Share

Dengarkan, Bah!

"Abah ..."

Gus Farhan menghampiri Abah Aziz yang sedang berdiri di serambi masjid, menyaksikan rutinitas pagi para santri. Ada yang bergegas mandi kemudian menuju dapur, sarapan lantas berangkat sekolah. Ada juga yang masih sibuk mengeluarkan keringat, menyongsong matahari terbit dengan lari-lari kecil, pun ada yang duduk khusyuk di dalam masjid, senantiasa menggemakan ayat-ayat suci Al-Quran sembari menunggu waktu sujud dhuha tiba.

Sinar matahari menyepuh wajah Abah Aziz, membuatnya berseri-seri dan kewibaannya bertambah tajam.

"Ada apa, Farhan?" Abah Aziz merespons dengan lembut. Dalam kondisi tenang ia tidak membawa-bawa rasa kecewa juga sakit hatinya akibat ulah Gus Farhan. Abah Aziz sudah berpengalaman dalam mengolah emosi.

"Farhan merasa seperti kucing yang dikurung sang majikan," ungkap Gus Farhan beranalogi. "Setelah dibiarkan mencari pengalaman hidup berlimpah di luar sana dengan liar," lanjut Gus Farhan sambil mengenang kisahnya selama berada di Negara Mesir. Saat itu ia
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status