Keesokan harinya.
Semua dibuat terpaksa bangun pagi saat Tuan Grew atau Ayah Julian. Mendatangi kediaman Villa Julian, tentu itu membuat Sean memberontak ingin bertemu dengannya, tapi semua kembali tenang saat dokter youngbin menahan Sean.
Suasana menjadi tegang di ruang tamu, Julian menunjukkan wajah malas, belum lagi ayahnya memaksa Liera untuk bergabung dalam perbincangan antara ayah dan putranya, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.
“kau pikir aku tidak tahu? Sejak kapan kau peduli pada adikmu?” ucap Tuan Grew. Pria tua itu langsung kemari setelah perjalanan bisnis, dia seakan kesal melihat Sean tidak ada dirumah.
Padahal dia lebih kejam dari Julian, sekarang dia bertingkah seakan peduli pada Sean.
“Ayah! Jika waktu itu kamu tidak mengirimiku, keluar negeri untuk kuliah, apakah Sean akan begini? Katakan disini siapa yang seharusnya disalahkan?” Ucap Julian, dia menahan nada ucapannya.
Liera yang tidak terbiasa, dia juga tidak kuat mendengar ucapan yang terlalu tinggi, sedikit demi sedikit menggeser posisi duduknya, menjauh dari Julian dan menunduk saat Sang mertua menatap nya.
“dimana Sean? Aku ingin membawanya pulang.”
“Tidak! Sean tidak akan pernah kembali, dia harus tetap disini. Dia tidak bisa tetap menjadi boneka ayah lagi, dia manusia. Layak untuk hidup.”
Tuan Grew, tidak terlalu memperdulikan Sean yang ada disini, tujuan untuk Liera. Memastikan jika gadis itu sudah memberikan dirinya, dia juga kesal rencananya gagal malam itu.
“seharusnya kau memikirkan cara untuk membuat gadis itu hamil! Bukan mengurus adik yang sudah mentalnya terganggu.”
Liera merasa sedih, ini semua kembali pada tujuan awal dia disini, memberikan keturunan pada keluarga Grew, tapi itu berarti—Liera memainkan jarinya dan menggigit bibir bawahnya, dia tidak bisa membuka suara untuk membela. Kata kenyataannya itu benar.
Julian menatap kearah Liera, dia merasa bersalah padanya, jika pria tua itu tidak ada disini. Mungkin Julian sudah memeluk tubuh istrinya, mengatakan jika semua akan baik dan Julian akan sabar menunggu.
Julian menghela nafas panjang, mengusap wajahnya dan kembali menatap sang ayah “tenang saja, saat ini Liera sedang hamil.”
Liera menatap bingung kearah Julian, sama dengan Tuan Grew yang terkejut, keduanya menatap Julian dengan tatapan bingung.
“Julian.” panggil Liera, dia tidak suka berbohong, bagaimana jika kebohong ini terus berlanjut dan malah membuat Liera semakin takut. Takut Liera harus melepaskan Julian.
Julian tersenyum, sambil menggenggam tangan Liera, sebisa mungkin menyuruh Liera untuk mengikuti apa yang Julian katakan.
“baguslah, aku butuh hasil USG-nya secepat mungkin.” Dia mengangkat tangannya, memerintahkan asisten untuk membawanya pergi dari rumah ini. Tujuan sudah terjawab hanya tinggal memastikan jika itu benar.
Liera menatap Julian, dia melepaskan tangannya dari genggamannya. Dan menggeleng sedih. “ini bukan solusi yang baik, apalagi aku belum melakukan apapun denganmu!”
“Lisa—,” Julian menahan Liera yang semakin menjauh.
“kita bisa mencobanya, aku benar-benar tidak ingin kehilangan dirimu, jika memang itu tidak berhasil, kita bisa memalsukan hasil usg-mu dan setelah itu kita bisa mengatakan jika kau keguguran, jika perlu kita bisa mengadopsi bayi.”
Waktu yang diberikan Tuan Grew memang tinggal tiga bulan, dan tertulis jelas dalam perjanjian jika Julian dan Liera bisa bercerai jika mereka berhasil membuat keturunan, yang itu berarti Liera masih memiliki kesempatan lain.
“Aku Takut, Aku benar-benar takut. Bagaimana jika itu tidak berjalan dengan baik? apakah kau mencintaiku?” tanya Liera.
Julian mengendorkan genggaman tangannya, pertanyaan yang tidak bisa Julian jawab, dia belum tahu perasaannya saat ini, dia hanya mengatakan jika memang dia takut kehilangan Liera dan sangat tidak suka jika orang lain menyentuhnya, tapi apakah itu layak dikatakan cinta? Apakah perasaan sudah hilang pada mantan kekasihnya.
Bunyi Bell menghancurkan suasana tegang itu, mungkin saja Asyla sudah datang dan siap untuk mengikuti permohonan Julian.
“kamu mandilah dulu, seperti itu Asyla, aku perlu waktu untuk berbicara dengannya” ucap Julian, sebelum meninggalkan Liera, dia mengelus surai gadis itu dan berjalan mendekati pintu.
Panah mendarat dengan cepat di dada Liera, pria itu lebih memilih pergi daripada harus berbicara dengan Liera, lebih tepatnya mengatakan isi hatinya.
Ketika Julian membuka pintu, tepat dengan yang dia katakan jika itu memang Asyla, dia tersenyum dan membuka pintunya.
“kau datang tepat waktu.” ucap Julian, dia membiarkan Asyla masuk lebih dahulu, menyuruhnya untuk duduk di sofa, sedangkan dirinya mengambil beberapa cemilan dan minuman.
“Dimana Liera?” ucap Asyla, dia melepaskan jaket dan tas selempangnya, dia menatap ke seluruh ruangan itu, ada sedikit perubahan, padahal belum lagi Asyla kesini.
“Dia sedang mandi, minumlah. Aku akan memanggil Sean dan seseorang.”
Julian melangkah naik ke atas, segera menuju kapan Sean yang berseberangan dengan kamarnya, dia membuka pintu dan melihat Jake yang sedang mengajarkan Sean sesuatu.
“Dia sudah datang.”
Jake mengangguk mengerti, doa membawa Sean keluar. Diikuti Julian di belakang, Sean tidak tahu apapun, tapi dia tidak menaruh curiga sedikitpun ketika mereka membawa dirinya.
Hal pertama yang Sean lihat adalah gadis yang duduk disofa, sambil memakan beberapa cemilan dihadapannya, entah kenapa tangannya begitu gemetar, mengingat pada suatu hal. Tatapan hanya fokus padanya.
Julian dan Jake menyadari itu, tanpa dibantu untuk menuruni anak tangga, Sean dengan sendiri turun dan berjalan mendekati Asyla, gadis itu menatap satu persatu dari tiga pria itu secara bergantian.
Asyla sedikit terkejut melihat pria yang bertingkah aneh, saat akan meletakkan gelas tangannya gemetar dan gugup memenuhi perasaannya saat ini, dia tidak bisa menatap lebih lama pada pria itu dan dengan cepat mengalihkannya.
“Asyla, ini adikku dan ini dokter Jake.”
Jake mengulurkan tangan dahulu, Asyla dengan senyum paksa membalasnya dan bingung ketika pria bernama Sean itu duduk disampingnya.
Julian memberikan isyarat pada Jake untuk meninggalkan mereka berdua, dan dengan cepat meresponnya, kedua benar-benar meninggalkan Asyla dan Sean.
Sean merasa benturan hebat menghantam kepalanya, rasanya memori kejadian itu berputar cepat dan tidak berhenti sampai dia bertemu gadis kecil yang menemaninya di rumah sakit. Satu persatu ingatan itu menyakiti pikiran dan tubuhnya.
Asyla khawatir, dia juga takut, namun sedikit merasa kasihan. Dia tahu kisah yang dia dengar adalah pria yang tujuh tahun menyelamatkan diri namun membuat Ibunya pergi. asyla gemetar hebat saat Sean merintih kesakitan.
“kamu baik? Katakan sesuatu jika kamu merasakan hal yang menyakitkan.”
Sean menggenggam tangan asyla tanpa sadar saat dia menepuk bahunya, dia mencoba menghilangkan sakit kepalanya dan ketika dia menatap Asyla. Dirinya terlempar pada portal masa lalu.
‘K-Kau gadis itukan.’
*********
“Asyla?”
“Asyla?”
“Asyla, apa yang kamu pikirkan kenapa melamun?” tanya Han, dia belum memperkenalkan adiknya tapi gadis itu malah melamun menatap kearah lain.
“Ha? Apa yang terjadi?” Asyla menatap bingung, bukankah tadi dia duduk berdua dengan Sean yang sedang menggenggam tangannya.
“kamu sakit?” tanya Jake, dia juga penasaran kenapa gadis itu diam saja.
Asyla merasa seperti melihat apa yang akan terjadi, dia menggaruk bingung kenapa seperti ini, padahal Asyla tidak tahu siapa pria yang bernama Sean itu.
“ini adikku. Namanya Sean.”
Sean menatap ke arah Asyla, siapa lagi gadis yang akan tinggal disini, dia saja sulit menerima kehadiran Liera, kini ditambah gadis bernama Asyla.
“Kakak Julian, apa yang sebenarnya ingin kamu tunjukkan, aku pikir kamu ingin memberikan mainan baru.”
Julian mengelus rambut Sean, dia menatap ke adiknya “Sean, dia orang yang suka padamu.”
Serentak Asyla, Jake, Sean. Menatap kearah Julian, terkejut dengan ucapan pria itu dan menunggu penjelasan lainnya.
“Itu benarkah Asyla?”
“Y-Ya” Jawab Asyla dengan ragu, ini tidak sesuai dengan apa yang telah dia sempati dengan julian kemarin, Asyla hanya membantu bukan menjadi orang yang menyukai Sean.
“Apa kita pernah bertemu?” tanya Sean dengan bingung, dia tidak mengingat wajah gadis itu sama sekali, bagaimana bisa mengaku menyukai dirinya.
“Ha—Itu—,”
“Pernah, kalian beberapa kali sudah bertemu.” sela Julian, dia mencoba meyakini adiknya dan sedikit melakukan kebohongan.
“Asyla, katakan sesuatu.”
“apa kamu lupa dengan pertemuan waktu itu? Aku sedih jika kamu melupakannya begitu saja.” ucap Asyla, dia mulai memainkan karakternya.
“Kau lupa? Seperti kamu harus menjalani terapi ingatan Sean.” tambahan Jake.
“Jake juga mengenalnya?” tanya Sean, kenapa hanya dirinya yang tidak tahu itu.
“Tentu.”
Sean menggaruk bingung, apakah ada yang salah dengan dirinya?
“kakak, bantu aku mengingatnya.”
Jake dan julian, tersenyum bersama. Setelah berbagai cara digunakan untuk memaksa Sean mengikuti terapi atau hipnotis mimpi. Akhirnya dia sendiri yang memintanya.
Cara ini mungkin akan menyakiti Sean, kata secara sadar Sean akan dibawa ke alam mimpi dengan kejadian yang begitu nyata dan bahkan itu seakan dirinya menyaksikan langsung.
Lain berbeda dengan Asyla yang tidak tahu harus memberikan reaksi apa, dia masih bingung dengan hal aneh yang dirasakan beberapa menit yang lalu, tapi secepat bergantinya detik, Asyla melupakan itu.
Liera memperhatikan semua itu dari atas, kenapa dia tidak ikut merasakan senang yang terlihat jelas di wajah Julian dan Dokter Jake. Pikirannya terus terpaku pada ucapan ayah Julian dan juga pria itu, apa devini dirinya disini?Liera merasa semakin merasa segalanya menjauh, entah itu Julian atau bahkan dirinya yang sudah mulai berubah. Padahal Liera tidak pernah merasakan perasaannya semacam ini, dan ini benar-benar mengganggu dirinya.Membalik badan dan kemudian sepintas Liera memikirkan hal yang tidak masuk akal, dia berpikir untuk menyerahkan dirinya pada Julian, saat ini juga dan kemudian Liera mencari caranya di internet.Julian menghantar Asyla, dia membukakan pintu untuk gadis itu untuk masuk kedalam mobil, Julian sedikit memikirkan rencana kedepannya untuk kesembuhan Sean secepatnya. Dan meng
Note : Yuk bantu Author, jangan sungkan komen dan kasih Rate untuk cerita ini. Terimakasih, salam kenal dari aku.---Beberapa hari kemudian.Mungkin terdengar aneh jika pagi ini Liera memutuskan untuk meninggalkan Villa, kemarin malam ibunya menelpon dan mengatakan dirinya sakit dan membutuhkan bantuan Liera untuk membantu sang kakak, Ya. Keira yang terlihat semakin sibuk setelah memenangkan kompetisi waktu lalu.
Los Angeles. Katakan itu adalah negara dengan sejuta wisata, termasuk juga sebagai liburan terbaik dan juga beberapa tempat romantis, apalagi jika berkunjung disaat musim semi, warna kuning dari daun dering akan menjadi ciri khas kota Los Angeles.Memenuhi setiap jalanan kota ini sama seperti barada Jepang dimana banyak bunga sakura menggugurkan daunnya.Liera dan sang kakak dengan dalam perjalanan menuju hotel, mereka jika menyewa rumah, karena hanya berada beberapa hari dan itu sudah disediakan oleh agensi naungan Keira.Matanya berbinar melihat jalanan kota Los Angeles di malam hari, mengingat perbedaaan waktu, mungkin saat ini Di London masih siang hari, Lisa b
Perpisahan adalah seperti pemain bencana.Pagi hari disambut dengan kerinduan.Ketika malam disambut oleh kekosongan.Suara samar dirimu yang menyentuhku, Kapan itu terjadi?Rindu yang terus dibawa oleh angin.Tiga hari berlalu, Sebagian negara bermusim empat, sudah mulai berevolusi. Membiasakan kembali berpakaian sangat tebal dan membatasi segala aktivitas menyambut natal dan tahun baru, mungkin dari mereka sudah jauh dari menyiapkan untuk kembali berkumpul pada keluarga.Membuat rencana untuk menghabiskan waktu libur panjang.Setelah sibuk ke berbagai tempat dan terus membantu segala pemotret
Leira menghela nafas karena Julian tidak kunjung menjawab teleponnya, rasa gelisah dan sedih menyelimuti hatinya, Leira tidak bisa sedikitpun fokus pada hal yang dirinya lakukan, padahal jelas jika saat ini Leira masih harus membantu sang kakak, kemarin dan hari ini Julian belum sedikitpun mengaktifkan ponselnya, Leira juga tidak bisa menghubungi Asyla.Semua orang yang dekat dengan Julian tidak ada yang bisa dihubungi, Leira semakin yakin jika feeling buruk itu bukanlah sembarangan, karena yang dirinya rasakan begitu menyakitkan dan nyata, seakan Julian sendiri yang menyampaikan membuat hatinya sakit teramat.Tak terhitung sudah berapa kali Leira menatap ponselnya sambil menghela nafas, dia sudah berusaha untuk membuat dirinya terus berpikir positif tapi tetap saja dia membayangkan kejadian buruk yang terjadi, dia ingin mengatakan pada sang kakak jika dirinya tidak bisa berada disini, dia ingin pulang dan memastikan keadaan Julian, walau nantinya dia harus kembali lagi.Keira yang ba
Hari ini setelah percobaan yang cukup mengambil resiko akhirnya Julian memutuskan untuk membawa Sean ke rumah sakit untuk hal yang lebih lanjutnya, karena Jake mengatakan jika terapi tidak bisa di lanjutkan di rumah, jadi Sena jyga harus di periksa secara fisik untuk mengetahui benturan di kepalanya separah apa, dan mungkin saja bisa mengakibatkan hal lainnya. Usaha yang di lakukan dirinya, Jake dan Asyla sedikit membangunkan ingatan Sean walau terapi itu tidak selalu membuat adiknya sering kali jatuh pingsan, memang terlalu memaksa untuk mengingat segalanya tidak baik untuk tubuhnya, apalagi setelah bertahun-tahun Sean hanya mengandalkan obat tanpa melakukan terapi oleh psikiater. Julian sudah mengosongkan jadwalnya hari ini, tapi dirinya tidak bisa menghubungi Leira, tidak ingin membuat gadis itu khawatir dan akhir-akhir ini Sean begitu sensitif setelah Leira pergi meninggalkan rumah, adiknya terus menanyakan keberadaannya, membuat Julian ragu dan takyt jika Sean akan menyukai Leir
Malam harinya.Sean berdiri di depan ruangan sang kakak, dengan infusan yang masih harus bersamanya, aneh karena pada akhirnya dia mendapatkan ingatannya begitu saja, tapi masih ada beberapa hal yang tidak bisa dirinya ingat pasti, yaitu kedua wanita yang bertemu dengannya, satu orang yang menceritakan kisah saat bersamanya dan satu orang yang mengaku sebagai adik kecil yang ditolong saat kecelakaan itu.Sean tidak bisa masuk ke dalam karena masih ada beberapa hal yang harus dilakukan dokter di dalam, Sean hanya bisa mengintip melalui celah jendela yang menunjukan keadaan sang kakak saat ini, bagaimana mengatakannya? melihat seluruh kepala Julian dipenuhi oleh perban dan selang udara yang masih membingkai wajahnya, mengundang banyak hal.“Aku senang kau bisa kembali menjadi dirimu yang sesungguhnya,” Ucap Jake, kini sudah tidak ada lagi jas putih yang dirinya kenakan, dengan pakaian casual sederhana pria itu berdiri di samping dan melihat temannya terbaring di sana tanpa bisa melakuka
Dua hari sudah berlalu begitu saja.Leira masih tidak bisa beristirahat dengan baik atau setidaknya berhenti sejenak untuk memikirkan Julian, tapi kemarin malam Leira langsung drop dan mau tidak mau dirinya harus berbaring di rumah sakit, saat membuka mata Leira hanya melihat bagaimana kosongnya rungan ini.Mungkin seharusnya sejak kemarin Leira meminta untuk pulang saja, dia tidak bisa beraktivitas jika pikirannya terganggu, dan belum lagi penyesuaian jam makan yang menyiksa dirinya, mengubah pola makan bukan baik.Leira hanya bisa menghela nafas, dengan tubuh lemas dirinya paksakan untuk terduduk di ranjang, tangannya terulur mengambil ponselnya yang tergeletak di atas laci di samping ranjang, hanya menyala dan menatap layarnya sana.Leira sudah bisa menebak jika tidak akan pesan atau panggilan dari pria itu, padahal Leira berharap apa sesuatu walau itu hanya sebuah pesan singkat, apakah sudah terjadi sesuatu pada pria itu? apakah itu sebuah hal buruk?Gadis itu mengusap dada bagian
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel