Dua Lelaki dalam Hidupku

Dua Lelaki dalam Hidupku

last updateLast Updated : 2022-02-26
By:  Syifa SafaahCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings. 8 reviews
46Chapters
8.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

“Kita memang sudah menikah. Tapi bukan berarti aku akan sudi menyentuhmu. Sampai kapanpun, yang memiliki hatiku hanya Karin!” tegas Gama sambil menyorot Hera dengan tatapan tajamnya. Menjadi yatim piatu setelah ditinggalkan kedua orang tuanya, Hera diminta menjalankan wasiat dari sang ayah. Yaitu menikah dengan seorang duda tampan namun tak berperasaan seperti Gama Dirgantara. Gama tak pernah menganggap Hera sebagai istrinya. Sampai suatu malam, ia menyentuh Hera dalam keadaan mabuk. Akankah Hera dan Gama mampu menyelamatkan pernikahan mereka? Atau akakah takdir berkata lain?

View More

Chapter 1

Pernikahan Terpaksa

 "Bagaimana saksi? Sah?" seru penghulu mengedarkan pandangannya pada para saksi yang hadir dalam acara ijab kabul ini."

Sah!" seru mereka kompak.

Semua orang pun berdoa sambil menengadahkan kedua tangan. Wajah kedua orang tua Gama tampak bahagia menyaksikan pernikahan putra mereka. 

Hera yang hari ini menjadi mempelai pengantin wanita, hanya tertunduk dengan wajah merahnya. Matanya memanas menahan tangis, teringat pada orang tuanya yang sudah tiada.

'Ma! Pa! Aku merindukan kalian. Hari ini aku sudah menjalankan wasiat yang kalian inginkan. Aku sudah menikah dengan Gama. Semoga kalian berdua bahagia di sana,' jerit Hera dalam batinnya.

Dua minggu yang lalu kedua orang tua Hera meninggal karena kecelakaan mobil. Menyisakan Hera yang hanya sebatangkara. Sebelum meninggal, ayahnya menuliskan sebuah wasiat melalui seorang pengacara agar Hera menikah dengan anak dari sahabat mereka yang bernama Gama Dirgantara.

Hera tak bisa menolak. Ini adalah wasiat dari orang yang sangat dicintainya. Beruntung kedua orang tua Gama menyambut baik isi wasiat itu. Dengan senang hati mereka menerima Hera sebagai menantu.

Tapi entahlah dengan Gama. Hera tidak tahu isi hati lelaki itu. Saat ini Gama hanya duduk dengan wajah tegasnya di samping Hera. Bahkan tak sekalipun Gama berniat menoleh ke arah Hera yang sekarang sudah sah menjadi istrinya.

"Selamat atas pernikahan kalian, Gama!"

Kini Gama dan Hera berdiri di atas pelaminan. Menyalami para tamu undangan yang berbaris mengucapkan selamat pada mereka. Hera tetap dengan senyum manis yang ia umbar. Sementara Gama? Wajahnya tetap kaku. Bahkan ia terlihat tak menyukai pernikahan ini. Setidaknya begitu yang Hera pikirkan.

Sampai dua orang wanita berpakaian seksi tiba di depan mereka, menyalami Gama dan mengabaikan Hera begitu saja. Seakan mereka menganggap Hera selayaknya patung yang tak bergerak.

"Wah, Gama. Aku tidak menyangka akhirnya kau menikah lagi."

"Istri barumu cantik juga. Walaupun tetap cantik istrimu yang pertama."

"Selamat atas pernikahan keduamu ya, Gama!"

Hera terhenyak mendengar itu. Ia menoleh ke arah Gama yang tatapannya masih sedingin es. Hera tidak mengerti dengan maksud dari ucapan kedua wanita tadi. 

'Mengapa mereka bilang kalau aku adalah istri kedua Gama? Apa pernikahan ini bukan yang pertama kalinya untuk Gama?' batin Hera bertanya-tanya.

*** 

Menjelang malam, acara pernikahan yang digelar di hotel bintang lima itu telah usai. Gama dan seluruh keluarganya pun kembali pulang ke rumah dengan membawa Hera.

Mobil mereka berhenti di pelataran rumah yang sangat luas. Gama keluar dari mobil dan ia melangkah lebih dulu menuju pintu utama.

Kening kedua orang tuanya berkerut marah melihat tingkah Gama yang mengabaikan Hera.

"Gama! Jangan berjalan sendirian! Tuntun istrimu. Apa kau lupa kalau sekarang kau sudah memiliki istri?" tegur Darma, ayah kandung Gama.

Hera berdiri di samping mobil bersama dengan Jessi, mertuanya. Ia menatap punggung tegap Gama dengan tatapan bingung.

Gama menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh ke belakang, ia berkata. "Dia punya kaki 'kan? Suruh dia jalan sendiri!" cetus Gama tak peduli. Sebelum kemudian ia melanjutkan langkahnya memasuki rumah megah itu.

Hati Hera mencelos melihat betapa dinginnya sikap Gama. Hari pernikahan biasanya akan menjadi hari yang paling membahagiakan bagi setiap orang. Tetapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Hera. Ia sadar jika Gama tidak memiliki cinta untuknya.

"Hhh.. anak itu," desah Darma menggelengkan kepala melihat tingkah Gama yang seenaknya. Darma dan Jessi lalu menoleh pada Hera dan menatapnya lembut.

"Hera! Papa minta jangan masukan ucapan Gama ke dalam hati. Dia memang seperti itu. Tapi sebenarnya dia juga orang baik dan pengertian," kata Jessy menyentuh pangkal lengan Hera.

Hera hanya mengulum senyum hambar. Dalam hati ia mendesah.

'Baik dan pengertian? Entahlah... bahkan aku belum melihat sedikitpun sikap baik dan pengertian itu dari sosok Gama,' batin Hera.

Namun Hera tetap menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Iya, Ma. Aku mengerti," balasnya. Membuat Jessi tersenyum karena ia senang memiliki menantu yang manis dan baik seperti Hera. Menurut Jessi, sikap Hera jauh sekali dengan istri pertama Gama yang bernama Karin.

Setelah itu, Darma dan Jessi membawa Hera masuk. Sementara koper milik Hera dibawakan oleh seorang pembantu. 

Ketika memasuki ruang tengah, bola mata Hera bertemu dengan bola mata milik Gama yang berwarna abu. Tatapan lelaki itu terasa seperti sedang menusuknya. Gama duduk di sofa ruang tengah sambil menaikan kaki kanannya ke kaki kiri.

"Untuk apa kopernya dibawa ke lantai atas?" tanya Gama pada Bik Asih yang baru saja menapakkan kakinya di anak tangga pertama. Bik Asih menoleh takut pada Gama. Ditambah lagi sekarang lelaki itu berdiri dan berjalan mendekat sembari memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Engh.. itu, Tuan Gama—" Bik Asih gelagapan. Sebelum pembantu itu menyelesaikan ucapannya, Darma segera menyela.

"Papa yang menyuruh Bik Asih membawa koper Hera ke lantai atas. Malam ini kalian akan tidur di sana 'kan? Kalian akan tinggal beberapa hari di sini sebelum kau membawa Hera ke rumahmu," ucap Darma menjelaskan.

"Kata siapa?" Gama menaikan sebelah alisnya. Hera merasa bingung melihat sikap Gama yang begitu berani pada kedua orang tuanya. Terlebih lagi pada Darma.

"Malam ini juga aku akan membawa Hera ke rumahku!" tegas Gama. 

Kening Darma berkerut dalam. "Mengapa? Tinggalah dulu di rumah Papa selama satu dua hari, Gama. Setelah itu baru kalian boleh pulang," pinta Darma. Terlihat jelas sekali dari raut wajah Darma dan Jessi jika mereka berdua sangat menyayangi Hera.

Apalagi Jessi sedari tadi tak henti menggenggam tangan Hera. Seolah menguatkan wanita itu. Dan melihat itu membuat Gama mendengkus sebal.

"Kalian tidak pernah berkata semanis itu saat hari pertama pernikahanku dengan Karin!" 

"Gama! Jangan lagi menyebut namanya di rumah ini!" seru Darma mengacungkan sebelah telunjuknya pada Gama yang berdiri di hadapannya sambil berpangku tangan.

Sementara Hera terkejut mendengar Darma yang sampai semarah itu begitu Gama menyebut nama Karin. 

'Jadi benar. Gama sudah menikah sebelumnya dan nama istri pertamanya adalah Karin? Tapi kenapa sepertinya Papa Darma dan Mama Jessi terlihat tidak menyukai Karin?' Hera kembali bergumam dalam hati. 

Hera merasa menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa di rumah ini. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi di antara Gama, kedua orang tuanya dan Karin.

"Hera! Kau ikut naik ke lantai atas bersama dengan Bik Asih ya," pinta Darma menoleh pada Hera dan menatapnya hangat. Hera paham jika sebenarnya Darma tidak ingin ia mendengar perdebatan di antara mereka. 

"Baik, Pa." selayaknya menantu yang baik. Hera mengangguk dan berjalan menuju tangga. Namun langkahnya terhenti saat Gama kembali bersuara dan menyindir dirinya.

"Hanya karena ayah dari gadis itu meninggalkan sebuah wasiat, lalu Papa menjadikan aku korbannya! Aku terpaksa menerima pernikahan yang sama sekali tidak kuinginkan!" ucapan Gama terdengar penuh emosi. Membuat ulu hati Hera serasa diremas dengan tangan tak kasat mata.

Tubuh Hera membeku. Meski Bik Asih berkali-kali mengajaknya menaiki tangga, tetapi kedua kaki Hera seolah sudah dipaku. Tidak bergerak sedikitpun dari sana.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zaskia
ter the besttt ...️...
2022-02-27 16:27:25
0
user avatar
Zaskia
sukses terus thor
2022-02-27 16:27:15
0
user avatar
Zaskia
keren banget kak ceritanya
2022-02-27 16:27:04
0
user avatar
Zaskia
sukses terus thor
2022-02-26 17:12:50
0
user avatar
Zaskia
keren banget cerita nya thor
2022-02-26 17:12:43
0
user avatar
Zaskia
keren ceritanya
2022-02-26 17:12:39
0
user avatar
Zaskia
baper banget ceritanya thor ...
2022-02-26 17:09:40
0
user avatar
Zaskia
wah keren banget novel nya Thor
2022-02-26 17:09:18
0
46 Chapters
Pernikahan Terpaksa
 "Bagaimana saksi? Sah?" seru penghulu mengedarkan pandangannya pada para saksi yang hadir dalam acara ijab kabul ini."Sah!" seru mereka kompak.Semua orang pun berdoa sambil menengadahkan kedua tangan. Wajah kedua orang tua Gama tampak bahagia menyaksikan pernikahan putra mereka. Hera yang hari ini menjadi mempelai pengantin wanita, hanya tertunduk dengan wajah merahnya. Matanya memanas menahan tangis, teringat pada orang tuanya yang sudah tiada.'Ma! Pa! Aku merindukan kalian. Hari ini aku sudah menjalankan wasiat yang kalian inginkan. Aku sudah menikah dengan Gama. Semoga kalian berdua bahagia di sana,' jerit Hera dalam batinnya.Dua minggu yang lalu kedua orang tua Hera meninggal karena kecelakaan mobil. Menyisakan Hera yang hanya sebatangkara. Sebelum meninggal, ayahnya menuliskan sebuah wasiat melalui seorang pengacara agar Hera menikah dengan anak dari sahabat mereka yang bernama Gama Dirgantara.Hera tak bisa menolak. Ini
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more
Tinggal di Paviliun
"Ayahnya Hera adalah sahabat Papa. Dia orang yang sangat baik dan Papa sangat berhutang budi padanya. Jika bukan karena jasa ayahnya Hera, kita tidak akan mungkin bisa menikmati hidup yang mewah seperti ini! Dulu perusahaan Papa berada diambang kebangkrutan dan hanya Ayahnya Hera yang menolong kita, Gama," papar Darma berusaha menjelaskan tentang jasa dari ayahnya Hera pada Gama.Tetapi Gama menggelengkan kepalanya. Ia malah menyungginngkan senyum kecut. Seakan menganggap semua ucapan yang keluar dari mulut Darma tidak masuk akal."Aku baru dengar jika balas budi bisa dibalas dengan mengorbankan anak sendiri!" desis Gama membalas telak ucapan papanya.Darma menatap putranya dengan mata yang membeliak. Ia tidak menyangka jika Gama akan berpikiran seperti itu. Padahal tidak sedikitpun Darma berniat menjadikan Gama sebagai korban. Tahukah Gama jika apa yang selalu Darma lakukan adalah demi kebaikannya?"Kau memang tidak akan mengerti. Selamanya kau tidak aka
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more
Suami Monster
Gama balas menatap Hera dengan mengedikkan bahunya santai. "Ya. Apa ucapanku tadi belum jelas? Kau akan tinggal di paviliun bersama dengan para pelayanku. Kenapa? Kau merasa keberatan, Hera? Atau kau ingin tinggal di rumah ini bersama denganku? Begitu, hmm?" tanya Gama menaikan sebelah alisnya. Ia memasang wajah mengejek pada Hera yang saat ini tercenung melihatnya."Jangan pernah bermimpi terlalu tinggi, Hera! Aku tidak mencintaimu! Mungkin kita memang sudah menikah. Tetapi jangan berpikir kalau aku akan sudi menyentuhmu! Hal yang paling mustahil kulakukan!" desis Gama mengangkat telunjuknya dan menekankan setiap kata-katanya pada Hera. Gama ingin membuat Hera mengerti jika wanita itu tidak bisa masuk dalam kehidupannya. Gama ingin membuat jarak di antara mereka. Hera harus tahu, jika hati Gama lebih keras dari sebuah batu sekalipun.Hera tidak membalas ucapan Gama. Tetapi ia hanya menatap bola mata lelaki itu dengan tatapan dalam. Mungkin Hera merasa sak
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more
Jangan Mencoba Membuatku Jatuh Cinta!
"Jangan ada satu orang pun yang berani memberinya makan malam ini! Jika ada yang melanggar, aku akan langsung memecatnya saat itu juga!" Hera masih bisa mendengar suara Gama yang memerintah pada para pelayan yang ada di luar sana. Sementara Diar sudah memegang gagang pintu. Lagi-lagi ia menatap Hera dengan tatapan tidak enaknya."Maafkan saya, Nyonya.." ucap Diar dengan bibirnya yang bergerak tanpa suara. Mungkin Diar takut Gama akan mendengarnya.Hera hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Tanda bahwa ia tak merasa keberatan jika Diar menguncinya malam ini.Setelahnya pintu itu menutup dengan rapat, Hera lalu menatap nyalang ke depan dan ia menjatuhkan pantatnya di pinggir ranjang bersamaan dengan helaan napas berat yang sejak tadi ia tahan di dadanya."Ma.. Pa.. aku merindukan kalian berdua," desah Hera teringat akan kedua orang tuanya yang sudah tiada.Suara perutnya yang mengerucuk membuat Hera menelan ludah. Gama sudah memerint
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more
Mengapa Harus Cinta Padanya?
Namun langkahnya belum sampai melewati pintu, Hera kembali bersuara."Jangan terlalu percaya diri, Gama. Jika bukan karena kau suamiku, aku tidak akan mau bersusah payah memasak untuk lelaki yang tak tahu berterimakasih sepertimu. Aku melakukannya bukan demi dirimu, tapi demi kedua orang tuaku yang selalu berpesan agar aku melayani suamiku dengan baik. Tapi sayangnya mereka tidak tahu jika lelaki yang kunikahi adalah manusia yang tak berperasaan!" teriak Hera menatap punggung Gama yang tegap dan lebar.Gama berbalik menatap Hera dengan alis yang terangkat."Terserah. Kalau begitu lakukan saja apa yang kau mau. Dan aku tidak akan peduli!" balas Gama melayangkan tatapannya yang menusuk ke arah Hera, sebelum ia melengos pergi dan tubuhnya menghilang di balik pintu itu.Hera mematung. Lalu ia menjatuhkan dirinya di kursi yang tadi ia duduki. Hatinya mencelos mendengar ucapan Gama. Hera tersenyum miris menertawakan kebodohannya sendiri.Hera memegangi d
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more
Mencemaskan Monster Tampan
"Jangan! Jangan! Aku mohon jangan ganggu karirku. Pekerjaanku hanya sebagai model saja. Jika aku sampai diblacklist dari semua agency model, darimana aku mencari uang?" mohon Bastian. Yang kemudian dibalas oleh Gama dengan dengkusan masam seraya mengedikkan bahunya tak peduli."Itu bukan urusanku!" tegas Gama melayangkan tatapannya yang setajam elang. Tatapannya itu mampu menembus hingga ke jantung Bastian. Membuat tubuh lelaki itu membeku di tempat duduknya.Bastian tidak menyangka jika si lelaki bertopeng tadi adalah orang suruhan Gama. Bisa jadi dia salah satu dari sekian banyak bodyguard yang Gama miliki. Dan sialnya, Bastian seperti mati kutu. Ia tidak berdaya di hadapan Gama yang tentu saja memiliki kekuasaan dibanding dirinya."Kau telah salah memilih musuh. Seharusnya sebelum bertindak, kau harus mencari tahu dulu tentang siapa musuhmu sebenarnya," geram Gama sambil menarik rahang Bastian hingga mendongkak menatapnya. "A-apa maksudmu?" Basti
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more
Rasa Cinta
"Diar. Apa Gama belum pulang?" Diar sedikit terkejut mendengar pertanyaan Hera. Namun senyum kecil tertahan di bibir pelayan itu. Rupanya, Gama lah yang sedang Hera pikirkan.Ini memang sudah pukul dua belas malam. Seharusnya di jam seperti ini, semua orang di paviliun sudah tidur. Tapi Hera malah menyibukan diri memikirkan suaminya. Diar menggeleng pelan. "Belum, Nyonya Hera. Tuan Gama belum pulang." jawaban itu membuat Hera mendesah kecewa. Diar tersenyum lagi saat melihat raut khawatir tampak di wajah Hera. Gurat kecemasan itulah yang membuat Hera sulit untuk tidur. 'Di mana Gama? Ini sudah mau tengah malam tapi dia belum pulang juga. Bahkan sekarang hujan deras. Sial! Kenapa aku jadi mencemaskannya seperti ini.' Hera mengutuk dirinya sendiri dalam hati.Jika mengingat sikap Gama yang tidak ada manis-manisnya, seharusnya Hera tak perlu mengacuhkan lelaki itu meskipun ia diterkam serigala, atau ditelan ikan paus sek
last updateLast Updated : 2022-02-23
Read more
Malam Pertama yang Tertunda
Kini langkah Gama sudah memasuki ke dalam paviliun. Paviliun itu tampak sepi. Karena semua orang yang tinggal di dalamnya sudah tertidur di kamar mereka masing-masing.Tujuan Gama adalah kamar Hera. Entah iblis darimana yang menuntunnya untuk pergi ke kamar wanita itu. Tapi Hera adalah istrinya. KLEK!Tangan Gama membuka pintu kamar Hera secara perlahan. Dilihatnya wanita itu sedang terlelap di atas ranjang. Dengan selimut tebal yang menutupi hingga ke pinggangnya. Dalam cahaya remang lampu tidur, Hera tampak begitu cantik. Rambut indahnya terurai menutupi bantal. Dan Gama melangkah makin dekat, berdiri di samping ranjang sembari matanya menatap Hera dengan pandangan berkabut penuh gairah."Hhhhh.." Gama mendesah. 'Mengapa dia terlihat begitu cantik, terlebih saat sedang tidur dengan tenang seperti ini?' batin Gama.Setahun menjadi suami Hera, baru kali ini Gama melihat istrinya itu tertidur pulas di depannya. Gama t
last updateLast Updated : 2022-02-23
Read more
Pergi karena Luka
Kemudian Hera turun dari ranjang dengan menahan sakit di kewanitaannya. Hera membawa serta selimut tebal yang kini membalut tubuhnya itu ke dalam kamar mandi. Karena pakaian tidurnya sudah tak terselamatkan. Hanya sisa robekan kainnya yang berserakan di lantai.Ingin menghilangkan rasa sentuhan tangan Gama dalam tubuhnya, Hera segera menyalakan shower, membuat airnya yang deras jatuh membasahi rambut dan seluruh tubuhnya. "Iblis! Tidak memiliki hati! Tidak berperasaan! Kau sangat kejam, Gama. Aku tahu kalau aku adalah istrimu. Dan sudah kewajibanku memberikan nafkah batin untukmu. Tapi bukan seperti ini caranya. Kau malah membuat terhina. Malam ini kau memperlakukanku seperti pelacur. Aku membencimu. Sangat membencimu." Hera tak henti-hentinya merutuki apa yang telah Gama lakukan padanya. Sembari ia menggosok-gosok tangan dan tubuhnya dengan kasar. Berharap aroma parfum lelaki itu tidak tercium lagi di tubuhnya. Setengah jam berlalu, Her
last updateLast Updated : 2022-02-23
Read more
Hera Pergi?
 “Apa kau bilang? Hera pergi?! Pergi bagaimana maksudnya?” Sore ini, kedua orang tua Gama datang bermaksud ingin bertemu dengan anak dan menantu mereka. Namun saat tiba di sana, mereka tidak menemukan Hera.Biasanya saat Darma dan Jessy berkunjung, Gama selalu menyuruh Hera berpura-pura jika pernikahan mereka baik-baik saja. Kedua orang tua Gama bahkan tak pernah tahu sebelumnya jika Hera selalu tinggal di paviliun. Yang mereka tahu, Hera tinggal satu atap dengan Gama. Sebagaimana suami-istri kebanyakan.Dan ketika Darma dan Jessi menanyakan dimana Hera berada pada Gama, dengan hembusan napas lelah Gama menjawab kalau Hera pergi dari rumah.“Gama! Kenapa diam saja? Papa sedang bertanya padamu. Apa yang terjadi pada Hera?! Mengapa dia sampai pergi dari rumah? Ke mana dia?” dengan kesabaran yang mulai habis, Darma meninggikan suaranya. Mendesak Gama yang sedang berdiri di hadapannya itu untuk bicara.Jessy juga mena
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status