Pikiran rumit mengganggu suasana hati Liera, ada tanda tanya besar saat dia melihat seorang wanita dengan dua anak yang mendatangi Villa mereka, dan bahkan Julian tidak memberikan kabar apapun, pria itu hilang ditelan bumi.
Belum lagi kesalahpahaman Liera tentang kejadian beberapa hari yang lalu, membuat dirinya berspekulasi jika Julian mungkin saja memiliki wanita lain, salah satu racun yang diajarkan oleh mina sahabatnya.
Dia masih mengenakan seragam sekolah saat melewati ruang tamu, dia ragu untuk mendekati wanita itu, apalagi mengajukan pertanyaan. Bisa saja disini hanya Liera yang berlalu sebagai orang asing.
“kau sudah kembali.” ucap Yuri, wanita itu sibuk membantu kedua anaknya yang sedang mengerjakan tugas sekolah, mereka sangat lucu dan menggemaskan.
Liera menghentikan langkahnya saat akan menaiki anak tangga, dia tidak tahu harus mengatakan apa tapi Liera merasa wanita itu sedang membangun hubungan dengannya. “Ya, aku harus menyelesaikan tugasku”
“kau ingin makan malam?”
Liera menggeleng, dia memasang wajah cuek pada wanita itu, seakan membangun batasan jika dia tidak tertarik padanya. Dengan cepat melangkah masuk kedalam kamarnya dan mengeluarkan ponselnya.
Dia mencoba menghubungi Julian beberapa kali, namun yang dia dapatkan hanya sebuah panggilan tak terjawab, padahal pria itu tidak mengabaikan panggilannya dan selalu berkata jika ada sesuatu jangan sungkan untuk menghubunginya, tapi sekarang dia bahkan berbohong.
“aku tidak peduli!” Liera menyerah, dia membuang ponsel pemberian Julian ke sembarang arah, menjatuhkan tubuhnya diranjang dan sambil menahan amarahnya.
Yuri mendatangi kamar Julian, setelah suami menjemput anak mereka barulah Yuri akan menjelaskan semuanya, bisa Yuti pastikan jika gadis itu salah paham dengan kehadiran, belum lagi dirinya membawa anaknya kesini.
Dia membuka pintu kamar yang tidak tertutup, terlihat Liera yang sedang mengerjakan tugasnya di meja belajarnya, entah kenapa Yuri mengerti bagaimana khawatirnya Julian saat memikirkan gadis itu, dia memang harus dijaga dan selalu menjadi penenang untuk Julian.
“aku membuatkan makan malam, apakah kau tidak lapar?” tanya Yuri, wanita itu berdiri diambang pintu masuk, dia berbicara seperti Liera adalah adiknya.
“aku tidak lapar.” ucap Liera datar, dia tidak menolak apalagi menghargai kehadiran wanita itu.
“bolehkan aku meminta waktu lima menit? Kita bisa berbicara diluar.” ucap Yuri lagi.
Liera terdiam, dia melepaskan pulpen dan segera mengarah ke wanita itu, “hanya lima menit.”
Yuri mengangguk, dia tersenyum sebelum meninggalkan kamar gadis itu, menuntunnya untuk mengikuti tempat yang baik untuk mengobrol, dan pilihan adalah meja makan.
Karena biasanya wanita akan akrab dengan hal yang mereka sukai entah itu makan manis atau sesuatu barang yang suatu kesukaan mereka.
Liera duduk manis di meja makan, dia menerima sup ayam kalbu buatan wanita itu yang memiliki aroma yang sangat menggoda selera makannya.
Sebelum memulai Yuri menghela nafas dahulu, “mungkin kamu salah paham dengan kehadiranku disini, jika bukan perintah Tuan Julian mungkin aku akan lebih memilih menghabiskan waktu dengan suamiku. Aku adalah sekretaris Tuan Julian, aku sudah bekerja dengannya selama 5 tahun, namaku Yuri.”
Liera merasa bersalah, dia menunduk sedikit pandangannya, pemikiran terlalu sempit dan terlalu terburu-buru, mungkin sekarang Liera harus berhenti bertanya apapun tentang kehidupannya pada Asyla. “maaf”
“tidak perlu, di kantor mereka sering seperti itu denganku, itu hal wajar. mengingat Julian begitu denganku, bahkan sudah menganggapku seperti kakaknya”
“apa Julian tidak akan pulang hari ini?” Tanya Liera, dia ingin tahu apa alasan wanita itu berada disini, mungkinkah terjadi sesuatu pada Julian? Atau pria itu kembali sibuk menjalani bisnis di luar negeri seperti beberapa hari yang lalu.
“Julian, pria itu sedang menghadapi masalah tapi dia pintar dalam menyelesaikannya sendiri, jadi kamu hanya harus percaya padanya.” dalam hati Yuri, pria menyebalkan itu harus membayar segalanya dengan baik.
“makanlah, supnya bisa dingin jika terus diabaikan, aku hanya akan menemanimu disini tapi tidak bisa sampai besok, aku seorang ibu yang memiliki anak yang membutuhkanku.”
Liera mengangguk, dia mengambil sendok dan mulai memakannya, dia merasa jika selama ini dirinya belum bisa percaya apapun, bahkan pada Julian. Padahal apapun yang Liera inginkan selalu Julian berikan tanpa bertanya, tapi dirinya malah terus menganggap Julian sebagai orang asing yang hanya meminta bantuan pada dirinya, lalu setelah itu berpisah tanpa tahu akan bertemu lagi.
********
Suasana rumah sakit masih menegangkan, operasi berlangsung begitu lama, belum lagi Julian terus memikirkan besok dirinya harus menghadiri acara pembukaan untuk kerjasama mereka.
Dan apalagi besok Liera akan mulai mengikuti ujian di sekolahnya, seharusnya Julian adalah orang pertama yang membantunya dan memberikan semangat, tapi rasanya akan terus rumit jika Julian mengabaikan kondisi sang adik.
Berdiri selama 2 jam, lalu melewati makan siang dan malam, setidaknya Julian harus mengistirahatkan tubuh sejenak, mengisi tenaga walau hanya meminum segelas air mineral dan sebungkus roti.
Ponselnya terus berdering setiap 15 menit dalam sekali, entah itu panggilan dari sang ayah atau Liera dan mungkin beberapa panggilan dari rekan kerjanya.
Lampu operasi telah berubah menjadi hijau, Julian segera mendekati pintu ruang UGD sebelum dokter menghampirinya, dia sedikit merasa lega namun itu tidak mengurangi rasa takutnya. “bagaimana dok?”
“selamat Tuan, adik anda melewati masa kritisnya, alergi dalam tubuhnya terus memberikan reaksi baik, dan sekarang hanya butuh istirahat sampai 12 jam.” ucap sang dokter.
Dari cela pintu yang terbuka Julian melihat wajah sang adik yang masih menggunakan selang udara, tapi statistik jantungnya bergerak dengan baik, pembuat Julian bisa membuang nafas lega dan bahkan dia ingin sekali meneteskan air mata.
“terimakasih dok.”
Julian duduk di kursi tunggu, dia menyandarkan tubuhnya yang lelah ketika para perawat membawa sanga dik untuk dipindahkan di ruang rawat khusus VIP, Julian sendiri yang mengajukan itu.
Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Keira untuk bertanya keadaan Liera. Tapi Julian malah menekan nomor Lisa dan tak sampai lima detik berlalu panggilan itu langsung diangkat oleh gadis itu.
Liera : “Julian?”
Suara Liera seperti angin sejuk di malam hari, membuat Julian sedikit merasa kehangatan dari suara itu.
“kau belum tidur?” Julian berkata dengan nada suara yang sedikit rendah, seakan obrolan ini sudah lama tidak dia lakukan, apalagi Julian seperti merindukan sosok Liera yang sudah lama tidak ditemui.
Liera : “aku sedang belajar, oppa kapan kembali?”
“saat membuka matamu keesokan harinya kau akan melihat wajahku.”
Liera : “apa masalahnya begitu berat?”
“mungkin, tapi sekarang sudah tidak.” jawab Julian, mendengarkan Liera benar-benar obat yang baik untuk kondisinya saat ini.
Liera : “boleh aku mengatakan sesuatu?”
“hm, katakanlah”
Liera : “apapun yang terjadi aku akan mendukungmu, maaf jika aku belum bisa menjadi sosok yang baik untukmu, tapi suatu hari aku ingin bisa sepandang denganmu dan yakin jika aku layak berdiri disampingmu.”
Julian tersenyum, itu hal manis yang belum pernah dia dengar sejak bertemu dengan gadis itu, sepertinya Julian salah telah melukai gadis itu sangat bertemu dengannya dan belum lagi ancaman yang Julian keluarkan saat pertemuan keluarga.
“terimakasih, tidurlah Liera. Sudah cukup belajarnya sampai disini, kau harus menjaga kesehatanmu.”
Liera : “bagaimana dengan oppa? Apakah oppa juga beristirahat dengan baik?”
“hm—sangat baik, aku akan menutup panggilan ini. Selamat malam Liera.”
Julian menutup panggilan itu setelah Liera mengucapkan selamat malam juga, dia harus mengurus Sean untuk selama beberapa hari kedepan entah itu administrasi rawatnya dan juga Julian harus meluangkan waktu untuk terus memantau perkembangan adiknya, tentu juga menyiapkan psikiater untuk membantu adiknya.
Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, Julian dalam perjalanan pulang kerumah, dia hanya pulang untuk menepati janji pada Liera, setelah gadis itu berangkat Julian harus kembali ke rumah sakit.
Sesampainya dirumah Julian, pria itu mengganti pakaiannya dan hanya memakai kaos hitam dan celana pendek, dia tidur disamping Julian sambil memeluk tubuh gadis itu.
Julian sangat menyukai aroma tubuh Liera yang sangat membuat jiwa dan pikirannya tenang, hanya butuh lima menit Julian sudah tertidur lelap menyusul Liera yang sudah menyebrang alam mimpi.
Keesokan paginya.
Suara alarm membangunkan Liera yang terusik dengan suaranya, dia mematikan alarm itu dengan susah payah karena takut mengganggu diri Julian, tentu saja dia terkejut ternyata Julian tidak pernah mengingkari janjinya dan sekarang Liera bisa melihat dirinya.
Julian tidur seperti bayi besar, sangat lucu dan betapa menggemaskan dirinya, tidak Liera tidak mengkhawatirkan Julian yang mungkin saja baru tidur mungkin dia sudah mengusap wajah itu.
Liera turun dengan hati-hati, dia menutup jendela agar tidak mengganggu tidur Julian, kemudian dia ingin melakukan sedikit hal yang mungkin terkesan mengganggu Julian. Dia mendekati Julian dan mencium kening pria itu.
Namun? Dia malah dikejutkan dengan han yang menarik dirinya sampai kembali terbaring diranjang.
“jadi ini hal yang kamu lakukan ketika aku tidur?” tanya Julian, pria itu berada diatas tubuh Liera dengan wajah yang sedikit masih mengantuk.
“Tidak, aku—aku hanya—,” Liera malu, dia bahkan tidak sanggup untuk menatap pria itu.
Julian terlalu gemas dan ingin sekali menggigit hidung itu, dengan cepat Julian mencium bibir Liera dan sedikit bermain disana.
“hmph!!” Liera mendorong jauh, dia tidak bisa terlambat jika Julian seperti ini, belum lagi Julian begitu manis. Tanpa Liera sadari jantungnya berdetak sangat cepat sampai membuatnya gugup.
“jika seperti ini aku tidak bisa menahan lagi Liera.” ucap Julian, tidak tahu hal apa yang membuat dirinya tidak bisa berbohong untuk tidak ingin segera memiliki Liera seutuhnya, semakin hari semakin banyak godaan yang harus ditahan.
“aku harus sekolah.”
Julian mengangguk, dia melepaskan Liera karena memang dia juga harus segera pergi ke rumah sakit, dan juga harus ke kantor, dia menjadi pria yang sibuk untuk berpindah-pindah dalam satu hari.
Julian datang ke kantor hanya untuk menerima beberapa dokumen untuk ditandatangani, kemudian pergi kerumah sakit dengan membawa laptop yang berisikan rekaman CCTV di rumahnya, dia akan menyeret siapapun yang telah mencoba untuk membunuh adiknya, dan walaupun itu ayahnya sendiri.Julian tidak akan memberikan toleransi pada siapapun.Dia cukup lega mendengar jika kondisi adiknya berlangsung baik dan bahkan tubuhnya memberikan reaksi yang bagus selama pemeriksaan, adiknya harus terus diperhatikan setiap 5 jam sekali, karena melakukan operasi saat tubuhnya hampir alergi karena obat cukup beresiko. Dan bahkan jika adiknya tidak kuat, mungkin saja dia bisa mengalami koma.Ju
Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusanny
« Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. »Kemarin malam Julian mengatakan jika hasil ujian Liera kali ini melebihi apa yang akan diajukan Julian, pria itu akan memberikan sebuah tiket liburan selama 2 minggu ke Paris, tentu saja itu dengan syarat jika Julian ikut dengannya.Kota Paris adalah kota yang sangat ingin Liera kunjungi, dia ingin melihat menara terkenal itu dan mengenal kota yang memiliki julukan ‘romantis’ banyak sekali novel yang pernah dirinya baca tentang kota paris, dan dirinya memutuskan keinginan itu pada Julian.Apalagi setelah ujian dirinya akan bebas dalam segala kegiatan sekolah, membuan
Kebahagian?Sebuah hal yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada yang kebahagiaan berasal dari uang, ada yang terjadi karena hal kecil.Karena manusia tidak bisa mengukur kebahagian orang lain hanya dalam satu pandangan saja, bahkan hal seperti itu bukan lagi hal yang harus diperdebatkan.Beberapa hari kemudian.Sesuai dengan yang sudah disepakati sebelum Julian dan Leira memutuskan untuk memisah kamar mereka, kamar mereka bersebelahan dengan satu pintu penghubung untuk kedua ruangan mereka.
Dengan seragam berwarna dominasi antara putih dan abu-abu, dia melangkah melewati jalanan kota di pagi hari, hanya perlu menyebrang untuk sampai di sekolahnya.Hari ini cerah sesuai dengan suasana hatinya, sampai menggenggam ranselnya, pria itu melangkah ke penyebrangan jalan, di sana tidak terlalu banyak mobil yang melintas. Dan hanya beberapa siswa yang berlawan arah melintas.Pandangan pria itu tertuju pada seorang gadis kecil yang menyebrang dengan orang tuanya, dia cantik dengan dua rambut yang diikat dan seragamnya.Pria itu terlalu fokus hingga dari arah kejauhan mobil dengan kecepatan tinggi melintas dan kecelakaan itu benar-benar terjadi.
Sesuai janji yang Julian katakan, dia akan menceritakan segalanya tentang kehidupan Sean jika Liera berhasil meyakini Asyla untuk mau menjadi seseorang yang mungkin membantu Sean. Dimana Julian akan menceritakan asal muasal terjadinya Kecelakaan itu dan apa yang menyebabkan pria itu kehilangan ingatan dan menjadi seperti itu.Hari ini Julian dan Liera sendiri yang akan menemui Asyla di Cafe tidak jauh dari kantor Julian, pria itu harus kantor untuk mengurus berkas yang tidak bisa ditangani manajernya dan asistennya, dia memang memindahkan semua pekerjaannya di rumah tapi Julian akan sesekali ke kantor untuk melihat perkembangan perusahaan itu.Jadi Liera dan Asyla menunggu cukup lama, kedua gadis itu menunggu kedatangan Julian dengan berbagi cerit
Keesokan harinya.Semua dibuat terpaksa bangun pagi saat Tuan Grew atau Ayah Julian. Mendatangi kediaman Villa Julian, tentu itu membuat Sean memberontak ingin bertemu dengannya, tapi semua kembali tenang saat dokter youngbin menahan Sean.Suasana menjadi tegang di ruang tamu, Julian menunjukkan wajah malas, belum lagi ayahnya memaksa Liera untuk bergabung dalam perbincangan antara ayah dan putranya, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.“kau pikir aku tidak tahu? Sejak kapan kau peduli pada adikmu?” ucap Tuan Grew. Pria tua itu langsung kemari setelah perjalanan bisnis, dia
Liera memperhatikan semua itu dari atas, kenapa dia tidak ikut merasakan senang yang terlihat jelas di wajah Julian dan Dokter Jake. Pikirannya terus terpaku pada ucapan ayah Julian dan juga pria itu, apa devini dirinya disini?Liera merasa semakin merasa segalanya menjauh, entah itu Julian atau bahkan dirinya yang sudah mulai berubah. Padahal Liera tidak pernah merasakan perasaannya semacam ini, dan ini benar-benar mengganggu dirinya.Membalik badan dan kemudian sepintas Liera memikirkan hal yang tidak masuk akal, dia berpikir untuk menyerahkan dirinya pada Julian, saat ini juga dan kemudian Liera mencari caranya di internet.Julian menghantar Asyla, dia membukakan pintu untuk gadis itu untuk masuk kedalam mobil, Julian sedikit memikirkan rencana kedepannya untuk kesembuhan Sean secepatnya. Dan meng
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel