Hari ini Julian memiliki janji dengan Crop Vins, kesempatan juga untuknya bertemu dengan pria bernama ‘Vins Cassano’. Walau Julian tahu jika pria itu masih berkuliah, dilihat dari biodata yang dia terima kemarin pria itu berusia sama dengan adiknya, riwayat pendidikan juga sama seperti Sean.
Mungkin saja mereka satu angkatan, jika Sean masih menjalani pendidikannya.
Julian jadi teringat dengan adiknya, sudah beberapa minggu dirinya tidak bertemu dengan Sean, bahkan di hari pernikahan dirinya, Julian tidak bisa berharap Sean ada disana.
Bagaimanapun dia adalah orang yang ibunya titipkan padanya dan sampai sekarang Julian tidak bisa menjaganya dengan baik.
Mungkin saat makan siang nanti Julian akan ke rumah sang ayah untuk mengetahui kabar adiknya, benernya Sean bisa disembuhankan jika adiknya mau menjalani serangkaian terapi dan pengobatan rutin, tapi sekali lagi Julian tidak punya kesempatan untuk melakukan itu.
Ayahnya selalu.menjadi halangan terbesar. Karena kelahiran Sean bukanlah lagi harapan pria tua itu tapi jika bukan tekanan pria itu mungkin saja Sean masih bisa menjadi teman untuk Julian.
Julian melihat biodata seluruh keluarga Cassano, tidak ada satupun yang memiliki ikatan dengan Liera apalagi Julian sama sekali tidak mengenal mereka, jika bukan karena ikatan kerja ini. Lalu apa motif semua ini?
Tapi untuk sekarang Julian hanya menyimpulkan jika pria bernama ‘Vins Cassano’ menargetkan Julian sebagai sasaran, itu hanya kesimpulan sekarang. Karena belum terlalu kuat jika pria itu menyukai Liera, jika memang menyukai kenapa dia melakukan itu seperti menyatukan dirinya dengan Liera?
Bukan seharusnya menghancurkannya?
Julian melangkah masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan ‘Ceo Cassano’. Karena posisi masih dipegang Tuan Cassano jadi Julian sedikit merasa tidak nyaman dengan ayahnya Vins, tapi ini adalah bisnis, siapapun orangnya Julian harus bersikap profesional.
“Selamat Datang Tuan Julian.” ucap Tuan Cassano, pria itu sedang duduk di kursinya dengan seorang gadis yang berada di pangkuannya.
“seperti aku datang diwaktu yang salah, Tuan Cassano.” seringai Julian mengikuti ketakutan di wajah gadis itu, Julian sangat muak melihat hal seperti ini, bukan karena dia iri melainkan dia merasa kasihan pada gadis yang harus melayani pria tua untuk kepentingan material.
“Ya, itu benar. Seharusnya kamu datang saat putraku sudah disini, dia ingin sekali mengenal dirimu.” Tuan Cassano mendorong gadis itu untuk turun dari pangkuannya, memerintahkan untuk keluar dari ruangan.
“putramu?” sebelah alisnya terangkat, dia masih belum duduk sebelum Tuan Cassano mempersilahkan dirinya, dia berdiri didepan meja pria tua itu.
“itu benar, karena aku penerus Crop Vins, aku perlu belajar banyak dengan anda.” suara seseorang datang dari arah pintu masuk, dia melangkah masuk begitu saja mendekati kedua pria berjas. Siapa lagi jika bukan Vins yang baru saja di bicara oleh Julian dan Tuan Cassano.
Julian menunjukan wajah datar, pria ingin sekali menarik tubuh itu dan memberi beberapa pukulan karena telah membuat Liera seperti itu dan belum lagi Julian yang hampir kehilangan kendali, “kau? Putra Tuan Cassano?”
“itu benar, dia putraku. namanya Vins Cassano.” ucap Tuan Cassano, dia memeluk bangga putranya didepan Julian.
“tapi maaf, aku tidak memiliki waktu banyak disini, aku hanya meminta rancangan yang sudah Tuan Cassano katakan dan menandatangani kontrak kerjasama kita.” ucap Julian, karena waktu sudah akan menunjukkan waktu makan siang Julian harus segera pergi.
Tuan Cassano memberikan apa yang Julian minta, dia juga memberikan perjanjian mereka.
“sampai jumpa.” ucap Julian, dia pergi dengan rasa hormatnya.
Vins menghalangi langkah Julian.
“ada hal yang ingin aku katakan, kita bisa berbicara di jalan” ucap Vins, dia berjalan berdampingan dengan Julian.
“ingatlah Tuan Julian, yang kau miliki sekarang mungkin akan hilang kemudian hari, karena hal kecil yang kau abaikan akan menjadi sebuah timbulnya masalah besar.” Ucap Vins, dia berhenti saat Julian akan masuk ke dalam lift, meninggalkan sebuah peringatan yang masih begitu adu-adu bahkan tidak ada satu kalimat apa tujuan itu.
Julian menahan lift ketika akan tertutup, dia tidak akan takut dengan ancaman itu yang tertuju pada dirinya.
“selagi itu masih dalam lingkunganku, noda kecil tidak akan bisa menyentuhnya dan ingatlah segalanya akan tetap ada jalannya, jika kau ingin menghancurkan hidupku lakukanlah tapi jika itu berkaitan dengan Liera, bersiap akan berhadapan denganku.”
“kau akan menyesal karena meremehkan dirinya.” Ucapnya, Vins berbalik arah dan mulai meninggalkan Julian yang masih berdiri di depan lift.
Seperti kali feeling Julian salah, pria itu tidak menginginkan Liera, terlihat jelas dendam itu tertuju pada dirinya, tapi seakan memperalat Liera sebagai targetnya, jika seperti ini Julian harus mengetahui segalanya sebelum semakin besar.
Setelah meninggalkan gedung Crop Vins, perjalanan Julian menuju kediaman rumah sang ayah, entah kenapa perasaan terus menuntunnya untuk segera menemui Sean, mungkin ini efek rindu atau ada sebuah feeling lain.
Tapi terkadang hal yang Julian rasa itu terkadang benar.
Menuju kediaman rumah sang ayah butuh waktu sekitar 20 - 25 menit dan kebetulan perjalan kali ini tidak terjebak macet, dia memasuki pekarangan rumah sang ayah dengan sang supir pribadinya.
Karena biasanya jam segini sang ayah melakukan terapi kesehatannya, jadi Julian bisa luasa bertemu dengan sang adik. Dia melewati anak tangga setelah membuka pintu, melangkah menuju kamar sang adik.
Julian terpaku di pintu kamar sang adik, tangannya gemetar hebat dan seakan segalanya menjadi lebih menakutkan.
Beberapa detik Julian baru berlari mendekati sang adik, meneriaki namanya dan memeluknya.
“Sean!”
“Sean?!”
“Sean bangun!!”
Tubuh Sean sedingin es batu, wajah pucat dan bibir membiru menjelaskan segalanya, belum lagi kamar yang begitu berantakan mengundang seribu pertanyaan, apa yang sebenarnya terjadi selama Julian tidak kembali?
Dengan cepat Julian mengangkat tubuh sang adik, berlari membawa keluar dari rumah itu dan segera menuju rumah sakit terdekat.
Julian berlari sambil membawa tubuh adiknya, terlihat jelas jika Julian begitu ketakutan dan begitu tegang memikirkan hal selalu tidak pernah terbayangkan, apakah ini perasaan itu? Tapi yang dipikirkan Julian berbeda, dia pikir jika Sean mungkin saja mengenal sosok bernama Vins, walau dia mengalami ketergantungan mental tapi Sean masih bisa mengingat orang lain, apalagi jika seseorang itu lebih banyak berinteraksi dengannya.
Contohnya mantan Julian yang baru saja menikah.
Kini Sean sedang berada di dalam ruang UGD, Julian tidak tahu sudah berapa lama Sean seperti itu tapi Julian masih berharap Sean bisa tertolong, dia memberitahu asistennya untuk membatalkan seluruh jadwalnya dan juga memutuskan sopir pribadinya untuk menjemput Liera.
Menunggu dengan cemas di depan pintu Julian terlihat tenang, dia beberapa mondar-mandir kesana. Sesekali melirik kecela pintu untuk melihat sang adik, pikiran terus berburuk sangka pada sang ayah dan menentukan kesimpulan jika mereka mencoba membunuh.
Sampai rasa sudah 2 jam berlalu, dan jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, belum ada tanda pintu akan segera dibuka, mungkinlah didalam melakukan operasi yang harus segera dilakukan atau nyawa Sean sedang dipertaruhkan disana.
Sampai dua puluh menit berlalu, ketika Julian mulai putus asa. Pintu ruang itu terbuka memperlihatkan beberapa dokter dan perawat yang keluar, Julian segera mendekati salah satu dari mereka.
“bagaimana dengan keadaan adikku dok?”
“masalah ini sangat serius, aku tidak mengerti banyak sekali obat tidur didalam tubuhnya yang mungkin dikonsumsi secara berlebihan, tubuhnya memberikan reaksi alergi dan kami butuh untuk menetralkan alergi yang bisa memicu keracunan.” ucap sang dokter, dia menjelaskan tanpa tahu jika Julian merasa terpukul dengan penjelasan itu.
Seperti ribuan pisau menusuk tubuhnya secara bersama, dia tidak pernah berpikir Sean akan menderita lebih jauh lagi.
“berapa kemungkinan pil itu ada ditubuhnya.”
“mungkin sampai 10 - 15 butir.” Dokter itu keluar Julian untuk mengambil pakaian untuk operasi.
“silahkan tanda tangan untuk tindakan selanjutnya.”
Julian segera menandatangani segalanya, dia berharap operasi kali ini bisa menyelamatkan Sean, dirinya akan hancur jika adiknya pergi apalagi Julian akan merasa salah jika itu terjadi.
“Yuri bisakah kau menemani Liera? Gadis itu akan kesepian, aku tidak bisa kembali cepat dan tolong jangan memberitahu apapun jika ayahku menelponmu, jangan menjawab jika Liera bertanya tentangku.” ucap Julian, hanya Yuri satu-satu orang yang selalu menjadi kepercayaannya.
Masalah semakin rumit, Julian belum.menyelesaikan masalahnya dengan Liera, gadis itu terus menghindari dirinya dan diam seribu bahasa saat Julian ingin meluruskan segalanya.
Kini Julian harus mengetahui segalanya apa yang terjadi di kediaman rumah ayahnya, bagaimana mereka begitu tega melakukan itu pada Sean, memberikan jumlah bil begitu banyak dan bahkan hampir membunuh adiknya.
“dan satu lagi, aku butuh rekaman CCTV selama tiga minggu terakhir.” Julian mengakhiri panggilan itu, dia perlu tahu siapa yang ingin menyingkirkan sang adik, mungkin ini ada kaitan dengan Vins?
Secara pria itu juga hadir diacara yang ayahnya buat di kediaman itu, dan secara tidak langsung mungkin Vins dibelakang semua ini, ingat bagaimana dia dengan mudah memberikan obat perangsang pada Liera.
Tapi Julian tidak punya butuh bukti, itu hanya spekulasi saja, dan belum tentu akurat, karena Julian belum tahu motif segalanya yang Vins lakukan.
Pikiran rumit mengganggu suasana hati Liera, ada tanda tanya besar saat dia melihat seorang wanita dengan dua anak yang mendatangi Villa mereka, dan bahkan Julian tidak memberikan kabar apapun, pria itu hilang ditelan bumi.Belum lagi kesalahpahaman Liera tentang kejadian beberapa hari yang lalu, membuat dirinya berspekulasi jika Julian mungkin saja memiliki wanita lain, salah satu racun yang diajarkan oleh mina sahabatnya.Dia masih mengenakan seragam sekolah saat melewati ruang tamu, dia ragu untuk mendekati wanita itu, apalagi mengajukan pertanyaan. Bisa saja disini hanya Liera yang berlalu sebagai orang asing.“kau sudah kembali.” ucap Yuri, wanita itu sibuk membantu kedua anak
Julian datang ke kantor hanya untuk menerima beberapa dokumen untuk ditandatangani, kemudian pergi kerumah sakit dengan membawa laptop yang berisikan rekaman CCTV di rumahnya, dia akan menyeret siapapun yang telah mencoba untuk membunuh adiknya, dan walaupun itu ayahnya sendiri.Julian tidak akan memberikan toleransi pada siapapun.Dia cukup lega mendengar jika kondisi adiknya berlangsung baik dan bahkan tubuhnya memberikan reaksi yang bagus selama pemeriksaan, adiknya harus terus diperhatikan setiap 5 jam sekali, karena melakukan operasi saat tubuhnya hampir alergi karena obat cukup beresiko. Dan bahkan jika adiknya tidak kuat, mungkin saja dia bisa mengalami koma.Ju
Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusanny
« Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. »Kemarin malam Julian mengatakan jika hasil ujian Liera kali ini melebihi apa yang akan diajukan Julian, pria itu akan memberikan sebuah tiket liburan selama 2 minggu ke Paris, tentu saja itu dengan syarat jika Julian ikut dengannya.Kota Paris adalah kota yang sangat ingin Liera kunjungi, dia ingin melihat menara terkenal itu dan mengenal kota yang memiliki julukan ‘romantis’ banyak sekali novel yang pernah dirinya baca tentang kota paris, dan dirinya memutuskan keinginan itu pada Julian.Apalagi setelah ujian dirinya akan bebas dalam segala kegiatan sekolah, membuan
Kebahagian?Sebuah hal yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada yang kebahagiaan berasal dari uang, ada yang terjadi karena hal kecil.Karena manusia tidak bisa mengukur kebahagian orang lain hanya dalam satu pandangan saja, bahkan hal seperti itu bukan lagi hal yang harus diperdebatkan.Beberapa hari kemudian.Sesuai dengan yang sudah disepakati sebelum Julian dan Leira memutuskan untuk memisah kamar mereka, kamar mereka bersebelahan dengan satu pintu penghubung untuk kedua ruangan mereka.
Dengan seragam berwarna dominasi antara putih dan abu-abu, dia melangkah melewati jalanan kota di pagi hari, hanya perlu menyebrang untuk sampai di sekolahnya.Hari ini cerah sesuai dengan suasana hatinya, sampai menggenggam ranselnya, pria itu melangkah ke penyebrangan jalan, di sana tidak terlalu banyak mobil yang melintas. Dan hanya beberapa siswa yang berlawan arah melintas.Pandangan pria itu tertuju pada seorang gadis kecil yang menyebrang dengan orang tuanya, dia cantik dengan dua rambut yang diikat dan seragamnya.Pria itu terlalu fokus hingga dari arah kejauhan mobil dengan kecepatan tinggi melintas dan kecelakaan itu benar-benar terjadi.
Sesuai janji yang Julian katakan, dia akan menceritakan segalanya tentang kehidupan Sean jika Liera berhasil meyakini Asyla untuk mau menjadi seseorang yang mungkin membantu Sean. Dimana Julian akan menceritakan asal muasal terjadinya Kecelakaan itu dan apa yang menyebabkan pria itu kehilangan ingatan dan menjadi seperti itu.Hari ini Julian dan Liera sendiri yang akan menemui Asyla di Cafe tidak jauh dari kantor Julian, pria itu harus kantor untuk mengurus berkas yang tidak bisa ditangani manajernya dan asistennya, dia memang memindahkan semua pekerjaannya di rumah tapi Julian akan sesekali ke kantor untuk melihat perkembangan perusahaan itu.Jadi Liera dan Asyla menunggu cukup lama, kedua gadis itu menunggu kedatangan Julian dengan berbagi cerit
Keesokan harinya.Semua dibuat terpaksa bangun pagi saat Tuan Grew atau Ayah Julian. Mendatangi kediaman Villa Julian, tentu itu membuat Sean memberontak ingin bertemu dengannya, tapi semua kembali tenang saat dokter youngbin menahan Sean.Suasana menjadi tegang di ruang tamu, Julian menunjukkan wajah malas, belum lagi ayahnya memaksa Liera untuk bergabung dalam perbincangan antara ayah dan putranya, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.“kau pikir aku tidak tahu? Sejak kapan kau peduli pada adikmu?” ucap Tuan Grew. Pria tua itu langsung kemari setelah perjalanan bisnis, dia
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel