Perpisahan adalah seperti pemain bencana.
Pagi hari disambut dengan kerinduan.
Ketika malam disambut oleh kekosongan.
Suara samar dirimu yang menyentuhku, Kapan itu terjadi?
Rindu yang terus dibawa oleh angin.
Tiga hari berlalu, Sebagian negara bermusim empat, sudah mulai berevolusi. Membiasakan kembali berpakaian sangat tebal dan membatasi segala aktivitas menyambut natal dan tahun baru, mungkin dari mereka sudah jauh dari menyiapkan untuk kembali berkumpul pada keluarga.
Membuat rencana untuk menghabiskan waktu libur panjang.
Setelah sibuk ke berbagai tempat dan terus membantu segala pemotretan yang sang kakak lakukan, Liera mendapatkan libur hari ini, dia dan sang kakak berencana membeli beberapa barang untuk diberikan pada keluarga, Liera berpikir ingin memberikan kado untuk Asyla dan semua penghuni yang tinggal di Villa.
Tinggal satu hari lagi dirinya disini, sesuai dengan yang Liera pikirkan, dirinya tidak dikasihkan kesempatan untuk mengeliling kota Los Angeles ini, bahkan baru sekarang Liera bernafas lega dari segala kesibukan.
Dunia orang dewasa sangat penuh dengan kerja keras, Liera jadi mengerti bagaimana Julian sangat kesulitan untuk mengatur waktunya, pulang lebih awal untuk mengobrol dengannya dan mengisi waktu luangnya untuk berbicara dengan sang adik.
Liera juga khawatir karena Sean yang ternyata lebih buruk dari perkiraannya, pria itu memang kembali pada dimana masa memorinya hilang tapi efek dari terapi itu membuatnya bingung dan seperti kehilangan jiwanya.
Walau Julian selalu berkata Liera tidak perlu memikirkan apapun, tapi tetap saja Sean sudah seperti Asyla, temannya dan jika kesulitan Liera ingin sekali membantu.
“Liera, kenapa kamu hanya diam, pilihkan pakaian yang kamu sukai” ucap Keira.
Kedua wanita itu sedang di sebuah mall terbesar disana, banyak sekali brand ternama disana. Salah satunya Chanel, Gucci, Celine dan lain-lainnya. keira memilih pakaian untuk kebutuhan hidupnya, karena pekerjaannya seorang model maka pakaian brand semua itu wajib baginya.
Sedangkan Liera?
Dia hanya memilih yang menurutnya nyaman, pantas digunakan dan cocok dengan kepribadiannya, itu sudah suatu kebiasaan. Karena Merry mengajar Liera seperti itu.
Tatapan Liera jatuh pada sebuah setelan jas untuk pria, dia membayangkan Julian menggunakan itu pasti akan terlihat tampan, Liera tersenyum, dia ingin buru-buru bertemu dengan pria itu.
“Kakak Keira, boleh aku membeli itu? Aku ingin memberikannya pada Julian.” ucap Liera, dia menarik lengan sang kakak seperti anak kecil yang ingin segera membeli mainan, sangat lucu dan menggemaskan.
“Ambil saja, kau jangan hanya memikirkan pria itu, beli sesuatu untuk dirimu.” ucap Keira matanya tidak pernah menatap kearah lain, pakaian di depannya lebih banyak mengalihkan keinginan saat ini. Rasanya ingin memiliki semua ini namun Keira harus menabung untuk kehidupannya.
“Tentu saja, Thanks Kakak.” Liera berlari mengambil setelan jas itu, memilih warna yang biasanya Julian sukai dan entah kenapa dirinya tidak sabar untuk melihat reaksi apa yang akan Julian berikan, mungkinkah dia senang atau malah tidak.
Setelah hampir 2 jam berada di dalam sana, Liera dan Keira menuju lantai atas, dimana banyak sekali jajaran makanan dari berbagai menu, terlihat mengundang untuk mencobanya dan aroma yang terus menggoda penciuman keduanya.
Sama seperti wanita lain, kedua kakak beradik itu sangat menyukai makanan. Dan akan lupa jika mereka sedang menjalani diet sehat.
“baiklah, untuk kali ini aku akan memanjakan perutku.” ucap Keira, dia menyuruh para asistennya untuk membawa barangnya kembali pulang.
Meninggalkan Liera dan dirinya saja disana, karena setelah ini kedua akan mampir ke toko aksesoris.
“Wah, aku ingin memakan semua ini.” Liera terkagum pada menu yang ada di dalam brosur, terlihat sangat enak dan membuat sulit menentukan.
Keira tersenyum, Liera benar-benar masih seperti dulu, padahal gadis itu sudah menikah, seharusnya sikapnya lebih dewasa dari dirinya yang masih menyukai kesendirian, Keira menjadi lebih memikirkan masa depan sang adik.
Apakah dirinya nanti ada disaat Liera hancur?
Atau takdir malah berkata lain?
Entahlah, Keira tidak bisa memutuskan apapun untuk saat ini, dia tidak punya waktu untuk terus mengetahui segala hal tentang Liera, tapi masih ada kesempatan menjadi seorang kakak yang baik bukan?
“Liera, apakah Julian pernah menceritakan tentang masa lalu-nya?” tanya Keira disela mereka menunggu makanan datang.
Liera mengarahkan bola matanya ke atas, menunjukkan jika dia sedang berpikir “Tentang adiknya, itu saja yang baru Julian ceritakan.”
“wanita?? Maksudku—mantan kekasihnya.”
Liera sedikit sedih, apakah penting mengetahui siapa wanita yang pernah dekat dengan Julian, atau pernah menjadi kekasihnya.
“Tidak, itu—Julian tidak pernah menceritakan tentang mantan kekasihnya.”
Keira bingung, kenapa Julian hanya terbuka dengan kehidupan keluarganya, kenapa masa lalu percintaannya ditutup rapat. “apa kau ingat? Ibu pernah mengatakan padaku, jika sebelumnya kalian pernah bertemu, waktu aku harus meninggalkan liburan kita.”
Liera bingung, dia mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi waktu liburan di pantai, dan ketika ingat dirinya langsung menunjukkan wajah terkejut.
“Ah! Aku ingat, Paman itu! Aku menyelamatkan saat dia akan terjun.”
“Ap—,” Keira berhenti, ketika para pelayan mulai mengantarkan makanan mereka, mungkin yang dia tanyakan juga tidak terlalu penting. “makanlah.”
Liera mengangguk mengerti, dia mengambil garpu dan sendok untuk mulai memakan.
Namun entah kenapa tangan Liera terasa kram, kedua benda itu jatuh ke lantai saat tiba-tiba dirinya memikirkan Julian. Kejadian di pantai itu tanpa Liera sadari memang pria yang hampir menciumnya adalah Julian.
“kenapa Liera?” Keira panik, dia mendekati sang adik yang terdiam tanpa ingin mengambil benda yang jatuh, tatapannya mengkhawatirkan sesuatu. “apa yang terjadi? Katakan Liera.”
Liera tersadar saat bahunya ditepuk oleh sang kakak, ini aneh dan sangat mengganjal hatinya, Liera tidak pernah secemas ini dan tubuhnya mengisyaratkan sebuah hal melukai hatinya.
Apa ini?
“Ak—aku tidak tahu, ini menyakiti jantungku, rasanya sesak dan membuatku sulit bernafas.” ucap Liera, entah kenapa dia ingin menangis saat ini, kenapa? Ada apa?
“Liera tenanglah sayang, ikuti aku. Tarik nafas lalu buang.”
Keira mengajarkan Liera untuk mengatasi kepanikan, ini sudah hal yang biasa dirinya lewatkan saat memikirkan sesuatu secara berlebihan, reaksi akan muncul jika rasa itu terus menghantui pikirannya.
Dan bisa jadi sebuah sinyal.
“Kakak, kenapa? Aku takut.”
Keira memeluk Liera, membuat gadis itu tenang dan berhenti memikirkan itu, “Liera tenanglah.”
Memberikan satu gelas air minum untuk sang adik, menatap Liera yang mulai berangsur membaik tapi sedikit gemetar.
Ini aneh, reaksi Liera sangat berlebihan.
Dan benar, Liera menangis, gadis itu menangis tersedu-sedu sampai membuat keduanya menjadi pusat perhatian, Keira tidak henti-hentinya untuk membuat Liera tenang, dia membantu menghapus air mata adiknya dan terus memberikan pelukan hangat.
“Kakak, aku ingin menghubungi Julian.”
“Baik, tapi jangan disini, kau bisa menelpon saat kita dimobil.”
Liera mengangguk, dia merasa lepas di bagian perutnya dan pasrah ketika sang kakak membantunya untuk masuk ke dalam lift yang menuju area parkiran.
“Liera, katakan jika kau merasakan sesuatu.”
Keira memasang sabuk pengaman, menyalakan mesin mobil dan meninggalkan area mall itu.
Liera mengelus jantungnya, apa yang membuatnya saat sedih dan sesak ini, rasanya seperti segalanya akan membuat Liera mati terpaku dengan apa yang terjadi.
-
-
-
-
Note : Terimakasih banyak buat yang sudah menunggu lama cerita ini, tolong tetap dukung cerita aku, dan bantu kasih rate dan komen ya, karena itu sangat membantu untuk para penulis, semakin banyak semakin semangat author liora buat update.
Cuk baca cerita aku My Arrogant : Sterious Love. Ini penting bangat buat aku karena cerita ini salah satu yang ikut lomba dan belum ada bab yang dikunci jadi ayo buruan dibaca dan bantu komen dan rate.
Terimakasih salam Liora.
Leira menghela nafas karena Julian tidak kunjung menjawab teleponnya, rasa gelisah dan sedih menyelimuti hatinya, Leira tidak bisa sedikitpun fokus pada hal yang dirinya lakukan, padahal jelas jika saat ini Leira masih harus membantu sang kakak, kemarin dan hari ini Julian belum sedikitpun mengaktifkan ponselnya, Leira juga tidak bisa menghubungi Asyla.Semua orang yang dekat dengan Julian tidak ada yang bisa dihubungi, Leira semakin yakin jika feeling buruk itu bukanlah sembarangan, karena yang dirinya rasakan begitu menyakitkan dan nyata, seakan Julian sendiri yang menyampaikan membuat hatinya sakit teramat.Tak terhitung sudah berapa kali Leira menatap ponselnya sambil menghela nafas, dia sudah berusaha untuk membuat dirinya terus berpikir positif tapi tetap saja dia membayangkan kejadian buruk yang terjadi, dia ingin mengatakan pada sang kakak jika dirinya tidak bisa berada disini, dia ingin pulang dan memastikan keadaan Julian, walau nantinya dia harus kembali lagi.Keira yang ba
Hari ini setelah percobaan yang cukup mengambil resiko akhirnya Julian memutuskan untuk membawa Sean ke rumah sakit untuk hal yang lebih lanjutnya, karena Jake mengatakan jika terapi tidak bisa di lanjutkan di rumah, jadi Sena jyga harus di periksa secara fisik untuk mengetahui benturan di kepalanya separah apa, dan mungkin saja bisa mengakibatkan hal lainnya. Usaha yang di lakukan dirinya, Jake dan Asyla sedikit membangunkan ingatan Sean walau terapi itu tidak selalu membuat adiknya sering kali jatuh pingsan, memang terlalu memaksa untuk mengingat segalanya tidak baik untuk tubuhnya, apalagi setelah bertahun-tahun Sean hanya mengandalkan obat tanpa melakukan terapi oleh psikiater. Julian sudah mengosongkan jadwalnya hari ini, tapi dirinya tidak bisa menghubungi Leira, tidak ingin membuat gadis itu khawatir dan akhir-akhir ini Sean begitu sensitif setelah Leira pergi meninggalkan rumah, adiknya terus menanyakan keberadaannya, membuat Julian ragu dan takyt jika Sean akan menyukai Leir
Malam harinya.Sean berdiri di depan ruangan sang kakak, dengan infusan yang masih harus bersamanya, aneh karena pada akhirnya dia mendapatkan ingatannya begitu saja, tapi masih ada beberapa hal yang tidak bisa dirinya ingat pasti, yaitu kedua wanita yang bertemu dengannya, satu orang yang menceritakan kisah saat bersamanya dan satu orang yang mengaku sebagai adik kecil yang ditolong saat kecelakaan itu.Sean tidak bisa masuk ke dalam karena masih ada beberapa hal yang harus dilakukan dokter di dalam, Sean hanya bisa mengintip melalui celah jendela yang menunjukan keadaan sang kakak saat ini, bagaimana mengatakannya? melihat seluruh kepala Julian dipenuhi oleh perban dan selang udara yang masih membingkai wajahnya, mengundang banyak hal.“Aku senang kau bisa kembali menjadi dirimu yang sesungguhnya,” Ucap Jake, kini sudah tidak ada lagi jas putih yang dirinya kenakan, dengan pakaian casual sederhana pria itu berdiri di samping dan melihat temannya terbaring di sana tanpa bisa melakuka
Dua hari sudah berlalu begitu saja.Leira masih tidak bisa beristirahat dengan baik atau setidaknya berhenti sejenak untuk memikirkan Julian, tapi kemarin malam Leira langsung drop dan mau tidak mau dirinya harus berbaring di rumah sakit, saat membuka mata Leira hanya melihat bagaimana kosongnya rungan ini.Mungkin seharusnya sejak kemarin Leira meminta untuk pulang saja, dia tidak bisa beraktivitas jika pikirannya terganggu, dan belum lagi penyesuaian jam makan yang menyiksa dirinya, mengubah pola makan bukan baik.Leira hanya bisa menghela nafas, dengan tubuh lemas dirinya paksakan untuk terduduk di ranjang, tangannya terulur mengambil ponselnya yang tergeletak di atas laci di samping ranjang, hanya menyala dan menatap layarnya sana.Leira sudah bisa menebak jika tidak akan pesan atau panggilan dari pria itu, padahal Leira berharap apa sesuatu walau itu hanya sebuah pesan singkat, apakah sudah terjadi sesuatu pada pria itu? apakah itu sebuah hal buruk?Gadis itu mengusap dada bagian
Leira sampai di bandara pada pukul 4 sore.Padahal kondisi masih sedikit parah dan seharusnya dia beristirahat, tapi Leira meninggalkan bandara begitu saja tanpa menunggu diantar oleh ibu atau kakaknya, dengan masih membawa kopernya, Leira duduk tidak tenang di dalam taksi, padahal sudah sore hari tapi kenapa suasana masih ramai dan bahkan jalan cukup macet hari ini.Dia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Julian kembali, tapi tetap saja panggilannya tidak diangkat.“Pak, apakah kita masih lama?” Tanya Leira, dia ingin segera bertemu dengan Julian, dari berita yang dirinya baca jika kecelakaan itu terjadi dua hari yang lalu, itu berarti seharusnya kondisi Julian sudah membaik jika insiden itu tidak begitu parah, Leira tidak akan lagi meninggalkan pria itu.“Tidak lama lagi kita akan sampai Nona, hanya perlu melewati persimpangan jalan ini sana,” Ucap sang supir, dia terus mencari cela untuk bisa menyalip agar bisa melewati jalan itu.Leira mengeluarkan dompet miliknya, dia
Malam Harinya.Tepatnya waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, semua yang berada di rumah sakit itu hanya akan diisi oleh pasien, dokter dan suster, sisanya hanya satu atau dua orang yang menjaga di setiap ruang rawat.Julian membuka matanya setelah terpejam selama tiga hari, hal yang dilihat adalah ruangan yang redup akan cahaya, rasanya sunyi dan sepi sudah menjadi bagian dari setiap sudut kamar dominan putih itu, dia sedikit merasa sakit dibagian kepalanya, ketika dirinya hendak mengangkat tangannya dirinya langsung menyadari jika ada yang tertidur di sampingnya.Melihat seorang gadis tertidur lelap di sana, wajah tenang dan dengkuran kecilnya memberikan banyak sekali kehangatan pada Julian, sudah berlama gadis itu berada di sini? apakah Leira yang menemaninya selama dirinya terbaring? pasti gadis itu lelah sekali, tapi? bagaimana Leira tahu keadaannya?Apakah setelah tahu kabar dirinya gadis itu langsung memutuskan untuk terbang ke sini?Julian bertanya dalam suasana yang begitu t
Semua orang berdiri sedikit menjauh dari ranjang Julian, menunggu pria itu yang sedang melakukan pemeriksaan untuk memastikan jika dirinya baik-baik saja setelah tidur selama tiga hari, Dokter dan para susternya juga sudah mengganti perbannya, jika Julian kondisi baik hari ini pun pria itu sudah bisa pulang.Julian sesekali melirik ke arah Leira, padahal dokter sedang mengajukan banyak pertanyaan pada nya, tapi pria hanya terkadang menjawab 'ya/tidak' hanya dua kalimat itu, setelahnya matanya terus melirik ke arah Leira, berharap gadis itu juga menatap kembali dirinya, tapi sepertinya kejadian tadi membuat gadis itu malu dan urung untuk menatap pria itu.“Semua pemeriksaan mengatakan jika pasien Julian baik-baik saja, dia bisa pulang hari dan aku akan memberikan resep obat jika sewaktu-waktu kepalanya terasa sangat,” Ucap sang Dokter, dia mengucapkan kalimat itu kepada adik pria itu, dan mendapatkan anggukan paham dari Sean.Semua yang tadi berkumpul di dalam ruangan itu satu persatu
Semua orang berdiri sedikit menjauh dari ranjang Julian, menunggu pria itu yang sedang melakukan pemeriksaan untuk memastikan jika dirinya baik-baik saja setelah tidur selama tiga hari, Dokter dan para susternya juga sudah mengganti perbannya, jika Julian kondisi baik hari ini pun pria itu sudah bisa pulang.Julian sesekali melirik ke arah Leira, padahal dokter sedang mengajukan banyak pertanyaan pada nya, tapi pria hanya terkadang menjawab 'ya/tidak' hanya dua kalimat itu, setelahnya matanya terus melirik ke arah Leira, berharap gadis itu juga menatap kembali dirinya, tapi sepertinya kejadian tadi membuat gadis itu malu dan urung untuk menatap pria itu.“Semua pemeriksaan mengatakan jika pasien Julian baik-baik saja, dia bisa pulang hari dan aku akan memberikan resep obat jika sewaktu-waktu kepalanya terasa sangat,” Ucap sang Dokter, dia mengucapkan kalimat itu kepada adik pria itu, dan mendapatkan anggukan paham dari Sean.Semua yang tadi berkumpul di dalam ruangan itu satu persatu
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel