Share

Berhenti Menunggu

Musim kering berangsur menjadi lembab. Jendela-jendela rumah dipenuhi jutaan titik embun. Toserba emperan jalan, mulai men-stock dagangan jas hujan dan payung aneka warna. Kedai-kedai kopi semakin lihai mengepulkan asap. Jalanan yang pernah retak, kini dipenuhi lumpur dan air dari selokan. Agam masih bekerja menjadi pelayan toko, Bunda juga tetap sama dengan rutinitas merapalkan doa supaya Shofi segera pulang.

Jika dahulu Bunda enggan menyiapkan sarapan, lain dengan hari di musim basah itu, Bunda mulai mengepak bekal untuk Agam—memasukkan ke tas ransel kecilnya, juga menuangkan teh hangat ke botol minuman yang dibawa Agam.

Bunda mulai memperhatikan kebutuhan Agam. Jika Agam sudah berangkat kerja, ia akan bersih-bersih, shalat dhuha, membaca Al-Qur'an, mengirimkan doa-doa, terus berharap semoga Shofi tetap selamat. Bunda sudah lelah mengharapkan polisi.

"Bunda ..." lirih Agam memanggil sambil mengalungkan ransel. Ia baru saja mengecup punggung tangan Bunda. Bersiap berangkat kerja sh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status