Note : Yuk bantu Author, jangan sungkan komen dan kasih Rate untuk cerita ini. Terimakasih, salam kenal dari aku.
-
-
-
Beberapa hari kemudian.
Mungkin terdengar aneh jika pagi ini Liera memutuskan untuk meninggalkan Villa, kemarin malam ibunya menelpon dan mengatakan dirinya sakit dan membutuhkan bantuan Liera untuk membantu sang kakak, Ya. Keira yang terlihat semakin sibuk setelah memenangkan kompetisi waktu lalu.
Kabar baik juga untuk Liera karena bisa bertemu dengan kedua orang yang dia rindukan beberapa hari terakhir, dia mengelus kepala Julian seperti anak kecil, pria itu sangat berat melepas Liera pergi, apalagi gadis itu akan berada diluar negeri selama kurang lebih tiga sampai lima hari.
Dia tidak bisa ikut, karena besok Sean akan memulai terapi ingatan dan mau tidak mau Julian harus berpisah dengan Lieta, dia juga mengatakan pada untuk menyuruh orang lain menemani Kakaknya dan tidak sungkan untuk menyewa seorang untuk menjadi asisten untuk sang kakak beberapa hari, dia tidak ingin Liera jauh darinya dan membayangkan hal itu membuat Julian begitu frustasi.
“Liera. Jangan pergi, nanti aku bagaimana?” Julian merengek saat Liera mulai memasukkan pakaiannya kedalam koper. Bahkan dengan sengaja keluarkan kembali pakaian gadis itu.
“Julian! Jika seperti tidak akan selesai, aku pergi tidak lama, kenapa kamu sangat menyebalkan!” ucap Liera, dia mendorong Julian, melepaskan tangannya yang melingkar sempurna di tubuhnya, mengikuti setiap hal yang Liera lakukan, membuat dirinya kesulitan.
“Kau yang lebih menyebalkan, kenapa langsung setuju begitu saja, apa kau lupa? Suami-mu ini bisa menggantikan orang lain dengan uang-ku,” ucap Julian, dia nahan Liera, menghimpitnya di pintu lemari, tanganNya berkuasa dengan mengunci setiap pergerakannya.
“kamu, mengerti-lah kali ini, mereka keluargaku. Aku tidak bisa menyuruh orang lain, apalagi Ibu-ku yang memintanya langsung, itu berarti dia hanya percaya padaku.” Ucap Liera, melepaskan dirinya, waktu sudah akan semakin dekat, di mana dia akan dijemput oleh Keira dan segera terbang ke Amerika, karena waktu yang ditempuh hingga butuh beberapa jam didalam pesawat, apalagi ini pertama kalinya Liera melakukan perjalanan keluar negeri.
Walau bukan untuk berlibur.
“Kau harus sering menghubungi, sehari kau harus menghubungiku sebanyak 10 kali.” Ucap Julian, dia melepaskan tubuh gadis itu dan membiarkan dia mengambil beberapa pakaian terakhir.
Pada akhir Julian harus membiarkan gadis itu pergi bukan?
“bagaimana aku bisa menghubungimu, jika ponselku ada padamu.” Ketus Liera, dia masih kesal dengan Han yang masih menahan ponselnya. Padahal Liera sudah berjanji tidak akan melakukan apapun lagi seperti tempo hari.
“aku akan mengembalikan ponselmu dengan satu imbalan.” Ucap Julian, dia menarik lengan Liera, menabrakkan dua tubuh mereka, dan melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Liera.
“Julian! Aku tidak bisa mengemas jika terus ditarik seperti ini, jika Oppa tidak bisa mengembalikan ponselku, aku masih bisa menggunakan ponsel Kakak Keira nanti disana.”
Julian terkejut, sekarang gadis itu sudah bisa membuat dirinya tidak bisa mengelak ucapannya, Liera belajar dengan baik, Julian bahkan dia merasa baru kemarin mereka menikah dan sudah banyak perubahan yang terjadi pada Liera.
“sekarang kamu sudah pintar menjawab ucapanku, siapa yang mengajari?” tanya Julian, masih setia menahan Liera dalam pelukannya.
“bukan seperti itu hanya saja—kamu seakan tidak percaya padaku, dan ini bukan Julian yang aku kenal. Sangat manja dan tidak mau mengalah, aku hanya pergi beberapa hari, itu juga bukan untuk berlibur. Tapi membantu orang lain, aku tidak mungkin ada waktu untuk melihat pria lain disana, apalagi berkenalan, aku sangat buruk dalam berbicara dengan orang asing.” Ucap Liera.
Kalimat itu membuat pria itu terpukau tidak percaya, Liera berkata seakan tahu isi pikirannya saat ini, dan itu semakin membuat Julian takut.
Seperti kejadian dimana Liera memakai pakaian super pendek itu, Jake langsung mulai menganggap dirinya dengan pikiran kotornya, mengatakan jika Julian sangat payah dan sangat bodoh telah mengabaikan kesempatan itu.
Padahal jika tidak kedua pria itu, mungkin setelah selesai ujian hari itu, Julian tidak ragu untuk membuat Liera tidak bisa berjalan dengan baik untuk beberapa hari, tapi karena ada mereka berdua, Julian mencoba terus berpikir sehat.
“jadi ingin aku terus menghubungimu atau tidak sama sekali?” Tanya Liera, dia seakan membalik keadaan dimana sekarang Julian yang harus segera memberikan keputusan, karena Liera harus segera pergi.
“Baiklah. Aku akan mengembalikan ponselmu, tapi biarkan aku mengantar dirimu sampai bandara.”
Liera mengangguk, dia mulai membawa kopernya keluar, karena suara yang Kakak yang sudah memanggilnya, namun, Julian tidak membiarkan Liera membawa, dia mengambil alih koper itu dan menggandeng tangan Liera, membawa gadis itu turun bersama dengannya.
Di ruang tamu, sudah ada Keira yang sedang mengobrol dengan Dokter Jake, keduanya langsung bangkit ketika Liera dan Julian sudah berhenti diruang tamu, Liera langsung memeluk tubuh sang kakak menghilangkan segala rasa rindunya.
“kau bahagia disini? Apakah mereka menyulitkanmu?” tanya Kakak, dia menatap tajam kearah Julian dan Jake, dirinya tidak percaya adiknya tinggal bersama dengan dua pria.
Liera mengganguk, dan tidak mengatakan apapun.
“baiklah, kita harus segera berangkat.” Ucap Keira lagi, dia menarik tangan Liera untuk segera meninggalkan Villa, mungkin sampai Di Chicago nanti Keira akan menanyakan banyak hal pada adiknya dan memastikan sesuatu.
“Tunggu!” cegah Julian, dia menghalangi keduanya sebelum mencapai pintu.
Liera dan Keira menatap bingung pada Julian, menunggu hal apa yang akan pria itu sampaikan. “aku ingin mengantar Lirra sampai bandara”
Keira menatap tidak suka. “aku membawa mobil kesini.” Ucapanya dengan singkat.
“aku tahu, kamu bisa menggunakannya untuk dirimu, aku hanya akan mengantar Liera dengan mobilku.” Ucap Julian, sebelumnya Liera sudah setuju, itu berarti Julian masih bisa menyampaikan beberapa hal.
“Tida—,”
“Kakak, maaf. Tapi aku sudah berjanji padanya.” Sela Liera, dia mencoba menghilangkan ketegangan antara kakaknya dan suaminya.
Keira membuang nafas pasrah, dia melepaskan tangan Liera, kembali melangkah keluar sendirian. “Baiklah, tapi cepatlah, waktu keberangkatan tidak lama lagi.”
Julian tersenyum senang, dia memerintahkan Liera menunggu diluar selagi dirinya mengeluarkan mobil di dalam garasinya, dan tentu saja memasukkan koper milik Liera.
Kedua mobil segera meninggalkan area Villa, mobil Julian berada di belakang mobil Keira, tangan tidak bisa melepaskan tangan Liera, dia akan sangat merindukan gadis itu mulai dari, dirinya yang akan mengeluh ketakutan jika tidur sendiri, kebiasaan hausnya saat malam hari, dan terkadang mengganggu Julian yang sedang mengerjakan tugas pekerjaannya.
“kenapa harus selama itu? Siapa yang akan membawakan air minum jika kau haus tengah malam, nanti siapa yang memelukmu saat kau takut tidur sendiri?”
Liera yang sedari tadi fokus melihat jalan, menatap kearah Julian tidak percaya, pria itu benar-benar masih membahas ini. Bahkan Liera sudah menganggapnya selesai, dia tidak habis pikir Julian akan mengatakan itu, apakah jika Liera jauh darinya, dirinya tidak bisa melakukan apapun sendiri?
“Kau membahas ini lagi, aku bukan anak kecil. Aku bisa mengatasinya sendiri.”
“aku hanya mengkhawatirkanmu, Amerika. Itu negara yang jauh, aku tidak mengawasimu selama 24 jam, dan apa yang akan terjadi, aku tidak bisa melakukan apapun.”
Liera tersenyum, dia mengelus lengan Julian “aku pastikan akan menjaga diri dengan baik.” Sampai akhirnya mobil itu sudah berhenti di bandara.
Julian membawa koper Liera dan mengikuti gadis itu di belakangnya, melihat Liera yang selalu kagum dengan bandara itu, bagaimana Julian bisa tenang jika wajah polos itu bisa memancing pria brengsek disana.
“Liera.”
Julian menarik kedua tangan Liera, menatap gadis itu dengan segala hal yang dia rasakan saat ini, padahal kakaknya sudah memberikan tatapan peringatan agar segera melepaskan Liera.
“kali ini aku akan mengatakan jika aku percaya padamu. Tolong kembali dengan keadaan seperti ini, aku akan selalu menunggu kabarmu, selalu siap mendengarkan apa yang akan kamu katakan, dan bahkan jika hanya sebuah kejadian kecil, aku tak tahu. Tapi aku yakin, selamanya kau akan selalu menjadi milikku, jadi jangan biarkan orang lain mematahkan hal itu.”
Liera mengangguk mengerti, ini hal yang ingin dia dengar sejak lama, hal yang menjelaskan segalanya, dan hal yang tidak pernah diharapkan keluar dari orang lain, walau Liera sendiri masih belajar mengartikan apa itu cinta.
“Aku mencintaimu Liera.”
Hal itu sukses membuat Liera sedikit meneteskan air mata, apalagi setelah mengatakan hal itu Julian tidak sungkan untuk mencium keningnya sangat lama, membuat Liera jadi ragu untuk meninggalkan pria itu.
Tak hanya itu, Julian memberikan ponsel miliknya, dengan sedikit ada perubahan, pria itu memasangkan case dimana dibelakang ada foto mereka berdua.
Julian menarik tangan kiri Liera, mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, dan memakaikannya di jari manis gadis itu.
“aku ingin kamu memakainya, dan jangan lupa untuk menghubungiku.” Ucapnya.
Julian melepaskan Liera, melangkah mundur membiarkan gadis itu segera menyusul sang kakak, dengan senyuman terpaksa Julian menjauh dari Liera.
Liera mengangguk, dia melangkah mundur dan melambaikan tangannya ke arah Julian, dia ingin sekali menangis dengan sikap manis yang baru saja Julian lakukan, tapi rasanya itu akan semakin membuat Julian sedih.
Setelah itu Liera berlari mendekati sang Kakak, melewati tempat dimana dia akan masuk kedalam pesawat. Sekali lagi Liera menolah kebelakang dan melambaikan tangannya pada Julian.
‘aku juga mencintaimu Julian.’
Los Angeles. Katakan itu adalah negara dengan sejuta wisata, termasuk juga sebagai liburan terbaik dan juga beberapa tempat romantis, apalagi jika berkunjung disaat musim semi, warna kuning dari daun dering akan menjadi ciri khas kota Los Angeles.Memenuhi setiap jalanan kota ini sama seperti barada Jepang dimana banyak bunga sakura menggugurkan daunnya.Liera dan sang kakak dengan dalam perjalanan menuju hotel, mereka jika menyewa rumah, karena hanya berada beberapa hari dan itu sudah disediakan oleh agensi naungan Keira.Matanya berbinar melihat jalanan kota Los Angeles di malam hari, mengingat perbedaaan waktu, mungkin saat ini Di London masih siang hari, Lisa b
Perpisahan adalah seperti pemain bencana.Pagi hari disambut dengan kerinduan.Ketika malam disambut oleh kekosongan.Suara samar dirimu yang menyentuhku, Kapan itu terjadi?Rindu yang terus dibawa oleh angin.Tiga hari berlalu, Sebagian negara bermusim empat, sudah mulai berevolusi. Membiasakan kembali berpakaian sangat tebal dan membatasi segala aktivitas menyambut natal dan tahun baru, mungkin dari mereka sudah jauh dari menyiapkan untuk kembali berkumpul pada keluarga.Membuat rencana untuk menghabiskan waktu libur panjang.Setelah sibuk ke berbagai tempat dan terus membantu segala pemotret
Leira menghela nafas karena Julian tidak kunjung menjawab teleponnya, rasa gelisah dan sedih menyelimuti hatinya, Leira tidak bisa sedikitpun fokus pada hal yang dirinya lakukan, padahal jelas jika saat ini Leira masih harus membantu sang kakak, kemarin dan hari ini Julian belum sedikitpun mengaktifkan ponselnya, Leira juga tidak bisa menghubungi Asyla.Semua orang yang dekat dengan Julian tidak ada yang bisa dihubungi, Leira semakin yakin jika feeling buruk itu bukanlah sembarangan, karena yang dirinya rasakan begitu menyakitkan dan nyata, seakan Julian sendiri yang menyampaikan membuat hatinya sakit teramat.Tak terhitung sudah berapa kali Leira menatap ponselnya sambil menghela nafas, dia sudah berusaha untuk membuat dirinya terus berpikir positif tapi tetap saja dia membayangkan kejadian buruk yang terjadi, dia ingin mengatakan pada sang kakak jika dirinya tidak bisa berada disini, dia ingin pulang dan memastikan keadaan Julian, walau nantinya dia harus kembali lagi.Keira yang ba
Hari ini setelah percobaan yang cukup mengambil resiko akhirnya Julian memutuskan untuk membawa Sean ke rumah sakit untuk hal yang lebih lanjutnya, karena Jake mengatakan jika terapi tidak bisa di lanjutkan di rumah, jadi Sena jyga harus di periksa secara fisik untuk mengetahui benturan di kepalanya separah apa, dan mungkin saja bisa mengakibatkan hal lainnya. Usaha yang di lakukan dirinya, Jake dan Asyla sedikit membangunkan ingatan Sean walau terapi itu tidak selalu membuat adiknya sering kali jatuh pingsan, memang terlalu memaksa untuk mengingat segalanya tidak baik untuk tubuhnya, apalagi setelah bertahun-tahun Sean hanya mengandalkan obat tanpa melakukan terapi oleh psikiater. Julian sudah mengosongkan jadwalnya hari ini, tapi dirinya tidak bisa menghubungi Leira, tidak ingin membuat gadis itu khawatir dan akhir-akhir ini Sean begitu sensitif setelah Leira pergi meninggalkan rumah, adiknya terus menanyakan keberadaannya, membuat Julian ragu dan takyt jika Sean akan menyukai Leir
Malam harinya.Sean berdiri di depan ruangan sang kakak, dengan infusan yang masih harus bersamanya, aneh karena pada akhirnya dia mendapatkan ingatannya begitu saja, tapi masih ada beberapa hal yang tidak bisa dirinya ingat pasti, yaitu kedua wanita yang bertemu dengannya, satu orang yang menceritakan kisah saat bersamanya dan satu orang yang mengaku sebagai adik kecil yang ditolong saat kecelakaan itu.Sean tidak bisa masuk ke dalam karena masih ada beberapa hal yang harus dilakukan dokter di dalam, Sean hanya bisa mengintip melalui celah jendela yang menunjukan keadaan sang kakak saat ini, bagaimana mengatakannya? melihat seluruh kepala Julian dipenuhi oleh perban dan selang udara yang masih membingkai wajahnya, mengundang banyak hal.“Aku senang kau bisa kembali menjadi dirimu yang sesungguhnya,” Ucap Jake, kini sudah tidak ada lagi jas putih yang dirinya kenakan, dengan pakaian casual sederhana pria itu berdiri di samping dan melihat temannya terbaring di sana tanpa bisa melakuka
Dua hari sudah berlalu begitu saja.Leira masih tidak bisa beristirahat dengan baik atau setidaknya berhenti sejenak untuk memikirkan Julian, tapi kemarin malam Leira langsung drop dan mau tidak mau dirinya harus berbaring di rumah sakit, saat membuka mata Leira hanya melihat bagaimana kosongnya rungan ini.Mungkin seharusnya sejak kemarin Leira meminta untuk pulang saja, dia tidak bisa beraktivitas jika pikirannya terganggu, dan belum lagi penyesuaian jam makan yang menyiksa dirinya, mengubah pola makan bukan baik.Leira hanya bisa menghela nafas, dengan tubuh lemas dirinya paksakan untuk terduduk di ranjang, tangannya terulur mengambil ponselnya yang tergeletak di atas laci di samping ranjang, hanya menyala dan menatap layarnya sana.Leira sudah bisa menebak jika tidak akan pesan atau panggilan dari pria itu, padahal Leira berharap apa sesuatu walau itu hanya sebuah pesan singkat, apakah sudah terjadi sesuatu pada pria itu? apakah itu sebuah hal buruk?Gadis itu mengusap dada bagian
Leira sampai di bandara pada pukul 4 sore.Padahal kondisi masih sedikit parah dan seharusnya dia beristirahat, tapi Leira meninggalkan bandara begitu saja tanpa menunggu diantar oleh ibu atau kakaknya, dengan masih membawa kopernya, Leira duduk tidak tenang di dalam taksi, padahal sudah sore hari tapi kenapa suasana masih ramai dan bahkan jalan cukup macet hari ini.Dia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Julian kembali, tapi tetap saja panggilannya tidak diangkat.“Pak, apakah kita masih lama?” Tanya Leira, dia ingin segera bertemu dengan Julian, dari berita yang dirinya baca jika kecelakaan itu terjadi dua hari yang lalu, itu berarti seharusnya kondisi Julian sudah membaik jika insiden itu tidak begitu parah, Leira tidak akan lagi meninggalkan pria itu.“Tidak lama lagi kita akan sampai Nona, hanya perlu melewati persimpangan jalan ini sana,” Ucap sang supir, dia terus mencari cela untuk bisa menyalip agar bisa melewati jalan itu.Leira mengeluarkan dompet miliknya, dia
Malam Harinya.Tepatnya waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, semua yang berada di rumah sakit itu hanya akan diisi oleh pasien, dokter dan suster, sisanya hanya satu atau dua orang yang menjaga di setiap ruang rawat.Julian membuka matanya setelah terpejam selama tiga hari, hal yang dilihat adalah ruangan yang redup akan cahaya, rasanya sunyi dan sepi sudah menjadi bagian dari setiap sudut kamar dominan putih itu, dia sedikit merasa sakit dibagian kepalanya, ketika dirinya hendak mengangkat tangannya dirinya langsung menyadari jika ada yang tertidur di sampingnya.Melihat seorang gadis tertidur lelap di sana, wajah tenang dan dengkuran kecilnya memberikan banyak sekali kehangatan pada Julian, sudah berlama gadis itu berada di sini? apakah Leira yang menemaninya selama dirinya terbaring? pasti gadis itu lelah sekali, tapi? bagaimana Leira tahu keadaannya?Apakah setelah tahu kabar dirinya gadis itu langsung memutuskan untuk terbang ke sini?Julian bertanya dalam suasana yang begitu t
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel