Julian datang ke kantor hanya untuk menerima beberapa dokumen untuk ditandatangani, kemudian pergi kerumah sakit dengan membawa laptop yang berisikan rekaman CCTV di rumahnya, dia akan menyeret siapapun yang telah mencoba untuk membunuh adiknya, dan walaupun itu ayahnya sendiri.
Julian tidak akan memberikan toleransi pada siapapun.
Dia cukup lega mendengar jika kondisi adiknya berlangsung baik dan bahkan tubuhnya memberikan reaksi yang bagus selama pemeriksaan, adiknya harus terus diperhatikan setiap 5 jam sekali, karena melakukan operasi saat tubuhnya hampir alergi karena obat cukup beresiko. Dan bahkan jika adiknya tidak kuat, mungkin saja dia bisa mengalami koma.
Julian melewati lorong rumah sakit dengan langkah tegasnya, adiknya berada di lantai delapan. Dia masuk ke dalam lift yang tidak terlalu banyak yang naik, hanya ada satu orang yang sedikit mencurigakan, dia memakai jaket, topi, dan masker. Semua serba hitam.
Tapi dirinya mencoba mengabaikan, dia sudah merahasiakan keberadaan adiknya dengan tidak memberitahu nama asli sang adik saat dirawat, Julian yang seharusnya melakukan pertemuan untuk kerjasama dengan Group JS. Harus membuat alasan yang masuk akal untuk bisa meyakini mereka.
Tepat saat lift berhenti di lantai delapan saat Julian selesai mengirim pesan pada Yuri, dia terlalu banyak membebani sekretarisnya. Mau bagaimana lagi Julian belum menentukan orang yang sesuai dengan keinginan untuk menggantikan posisi Yuri saat ini.
Julian merasa seseorang mengikutinya, dia menoleh ke arah belakang namun tidak ada siapapun disana, dan saat akan membuka pintu ruangan Sean dia melihat pria serba hitam itu lagi, melihat hal itu membuat Julian mengurungkan niat untuk masuk kedalam.
“untuk apa bersembunyi?” ucap Julian, dia memasukkan kartu akses kamar Sean dalam saku jasnya, dia menatap kearah pria itu dengan wajah datarnya.
“jika kau ingin melukaiku lakukanlah, kebetulan lantai ini masih sepi” ucap Julian lagi.
“Kau akan menyesali apa yang terjadi” ucap pria serba hitam, dia berbalik arah dan masuk ke dalam lift yang belum tertutup.
Julian mencoba mengenali wajah itu, ada sedikit persamaan dengan Vins putra Tuan Cassano. Tapi tidak bisa dipastikan itu dirinya karena Julian belum terlalu hafal dengan wajah Vins. Mengingat pertemuan keduanya sangat singkat.
Dia menunggu sampai lift itu turun kelantai dasar, Julian sedikit khawatir dengan Sean sekarang, Julian tidak bisa menganggap remeh siapapun apalagi pria itu secara
terang-terangan mengatakan hal itu.
Itu berarti orang disekitarnya dalam ancaman atau target untuk menyeret Julian, karena tidak mungkin semua ini tidak ada kaitannya dengan dirinya.
Padahal Julian tidak pernah menyakiti siapapun, dia juga tidak menjalin hubungan setelah berpisah dengan Yeri, dan Julian juga tidak pernah membuat sebuah perusahaan hancur karena dirinya.
Dia melangkah masuk kedalam setelah memastikan jika pria itu tidak kembali, dia berjalan sedikit mengurangi suara, dia melihat sang adik yang tidak begitu banyak dipenuhi alat, sangat berbeda saat berada di ruang UGD.
Julian mengeluarkan ponselnya lagi, dia menerima banyak sekali email masuk dan beberapa jadwal yang harus direkap ulang karena segalanya Julian undur, jika sudah berganti musim perusahaan akan sangat sibuk untuk bidang pakan dan lainnya.
Saat matanya menatap saat adik, Julian dibuat terkejut karena Sean sudah membuka kedua matanya, dia tersenyum dan segera menekan tombol untuk memanggil dokter.
“kau sudah bangun?” tanya Julian, dia menatap sang adik penuh dengan suka cita, dia ingin sekali langsung bertanya apa yang telah terjadi selama dirinya tidak kembali tapi Julian tidak ingin langsung membuat sang adik kepikiran dan mengganggu kesehatannya.
Dokter dan beberapa perawat memasuki ruangan, Julian sedikit menjauh, memberikan mereka akses untuk memeriksa kondisi Sean, dia berharap dengan sadarnya sang adik memberikan respon yang baik.
Hampir lebih dari lima belas menit. Julian mengamati para dokter dan suster memeriksa kondisi sang adik, dia hanya mengintip dari sela-sela yang terlihat, dan kemudian Julian sedikit bingung mereka membuat sang adik tertidur lagi.
Dokter membawa Julian untuk duduk disofa.
“bagaimana perkembangan adikku?” tanya Julian, dia harus tetap tenang dan percaya pada ahlinya.
“ini suatu kemajuan yang sangat bagus, Tuan Sean bisa melewati masa kritis karena obat tidurnya, dia masih harus tidur panjang karena efek obat itu, tapi Tuan Sean harus menjaga kondisi dan harus berhati-hati lekas operasi,” Ucap Dokter.
“bolehkah aku bertanya?”
“Tentu”
“aku berencana memindahkan adikku untuk dirawat di rumah, apakah itu boleh? Aku sedikit tidak nyaman terus meninggalkan dirinya sendirian disini, aku juga tidak mempunyai kerabat jadi hanya aku saja yang diam memiliki” ucap Julian, awalnya dia tidak pernah berpikir akan merawat Sean, tapi menyadari banyak yang mengintai dirinya dan seakan ingin menghancurkan orang terdekatnya, Julian harus membuat pilihan ini.
“aku tidak bisa memutuskan sekarang, tapi jika sore hari kondisinya semakin baik, aku akan mengizinkannya” Ucap sang dokter, dia meninggalkan ruangan itu setelah berdiskusi dengan Julian.
Julian menelpon Yuri lagi, pria itu harus memerintahkan semua untuk memperketat penjagaan di Villa, memerintah Yuri untuk lebih banyak membawa orang yang tentu sudah dilatih sebelumnya, mencari supir pribadi untuk Liera dan juga yang bisa mengawasinya selama di sekolah.
“Yuri, apa kau sudah membaca semua pesanku?”
Yuri : ‘sudah Tuan Julian, mereka akan segera menuju rumah sakit, aku juga akan hadir kesana’
“apa kau sudah menghubungi dokterku? Aku membutuhkan dirinya, untuk merawat adikku dirumah”
Yuri : ‘Dokter? Bisakah Tuan Julian saja yang menghubunginya? Urusanku masih begitu banyak disini!’
Yuri menutup panggilan itu secara sepihak, dia mungkin akan segera mengundurkan diri jika Julian terus membebani semua masalahnya pada dirinya, jika Yuri sedang tidak bersama bawahan mungkin wanita itu sudah menempatkan kalimat yang bisa merusak gendang telinga pria itu.
Julian tidak marah karena wanita itu menutup teleponnya, dia tahu jika dokter itu bukan pria yang mudah untuk dihubungi apalagi dia seorang dokter yang sangat baik pada keluarga Julian, dan termasuk teman Julian sedang SMA.
Sambil menunggu Yuri datang, dirinya memutuskan untuk melihat semua rekaman CCTV yang menghabiskan lebih dari 3 jam, belum lagi jika suatu mencurigakan Julian harus memutarnya berulang kali.
Waktu terus berlalu, setelah berdiskusi panjang dengan Yuri dan juga bodyguard yang akan membantu dirinya, Julian kembali memutar semua rekaman CCTV selama hampir seharian.
Selama dua hari menjelang acara itu banyak sekali orang baru yang berkeliaran disana, ada beberapa petugas pembersih yang memang Tuan Grew pesan, mereka juga dengan bebasnya membiarkan adiknya berkeliaran dengan banyak orang disana, ini benar-benar membuat Julian geram ingin sekali menegur sang ayah yang ternyata begitu lalai menjaga adiknya.
Sampai pemutaran dimana ada dua orang berpakaian seragam petugas masuk kedalam Sean setelah menyeret adiknya masuk kedalam, Julian menetap detik dan pukul berada itu terjadi, dan mencoba mengingat apakah dirinya sudah datang belum.
Kedua orang itu keluar setelah diluar kamar Sean tanpa sepi, mereka terlalu rapat sampai Julian tidak mempunyai cela untuk mencari wajah mereka, kedua orang itu pasti suruhan orang lain yang mungkin ingin menghancurkan keluarganya.
Tak lama setelah kedua orang itu pergi, Julian melihat sang ayah dan Tuan Grew melintas di kamar Sean, pria itu sempat mengintip ke arah pintu kamar yang terbuka sedikit, tapi pria itu langsung mengabaikan saat Tuan Grew mengajaknya segera meninggalkan lotong itu.
Julian menyesal tidak bisa memiliki bukti lagi, karena dirumah itu tidak ada CCTV yang mengarah ke dalam kamar sang adik, tapi Julian cukup tahu jika sang ayah sudah benar-benar keterlaluan kali ini, walau Sean memiliki kekurangan tidak seharusnya diabaikan seperti itu.
Sekarang Julian melompat pada rekaman sebelum dia mengunjungi rumah sang adik, mungkin saja dirinya bisa menemui sesuatu, karena dokter berkata Sean diberi obat obat tidur dua kali dihari yang berbeda dengan dosis yang berlebihan, bisa jadi hal itu dilakukan hari dimana Julian berkunjung.
Pada pukul 11.45 siang, tepat selang 15 menit sebelum Julian datang, ayahnya meninggalkan rumah dan saat itu sean sedang bermain dengan mainannya di ruang tamu, seseorang pembantu menghampiri Sean dan mengeluarkan sebuah botol obat.
Julian dibuat tidak percaya dengan apa yang dilakukan pembantu itu pada adiknya, memaksa Sean untuk meminum pil obat dengan jumlah yang banyak dan dengan kasar menyuruh adiknya masuk kedalam kamar lalu mengunci pintu kamar itu dalam keadaan benar-benar tidak ada siapapun yang melihat.
Julian mengepal tangannya dengan kesal, Julian yakin kedua pria itu memiliki orang dalam untuk menjalankan segala rencananya, dia bahkan bermain dengan baik dimana melibatkan orang lain dan keduanya bersembunyi.
“Kakak?”
Julian menatap ke arah ranjang dimana Sean berbaring disana, pria itu menutup laptopnya dan berjalan mendekati sang adik, Julian tidak menyadari jika waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.
“kamu baik? Katakan jika kau merasa sakit di bagian tubuhmu” ucap Julian, perasaan begitu rumit saat ini. Dia ingin sekali menemukan kedua orang itu dan menemui pembantu itu juga, menyelesaikan masalah ini secara hukum.
“Kakak? Kenapa aku ada disini?” tanya Sean, dia menatap bingung ke seluruh arah ruangan ini, terakhir dia ingat adalah kamarnya. Dan belum lagi tubuhnya terasa lemas dan juga sedikit rasa sakit yang berasal dari perutnya.
“kita akan segera pulang,” Julian menghubungi dokter rumah sakit ini, dia tidak bisa menatap berapa wajah sang adik begitu bingung dan wajah yang tidak membenci siapapun, dia begitu polos dan terlalu menyakitkan jika Julian menjadi dirinya.
‘kau masih menderita karenaku, jika ada sebuah keajaiban membuatmu sembuh, aku akan memberikan apapun resikonya dan melakukan jika itu harus mengorbankan segalanya’ ucap Julian, dia membuat janji untuk Sean.
Tapi pria tidak tahu resiko apa yang akan lebih berat jika Sean sembuh nanti.
Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusanny
« Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. »Kemarin malam Julian mengatakan jika hasil ujian Liera kali ini melebihi apa yang akan diajukan Julian, pria itu akan memberikan sebuah tiket liburan selama 2 minggu ke Paris, tentu saja itu dengan syarat jika Julian ikut dengannya.Kota Paris adalah kota yang sangat ingin Liera kunjungi, dia ingin melihat menara terkenal itu dan mengenal kota yang memiliki julukan ‘romantis’ banyak sekali novel yang pernah dirinya baca tentang kota paris, dan dirinya memutuskan keinginan itu pada Julian.Apalagi setelah ujian dirinya akan bebas dalam segala kegiatan sekolah, membuan
Kebahagian?Sebuah hal yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada yang kebahagiaan berasal dari uang, ada yang terjadi karena hal kecil.Karena manusia tidak bisa mengukur kebahagian orang lain hanya dalam satu pandangan saja, bahkan hal seperti itu bukan lagi hal yang harus diperdebatkan.Beberapa hari kemudian.Sesuai dengan yang sudah disepakati sebelum Julian dan Leira memutuskan untuk memisah kamar mereka, kamar mereka bersebelahan dengan satu pintu penghubung untuk kedua ruangan mereka.
Dengan seragam berwarna dominasi antara putih dan abu-abu, dia melangkah melewati jalanan kota di pagi hari, hanya perlu menyebrang untuk sampai di sekolahnya.Hari ini cerah sesuai dengan suasana hatinya, sampai menggenggam ranselnya, pria itu melangkah ke penyebrangan jalan, di sana tidak terlalu banyak mobil yang melintas. Dan hanya beberapa siswa yang berlawan arah melintas.Pandangan pria itu tertuju pada seorang gadis kecil yang menyebrang dengan orang tuanya, dia cantik dengan dua rambut yang diikat dan seragamnya.Pria itu terlalu fokus hingga dari arah kejauhan mobil dengan kecepatan tinggi melintas dan kecelakaan itu benar-benar terjadi.
Sesuai janji yang Julian katakan, dia akan menceritakan segalanya tentang kehidupan Sean jika Liera berhasil meyakini Asyla untuk mau menjadi seseorang yang mungkin membantu Sean. Dimana Julian akan menceritakan asal muasal terjadinya Kecelakaan itu dan apa yang menyebabkan pria itu kehilangan ingatan dan menjadi seperti itu.Hari ini Julian dan Liera sendiri yang akan menemui Asyla di Cafe tidak jauh dari kantor Julian, pria itu harus kantor untuk mengurus berkas yang tidak bisa ditangani manajernya dan asistennya, dia memang memindahkan semua pekerjaannya di rumah tapi Julian akan sesekali ke kantor untuk melihat perkembangan perusahaan itu.Jadi Liera dan Asyla menunggu cukup lama, kedua gadis itu menunggu kedatangan Julian dengan berbagi cerit
Keesokan harinya.Semua dibuat terpaksa bangun pagi saat Tuan Grew atau Ayah Julian. Mendatangi kediaman Villa Julian, tentu itu membuat Sean memberontak ingin bertemu dengannya, tapi semua kembali tenang saat dokter youngbin menahan Sean.Suasana menjadi tegang di ruang tamu, Julian menunjukkan wajah malas, belum lagi ayahnya memaksa Liera untuk bergabung dalam perbincangan antara ayah dan putranya, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.“kau pikir aku tidak tahu? Sejak kapan kau peduli pada adikmu?” ucap Tuan Grew. Pria tua itu langsung kemari setelah perjalanan bisnis, dia
Liera memperhatikan semua itu dari atas, kenapa dia tidak ikut merasakan senang yang terlihat jelas di wajah Julian dan Dokter Jake. Pikirannya terus terpaku pada ucapan ayah Julian dan juga pria itu, apa devini dirinya disini?Liera merasa semakin merasa segalanya menjauh, entah itu Julian atau bahkan dirinya yang sudah mulai berubah. Padahal Liera tidak pernah merasakan perasaannya semacam ini, dan ini benar-benar mengganggu dirinya.Membalik badan dan kemudian sepintas Liera memikirkan hal yang tidak masuk akal, dia berpikir untuk menyerahkan dirinya pada Julian, saat ini juga dan kemudian Liera mencari caranya di internet.Julian menghantar Asyla, dia membukakan pintu untuk gadis itu untuk masuk kedalam mobil, Julian sedikit memikirkan rencana kedepannya untuk kesembuhan Sean secepatnya. Dan meng
Note : Yuk bantu Author, jangan sungkan komen dan kasih Rate untuk cerita ini. Terimakasih, salam kenal dari aku.---Beberapa hari kemudian.Mungkin terdengar aneh jika pagi ini Liera memutuskan untuk meninggalkan Villa, kemarin malam ibunya menelpon dan mengatakan dirinya sakit dan membutuhkan bantuan Liera untuk membantu sang kakak, Ya. Keira yang terlihat semakin sibuk setelah memenangkan kompetisi waktu lalu.
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel