Share

Sekarang!

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-11-06 17:45:16

Begitu tiba, Suri berjalan cepat memasuki lobi Hotel Orion.

Gaun merah yang ia kenakan berayun mengikuti gerakan tubuhnya, menarik perhatian tamu dan staf hotel.

Namun, Suri tidak peduli. Hanya satu hal yang ada dalam pikirannya malam ini—mengakhiri pernikahan dengan Romeo.  

Ia langsung menuju meja resepsionis dan bertanya, “Di mana letak restoran?”  

“Di sebelah kanan lobi, Nyonya.”

Setelah mendapat arahan dari sang resepsionis, Suri mengayunkan langkah. Begitu sampai di depan pintu restoran, ia berhenti sejenak, mengatur napas. 

Dari celah pintu kaca, Suri langsung menangkap sosok Romeo yang duduk di meja besar bersama seorang pria berjas hitam. Ia menebak pria itu adalah Tuan Thomas. Sementara di samping Romeo, ada Diva yang terlihat cantik dengan gaun model sabrina berwarna hitam. 

Suri mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyergap hatinya. Ia melihat mereka berbincang akrab, seperti tak ada beban. Sejenak, ia ingin berbalik dan pergi, tetapi ia sudah terlalu jauh. Ini bukan waktunya untuk mundur.  

Melihat Romeo masih terlibat pembicaraan serius, Suri memilih duduk di meja lain yang agak jauh dari mereka. Membiarkan pandangan Romeo tetap fokus pada obrolannya. Ia memesan segelas jus jeruk dan menunggu dengan sabar.

Ketika jus yang dipesan Suri sudah diantar oleh pelayan, Diva berdiri dari kursinya. Perempuan itu melangkah anggun mendekati Suri, dan menyunggingkan senyum ramah yang dibuat-buat. Sekilas, Suri menangkap raut wajah Diva yang tak suka melihat penampilannya. 

“Hai, Suri,” sapa Diva dengan nada manis. "Kenapa kamu datang kemari? Kak Romeo sedang sibuk, percuma kamu berusaha menarik perhatiannya. Kalau dia melihatmu, pasti dia akan menyuruhmu pulang."

Suri tersenyum tipis, lalu menatap Diva dengan dingin. “Kamu tidak perlu banyak bertanya, Diva. Ini urusan antara suami istri.”

Mendengar jawaban Suri yang begitu tegas, Diva tersenyum mengejek dan menyilangkan tangannya. 

“Oh, baru kali ini aku dengar Kak Romeo menganggapmu sebagai istri. Bukankah selama ini kamu lebih mirip pelayan di keluarga Albantara?” tanya Diva sarkastis.

Suri menahan diri, menarik napas panjang sebelum menjawab. “Aku tidak peduli bagaimana Romeo memperlakukanku selama ini. Yang penting, aku adalah istri sahnya, di mata hukum dan publik. Bukan wanita yang berusaha merayu dan tidur dengan pria yang sudah menikah.”

Wajah Diva memerah, dan matanya menyipit penuh amarah. Ia tidak menyangka Suri yang terkesan lemah dan pendiam berani melontarkan sindiran setajam itu. Tanpa aba-aba, Diva tiba-tiba berdiri dan mendorong tubuh Suri ke belakang. 

Suri hampir hampir kehilangan keseimbangan, tetapi ia berhasil berpegangan pada kursi di sebelahnya. Tatapan mata Suri berubah tajam, siap untuk menegur tindakan kasar Diva. Namun, wanita itu justru bertindak lebih ekstrem. 

Diva meraih gelas jus di atas meja Suri, lalu menyiramkan isinya ke gaunnya sendiri. Jus jeruk yang berwarna kuning meninggalkan noda mencolok di gaun Diva. Tanpa menunggu, Diva langsung menjatuhkan diri ke lantai, seolah-olah ia baru saja diserang dan diperlakukan dengan kasar. 

Keributan kecil itu menarik perhatian semua orang di restoran. Romeo yang melihat kegaduhan tersebut akhirnya berdiri, mengakhiri pembicaraan dengan Tuan Thomas, dan segera menghampiri meja Suri. Ia terkejut melihat Diva tersungkur dengan gaun bernoda dan wajah penuh air mata.

“Diva, apa yang terjadi?” tanyanya lembut sambil membantu Diva berdiri, mengambil tisu dan mengelap noda di baju wanita itu.

“Aku... aku hanya ingin menyapa Suri dan bertanya kenapa dia tiba-tiba datang ke sini, Kak. Tapi… dia malah menyiramku dengan jus dan mendorongku hingga jatuh,” ucap Diva pura-pura ketakutan.

Romeo menatap Suri tajam.

Ada kilatan keterkejutan di mata lelaki itu saat menyadari penampilan sang istri yang berbeda malam ini.

Suri yang berdiri di hadapannya bukanlah Suri yang ia kenal.

Malam ini, istrinya tampil memukau dengan gaun merah berpotongan rendah, rambut tergerai rapi, dan wajah yang dirias sempurna.  

Hanya saja, rasa kagum itu segera tersapu oleh kemarahannya kala menyadari potongan dada yang rendah memperlihatkan sesuatu yang harusnya jadi milik Romeo seorang.

“Suri, bisakah kamu menjaga sikap? Jangan kasar pada Diva, apalagi di tempat umum seperti ini.”

Hati Suri berdenyut nyeri mendengar tuduhan itu.

Ia mencoba mengatur napas, menahan diri agar tidak terpancing emosi. Ia sudah tahu reaksi Romeo, tetapi tak pernah menduga akan sepedih ini ketika melihat suaminya lebih membela wanita lain.

Tanpa pikir panjang, Suri mengeluarkan map cokelat dari tasnya dan meletakkannya di atas meja, di hadapan Romeo dan Diva. Sorot matanya tenang dan dingin, seperti es yang siap membekukan siapa saja.  

“Jika kamu ingin tahu siapa yang berbuat kasar, kamu bisa memeriksa CCTV di restoran ini. Dan, kedatanganku bukan untuk mengganggu makan malam romantismu dengan Diva,” kata Suri dengan nada datar. “Sebaliknya, aku datang untuk memberikan kalian kebebasan.”  

Romeo terdiam, rahangnya mengeras. Lain halnya dengan Diva yang menyandarkan tubuh di kursi, seolah menikmati adegan yang sedang berkembang di depan matanya.  

Suri melanjutkan, “Ini surat cerai. Kamu tinggal tanda tangan, dan aku akan pergi.”  

Romeo meraih amplop itu dengan kedua alis yang melengkung tajam. Ia membuka dan membaca isinya sekilas, matanya menyipit, wajahnya berubah dingin.

Di sampingnya, Diva diam-diam tersenyum tipis, penuh kemenangan.  

“Aku minta maaf, Suri. Tolong jangan salah paham,” ucap Diva tiba-tiba. Suaranya lembut tetapi penuh kepura-puraan. 

“Kedatanganku dari luar negri bukan untuk merusak pernikahan kalian. Lebih baik, kamu batalkan saja niat ini. Aku tidak ingin menjadi penyebab keretakan rumah tangga kalian.”  

Suri tertawa kecil, sinis. “Diva, kamu tidak perlu bersedih. Aku tahu apa yang kamu inginkan.”  

Diva memasang ekspresi terluka, lalu menundukkan wajahnya ke arah Romeo. “Aku hanya ingin Kak Romeo bahagia …,” bisiknya pilu, "seperti pesan kakakku."

Romeo segera merangkul bahu Diva, berusaha menenangkan wanita itu. “Sudahlah, jangan menangis. Aku akan selalu melindungimu, seperti yang Morgan minta padaku dulu.”

Mendengar nama Morgan, mendiang sahabat Romeo yang juga kakak Diva, rasa sakit semakin menekan dada Suri.

Ia tak sanggup melihat drama ini, tetapi ia tidak akan menangis—tidak lagi.  

“Cepat tanda tangan, Romeo,” ucap Suri dengan dingin. “Agar kamu bisa menikahi Diva dan membuatnya berhenti menangis.”  

Romeo menggertakkan giginya, tatapannya penuh amarah. Ia melepaskan pelukan dari Diva dan berbalik menghadap Suri. 

“Cukup!” bentaknya, suaranya memecah suasana di sekitar mereka.  

Romeo lantas beralih menatap Diva yang masih terisak pelan. “Diva, pulanglah ke apartemen bersama Yonas, dan gantilah bajumu yang basah. Aku harus menyelesaikan sesuatu dengan Suri.”  

Diva memandang Romeo dengan mata memelas, seolah tidak percaya bahwa ia diusir begitu saja. “Kak Romeo, kamu serius…?” tanyanya dengan suara pelan, hampir berbisik.  

Romeo memberi isyarat tegas pada Yonas, asistennya, yang sudah berdiri di dekat pintu restoran. Yonas segera menghampiri dan membantu Diva berdiri, membimbingnya keluar meskipun Diva masih berusaha menahan langkahnya.  

Ketika Diva akhirnya pergi dengan terpaksa, Romeo bergegas menghampiri Suri. Tanpa peringatan, ia meraih pergelangan tangan Suri dengan keras dan menariknya mendekat.  

“Lepaskan aku, Romeo!” seru Suri, berusaha meronta agar dilepaskan.  

Romeo tidak peduli. “Kalau kamu ingin aku menandatangani surat cerai itu,” bisiknya dengan nada berbahaya, “ikut aku sekarang, Istriku!”  

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Helda Wati
klo setiap lanjut membaca harus.buka kunci sebaiknya aku delet sj aplikasinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pertama

    Suri terkejut dan mencoba melawan, tetapi Romeo menggenggam tangannya lebih erat. Ia menyeret Suri keluar dari restoran tanpa menghiraukan tatapan heran para tamu. “Romeo, kamu gila!” Suri berteriak.Romeo terus menariknya menuju lift, lalu menekan tombol ke lantai tujuh dengan terburu-buru. Pintu lift tertutup, mengurung mereka berdua dalam ruang sempit yang penuh dengan ketegangan. “Kenapa kamu melakukan ini?” Suri berbisik, suaranya bergetar antara marah dan takut. Romeo menatapnya dengan mata yang penuh emosi. “Kamu ingin kebebasan, Suri? Kamu akan mendapatkannya setelah kita selesaikan semuanya malam ini.” Suri menelan ludah, hatinya berdegup kencang. Ia merasa terperangkap dalam situasi yang tak terduga. Meski begitu, ia tidak akan membiarkan Romeo menang. Begitu lift sampai di lantai yang dituju, Romeo menarik Suri keluar dan membawanya ke depan pintu kamar. Dengan satu gerakan cepat, lelaki itu menyeret Suri masuk lalu menutup pintu dengan keras. Bunyi pintu yang te

    Last Updated : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Amarah

    Entah berapa lama, Suri tak tahu.Romeo benar-benar tak dapat dicegah sama sekali.Pria itu benar-benar keras, panas, dan tak tertahankan.Tapi begitu memaksa di saat bersamaan.Hal ini sungguh berbeda dari bayangan Suri sebelumnya.Ia selalu membayangkan malam pertamanya dengan sang suami akan begitu hangat dan lembut. Bukan kemarahan seperti ini.Perlahan, Suri merasakan kantuk.Ia terlalu lelah, hingga menyerah.Dibiarkannya Romeo menguasai tubuhnya.***"Arrgh..." erang Suri kala terbangun dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, seolah-olah ia baru saja dilindas truk.Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya lemas, seperti kehilangan seluruh energi dan harapannya.Di kamar hotel yang mewah itu, matanya mengerjap beberapa kali kala menyadari kenyataan pahit yang menimpanya—Romeo sudah tidak ada.Suri meremas selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Napasnya terasa berat, seolah-olah ada beban tak terlihat yang menekan dadanya. Ia memaksa dirinya turun dari tempat tidur denga

    Last Updated : 2024-11-07
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Harapan Baru

    Selama perjalanan, Suri menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Ia memikirkan semua kenangan buruk dan perasaan terperangkap yang ia alami bersama Romeo semalam. Pria itu, yang tidak pernah menyentuhnya selama pernikahan, justru mengambil kesuciannya secara paksa di saat-saat terakhir mereka bersama. Betapa ironisnya cinta yang dulu ia pikir akan membuatnya bahagia, kini hanya menyisakan luka mendalam.Suri mengepalkan tangan di atas pangkuan. Romeo boleh mengambil surat cerai mereka, tetapi pria itu tidak akan bisa menghentikan niatnya untuk pergi. Apapun risikonya, ia akan menggugat Romeo secara hukum untuk mengakhiri pernikahan mereka.Saat taksi berhenti di tempat tujuan, Suri menghela napas sepenuh dada. Dengan langkah gontai, ia keluar dari taksi. Gaun merah yang ia kenakan tampak kusut, dan wajahnya terlihat begitu pucat, membuat aura kerapuhan menyelimuti dirinya. Meski tubuhnya serasa tak bertenaga, Suri tahu bahwa langkah pertama menuju kebebasan sudah dimulai. Kini

    Last Updated : 2024-11-29
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pergi Jauh Darinya

    Setelah asisten Tuan Josua membelikan blazer baru, Suri segera melanjutkan perjalanan ke rumah sakit dengan diantar mobil pribadi milik pengacaranya. Di dalam mobil, tubuh Suri bersandar lemah, tetapi pikirannya berputar. Setiap detik berlalu terasa lambat, dan hatinya masih bergejolak dengan kenangan buruk semalam.Ia menatap keluar jendela, melihat pemandangan kota yang berlalu begitu cepat, seolah mengisyaratkan bahwa waktu tak akan berhenti menunggunya. Begitu sampai di rumah sakit, Suri turun dengan langkah berat. Blazer yang ia kenakan sedikit memberikan rasa nyaman, seolah menyembunyikan luka batin yang menggerogoti hatinya.Di ruang tunggu, ia duduk sejenak sebelum akhirnya perawat memanggilnya masuk ke ruangan dokter Adrian. Ketika dokter Adrian melihat Suri masuk, wajahnya langsung memancarkan keterkejutan.“Suri, apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah jadwal operasimu besok siang?” tanyanya, bingung.

    Last Updated : 2024-11-30
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pertaruhan Emosi

    Baru saja Romeo meletakkan gagang telepon, pintu ruangannya terbuka. Diva masuk dengan senyuman yang tersungging di bibirnya, menenteng kantong cokelat yang terlihat seperti bungkusan makan siang. Dengan gaya berjalan bak model di atas catwalk, wanita itu mendekati meja kerja Romeo.“Kak Romeo, aku bawakan makan siang untukmu. Aku sendiri yang masak,” tuturnya dengan nada menggoda. Padahal, makanan itu dipesannya dari salah satu restoran mahal. Ia tahu Romeo menyukai perhatian semacam itu, dan Diva sangat ahli memainkan peran wanita ideal di hadapan pria yang ia inginkan. Romeo melonggarkan dasi di lehernya yang terasa mencekik. Kemudian, ia beranjak dari kursi untuk membuang amplop cokelat dan potongan kertas yang masih tersisa di meja.Mata Diva langsung menangkap benda yang dibawa oleh Romeo, dan ia menyadari apa itu. “Bukankah itu surat cerai dari Suri?” tanyanya dengan nada terkejut, alisnya terangkat. “Kenapa Kak Romeo malah membuangnya? Aku pikir Kak Romeo sudah menandatang

    Last Updated : 2024-11-30
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kehilangan Dirinya

    Ketika akhirnya mobil tiba di depan Hotel Orion, Romeo langsung melompat keluar bahkan sebelum mobil benar-benar berhenti. Ia masuk ke lobi dengan langkah lebar. Tanpa mempedulikan pandangan staf hotel yang memperhatikannya, Romeo menghampiri meja resepsionis. Yonas yang melihat kedatangan sang atasan, buru-buru mendampingi Romeo.“Di mana istri saya, Suri Albantara?” suaranya tajam dan dingin seperti pisau. Resepsionis yang bertugas tampak canggung, menunduk sedikit sambil berkata dengan hati-hati, “Maaf, Tuan Romeo. Kami tidak tahu. Istri Anda meninggalkan hotel sekitar pukul sembilan pagi.”Romeo semakin berang. “Bagaimana kalian bisa tidak tahu? Bukankah setiap tamu VIP di sini harus diperhatikan?” Suaranya meninggi, membuat beberapa tamu di sekitar lobi menoleh dengan rasa ingin tahu bercampur ketakutan.Manajer hotel yang mendengar keributan itu segera datang, wajahnya tegang. Ia mengenali Romeo sebagai salah satu tamu penting, sekaligus rekan bisnis dari keluarga Gunarto, pe

    Last Updated : 2024-12-01
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Fitnah Ibu Mertua

    Romeo memandang jepit rambut berbentuk kupu-kupu yang ia pegang dengan erat. Benda kecil itu terasa lebih berat daripada kelihatannya, seakan menyimpan rahasia masa lalu yang tidak pernah ia pahami. Ia membolak-balik jepit itu di antara jarinya, pikirannya berputar-putar tanpa henti. Apakah mungkin Suri adalah gadis kecil yang pernah menolongnya dulu? Ataukah jepit ini hanya kebetulan saja? Ya, hanya satu benda belum bisa membuktikan bahwa Suri adalah gadis yang ia cari. Pastinya ada banyak gadis di kota ini yang memiliki hiasan rambut serupa. Ketika Romeo masih tenggelam dalam ketidakpastian, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. Bunyi tumit sepatu beradu dengan lantai terdengar mendekat. Tanpa menunggu jawaban, pintu terbuka perlahan. Sosok Nyonya Valerie, ibunya, melangkah masuk seraya membawa sesuatu di genggaman tangannya. Wajah perempuan paruh baya itu tampak masam, alisnya terangkat seolah siap menghakimi apa pun yang dilihatnya. Sebelum ibunya bertanya, Romeo segera menyimpa

    Last Updated : 2024-12-01
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rasa Manis di Tengah Hidup yang Pahit

    Di apartemen, Suri baru saja selesai mandi. Badannya terasa lebih ringan, tetapi pikirannya masih dibayangi kegelisahan. Ia merebahkan diri di atas ranjang, mencoba memejamkan mata. Butuh beberapa menit hingga tubuhnya lebih rileks, dan akhirnya ia tertidur. Hanya saja, kedamaian itu tidak berlangsung lama. Hujan deras mulai turun di luar jendela, disertai gemuruh petir yang tiba-tiba menggema. Suri terbangun dengan napas terengah, keringat dingin membasahi dahinya. Jantungnya berdegup kencang, seolah-olah peristiwa masa lalu kembali menghantuinya. Petir itu, suaranya terlalu mirip dengan suara benturan keras dari tabrakan yang dulu merenggut nyawa sang ayah. Suri menutup wajah dengan kedua tangan, berusaha mengusir kenangan buruk yang melintas. Namun, peristiwa tragis tersebut terus berputar di benaknya — mobil yang terguling, jeritan sang ayah, dan rasa sakit yang menghancurkan dunianya seketika. Suri terisak, tubuhnya bergetar. Dan di antara kekacauan pikirannya, wajah Romeo

    Last Updated : 2024-12-02

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Percakapan Antar Wanita

    Romeo membuka pintu rumah dengan tenang, sedangkan Suri berdiri di belakangnya. Pandangan Suri langsung tertuju pada mobil mewah berwarna perak yang terparkir di halaman. Siluet seseorang tampak samar dari balik kaca jendela. Hanya beberapa detik berselang, sopir segera turun dan berjalan ke sisi kiri mobil, sementara seorang wanita paruh baya, Bi Ranti, dengan cekatan membuka pintu di sisi kanan.Dari dalam mobil, keluarlah seorang wanita dengan dagu terangkat dan tatapan yang penuh superioritas. Nyonya Valerie berdiri angkuh, menyapu pandangannya ke sekeliling halaman dengan ekspresi meremehkan. Bibirnya sedikit mencibir, seolah rumah ini adalah tempat yang tak layak dikunjungi. Suri, yang melihatnya, menahan napas. Ia sudah menduga ibu mertuanya tidak akan memberikan sambutan yang hangat. Namun, sebelum ada yang sempat berbicara, pintu mobil lainnya terbuka, dan sosok anggun muncul dari dalamnya.Nyonya Miranda melangkah turun dengan gerakan yang penuh wibawa. Rambutnya disanggul

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jangan Cemas, Aku Bersamamu

    Di dalam kamarnya yang beraroma vanila, Aira bersandar pada bantal empuk. Ponselnya menempel di telinga, suaranya lembut tetapi terdengar gelisah. Di ujung telepon, Ivan kembali merengek, suaranya penuh keluhan."Baby, kapan aku bisa beli apartemen ini? Kata pemiliknya, bulan depan apartemen ini tidak akan disewakan lagi, karena akan dijual." Suara Ivan terdengar merajuk, seolah menuntut jawaban yang bisa segera meredakan kegelisahannya.Aira menghela napas pelan. "Aku belum punya kesempatan bicara pada Kak Romeo. Lagi pula, nenekku baru saja kembali dari luar negeri dan sedang di mansion. Aku harus fokus padanya dulu."Sejenak, tidak ada suara dari Ivan. Namun, tidak lama kemudian, ia kembali bersuara dengan nada penuh siasat. "Justru bagus kalau nenekmu ada di sana,” kata Ivan antusias. “Kamu bisa minta ke Beliau untuk menjual saham itu supaya kamu bisa membuka usaha butik. Nenekmu pasti lebih mudah dibujuk daripada Romeo yang sifatnya keras kepala."Aira terdiam, mempertimbangkan

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Istri yang Menggoda

    Nyonya Miranda mengangkat alisnya, tampak terkejut. Dengan suara bergetar seakan menahan rasa sakit, Nyonya Valerie melanjutkan ucapannya."Suri mempengaruhi Romeo untuk menjauh dari kami, Ma. Dia meminta Romeo memutuskan semua hubungan dengan saya dan Aira. Bahkan, Romeo tidak pernah datang lagi ke mansion."Wajah Nyonya Miranda mengeras. Ia menatap Nyonya Valerie dengan pandangan penuh penilaian. Sepertinya, wanita tua itu sedang menimbang-nimbang kebenaran ucapan sang menantu.“Kenapa kamu tidak mengundang Romeo dan istrinya kemari?”Nyonya Valerie kemudian memegang dadanya, seolah tidak sanggup menahan rasa malu dan sedih."Saya sudah mencoba, Ma, tapi mereka tidak mau datang. Romeo juga tidak memperbolehkan saya berkunjung ke kantornya.”Nyonya Miranda menggenggam tongkatnya lebih erat, tampak berpikir dalam-dalam. Matanya menatap lurus ke depan, seperti menimbang langkah apa yang harus diambil selanjutnya. "Padahal aku sangat rindu pada Romeo ...." gumamnya lirih. "Aku menyesal

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pintar Menghasut

    Sepulang kantor, Suri mengirimkan pesan kepada Romeo bahwa dia akan berbelanja sebentar dengan Raysa. Usai mendapat izin dari sang suami, Suri pun pergi bersama Raysa ke salah satu pusat perbelanjaan. Raysa menarik lengan Suri dengan semangat, menyeretnya masuk ke dalam toko lingerie yang didekorasi dengan nuansa merah muda. Aroma wangi vanila menyambut keduanya, membuat suasana menjadi lebih intim. “Ray, untuk apa ke sini?” protes Suri malu-malu.“Kamu mau membuat Romeo bahagia, ‘kan? Ini salah satu caranya,” pungkas Raysa tidak memberi kesempatan kepada Suri untuk protes.Seorang pegawai toko dengan senyum ramah menyambut mereka. Matanya segera tertuju pada Suri yang tampak canggung di balik bahu Raysa.“Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?”“Kami mencari lingerie yang cocok untuk teman saya ini,” kata Raysa tanpa ragu, sambil menunjuk Suri yang langsung memerah wajahnya. “Yang sesuai dengan kulitnya yang putih dan lembut.”Pegawai toko mengangguk dengan profesionalisme yang

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kedatangan Nyonya Besar

    Mansion keluarga Albantara dipenuhi dengan kesibukan yang tidak biasa. Para pelayan bergegas ke sana kemari, membersihkan setiap sudut ruangan hingga bersinar. Derap langkah kaki mereka menggema di koridor, membawa alat-alat kebersihan dan kain pel ke setiap sudut rumah.Di lantai bawah, kamar utama menjadi perhatian khusus. Tempat tidur dengan sprei putih bersih dirapikan, bantal-bantal dihias dengan sarung bermotif elegan, dan bunga segar diletakkan di atas meja kecil dekat jendela. Bau lemon dari semprotan pengharum ruangan menyebar, memberikan kesan segar dan bersih. Tepat jam makan siang, Diva tiba di mansion dengan membawa sekotak besar makanan kesukaan Nyonya Valerie. Langkahnya ringan saat ia berjalan melewati ruang tamu yang megah, tetapi matanya segera menangkap pemandangan yang tidak biasa. Seorang pelayan sedang menyusun vas kristal di ruang makan, sementara yang lain dengan cekatan menyusun gelas-gelas di atas meja. “Di man

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jangan Pernah Tinggalkan Aku

    Romeo menelan ludah, wajahnya berubah muram. “Apakah ini berarti … saya tidak punya harapan untuk memiliki anak?” tanyanya dengan suara serak.Dokter Fani menggeleng pelan. “Bukan berarti tidak bisa, Tuan Romeo. Tapi, peluangnya lebih kecil dibandingkan dengan pria yang memiliki parameter sperma normal. Masih ada berbagai langkah yang bisa kita ambil.”Suri menoleh ke arah Romeo. Melihat gurat kesedihan di wajah suaminya, ia segera menggenggam tangan Romeo dengan erat. Mata mereka bertemu, dan Suri memberikan tatapan penuh kasih sayang. “Kita pasti bisa melewati ini bersama,” bisiknya lembut.Dokter Fani melanjutkan penjelasannya. “Ada beberapa opsi terapi yang bisa kita coba. Pertama, kita bisa mulai dengan perubahan gaya hidup, seperti pola makan sehat, olahraga rutin, dan menghindari stres berlebihan. Selain itu, suplemen tertentu yang mengandung zinc dan vitamin E dapat membantu meningkatkan kualitas sperma.”Romeo mengangguk pelan, meskipun raut wajahnya masih tegang. “Apakah ad

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kenyataan yang Mengguncang

    Tiga hari berlalu begitu cepat sejak Suri dan Romeo melakukan tes kesuburan. Pagi itu, suasana di rumah mereka tampak biasa saja, tetapi tidak bagi Suri. Di dalam hatinya, ia merasa ada gelombang kecemasan yang sulit dijelaskan. Sebuah ketakutan kecil menyelinap di pikirannya—bagaimana jika hasilnya tidak sesuai harapan? Bagaimana jika ia tidak bisa menjadi seorang ibu? Sambil melamun, Suri berdiri di dapur, menyiapkan sarapan. Ia menuang telur kocok yang sudah diberi bumbu, lalu menuangkannya ke dalam wajan panas untuk membuat omelet.Selama proses memasak, pikiran Suri masih melayang ke hasil tes yang akan mereka ambil hari ini. Dalam lamunannya, Suri bahkan tidak menyadari bau gosong mulai tercium di seluruh dapur. Romeo, yang baru saja selesai berpakaian, langsung mencium aroma yang tidak biasa. Dengan langkah cepat, ia menuju dapur dan langsung mematikan kompor. “Suri, kamu kenapa?” tanyanya sambil memindahkan wajan dari atas api. Suri menoleh, wajahnya tampak bersalah. “

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Romeo vs Sagara

    Usai meninjau proyek pembangunan kota mandiri, Suri, Sagara, dan dua arsitek senior kembali ke kantor Pradipta Group. Suasana di mobil dipenuhi obrolan ringan. Sebelum turun dari mobil, Sagara menoleh ke arah Suri untuk mengingatkan tentang makan malam. “Suri, ingatkan tim kita nanti jam lima tepat ke basement. Kita akan berangkat bersama ke restoran Kanaya Garden.”Suri mengangguk patuh. “Baik, Pak Sagara. Kami akan berkumpul tepat waktu,” jawabnya dengan nada profesional.Begitu tiba di ruang divisi arsitek, Suri langsung mengingatkan timnya. Kemudian, ia pergi ke toilet untuk mengganti pakaian dengan blus berwarna jingga dan celana panjang hitam yang memberikan kesan nyaman. Selesai berganti pakaian, Suri melanjutkan pekerjaannya hingga waktu menunjukkan pukul lima.Ketika semua orang telah bersiap, Suri memimpin timnya turun ke basement. Di sana, mereka bersiap menaiki mobil kantor yang telah disediakan. Namun, Sagara tiba-tiba menghampiri Suri.“Ikut mobil saya saja, Suri. Mobil

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Melahirkan Pewaris

    Suri menyalakan speaker ponselnya dan menyerahkan perangkat itu kepada Romeo. Tak berselang lama suara dua orang wanita memenuhi ruangan, memutar ulang percakapan di rumah sakit. Romeo diam, sambil mendengarkan setiap kalimat yang diucapkan oleh Suri dan Diva secara bergantian.Rahang Romeo mengeras, dan otot-otot wajahnya tegang saat ia mendengar Diva dengan lantang menyebut Suri sebagai perempuan kampungan dan mandul. Sikap Diva sangat kasar, bahkan berani menantang Suri. Di akhir rekaman, Diva mengungkapkan bahwa ia tidak benar-benar ingin bunuh diri. Wanita itu juga mengancam bahwa suatu hari dia akan membawa Romeo ke atas ranjangnya. Begitu rekaman itu selesai, wajah Romeo menggelap. Ia mengembalikan ponsel itu kepada Suri dengan gerakan lambat, napasnya berat. Suri menatap suaminya dengan cemas."Romeo, kamu tidak apa-apa?" tanyanya hati-hati.Romeo menghela napas panjang. "Selama ini, aku menganggap Diva adalah gadis yang lembut, lemah, dan perlu dilindungi. Aku percaya padan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status