Share

Perasaan Bersalah

Gus Farhan dan malam tetiba menjadi kawan saling dekap dalam keheningan. Ia menyelaraskan gelap dalam diam, lampu kamar sengaja dipadamkan. Berhari-hari keluar dari ruang lima meter kali enam meter itu hanya untuk makan, membuang sampah, dan menghirup udara segar di belakang rumah. Ia belum berani menampakkan wajah di hadapan Abah Aziz juga Umi. Kedua orang tua itu sedang dilanda kecewa. Akan lebih baik jika mereka tidak saling sapa terlebih dahulu, demi meredam emosi yang semula mengambang ke permukaan wajah.

Ia banyak bersujud, merenungi perbuatan lampau—berpikir keras, mendalami ketepatan Langkah dalam mengabil alur kehidupan. Atau jangan-jangan selama ini ia sungguh salah melangkah? Malam dihabiskan untuk berdzikir dan meluruhkan rasa letih terhadap kefanaan duniawi. Gus Farhan istighfar, memohon ampun atas dosa-dosa yang tertimbun.

Jika merasa cukup menundukkan kepala, maka ia akan mengambil kitab suci Al-Quran, nderes. Umi mendengar rintih batin Gus Farhan melalui bacaan terse
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status