Share

Ditendang Keluar

Keesokan harinya—ketika matahari masih malu-malu membuka mata. Sekelompok santri putra, dipimpin oleh Aim dan rekan sekamarnya Rozak. Aim merupakan pemuda berperawakan bongsor dengan beberapa titik jerawat di permukaan pipi. Lain dengan Rozak yang lebih mirip dengan tiang listrik di pinggiran jalan.

Detik itu ketika embun membutir di permukaan daun kaladium di depan rumah ndalem, para santri bersorak-sorai memuntahkan kekecewaan yang dari kemarin tertahan diam. Tangan saling terkepal menuju angkasa. Rupa-rupa disiram hangat matahari, sementara hati disulut kobaran api emosi.

"Usir Gus Farhan!" teriak Aim sang provokator.

"Usir! Atau kami semua akan pergi meninggalkan pondok!" sahut Rozak menguatkan.

"Setuju!" santri masa yang lain mengimbangi.

Umi yang sedang menyapu ruang makan langsung melongok keluar jendela. Sapu yang digenggam tangan tetiba jatuh terkapar, sampah debu kembali terbang bebas. Umi berlari menghampiri Abah Aziz. Suaminya tengah meraih handel pintu, menyambut para
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status