Malam Harinya.
Tepatnya waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, semua yang berada di rumah sakit itu hanya akan diisi oleh pasien, dokter dan suster, sisanya hanya satu atau dua orang yang menjaga di setiap ruang rawat.
Julian membuka matanya setelah terpejam selama tiga hari, hal yang dilihat adalah ruangan yang redup akan cahaya, rasanya sunyi dan sepi sudah menjadi bagian dari setiap sudut kamar dominan putih itu, dia sedikit merasa sakit dibagian kepalanya, ketika dirinya hendak mengangkat tangannya dirinya langsung menyadari jika ada yang tertidur di sampingnya.
Melihat seorang gadis tertidur lelap di sana, wajah tenang dan dengkuran kecilnya memberikan banyak sekali kehangatan pada Julian, sudah berlama gadis itu berada di sini? apakah Leira yang menemaninya selama dirinya terbaring? pasti gadis itu lelah sekali, tapi? bagaimana Leira tahu keadaannya?
Apakah setelah tahu kabar dirinya gadis itu langsung memutuskan untuk terbang ke sini?
Julian bertanya dalam suasana yang begitu tenang, tidak ingin sedikitpun mengusik tidur gadis yang dia cintai, rasa rindu dan segala hal tentangnya hilang begitu saja ketika Leira berada di sampingnya, syukurlah setidaknya berkat kejadian itu Julian bisa melihat Leira lagi.
Dengan penuh pertimbangan dan hati-hati, Julian mengangkat tangannya yang digenggam erat oleh Leira, tersenyum tipis ke arahnya, Julian mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantiknya, dan akhirnya memutuskan untuk mengusap kepalanya.
Pria itu mencoba untuk terduduk tapi rasanya cukup lemah badannya untuk digerakkan, Julian memilih untuk menaikan sedikit ranjang bagian atasnya, dia ingin lebih jelas menatap Leira, gadis itu! tidak habis pikir Julian harus bagaimana padanya, dia begitu baik dan penurut terkadang bisa menjadi pribadi yang cerewet dan semakin dilihat Leira cepat dewasa.
“Kamu pasti sedih melihat kondisiku saat ini, aku janji tidak akan menyusahkanmu lagi Leira,” Ucap Julian setelah sekian lama diam di sana, dan Julian semakin bahagia saat Leira memakai cincin yang sama dengan miliknya, terletak di jari manis masing-masing.
“Aku tidak ingin kita berpisah setelah perjanjian itu selesai, aku akan menikahi secara resmi dan tidak akan menutupi hubungan kita, tapi—apakah itu bisa terjadi Leira?” Tanya Julain pada sosok yang masih terlelap dalam tidurnya, tidak bahkan tidak terusik saat Julian menyentuhnya dan tidur dalam posisi seperti itu bisa membuat tubuhnya sakit.
“Walau rasanya tidak pasti terjadi, aku akan selalu menghargai kebersamaan kita, Maafkan aku Leira. aku pria pengecut yang hanya bisa menikahi dalam ikatan kontrak, tapi aku senang jika dipersatukan, kau membawa warna dalam hidupku setelah sekian lama hilang.”
Julian terus berbicara, walau tidak mungkin bisa didengar oleh Liera, tapi berbicara dengan keadaan seperti ini memiliki kesenangan tersendiri, rasanya seluruhnya tersampaikan walau tidak ada balasan, terkadang itulah yang dirinya inginkan, hanya butuh didengarkan tanpa berharap ada sebuah kalimat balasan.
“Jika di kehidupan ini kita tidak bersama, aku harap di kehidupan lain aku bisa bersamamu, aku tidak ingin apapun hanya bersamamu,” Ucap Julian lagi, pria yang begitu dingin dan sangat pemarah, bisa tunduk dan terus berbicara tanpa tahu akan berakhir kapan, seiring berjalannya waktu kepribadian berubah menjadi sosok yang hangat, tapi itu hanya berlaku jika bersama Leira.
“Aku merindukanmu Julian,” Gumam Leira dalam tidurnya, dia bergerak saat tubuhnya terasa sedikit kaku dan pegal, ini pertama kalinya dirinya tidur dengan posisi terduduk dan belum lagi dinginnya suhu ruangan yang membuat semakin tidak nyaman.
“Kamu pasti tidak nyaman dengan posisi, aku harus bagaimana?” Tanya julian, dia tidak bisa bergerak jika tubuhnya lemas seperti itu, bahkan tangan kiri dipenuhi alat yang menempel di sana, dengan ide yang mungkin tidak berhasil Julian mencoba membangunkan Liera.
“Leira bangunlah!” Panggilnya sambil mengguncangkan tubuh Liera dengan pelan, dan sesekali menepuk pipinya.
“Hm!” Dengan tatapan yang sangat berat, Leira mengangkat kepalanya dan matanya hanya mampu terbuka setengah, “Ibu, Leira masih mengantuk,”
Julian tersenyum dan sedikit menahan tawa, Leira mengira jika yang membangunkan dirinya adalah Ibunya, lucu sekali.
“Leira, ayo tidur di sini, tubuhmu bisa sakit jika tidur seperti itu,” Ucap Julian, nada suaranya mengikuti ucapan seorang Ibu yang memerintahkan anaknya.
Leira hanya mengangguk, dia membuka sandal miliknya dan melangkah naik ke ranjang, Julian sampai harus menggeser posisinya, dan dirinya tidak percaya akan kembali tidur sama Leira, dengan tangan mungil itu memeluk tubuhnya.
Hingga akhirnya, Julian ikut kembali terlelap di sana walau awalnya sulit karena degup jantungnya berdetak begitu cepat.
*******
Keesokan harinya.
Ketika Jake dan Sean akan masuk ke dalam ruangan Julian, duanya hanya sungguh berdiri di depan pintu, dan memutuskan untuk kembali melangkah mundur, walau mereka senang bisa tahu jika Julian sudah sadar tapi rasanya tidak menyenangkan jika mengusik kedua orang yang sedang menikmati indahnya menghilangkan rasa rindu bersama.
“Lebih baik kita pergi dari sini, kita bisa datang lagi nanti.” Ucap Jake, dia menarik tubuh Sean untuk ikut bersama keluar dari ruangan temannya itu! tidak bisakah dirinya melihat situasi? haruskah bermesraan sekarang?
Hingga akhirnya Julian berbangun sendiri saat merasa panas matahari mulai menyapa dirinya, hal yang menyenangkan bisa melihat ketika pagi hari adalah wajah dari orang yang kita cintai, memeluk tubuh dan begitu dekat dalam dekapan, Julian baru tahu jika perjodohan tidak seburuk itu.
Kenapa dirinya terus menolak jika akhirnya dia akan bertemu dengan Liera, tapi bisakan takdir membuat kita terus bersama hingga akhir.
Leira terbangun saat merasa jika seseorang terus bergerak dan belum lagi merasa sesak karena rasanya pasokan udara begitu menipis di paru-parunya, saat matanya terbuka hal yang pertama dirinya lihat ada pakaian dan dada bidang yang begitu dekat dengan wajahnya, setelah berpikir selama satu menit barulah Leira mengangkat kepalanya, tatapan langsung bertemu dengan wajah Julian.
“Ba—bagaimana bisa aku tertidur di sini?” Tanya Leira, dia tidak ingat apapun tapi dirinya tidak lupa jika tadi malam dirinya tertidur di kursi, saat kebingungan melanda dirinya, Leira dikejutkan saat Julian tiba-tiba mengecup bibirnya lalu keningnya.
Setelah itu Julian hanya diam sambil kembali memejamkan matanya, mengabaikan pertanyaan Leira dan bingung di wajah lugunya.
“Ish! Kau ingin menyebalkan, aku berkata tapi kenapa sangat suka menciumku!” Ucap Leira, dia berusaha untuk membebas dirinya tapi cekalam di tubuhnya begitu kencang, bukankah jika sakit seharusnya kekuatannya tidak sekuat ini?
“Itu bukan ciuman Leira! itu kecupan! apa selama di sana kau lupa apa yang sudah kamu pelajari?” Ucap Julian, senang rasanya bisa melakukan pertengkaran kecil di suasana yang tenang dan indah di pagi hari.
“Itu sama saja! lepaskan aku! aku haus dan ingin ke kamar mandi,” Ucap Leira, itu hanya asalannya saja tapi sebenarnya dia hanya ingin turun dari sana sebelum ada yang melihat dirinya.
Julian hanya bisa pasrah jika little wife-nya sudah harus memiliki urusannya sendiri, dia membiarkan Leira turun dari ranjang dan segera meninggalkan dirinya, hal yang Leira lakukan sedikit membuat dirinya merasa baikan dan sehat.
“Dia sangat lucu, bagaimana aku bisa membiarkan dirinya bersama orang lain jika dirinya menggemaskan seperti itu!”
Semua orang berdiri sedikit menjauh dari ranjang Julian, menunggu pria itu yang sedang melakukan pemeriksaan untuk memastikan jika dirinya baik-baik saja setelah tidur selama tiga hari, Dokter dan para susternya juga sudah mengganti perbannya, jika Julian kondisi baik hari ini pun pria itu sudah bisa pulang.Julian sesekali melirik ke arah Leira, padahal dokter sedang mengajukan banyak pertanyaan pada nya, tapi pria hanya terkadang menjawab 'ya/tidak' hanya dua kalimat itu, setelahnya matanya terus melirik ke arah Leira, berharap gadis itu juga menatap kembali dirinya, tapi sepertinya kejadian tadi membuat gadis itu malu dan urung untuk menatap pria itu.“Semua pemeriksaan mengatakan jika pasien Julian baik-baik saja, dia bisa pulang hari dan aku akan memberikan resep obat jika sewaktu-waktu kepalanya terasa sangat,” Ucap sang Dokter, dia mengucapkan kalimat itu kepada adik pria itu, dan mendapatkan anggukan paham dari Sean.Semua yang tadi berkumpul di dalam ruangan itu satu persatu
Semua orang berdiri sedikit menjauh dari ranjang Julian, menunggu pria itu yang sedang melakukan pemeriksaan untuk memastikan jika dirinya baik-baik saja setelah tidur selama tiga hari, Dokter dan para susternya juga sudah mengganti perbannya, jika Julian kondisi baik hari ini pun pria itu sudah bisa pulang.Julian sesekali melirik ke arah Leira, padahal dokter sedang mengajukan banyak pertanyaan pada nya, tapi pria hanya terkadang menjawab 'ya/tidak' hanya dua kalimat itu, setelahnya matanya terus melirik ke arah Leira, berharap gadis itu juga menatap kembali dirinya, tapi sepertinya kejadian tadi membuat gadis itu malu dan urung untuk menatap pria itu.“Semua pemeriksaan mengatakan jika pasien Julian baik-baik saja, dia bisa pulang hari dan aku akan memberikan resep obat jika sewaktu-waktu kepalanya terasa sangat,” Ucap sang Dokter, dia mengucapkan kalimat itu kepada adik pria itu, dan mendapatkan anggukan paham dari Sean.Semua yang tadi berkumpul di dalam ruangan itu satu persatu
Akhirnya Julian bisa kembali pulang kerumah mereka bersama Liera, hanya berdua karena Sean memutuskan untuk tidak pulang hari ini, masih ada hal yang dirinya lakukan dengan Dokter Jake di rumah sakit, entahlah itu alasan karena ingin memberikan waktu privasi pada kakaknya atau memang itu benar, yang jelas kini Liera dengan membantu Julian untuk menaiki anak tangga, merangkul tubuh yang lebih besar dari cukup kesulitan untuk Liera.“Bukankah aku sudah mengatakan kamu harus tidur di ruang tamu untuk sementara, jangan memaksakan diri, Julian.” Ucap Liera, dia meletakkan tubuh Julian di atas ranjang miliknya di kamar pria itu, lalu sedikit menjauh meregangkan otot tubuhnya.“Kamu marah?” Tanya Julian, dia memperhatikan Leira yang langsung menutup jendela agar udara malam tidak masuk ke dalam kamarnya, gadis itu jadi super sibuk, seharusnya dia menyiapkan segala persiapan untuk wisudanya, membuat Julian merasa bersalah.Padahal tubuh Julian tidak selemah yang Leira pikirkan, jika Leira min
Keesokan harinya. Tepatnya waktu menunjukan pukul lima pagi hari.Julian bangun lebih awal, karena dia sudah terlalu banyak tidur selama di rumah sakit, pria itu menjauhkan tubuh Liera yang berada di dekatnya, mematikan suara alarm dari ponselnya. pria itu terduduk dan meregangkan tubuhnya sebelum memulai aktivitas dari ini, perasaan dan tubuhnya pulih dengan cepat, dia tidak merasa sakit atau lemas, sepenuhnya merasa baik dan seperti biasanya.Pria itu tidak berjalan untuk membuka Jendela seperti hal biasa dirinya lakukan, dia tidak mau mengusik tidur dari little wifenya, sebaliknya Julian membuka koper yang hanya mereka letakkan di sudut ruangan dan lupa untuk membukanya, Julian membuka koper milik Liera karena mungkin saja ada pakaian yang gadis itu akan kenakan hari ini.Seperti suami lainnya, Julian menyiapkan kebutuhan Leira dan meletakkan di sofa, dia hampir lupa tentang hadiahnya, pria itu mengambil ponselnya dan menerima pesan jika Yuri sudah mengirim hadiah yang dirinya ingi
Liera dengan duduk dengan cemas di antara teman lainnya, mendengarkan kepala sekolah yang sedang menyampaikan pidatonya dan membuka resmi acara ‘Graduation Day’.Sesekali melirik ke arah Julian yang duduk di antara para orang tua, Liera senang bisa melihat pria itu duduk di sana dengan hadiah yang dirinya belikan, walau warnanya begitu mencolok tapi tidak sedikitpun Julian tidak merasa risih, sebaliknya dia duduk bangga di sana, Liera langsung tertunduk malu saat pria itu menyadari dirinya yang diam-diam menatapnya.Asyla menoleh dan memperhatikan tingkah Liera yang sekarang begitu berbeda, dia tahu jika sahabatnya ini pasti sudah mulai menyukai suami, beruntung sekali.“Hei! kau tidak berada di rumahmu Liera, jadi sabarlah sedikit,” Ucap Asyla, dia menyadarkan temannya untuk berhenti tersenyum seperti itu, dia hanya takut jika Liera tidak mendengar namanya dipanggil.“Asyla!” Ucap Liera dengan malu, dia hanya sedang mengusir rasa gugupnya dan kebetulan tatapan Julian langsung membuat
Kedua sedang duduk di kursi menunggu giliran untuk penerbangan ke paris akan segera di lakukan, jam sudah menunjukkan pukul enam begitu mereka sampai di bandara untuk menghindari kemacetan saat jam pulang kerja, mereka berangkat lebih awal.Dan kedua memilih untuk mampir salah satu restoran untuk sekalian makan malam.Ini pertama kali mereka secara resmi pergi keluar di malam hari, bahkan mereka tidak pernah makan malam di luar seperti pasangan lain, melakukan dinner. Atau mengunjungi tempat di malam hari seperti berkencan, ini rasanya berbeda dan membuat Leira tahu bagaimana bisa merasakan apa itu namanya dinner dengan seseorang dan kehidupan pasangan lainnya.Cukup menyenangkan untuk Leira.Padahal hampir semua orang dewasa berkata jika mereka ingin terus menjadi anak kecil saja, tidak ingin merasakan bagaimana beratnya menjadi orang dewasa, tapi Liera tidak salah. Semua orang dewasa pernah memikirkan hal itu dan ketika dewasa semua pemikiran itu sangatlah berbanding terbalik, tida
Perjalanan yang cukup melelahkan, memakan waktu yang hampir memotong setengah hari.Perjalanan yang panjang karena bukan hanya sekali pernerbangan, beberapa kali mereka harus transit dan karena pernerbangan malam hari, cuaca tidak bisa di prediksi, di berita mengatakan jika cuaca akan baik hingga pagi.Tapi siang yang akan menyangka jika di ketinggian sana, awan hitam menghantam pesawat yang Leira dan Julian naiki, hingga membuat seluruh penumpang panik hingga akhirnya memilih lepas landas di tempat bukan tujuannya.Bagaimana dengan Leira?Gadis itu tidak bisa tidur dengan tenang, dia bahkan terus memeluk erat tubuh Julian, padahal pria itu sudah mengatakan banyak hal jika mereka akan baik-bak saja, apalagi ketika pesawat landas dengan tidak mulus, saat itu Leira langsung memeluk kencang dan membuat seluruh penumpang maupun pramugari mencoba membantu menenangkan Leira.Tapi dari semua hal yang terjadi tidak sedikitpun membuat Julian kesal, sebaliknya dia tahu jika rasa khawatir yang L
Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore.Ya, setelah perjalanan panjang mereka. Leira langsung tertidur pulas begitu keduanya sampai di kamar hotel, gadis itu tertidur melepaskan seluruh cardigan, menyisakan tanktop dan celana pendek saja.Menganggap segalanya begitu santai untuknya, seperti Leira berada dirumah, dirinya lupa tujuan mereka ke paris ini. It's Honeymoon!Dan Julian? Pria itu nasibnya begitu malang, ketika membuka pintu kamar mereka, Julian hanya bisa menelan air liurnya dengan berat, bukankah tadi Julian sudah membahas sebelumnya? Dia pria dewasa dan memiliki gairah, apakah Leira tidak memahami hal itu?Melihat Leira yang tertidur dengan pakaian seperti itu dan mengabaikan kopernya yang masih utuh tidak tersentuh, sedangkan Julian sudah mengeluarkan seluruh pakaian miliknya, jika bukan karena Julian yang harus memahami Leira yang sedang kelelahan, mungkin saat ini juga Julian bisa menjadi agresif pada Leira.Hanya terdengar sebuah helaan nafas dari Julian, lalu pria itu
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel