora.Kini, tanggung jawab itu sepenuhnya berada di pundaknya. Tidak hanya proyek butik ini, tetapi juga beberapa proyek lain yang seharusnya masih di bawah pengawasan Suri. Sejak Suri tidak ada, ia harus mengambil alih beban kerja dua kali lipat. Penat, Axel menghela napas panjang dan meremas pelipisnya. Merasa kepalanya mulai berat, pria itu bangkit dari kursi. "Aku butuh makan," putusnya sambil me

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Dua Pria Bucin

    Mobil melaju dengan stabil, membelah malam yang hangat dengan nuansa kebersamaan. Suri menyandarkan kepala pada bahu suaminya, menikmati perjalanan di bawah kerlip lampu-lampu kota. Romeo sesekali mengusap punggung tangan Suri dengan ibu jarinya, gerakan kecil yang menenangkan sekaligus penuh kasih sayang. Tak berselang lama, sopir menghentikan mobil perlahan di depan Hotel Scarlett, tempat di mana mereka akan bertemu dengan dua sahabat lama. Seorang petugas valet segera datang membukakan pintu.Romeo turun terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangan untuk membantu Suri keluar dari mobil. Namun, baru beberapa langkah mereka berjalan memasuki lobi, sebuah suara yang begitu akrab menggema di telinga mereka. "Romeo!" Suri menoleh dan melihat seorang pria bertubuh tegap dengan senyum lebar, berjalan cepat ke arah mereka.Kenzo.Tepat di sampingnya, Raysa melangkah anggun, tersenyum hangat ke arah mereka. Wajah Kenzo langsung berubah begitu melihat sosok Romeo. Hampir satu tahun berla

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status