Share

Sekarang!

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-11-06 17:45:16

Begitu tiba, Suri berjalan cepat memasuki lobi Hotel Orion.

Gaun merah yang ia kenakan berayun mengikuti gerakan tubuhnya, menarik perhatian tamu dan staf hotel.

Namun, Suri tidak peduli. Hanya satu hal yang ada dalam pikirannya malam ini—mengakhiri pernikahan dengan Romeo.  

Ia langsung menuju meja resepsionis dan bertanya, “Di mana letak restoran?”  

“Di sebelah kanan lobi, Nyonya.”

Setelah mendapat arahan dari sang resepsionis, Suri mengayunkan langkah. Begitu sampai di depan pintu restoran, ia berhenti sejenak, mengatur napas. 

Dari celah pintu kaca, Suri langsung menangkap sosok Romeo yang duduk di meja besar bersama seorang pria berjas hitam. Ia menebak pria itu adalah Tuan Thomas. Sementara di samping Romeo, ada Diva yang terlihat cantik dengan gaun model sabrina berwarna hitam. 

Suri mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyergap hatinya. Ia melihat mereka berbincang akrab, seperti tak ada beban. Sejenak, ia ingin berbalik dan pergi, tetapi ia sudah terlalu jauh. Ini bukan waktunya untuk mundur.  

Melihat Romeo masih terlibat pembicaraan serius, Suri memilih duduk di meja lain yang agak jauh dari mereka. Membiarkan pandangan Romeo tetap fokus pada obrolannya. Ia memesan segelas jus jeruk dan menunggu dengan sabar.

Ketika jus yang dipesan Suri sudah diantar oleh pelayan, Diva berdiri dari kursinya. Perempuan itu melangkah anggun mendekati Suri, dan menyunggingkan senyum ramah yang dibuat-buat. Sekilas, Suri menangkap raut wajah Diva yang tak suka melihat penampilannya. 

“Hai, Suri,” sapa Diva dengan nada manis. "Kenapa kamu datang kemari? Kak Romeo sedang sibuk, percuma kamu berusaha menarik perhatiannya. Kalau dia melihatmu, pasti dia akan menyuruhmu pulang."

Suri tersenyum tipis, lalu menatap Diva dengan dingin. “Kamu tidak perlu banyak bertanya, Diva. Ini urusan antara suami istri.”

Mendengar jawaban Suri yang begitu tegas, Diva tersenyum mengejek dan menyilangkan tangannya. 

“Oh, baru kali ini aku dengar Kak Romeo menganggapmu sebagai istri. Bukankah selama ini kamu lebih mirip pelayan di keluarga Albantara?” tanya Diva sarkastis.

Suri menahan diri, menarik napas panjang sebelum menjawab. “Aku tidak peduli bagaimana Romeo memperlakukanku selama ini. Yang penting, aku adalah istri sahnya, di mata hukum dan publik. Bukan wanita yang berusaha merayu dan tidur dengan pria yang sudah menikah.”

Wajah Diva memerah, dan matanya menyipit penuh amarah. Ia tidak menyangka Suri yang terkesan lemah dan pendiam berani melontarkan sindiran setajam itu. Tanpa aba-aba, Diva tiba-tiba berdiri dan mendorong tubuh Suri ke belakang. 

Suri hampir hampir kehilangan keseimbangan, tetapi ia berhasil berpegangan pada kursi di sebelahnya. Tatapan mata Suri berubah tajam, siap untuk menegur tindakan kasar Diva. Namun, wanita itu justru bertindak lebih ekstrem. 

Diva meraih gelas jus di atas meja Suri, lalu menyiramkan isinya ke gaunnya sendiri. Jus jeruk yang berwarna kuning meninggalkan noda mencolok di gaun Diva. Tanpa menunggu, Diva langsung menjatuhkan diri ke lantai, seolah-olah ia baru saja diserang dan diperlakukan dengan kasar. 

Keributan kecil itu menarik perhatian semua orang di restoran. Romeo yang melihat kegaduhan tersebut akhirnya berdiri, mengakhiri pembicaraan dengan Tuan Thomas, dan segera menghampiri meja Suri. Ia terkejut melihat Diva tersungkur dengan gaun bernoda dan wajah penuh air mata.

“Diva, apa yang terjadi?” tanyanya lembut sambil membantu Diva berdiri, mengambil tisu dan mengelap noda di baju wanita itu.

“Aku... aku hanya ingin menyapa Suri dan bertanya kenapa dia tiba-tiba datang ke sini, Kak. Tapi… dia malah menyiramku dengan jus dan mendorongku hingga jatuh,” ucap Diva pura-pura ketakutan.

Romeo menatap Suri tajam.

Ada kilatan keterkejutan di mata lelaki itu saat menyadari penampilan sang istri yang berbeda malam ini.

Suri yang berdiri di hadapannya bukanlah Suri yang ia kenal.

Malam ini, istrinya tampil memukau dengan gaun merah berpotongan rendah, rambut tergerai rapi, dan wajah yang dirias sempurna.  

Hanya saja, rasa kagum itu segera tersapu oleh kemarahannya kala menyadari potongan dada yang rendah memperlihatkan sesuatu yang harusnya jadi milik Romeo seorang.

“Suri, bisakah kamu menjaga sikap? Jangan kasar pada Diva, apalagi di tempat umum seperti ini.”

Hati Suri berdenyut nyeri mendengar tuduhan itu.

Ia mencoba mengatur napas, menahan diri agar tidak terpancing emosi. Ia sudah tahu reaksi Romeo, tetapi tak pernah menduga akan sepedih ini ketika melihat suaminya lebih membela wanita lain.

Tanpa pikir panjang, Suri mengeluarkan map cokelat dari tasnya dan meletakkannya di atas meja, di hadapan Romeo dan Diva. Sorot matanya tenang dan dingin, seperti es yang siap membekukan siapa saja.  

“Jika kamu ingin tahu siapa yang berbuat kasar, kamu bisa memeriksa CCTV di restoran ini. Dan, kedatanganku bukan untuk mengganggu makan malam romantismu dengan Diva,” kata Suri dengan nada datar. “Sebaliknya, aku datang untuk memberikan kalian kebebasan.”  

Romeo terdiam, rahangnya mengeras. Lain halnya dengan Diva yang menyandarkan tubuh di kursi, seolah menikmati adegan yang sedang berkembang di depan matanya.  

Suri melanjutkan, “Ini surat cerai. Kamu tinggal tanda tangan, dan aku akan pergi.”  

Romeo meraih amplop itu dengan kedua alis yang melengkung tajam. Ia membuka dan membaca isinya sekilas, matanya menyipit, wajahnya berubah dingin.

Di sampingnya, Diva diam-diam tersenyum tipis, penuh kemenangan.  

“Aku minta maaf, Suri. Tolong jangan salah paham,” ucap Diva tiba-tiba. Suaranya lembut tetapi penuh kepura-puraan. 

“Kedatanganku dari luar negri bukan untuk merusak pernikahan kalian. Lebih baik, kamu batalkan saja niat ini. Aku tidak ingin menjadi penyebab keretakan rumah tangga kalian.”  

Suri tertawa kecil, sinis. “Diva, kamu tidak perlu bersedih. Aku tahu apa yang kamu inginkan.”  

Diva memasang ekspresi terluka, lalu menundukkan wajahnya ke arah Romeo. “Aku hanya ingin Kak Romeo bahagia …,” bisiknya pilu, "seperti pesan kakakku."

Romeo segera merangkul bahu Diva, berusaha menenangkan wanita itu. “Sudahlah, jangan menangis. Aku akan selalu melindungimu, seperti yang Morgan minta padaku dulu.”

Mendengar nama Morgan, mendiang sahabat Romeo yang juga kakak Diva, rasa sakit semakin menekan dada Suri.

Ia tak sanggup melihat drama ini, tetapi ia tidak akan menangis—tidak lagi.  

“Cepat tanda tangan, Romeo,” ucap Suri dengan dingin. “Agar kamu bisa menikahi Diva dan membuatnya berhenti menangis.”  

Romeo menggertakkan giginya, tatapannya penuh amarah. Ia melepaskan pelukan dari Diva dan berbalik menghadap Suri. 

“Cukup!” bentaknya, suaranya memecah suasana di sekitar mereka.  

Romeo lantas beralih menatap Diva yang masih terisak pelan. “Diva, pulanglah ke apartemen bersama Yonas, dan gantilah bajumu yang basah. Aku harus menyelesaikan sesuatu dengan Suri.”  

Diva memandang Romeo dengan mata memelas, seolah tidak percaya bahwa ia diusir begitu saja. “Kak Romeo, kamu serius…?” tanyanya dengan suara pelan, hampir berbisik.  

Romeo memberi isyarat tegas pada Yonas, asistennya, yang sudah berdiri di dekat pintu restoran. Yonas segera menghampiri dan membantu Diva berdiri, membimbingnya keluar meskipun Diva masih berusaha menahan langkahnya.  

Ketika Diva akhirnya pergi dengan terpaksa, Romeo bergegas menghampiri Suri. Tanpa peringatan, ia meraih pergelangan tangan Suri dengan keras dan menariknya mendekat.  

“Lepaskan aku, Romeo!” seru Suri, berusaha meronta agar dilepaskan.  

Romeo tidak peduli. “Kalau kamu ingin aku menandatangani surat cerai itu,” bisiknya dengan nada berbahaya, “ikut aku sekarang, Istriku!”  

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Amelia Lase
novel bodoh
goodnovel comment avatar
Eka Wuryaningsih
masak iya harus buka kunci pakai iklan ya sudah selesai saja baca nya cerita belum selesai
goodnovel comment avatar
Helda Wati
klo setiap lanjut membaca harus.buka kunci sebaiknya aku delet sj aplikasinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pertama

    Suri terkejut dan mencoba melawan, tetapi Romeo menggenggam tangannya lebih erat. Ia menyeret Suri keluar dari restoran tanpa menghiraukan tatapan heran para tamu. “Romeo, kamu gila!” Suri berteriak.Romeo terus menariknya menuju lift, lalu menekan tombol ke lantai tujuh dengan terburu-buru. Pintu lift tertutup, mengurung mereka berdua dalam ruang sempit yang penuh dengan ketegangan. “Kenapa kamu melakukan ini?” Suri berbisik, suaranya bergetar antara marah dan takut. Romeo menatapnya dengan mata yang penuh emosi. “Kamu ingin kebebasan, Suri? Kamu akan mendapatkannya setelah kita selesaikan semuanya malam ini.” Suri menelan ludah, hatinya berdegup kencang. Ia merasa terperangkap dalam situasi yang tak terduga. Meski begitu, ia tidak akan membiarkan Romeo menang. Begitu lift sampai di lantai yang dituju, Romeo menarik Suri keluar dan membawanya ke depan pintu kamar. Dengan satu gerakan cepat, lelaki itu menyeret Suri masuk lalu menutup pintu dengan keras. Bunyi pintu yang te

    Last Updated : 2024-11-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Amarah

    Entah berapa lama, Suri tak tahu.Romeo benar-benar tak dapat dicegah sama sekali.Pria itu benar-benar keras, panas, dan tak tertahankan.Tapi begitu memaksa di saat bersamaan.Hal ini sungguh berbeda dari bayangan Suri sebelumnya.Ia selalu membayangkan malam pertamanya dengan sang suami akan begitu hangat dan lembut. Bukan kemarahan seperti ini.Perlahan, Suri merasakan kantuk.Ia terlalu lelah, hingga menyerah.Dibiarkannya Romeo menguasai tubuhnya.***"Arrgh..." erang Suri kala terbangun dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, seolah-olah ia baru saja dilindas truk.Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya lemas, seperti kehilangan seluruh energi dan harapannya.Di kamar hotel yang mewah itu, matanya mengerjap beberapa kali kala menyadari kenyataan pahit yang menimpanya—Romeo sudah tidak ada.Suri meremas selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Napasnya terasa berat, seolah-olah ada beban tak terlihat yang menekan dadanya. Ia memaksa dirinya turun dari tempat tidur denga

    Last Updated : 2024-11-07
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Harapan Baru

    Selama perjalanan, Suri menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Ia memikirkan semua kenangan buruk dan perasaan terperangkap yang ia alami bersama Romeo semalam. Pria itu, yang tidak pernah menyentuhnya selama pernikahan, justru mengambil kesuciannya secara paksa di saat-saat terakhir mereka bersama. Betapa ironisnya cinta yang dulu ia pikir akan membuatnya bahagia, kini hanya menyisakan luka mendalam.Suri mengepalkan tangan di atas pangkuan. Romeo boleh mengambil surat cerai mereka, tetapi pria itu tidak akan bisa menghentikan niatnya untuk pergi. Apapun risikonya, ia akan menggugat Romeo secara hukum untuk mengakhiri pernikahan mereka.Saat taksi berhenti di tempat tujuan, Suri menghela napas sepenuh dada. Dengan langkah gontai, ia keluar dari taksi. Gaun merah yang ia kenakan tampak kusut, dan wajahnya terlihat begitu pucat, membuat aura kerapuhan menyelimuti dirinya. Meski tubuhnya serasa tak bertenaga, Suri tahu bahwa langkah pertama menuju kebebasan sudah dimulai. Kini

    Last Updated : 2024-11-29
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pergi Jauh Darinya

    Setelah asisten Tuan Josua membelikan blazer baru, Suri segera melanjutkan perjalanan ke rumah sakit dengan diantar mobil pribadi milik pengacaranya. Di dalam mobil, tubuh Suri bersandar lemah, tetapi pikirannya berputar. Setiap detik berlalu terasa lambat, dan hatinya masih bergejolak dengan kenangan buruk semalam.Ia menatap keluar jendela, melihat pemandangan kota yang berlalu begitu cepat, seolah mengisyaratkan bahwa waktu tak akan berhenti menunggunya. Begitu sampai di rumah sakit, Suri turun dengan langkah berat. Blazer yang ia kenakan sedikit memberikan rasa nyaman, seolah menyembunyikan luka batin yang menggerogoti hatinya.Di ruang tunggu, ia duduk sejenak sebelum akhirnya perawat memanggilnya masuk ke ruangan dokter Adrian. Ketika dokter Adrian melihat Suri masuk, wajahnya langsung memancarkan keterkejutan.“Suri, apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah jadwal operasimu besok siang?” tanyanya, bingung.

    Last Updated : 2024-11-30
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pertaruhan Emosi

    Baru saja Romeo meletakkan gagang telepon, pintu ruangannya terbuka. Diva masuk dengan senyuman yang tersungging di bibirnya, menenteng kantong cokelat yang terlihat seperti bungkusan makan siang. Dengan gaya berjalan bak model di atas catwalk, wanita itu mendekati meja kerja Romeo.“Kak Romeo, aku bawakan makan siang untukmu. Aku sendiri yang masak,” tuturnya dengan nada menggoda. Padahal, makanan itu dipesannya dari salah satu restoran mahal. Ia tahu Romeo menyukai perhatian semacam itu, dan Diva sangat ahli memainkan peran wanita ideal di hadapan pria yang ia inginkan. Romeo melonggarkan dasi di lehernya yang terasa mencekik. Kemudian, ia beranjak dari kursi untuk membuang amplop cokelat dan potongan kertas yang masih tersisa di meja.Mata Diva langsung menangkap benda yang dibawa oleh Romeo, dan ia menyadari apa itu. “Bukankah itu surat cerai dari Suri?” tanyanya dengan nada terkejut, alisnya terangkat. “Kenapa Kak Romeo malah membuangnya? Aku pikir Kak Romeo sudah menandatang

    Last Updated : 2024-11-30
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kehilangan Dirinya

    Ketika akhirnya mobil tiba di depan Hotel Orion, Romeo langsung melompat keluar bahkan sebelum mobil benar-benar berhenti. Ia masuk ke lobi dengan langkah lebar. Tanpa mempedulikan pandangan staf hotel yang memperhatikannya, Romeo menghampiri meja resepsionis. Yonas yang melihat kedatangan sang atasan, buru-buru mendampingi Romeo.“Di mana istri saya, Suri Albantara?” suaranya tajam dan dingin seperti pisau. Resepsionis yang bertugas tampak canggung, menunduk sedikit sambil berkata dengan hati-hati, “Maaf, Tuan Romeo. Kami tidak tahu. Istri Anda meninggalkan hotel sekitar pukul sembilan pagi.”Romeo semakin berang. “Bagaimana kalian bisa tidak tahu? Bukankah setiap tamu VIP di sini harus diperhatikan?” Suaranya meninggi, membuat beberapa tamu di sekitar lobi menoleh dengan rasa ingin tahu bercampur ketakutan.Manajer hotel yang mendengar keributan itu segera datang, wajahnya tegang. Ia mengenali Romeo sebagai salah satu tamu penting, sekaligus rekan bisnis dari keluarga Gunarto, pe

    Last Updated : 2024-12-01
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Fitnah Ibu Mertua

    Romeo memandang jepit rambut berbentuk kupu-kupu yang ia pegang dengan erat. Benda kecil itu terasa lebih berat daripada kelihatannya, seakan menyimpan rahasia masa lalu yang tidak pernah ia pahami. Ia membolak-balik jepit itu di antara jarinya, pikirannya berputar-putar tanpa henti. Apakah mungkin Suri adalah gadis kecil yang pernah menolongnya dulu? Ataukah jepit ini hanya kebetulan saja? Ya, hanya satu benda belum bisa membuktikan bahwa Suri adalah gadis yang ia cari. Pastinya ada banyak gadis di kota ini yang memiliki hiasan rambut serupa. Ketika Romeo masih tenggelam dalam ketidakpastian, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. Bunyi tumit sepatu beradu dengan lantai terdengar mendekat. Tanpa menunggu jawaban, pintu terbuka perlahan. Sosok Nyonya Valerie, ibunya, melangkah masuk seraya membawa sesuatu di genggaman tangannya. Wajah perempuan paruh baya itu tampak masam, alisnya terangkat seolah siap menghakimi apa pun yang dilihatnya. Sebelum ibunya bertanya, Romeo segera menyimpa

    Last Updated : 2024-12-01
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rasa Manis di Tengah Hidup yang Pahit

    Di apartemen, Suri baru saja selesai mandi. Badannya terasa lebih ringan, tetapi pikirannya masih dibayangi kegelisahan. Ia merebahkan diri di atas ranjang, mencoba memejamkan mata. Butuh beberapa menit hingga tubuhnya lebih rileks, dan akhirnya ia tertidur. Hanya saja, kedamaian itu tidak berlangsung lama. Hujan deras mulai turun di luar jendela, disertai gemuruh petir yang tiba-tiba menggema. Suri terbangun dengan napas terengah, keringat dingin membasahi dahinya. Jantungnya berdegup kencang, seolah-olah peristiwa masa lalu kembali menghantuinya. Petir itu, suaranya terlalu mirip dengan suara benturan keras dari tabrakan yang dulu merenggut nyawa sang ayah. Suri menutup wajah dengan kedua tangan, berusaha mengusir kenangan buruk yang melintas. Namun, peristiwa tragis tersebut terus berputar di benaknya — mobil yang terguling, jeritan sang ayah, dan rasa sakit yang menghancurkan dunianya seketika. Suri terisak, tubuhnya bergetar. Dan di antara kekacauan pikirannya, wajah Romeo

    Last Updated : 2024-12-02

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tak Berdaya

    Jeandra menaiki tangga mansion yang sunyi, membiarkan waktu melambat di bawah langkahnya. Di depan pintu kamar Jevandro, ia mengetuk pelan. Hanya sekali, seolah memberitahu bahwa ia datang bukan untuk bertengkar, melainkan untuk berbicara dari hati ke hati.Tak berapa lama, pintu itu berderit terbuka, memperlihatkan wajah Jevandro yang diterpa cahaya lampu kamar. "Masuklah," ujar Jevandro datar.Jeandra mengangguk, lalu memilih duduk di sofa kecil di sudut ruangan. Sementara Jevandro mengambil tempat di tepi ranjang, membiarkan kedua sikunya bertumpu pada lutut.Mata Jeandra tanpa sadar melirik ke arah nakas, di mana sebuah bingkai foto berhias ukiran halus menampilkan wajah manis Liora. Bahkan di dinding kamar, tergantung potret besar Liora yang menatap dunia dengan mata cerah penuh kehidupan.Hatinya tercubit perih — terlalu jelas, terlalu nyata, bahwa cinta Jevandro pada sang kekasih sangatlah besar."Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Jevandro, suaranya sedikit serak.Jeandra

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Syarat Setelah Pernikahan

    Tidak ada suara yang terdengar setelah Jevandro melontarkan keputusannya dengan penuh keyakinan. Ucapan itu seperti petir yang tiba-tiba menyambar langit malam yang tenang. Mata semua orang membelalak tak percaya, seolah kalimat itu terlalu cepat untuk dicerna.Jeandra adalah yang pertama bereaksi. Ia menegakkan tubuhnya dengan gerakan spontan, alisnya melengkung tajam.“Kenapa harus secepat ini menikah, Jevan? Dan, kenapa harus tanpa resepsi? Apakah kamu tidak mau menunjukkan Serin sebagai istrimu di depan publik?”Sorot mata Jeandra tidak hanya penuh tanya, tetapi juga menyiratkan keraguan yang tulus, seperti seorang saudari yang takut kakaknya menempuh jalan yang salah.“Bukan seperti itu, Jeandra,” pungkas Jevandro. “Aku tidak mau berpesta di saat aku masih berduka.”Ia berhenti sejenak, lalu mengangkat wajahnya, menatap Jeandra dengan pandangan datar.“Aku hanya ingin pernikahan yang sederhana, tanpa sorotan yang berlebihan. Lagi pula bila pihak media tahu, aku menikah dengan gad

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jangan Ulangi Kesalahan Papa!

    Selesai melakukan tugasnya, Jeandra segera menarik tangannya, seolah takut berada terlalu lama dalam lingkar keintiman yang tidak ia harapkan. Ia melangkah mundur, menghindari tatapan Kenan yang kini telah berbalik dan mulai mengenakan kembali kaos polo putihnya.“Saya tidak mau makan malam bersama Bapak,” tolak Jeandra tegas. “Saya lebih suka makan sendiri.”Kenan menatapnya sebentar, wajahnya tak menunjukkan perubahan apa pun. Pria itu hanya mengangguk, nyaris tanpa emosi. “Baiklah,” sahutnya ringan. "Kalau begitu, saya pulang sekarang.”Kenan menenteng tasnya, lalu menoleh sejenak sebelum melangkah ke pintu. “Jangan lupa, besok masuk kantor seperti biasa. Kamu tetap sekretaris saya, dan besok ada meeting penting. Datanglah tepat waktu.”“Ya, ya,” jawab Jeandra malas, mengibaskan tangannya tanpa menoleh.Dengan cepat, ia berjalan mendahului Kenan ke depan pintu apartemen. Sesampainya di sana, Jeandra berdiri dengan punggung lurus dan kepala sedikit menoleh ke samping. Tanpa ragu,

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Suami Istri Sungguhan

    Kenan lantas duduk bersandar di sofa empuk ruang tengah apartemen Jeandra, seolah ruangan itu telah lama menjadi miliknya. Cahaya temaram lampu gantung menciptakan siluet tegas di wajah tampannya yang selalu tenang dan sulit ditebak. Matanya menatap Jeandra sekilas, sebelum merogoh tas kerja kulit hitam yang ia bawa sejak tadi.Dengan gerakan terukur, Kenan mengeluarkan map dokumen berwarna gading lalu meletakkan di atas meja kaca di hadapannya.“Ini,” ucapnya seraya mendorong map itu ke arah Jeandra. “Draft perjanjian dari pengacara saya. Kami sudah berdiskusi cukup panjang tadi siang.”Jeandra menatap benda itu dengan kening berkerut, enggan menyentuhnya.“Dalam perjanjian ini,” lanjut Kenan tenang, “disepakati bahwa pernikahan kita akan tetap dijalankan selama enam bulan ke depan, demi menjaga nama baik keluarga saya, dan nama baik kamu juga. Setelah itu, saya akan memberimu satu milyar sebagai kompensasi perceraian.”Jeandra membelalak. “Enam bulan?” Sorot matanya menatap Kenan se

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Saya adalah Suamimu

    Langit nampak cerah ketika Jeandra tiba di butiknya, setelah hampir satu minggu tak menampakkan diri. Kedatangannya disambut dengan wajah-wajah penuh rindu dari para staf dan asistennya. Wangi lembut bunga peony yang menjadi ciri khas interior butik itu menguar di udara, memberikan rasa tenteram yang sudah lama tidak ia rasakan. Untuk sejenak, Jeandra merasa seperti pulang ke rumah kedua.“Bu Jeandra! Akhirnya datang juga,” seru Clara, asistennya yang setia, sembari menghampiri dengan antusias. Pegawai-pegawai lain ikut menyapa dan beberapa bahkan secara spontan memberikan pelukan ringan. “Kami pikir Anda tidak akan kembali dalam waktu dekat,” tambahnya dengan senyum lebar.Jeandra tertawa kecil. “Aku rindu tempat ini, tapi belum bisa datang setiap hari. Masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan di luar."Suasana hangat itu mendadak bertambah ramai, saat seorang wanita melangkah keluar dari ruang rias. Ia adalah Melina Pertiwi, calon pengantin dari keluarga pengusaha ternama yang s

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tanpa Rasa

    Meski sempat nyaris menolak dengan halus, Serin akhirnya menganggukkan kepala ketika Suri kembali mengajaknya makan siang. Ia mengikuti langkah Suri dan Jeandra menuju ruang makan keluarga dengan ragu-ragu. Kesadaran bahwa dirinya sedang berdiri di ambang perubahan besar—membuat hatinya berdebar.Selama makan siang, Serin lebih banyak menunduk dan menyentuh makanan di piringnya tanpa benar-benar mengecap rasanya. Namun, suasana akrab di meja makan membuat dada Serin terasa hangat. Sudah lama sekali ia tak merasakan atmosfer kekeluargaan seperti ini—sejak kepergian kedua orangtuanya.Terlebih, keramahan Jeandra yang sering menyelipkan obrolan ringan, serta perhatian halus dari Suri membuat Serin mulai merasa diterima, walau ia masih takut untuk terlalu banyak bicara. Ia lebih suka mendengar, mencatat dalam benaknya bagaimana sebuah keluarga yang sesungguhnya saling berinteraksi.Selesai makan siang, Serin kembali berdiri dengan sopan, lalu membungkukkan tubuh sedikit.“Terima kasih ban

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sandiwara Dalam Cinta

    Mendengar pengakuan dari bibir Serin, Jeandra nyaris tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Tatapan gadis itu memang tampak tulus, tetapi Jeandra mampu membaca lebih dalam dari sekadar kilau bening di bola mata seseorang. Ada yang disembunyikan, ada rasa yang terlalu ganjil untuk sekadar disebut cinta dalam waktu sesingkat itu. Dengan gerakan spontan, Jeandra memutar tubuh Serin agar menghadap ke arahnya. Kedua tangan Jeandra memegang bahu ramping Serin dengan kehangatan yang menguatkan, seperti seorang kakak yang sedang mencoba memahami keputusan adiknya.“Tatap mataku, Serin,” tukas Jeandra. “Jawab aku dengan jujur… apakah kamu sungguh-sungguh mencintai Jevan? Atau, kamu mengatakan semua ini atas suruhan seseorang?”Serin terdiam beberapa detik. Matanya membeku dalam kecamuk batin yang tak terucap. Di hadapannya, Jeandra menanti dengan penuh kesungguhan, seolah tak rela satu keping kebohongan pun bersembunyi.Serin tahu, Jeandra menuduhnya menyembunyikan kebenaran.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status