Beranda / Romansa / Dua Lelaki dalam Hidupku / Jangan Mencoba Membuatku Jatuh Cinta!

Share

Jangan Mencoba Membuatku Jatuh Cinta!

Penulis: Syifa Safaah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-17 01:49:14

"Jangan ada satu orang pun yang berani memberinya makan malam ini! Jika ada yang melanggar, aku akan langsung memecatnya saat itu juga!" Hera masih bisa mendengar suara Gama yang memerintah pada para pelayan yang ada di luar sana. 

Sementara Diar sudah memegang gagang pintu. Lagi-lagi ia menatap Hera dengan tatapan tidak enaknya.

"Maafkan saya, Nyonya.." ucap Diar dengan bibirnya yang bergerak tanpa suara. Mungkin Diar takut Gama akan mendengarnya.

Hera hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Tanda bahwa ia tak merasa keberatan jika Diar menguncinya malam ini.

Setelahnya pintu itu menutup dengan rapat, Hera lalu menatap nyalang ke depan dan ia menjatuhkan pantatnya di pinggir ranjang bersamaan dengan helaan napas berat yang sejak tadi ia tahan di dadanya.

"Ma.. Pa.. aku merindukan kalian berdua," desah Hera teringat akan kedua orang tuanya yang sudah tiada.

Suara perutnya yang mengerucuk membuat Hera menelan ludah. Gama sudah memerintah pada seluruh pelayannya untuk tidak memberi Hera makan semalaman ini. Jadi mau tak mau Hera harus menahan lapar hingga pagi.

*** 

Membuka pintu kamarnya, Gama masuk sembari melepaskan jass yang ia kenakan lalu melemparnya ke sembarang tempat. Tungkainya yang panjang itu berjalan menuju kaca lebar yang menghadap ke samping halaman rumahnya.

Sambil sebelah tangannya menggenggam segelas minuman beralkohol. Gama meneguknya penuh amarah. Matanya merah dan menatap lurus ke depan sana. Dimana dari ketinggian tiga lantai ini, pemandangan kota jakarta tampak indah di malam hari.

"Karin.." nama itu yang selalu keluar dari mulut Gama. Tatapannya menyiratkan kerinduan. Gama sangat merindukan sosok wanita yang ia cintai itu.

"Kenapa kau pergi begitu cepat? Seharusnya kau membawaku juga dalam kecelakaan itu. Jadi aku tidak merasa kesepian seperti ini," gumam Gama sembari mendesah penuh sesak dalam hatinya.

Karin adalah istri pertamanya. Ia meninggal karena kecelakaan mobil yang terjadi lima tahun lalu. 

Gama sangat mencintai Karin. Tapi kedua orang tua Gama tidak menyetujui pernikahannya karena mereka melihat gelagat tidak baik dari Karin. Namun Gama memaksa menikahi wanita itu dan membawanya ke rumah.

Tanpa Gama tahu, setiap kali Gama bekerja, Karin akan membawa selingkuhannya ke rumah. Bahkan Karin tak segan menunjukan kebusukannya di depan kedua orang tua Gama karena Karin tahu kalau Gama pasti akan mudah ia pengaruhi. 

Karin selalu menghasut Gama hingga membuat hubungan lelaki itu dengan kedua orang tuanya merenggang. Bahkan hingga Karin meninggal pun, Gama masih belum mengetahui kebusukan istrinya itu.

"Sekarang aku sudah menikah lagi dengan seorang gadis yang sama sekali tidak aku cintai. Namanya Hera. Kelihatannya dia memang polos. Tapi dia cukup pemberani." Gama tersenyum sinis setelah mengatakan itu. Ia membayangkan bagaimana cara Hera saat berbicara padanya.

Hera tidak tahu kalau tidak ada satu orang pun selain Darma yang berani mendebatnya.

"Kamu tenang saja, Karin. Dia tidak akan pernah bisa menggantikanmu. Tidak akan pernah! Selamanya dia berusaha, sedikitpun dia tidak akan pernah bisa membuatku jatuh cinta," ucap Gama dengan penuh keyakinan dalam hatinya.

Gama lupa, bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa mengatur takdirnya sendiri. Tak terkecuali dengan dirinya.

*** 

Satu tahun sudah mereka menjalani pernikahan ini, dan sikap Gama masih tetap sama. Lelaki itu bahkan jarang mengajak Hera bicara. Mereka tidak duduk di satu meja makan yang sama. Hera tetap berada di paviliunnya.

Hanya saja, mengingat statusnya yang telah menjadi seorang istri, Hera tetap melayani Gama dengan menyiapkan makanan untuknya. Semenjak urusan dapur diambil alih oleh Hera, Gama menjadi betah makan di rumah dan selalu makan dengan lahap. Hera senang mendengarnya meskipun Gama tidak pernah tahu jika ialah yang selalu memasak makanan itu.

Seperti saat ini, diam-diam Hera ke dapur. Mengenakan celemeknya dan mulai berkutat dengan penggorengan.

Namun saat ia sedang memotong sayuran, tiba-tiba saja suara Gama membuatnya terkejut hingga tak sengaja mengiris jarinya dengan pisau.

"Oh. Jadi kau yang memasak makanan untukku selama ini?" 

Tubuh Hera menegang. Sambil menjepit jarinya agar tidak mengeluarkan darah, Hera membalikan badannya menatap Gama yang kini berdiri di depannya dengan tubuh yang menjulang tinggi. Tatapan lelaki itu lurus dengan wajahnya yang dingin.

Gama hendak membuka suara kembali memarahi Hera, tetapi kalimatnya tertelan di tenggorokan saat bola mata Gama melihat jemari tangan Hera yang mengucurkan darah yang lumayan banyak.

Terbesit rasa panik di hati lelaki itu.

"Dasar ceroboh! Apa yang kau lakukan di dapurku? Kau ingin memasak dengan tangan yang terluka? Jika darahmu ini sampai mengotori barang-barang milikku, aku tidak akan mengampunimu, Hera!" Gama mendekat. Ia menarik tangan Hera menuju wastafel lalu membasuhnya.

Hera tidak memberontak. Ia bingung menatap pada Gama yang justru fokus membasuh luka di tangan Hera yang berdarah itu dengan air keran.

'Apa yang terjadi denganku? Mengapa jantungku selalu berdegup secepat ini setiap kali berada di dekat Gama? Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya 'kan? Tidak mungkin aku mencintai monster ini,' tanya Hera dalam hati.

Saat itu Gama pun menggeser matanya hingga bertemu dengan mata Hera yang menatapnya. Hera terhenyak lalu segera mengalihkan pandangannya ke bawah. Dimana air keran itu baru saja dimatikan oleh Gama.

"Ikut aku!" perintah Gama. Menarik tangan Hera untuk mengikutinya.

Hera sedikit memberontak. "Kau tidak perlu menarik tanganku begini. Aku tidak akan lari!" 

Ya! Lagipula kemana Hera akan lari? Ia sudah tidak memiliki keluarga. Paviliun milik Gama sudah menjadi rumahnya. Meskipun sebenarnya Hera masih memiliki rumah peninggalan kedua orang tuanya. Namun Hera tidak bisa tinggal di sana. Sebab rumah itu masih lekat dengan kenangan kedua orang tuanya.

Gama mengambil sebuah kotak dan ia mendudukan Hera di kursi yang berhadapan dengannya. Awalnya Hera merasa bingung dengan apa yang hendak Gama lakukan. Tapi ketika melihat Gama mengeluarkan obat merah, Hera pun mengerti. 

Jadi monster di hadapannya ini akan mengobati lukanya. Benarkah seperti itu? Entah ada angin dari mana sampai Gama mau peduli padanya.

'Sejak kapan dia mulai peduli pada orang lain?' Hera kembali bertanya dalam hatinya. Matanya menatap kepala Gama yang menunduk membalut luka di jarinya dengan plester.

"Mulai sekarang aku minta kau tidak usah memasak untukku! Karena aku tidak membutuhkan pelayanan apapun darimu!" tegas Gama menaikan pandangannya menatap Hera. Tatapannya sedingin es. Membekukan tubuh Hera. 

"Sekeras apapun kau berusaha menarik simpati dariku, aku tidak akan pernah peduli!" lanjut Gama melepaskan tangan Hera dari genggamannya, lantas lelaki tampan itu mendorong kursi hingga berderit dan berjalan meninggalkan Hera yang menatap punggungnya dengan bibir yang terkatup rapat.

Bab terkait

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Mengapa Harus Cinta Padanya?

    Namun langkahnya belum sampai melewati pintu, Hera kembali bersuara."Jangan terlalu percaya diri, Gama. Jika bukan karena kau suamiku, aku tidak akan mau bersusah payah memasak untuk lelaki yang tak tahu berterimakasih sepertimu. Aku melakukannya bukan demi dirimu, tapi demi kedua orang tuaku yang selalu berpesan agar aku melayani suamiku dengan baik. Tapi sayangnya mereka tidak tahu jika lelaki yang kunikahi adalah manusia yang tak berperasaan!" teriak Hera menatap punggung Gama yang tegap dan lebar.Gama berbalik menatap Hera dengan alis yang terangkat."Terserah. Kalau begitu lakukan saja apa yang kau mau. Dan aku tidak akan peduli!" balas Gama melayangkan tatapannya yang menusuk ke arah Hera, sebelum ia melengos pergi dan tubuhnya menghilang di balik pintu itu.Hera mematung. Lalu ia menjatuhkan dirinya di kursi yang tadi ia duduki. Hatinya mencelos mendengar ucapan Gama. Hera tersenyum miris menertawakan kebodohannya sendiri.Hera memegangi d

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Mencemaskan Monster Tampan

    "Jangan! Jangan! Aku mohon jangan ganggu karirku. Pekerjaanku hanya sebagai model saja. Jika aku sampai diblacklist dari semua agency model, darimana aku mencari uang?" mohon Bastian. Yang kemudian dibalas oleh Gama dengan dengkusan masam seraya mengedikkan bahunya tak peduli."Itu bukan urusanku!" tegas Gama melayangkan tatapannya yang setajam elang. Tatapannya itu mampu menembus hingga ke jantung Bastian. Membuat tubuh lelaki itu membeku di tempat duduknya.Bastian tidak menyangka jika si lelaki bertopeng tadi adalah orang suruhan Gama. Bisa jadi dia salah satu dari sekian banyak bodyguard yang Gama miliki. Dan sialnya, Bastian seperti mati kutu. Ia tidak berdaya di hadapan Gama yang tentu saja memiliki kekuasaan dibanding dirinya."Kau telah salah memilih musuh. Seharusnya sebelum bertindak, kau harus mencari tahu dulu tentang siapa musuhmu sebenarnya," geram Gama sambil menarik rahang Bastian hingga mendongkak menatapnya."A-apa maksudmu?" Basti

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Rasa Cinta

    "Diar. Apa Gama belum pulang?"Diar sedikit terkejut mendengar pertanyaan Hera. Namun senyum kecil tertahan di bibir pelayan itu. Rupanya, Gama lah yang sedang Hera pikirkan.Ini memang sudah pukul dua belas malam. Seharusnya di jam seperti ini, semua orang di paviliun sudah tidur. Tapi Hera malah menyibukan diri memikirkan suaminya.Diar menggeleng pelan. "Belum, Nyonya Hera. Tuan Gama belum pulang." jawaban itu membuat Hera mendesah kecewa.Diar tersenyum lagi saat melihat raut khawatir tampak di wajah Hera. Gurat kecemasan itulah yang membuat Hera sulit untuk tidur.'Di mana Gama? Ini sudah mau tengah malam tapi dia belum pulang juga. Bahkan sekarang hujan deras. Sial! Kenapa aku jadi mencemaskannya seperti ini.' Hera mengutuk dirinya sendiri dalam hati.Jika mengingat sikap Gama yang tidak ada manis-manisnya, seharusnya Hera tak perlu mengacuhkan lelaki itu meskipun ia diterkam serigala, atau ditelan ikan paus sek

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Malam Pertama yang Tertunda

    Kini langkah Gama sudah memasuki ke dalam paviliun. Paviliun itu tampak sepi. Karena semua orang yang tinggal di dalamnya sudah tertidur di kamar mereka masing-masing.Tujuan Gama adalah kamar Hera. Entah iblis darimana yang menuntunnya untuk pergi ke kamar wanita itu. Tapi Hera adalah istrinya.KLEK!Tangan Gama membuka pintu kamar Hera secara perlahan. Dilihatnya wanita itu sedang terlelap di atas ranjang. Dengan selimut tebal yang menutupi hingga ke pinggangnya.Dalam cahaya remang lampu tidur, Hera tampak begitu cantik. Rambut indahnya terurai menutupi bantal. Dan Gama melangkah makin dekat, berdiri di samping ranjang sembari matanya menatap Hera dengan pandangan berkabut penuh gairah."Hhhhh.." Gama mendesah.'Mengapa dia terlihat begitu cantik, terlebih saat sedang tidur dengan tenang seperti ini?' batin Gama.Setahun menjadi suami Hera, baru kali ini Gama melihat istrinya itu tertidur pulas di depannya. Gama t

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Pergi karena Luka

    Kemudian Hera turun dari ranjang dengan menahan sakit di kewanitaannya. Hera membawa serta selimut tebal yang kini membalut tubuhnya itu ke dalam kamar mandi. Karena pakaian tidurnya sudah tak terselamatkan. Hanya sisa robekan kainnya yang berserakan di lantai.Ingin menghilangkan rasa sentuhan tangan Gama dalam tubuhnya, Hera segera menyalakan shower, membuat airnya yang deras jatuh membasahi rambut dan seluruh tubuhnya."Iblis! Tidak memiliki hati! Tidak berperasaan! Kau sangat kejam, Gama. Aku tahu kalau aku adalah istrimu. Dan sudah kewajibanku memberikan nafkah batin untukmu. Tapi bukan seperti ini caranya. Kau malah membuat terhina. Malam ini kau memperlakukanku seperti pelacur. Aku membencimu. Sangat membencimu."Hera tak henti-hentinya merutuki apa yang telah Gama lakukan padanya. Sembari ia menggosok-gosok tangan dan tubuhnya dengan kasar. Berharap aroma parfum lelaki itu tidak tercium lagi di tubuhnya.Setengah jam berlalu, Her

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Hera Pergi?

    “Apa kau bilang? Hera pergi?! Pergi bagaimana maksudnya?”Sore ini, kedua orang tua Gama datang bermaksud ingin bertemu dengan anak dan menantu mereka. Namun saat tiba di sana, mereka tidak menemukan Hera.Biasanya saat Darma dan Jessy berkunjung, Gama selalu menyuruh Hera berpura-pura jika pernikahan mereka baik-baik saja. Kedua orang tua Gama bahkan tak pernah tahu sebelumnya jika Hera selalu tinggal di paviliun. Yang mereka tahu, Hera tinggal satu atap dengan Gama. Sebagaimana suami-istri kebanyakan.Dan ketika Darma dan Jessi menanyakan dimana Hera berada pada Gama, dengan hembusan napas lelah Gama menjawab kalau Hera pergi dari rumah.“Gama! Kenapa diam saja? Papa sedang bertanya padamu. Apa yang terjadi pada Hera?! Mengapa dia sampai pergi dari rumah? Ke mana dia?” dengan kesabaran yang mulai habis, Darma meninggikan suaranya. Mendesak Gama yang sedang berdiri di hadapannya itu untuk bicara.Jessy juga mena

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Si Tuan Tampan Steve Anderson

    Riak wajah Darma yang tadi merah padam karena kemarahannya pada Gama, kini rona itu sudah menghilang. Darma hanya menatap putranya dengan raut lelah. Sementara tangannya kembali menepuk pundak Gama, bedanya kali ini mereka sudah berdiri saling berhadapan.“Cari Hera sampai ketemu. Kau harus menemukannya. Bagaimanapun dia istrimu. Meskipun sebenarnya Papa sangat kecewa padamu, Gama. Tapi semuanya sudah terjadi. Mungkin ini salah Papa karena sudah memaksamu menikah dengan Hera padahal kau tidak mencintainya. Jika nanti Hera ketemu, Papa pasrah kalaupun nantinya kalian akan memilih berpisah. Mungkin pernikahan kalian memang tidak bisa dipertahankan meski sebenarnya Papa sangat menyayangi Hera dan merasa tidak enak dengan ayahnya yang sudah tiada.”Darma berusaha berpikir bijak. Ia tidak lagi berapi-api memarahi ataupun menampar Gama. Darma pikir sedikit banyak ia juga berperan dalam hal ini.Karena Darma lah yang sudah memaksa Gama untuk menikahi Hera.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Hamil 1

    Steve tersenyum.“Kalau begitu, aku ucapkan selamat bergabung dengan Butik Anderson. Semoga kau bisa bekerja dengan baik,” ucap Steve sebelum akhirnya ia memalingkan wajahnya dan mengedarkan pandangan pada para karyawan yang berdiri menyambutnya.“Setelah ini kalian semua bisa kembali bekerja. Terimakasih untuk sambutan kalian,” tutup Steve lalu ia melanjutkan langkahnya memasuki butik yang sangat ia rindukan.Setelahnya Steve masuk, semua karyawan wanita langsung menjerit tertahan dan mengepalkan tangan mereka dengan gemas. Menatap punggung lebar lelaki itu yang masuk ke dalam lift. Ruangan boss memang berada di lantai tujuh. Sementara butik ini memiliki tujuh lantai.“Tuan Steve semakin tampan!”“Style rambutnya berubah, tapi itu tidak mengurangi ketampanannya sedikitpun!”“Ya Tuhan! Terimakasih sudah menciptakan lelaki setampan Tuan Steve di dunia ini.”Hera meringis

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24

Bab terbaru

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Bersatu Kembali! TAMAT

    Steve menyentuh lengan Hera, mengusap punggungnya menenangkan.“Maaf. Aku tidak tahu kalau Mentari akan jadi murung dan tidak mau makan seperti ini karena bersikeras menunggu Gama.” anak itu memang tidak mau makan. Padahal Steve sudah menjelaskan padanya bahwa sebenarnya Gama tidak akan datang ke Singapore.Tetapi anak itu tetap bersikukuh menunggu Gama sambil menatap ke luar jendela yang terbuka, membiarkan angin menerpa kulit wajahnya yang putih, terkadang menggoyangkan rambutnya perlahan.Suara bell yang berbunyi membuyarkan lamunan mereka. Hera mengerjap, menoleh ke arah pintu.“Mungkin itu tukang laundry. Aku akan bukakan pintu dulu,” katanya yang dijawab anggukan oleh Steve.Kaki jenjang Hera berjalan menuju pintu, tangan itu menarik kenop dan membukanya.Selanjutnya mata Hera membeliak lebar. Mulutnya terbuka saking tidak percayanya dengan apa yang ia lihat saat ini.“Ga-Gama!” pe

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Sesal Sudah Membohongi Mentari

    “Ma? Kita akan kembali ke Singapore ya? Kita akan naik pesawat lagi seperti waktu itu?” berjalan di bandara, Mentari yang dituntun oleh Steve dan Hera di kedua sisi, kini mendongkakan kepala menatap Hera.Hera menunduk, lalu tersenyum mengangguk.“Benar, sayang. Kita akan kembali ke Singapore.”“Tapi kenapa kita harus kembali ke sana, Ma? Padahal aku sudah betah di rumah Kakek Bimo dan Nenek Fatma.” pertanyaan kedua kembali meluncur dari mulut mungilnya, mendesak Hera untuk segera memutar otak, mencari jawaban yang paling tepat.“Mama sangat merindukan Singapore. Dan kau pun merasakan hal yang sama, bukan?” Hera mencubit pelan hidung mungil Mentari. Di sampingnya, Steve mengulum senyum tipis.“Ma. Apa Papa tidak ikut dengan kita?”Hera tertegun menghentikan langkahnya. Nama lelaki yang tidak ingin ia dengar, kini justru keluar dari mulut anaknya sendiri.Hera dan Steve

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Harus Pergi

    Mobil Gama dan mobil Steve keluar beriringan melewati gerbang rumah Iren.Di balik kemudi, Gama memukul setir, sembari mengeletukan giginya saat matanya terus menatap tajam ke arah mobil Steve yang melaju di depan sana.“Aku penasaran. Apa benar dia sedekat itu dengan Hera?” gumamnya diliputi rasa cemburu.Mendadak Steve menghentikan mobilnya ketika tiba-tiba mobil Gama menghadang di depan sana. Sepertinya Gama sengaja menghalangi laju mobil Steve.Membuat Steve mengerutkan keningnya heran. “Apa yang dia lakukan? Apa maksudnya menghentikan mobil di depan mobilku?”Sedikit kesal Steve membuka seatbeltnya. Tangannya membuka pintu, kakinya turun menapaki aspal. Lantas dengan menyingsingkan lengan kemejanya, Steve berjalan menghampiri Gama yang kini sudah berdiri di depannya sambil berpangku tangan.“Ada masalah apa kau denganku, Brother? Apa kau tidak tahu bagaimana caranya menghentikan mobil di jalanan?” tan

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Cemburu Membakar Hati Gama

    “Kalian berbeda karena—““Iren!” Bimo yang datang langsung menegur Iren agar tidak melanjutkan ucapannya. Membuat Hera dan Gama yang sempat terkejut, kini bisa menarik napas lega.Bimo mendekat, menghampiri Mentari dan mengusap puncak kepala anak itu. “Tidak, sayang. Jangan pikirkan apa yang Tante Iren katakan. Kau kembali belajar ya.”“Iya, Kek.” Mentari mengangguk, kembali fokus menunduk pada buku tiga dimensi di pangkuannya, lalu mengenali setiap gambar yang ada di sana.Sedangkan Bimo melayangkan tatapan tajamnya pada Iren. Membuat Iren kebingungan. Karena ia merasa tak melakukan salah apapun.“Lain kali jaga bicaramu. Jangan sampai kau mengatakan sesuatu yang akan mengganggu pikiran dan perasaan Mentari!” bisik Bimo di telinga Iren.Setelahnya, Gama mengajak Mentari bermain di halaman belakang. Hera membantu Fatma menyiapkan makan siang di atas meja. Saat akan menga

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Kenapa Papa dan Mamaku Berbeda?

    Malam ini hujan deras mengguyur kota Jakarta. Langitnya hitam pekat, sepekat perasaan Gama saat ini.Mendesah pelan, Gama berdiri menyandarkan punggungnya pada tembok rumah sakit. Dengan ditemani Hera yang berdiri di sampingnya. Setelah Iren tak sadarkan diri, ia langsung dilarikan ke rumah sakit. Beruntung Iren tidak terlambat mendapatkan pertolongan medis. Mengingat ia bisa saja kehabisan darah.“Apa Mentari sudah tidur?” tanya Gama pada Hera, tetapi matanya tetap menatap nyalang ke depan.Hera melirik Gama sebentar, lalu mengangguk. “Ya. Bibi mengirimkan pesan, katanya dia sudah tidur setengah jam yang lalu,” jawab Hera.Gama mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Gama memijit pangkal hidungnya, kepalanya terasa pening. Banyak sekali masalah yang memenuhi pikirannya. Dan sepertinya masalah yang terjadi saat ini adalah yang paling berat. Gama tidak tahu apa ia sanggup m

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Nekat Demi Cinta

    Baru saja pantatnya menyentuh kursi kemudi, matanya kembali melirik ke arah papper bag itu yang sekarang sudah bergabung dengan bunga yang Gama beli. Itu juga khusus untuk Hera.“Semoga dia akan menyukainya. Ah, aku sangat tidak sabar. Ingin segera menikahimu dan memulai semuanya dari awal lagi. Kali ini tidak boleh ada penderitaan, rasa terpaksa, atau saling menyakiti. Pernikahan kita harus berdasar cinta dan kasih sayang. Karena hanya cinta yang akan menjadi pondasi terbaik dalam pernikahan. Meskipun aku belum pernah mendengar kata cinta dari mulut Hera, tetapi cukup melalui tatapannya saja, aku sudah tahu kalau Hera pun mencintaiku.”Setelah mengucapkan itu, senyumnya kembali melebar. Hatinya melambung tinggi, rasanya Gama ingin segera bertemu Hera, melihat wajah cantiknya, mendekapnya seerat yang ia bisa.Untuk bisa mewujudkan keinginannya itu, maka Gama segera melajukan mobilnya menuju ke rumah Bimo dan Fatma. Dimana dua wanita yang sangat

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Kalung untuk Hera

    Hera tersenyum. Menggeser pandangannya hingga tertuju pada Mentari. Lalu ditariknya tangan Gama untuk mendekati kursi roda Mentari.Gama tidak tahu apa yang akan Hera lakukan. Tetapi ia tetap mengikuti wanita itu.“Mama! Om Gama!” mata bulat Mentari berbinar senang begitu Gama dan Hera tiba di hadapannya.Gama tersenyum pedih. Mendengar mulut Mentari masih menyebutnya om, membuat hati Gama meringis.Hera berjongkok, meraih tangan Mentari lalu menatap matanya lamat. Fatma dan Bimo hanya memerhatikan dari samping kiri dan kanan bocah mungil itu.“Mentari. Mama ingin mengatakan sesuatu padamu. Jadi dengarkan Mama baik-baik. Oke?”“Iya, Ma.” kepala mungilnya mengangguk.Hera menarik napas sebentar, melirik sesaat ke arah Gama yang berdiri gelisah, kemudian matanya kembali menatap Mentari yang memasang wajah penasaran di depannya.“Apa kau ingat, dulu kau sering bertanya tentang siapa nama P

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Aku Ingin Mentari Memanggilku Papa

    Gama hanya menatap Iren dengan lurus. Meski hatinya juga tak tega melihat Iren menangis di depannya.“Ayahmu bukannya tidak menyayangimu. Tetapi dia tahu kau tidak akan bahagia jika menikah denganku,” ucap Gama meralat perkataan Iren.Tetapi Iren menggeleng, tetap dengan anggapannya.“Tapi hatiku sangat yakin kalau aku akan bahagia dengan pernikahan kita. Aku yakin itu!”Kali ini Gama yang menggelengkan kepalanya, melepaskan genggaman tangan Iren hingga membuat raut wajahnya semakin merengut kecewa.“Ini pasti sangat berat buatmu. Tapi aku lebih setuju dengan Ayahmu. Jadi maaf, aku tetap pada pendirianku. Rencana pernikahan kita tidak akan bisa dilanjutkan.”Gama kemudian membalikan badan, mengalihkan pandangan dari Iren, enggan terus melihat tangis wanita itu yang membuatnya semakin merasa tak tega.Iren membuka mulutnya terperangah. Matanya menatap Gama dengan wajah sedih. Hatiny

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Ayah Lebih Menyayangi Hera Dibanding Aku

    Dengan tangan yang gemetar, Darma mengusap air di sudut matanya. Perlahan kakinya melangkah mendekati sofa dimana Mentari duduk.“G… H… I… J…”“Mentari!” panggilnya pelan.Mentari mendongkak menatap Darma, alisnya bertaut bingung, matanya mengerjap bertanya-tanya, siapa kiranya lelaki tua yang saat ini menatapnya berkaca-kaca ini? Mengapa dia mengetahui namanya?“Kakek siapa?” tanyanya penasaran.Di belakang sana, Hera tersenyum melihat Darma yang ikut duduk di samping Mentari. Menyentuh kedua tangan mungilnya, mengecupinya berkali-kali.“Kakek jangan menciumku! Kata Mama aku tidak boleh dicum sembarangan oleh orang asing!” dengan cepat Mentari mengusap kedua pipinya yang baru saja diciumi oleh Darma, Darma terkekeh melihat itu.Hera meringis, ia memang pernah memberitahu Mentari untuk tidak sembarangan menerima ciuman orang karena takut dengan kas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status