Kedua sedang duduk di kursi menunggu giliran untuk penerbangan ke paris akan segera di lakukan, jam sudah menunjukkan pukul enam begitu mereka sampai di bandara untuk menghindari kemacetan saat jam pulang kerja, mereka berangkat lebih awal.
Dan kedua memilih untuk mampir salah satu restoran untuk sekalian makan malam.
Ini pertama kali mereka secara resmi pergi keluar di malam hari, bahkan mereka tidak pernah makan malam di luar seperti pasangan lain, melakukan dinner. Atau mengunjungi tempat di malam hari seperti berkencan, ini rasanya berbeda dan membuat Leira tahu bagaimana bisa merasakan apa itu namanya dinner dengan seseorang dan kehidupan pasangan lainnya.
Cukup menyenangkan untuk Leira.
Padahal hampir semua orang dewasa berkata jika mereka ingin terus menjadi anak kecil saja, tidak ingin merasakan bagaimana beratnya menjadi orang dewasa, tapi Liera tidak salah.
Semua orang dewasa pernah memikirkan hal itu dan ketika dewasa semua pemikiran itu sangatlah berbanding terbalik, tidak ada yang menyenangkan di dunia orang dewasa, ketika segalanya di kaitkan dengan waktu adalah uang.
Dengan wajah lugunya, Leira menatap kagum pada pengunjung yang ada di dalam restoran, dia menatap pelayan dan segalanya yang ada di sana, membuat Julian tidak bisa sekali saja menggelengkan kepalanya terheran-heran dengan tingkahnya, bagaimana bisa Leira hidup mandiri jika segalanya harus di dampingi, Julian tidak bisa sekali membiarkan hal itu terjadi.
Julian seperti mengawasi anak kecil tapi kenyataan Leira adalah istrinya, itulah alasan mengapa juga Julian terus memanggil Leira dengan sebutan "My Little Wife" ya karena itu, dirinya yang begitu lugu seperti anak kecil tapi statusnya adalah istri, Julian jadi mendapatkan pelajaran tentang bagaimana memahami orang lain dan mengkhawatirkan Leira saat tidak bersamanya.
Bagaimana nantinya saat perceraian terjadi, dan hal ini mengundang banyak sekali pemikiran dalam dirinya, Julian.
"Apa yang melakukan mereka begitu menarik perhatianmu? Sampai kamu mengabaikan diriku ini, Leira?" Tanya Julian, tangan besarnya menarik wajah sang istri untuk menatapnya, membuat bibir gadis itu jongga maju ke depan karena pipi di terjepit oleh tangan besar Julian.
"Aku hanya ingin melihatnya, kenapa jadi mengatakan aku mengabaikanmu!" Ucap Leira, berbicara seperti ikan yang sedang kehausan, bibirnya benar-benar menggemaskan, membuat Julian ingin menghisapnya dan membuat bibir itu sampai membengkak.
Leira menjauhkan tangan Julian dari wajahnya.
"Apa karena aku jarang mengajakmu makan di luar?"
"Ya! Bahkan rasanya tidak pernah kamu mengajakku keluar!" Ketus Leira, padahal gadis seusia Liera bisa saja menikmati dunianya, berjalan ke pasar malam dan menikmati bagaimana menyenangkan pergi kesana.
Leira belum pernah mendapatkan semua itu dan malah dirinya yang harus menikah di usia muda, tidak mendapatkan apa yang tidak pernah dirinya ingin coba.
Julian tersenyum, dia tahu. Dirinya sudah merenggut segalanya kehidupan Leira, masa mudanya, kebebasannya menjalin hubungan dengan seseorang, Leira kehilangan segalanya dan tidak akan pernah bisa di dapatkan lagi.
"Maaf, mulai kedepannya aku akan sering mengajakmu berkencan, jadi ayo kita mencoba menjadi pasangan seperti yang lain," ucap Julian.
Leira mengangguk di tambah dengan senyuman manis di wajahnya, hingga suasana itu semakin menambah kesan yang berbeda, para pelayan mulai membawakan satu persatu pesanan milik mereka, lalu meletakkan di atas meja.
"Wine, yang anda butuhkan Tuan, terima kasih sudah mengunjungi restoran kami dan selamat menikmati dinner kalian," Ucap Sang pelayan, lalu meninggalkan meja Julian dan Leira.
Bola mata Leira berbinar melihat berbagai jenis makanan, dia sampai bingung akan memulainya dari mana untuk memakan semua itu.
"Kenapa hanya melihat saja? Cobalah pilih satu, aku tidak tahu makanan kesukaanmu, jadi aku memesan yang pernah aku makan saja," Ucap Julian, pria itu lebih memilih untuk meneguk wine, suka lama sekali Julian tidak menikmati wine dan segelas wine benar-benar melepaskan sejenak kepenatan hidupnya.
"Karena terlalu banyak, aku jadi bingung memulainya dari mana!" Ucap Leira, tapi dirinya tidak bisa membohongi jika steak di meja cukup menggoda Leira, sudah lama juga dirinya tidak menikmati steak dan memilih untuk mengambilnya.
Julian hanya fokus menatap bagaimana Leira menikmati makannya, dia tidak lapar sama sekali, makan siang masih kenyang di dalam perutnya, apalagi melihat bagaimana Leira bisa begitu nikmati menyantap steak, rasanya sudah cukup untuk Julian.
Tangan Julian mengambil tisu dan sedikit memajukan tubuhnya, tangannya terulur untuk membersihkan area bibir Leira yang sedikit berantakan, bertindak sesuai keinginannya dan tidak tahu jika itu cukup mengundang perhatian.
Leira sampai berhenti makan, dia terkejut dengan apa yang Julian lakukan, tatapannya langsung bertemu dengan Julian, entah kenapa itu membuat seluruh tubuhnya tidak bergumam dan degup jantungnya yang begitu berdetak kencang.
"Ak—aku bisa melakukannya," Ucap Leira, dia melepaskan pisau di tangannya, dan mengambil tisu di tangan Julian, dirinya malu. Tindakan seperti anak kecil, seharusnya dir8nya belajar menjadi wanita dewasa, Julian pasti tidak suka gadis polos sepertinya.
"Kenapa?" Tanya Leira, dia baru menyadari jika Julian belum menyentuh makanan apapun, pria itu hanya minum wine saja.
"Kenapa? Apa kamu tidak suka dengan makannya? Atau ingin aku pesanan yang lain?" Tanya Julian, ekspresi Leira membuatnya tegang dan merasa bersalah, seharusnya tadi Julian membiarkan Leira memilih pesannya.
"Bukan! Kenapa kamu belum makan? Siapa yang akan menghabiskan semua ini! Bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk tidak membuang uang?" Ucap Leira, dirinya bisa muntah nanti jika menghabiskan semuanya dan dirinya tidak pernah lupa nasehat sang ibu untuk tidak membuang makanan dan uang.
Julian hanya bisa kembali menggelengkan kepalanya, semakin dekat ternyata gadis itu memang sepolos itu, Julian jadi mengerti kenapa ibunya bisa begitu posesif pada dirinya, karena gadis itu seperti Leira mudah sekal bodohi apalagi di bohongi.
"Aku akan makan Leira, kenapa kamu begitu menggemaskan? Aku jadi takut menyentuhmu,"
Leira yang sedang minum sampai tersedak mendengarkan ucapan Julian, dia tahu tujuan kalimat itu kemana, tapi haruskah membahasnya di tempat umum? Semudah itu dikeluarkan, Leira saja malu mendengarnya.
"Kau! Sudahlah kita bisa membahasnya nanti, kita harus cepat kembali, mungkin saja—"
"Ya, aku tahu, penerbangan kita akan segera di lakukan, aku akan segera makan,"
Dan akhirnya hanya ada suara ketukan antara sendok dengan piring, diiringi dengan alunan musik yang menambah suasana yang begitu romantis di restoran.
Julian menggandeng tangan Leira keluar dari restoran, karena sudah ada pengumuman tentang keberangkatan mereka, kedua langsung menuju tempat check-in dan Julian kembali menggandeng tangan Leirw saat mereka akan kembali ke dalam pesawat.
Leira duduk di dekat jendela, menatap kota rusia di malam hari saat pesawat sudah berada di atas awan, pemandangan malam memang begitu indah, dirinya memang pernah naik pesawat beberapa kali, tapi ini pertama kalinya dirinya pergi tanpa ibunya, perjalanan untuk dirinya sendiri, hal baru yang hanya dirinya dapatkan ketika bersama Julian.
"Terima kasih," Ucap Leira, dia menoleh ke arah Julian, dengan manja bersandar di bahunya, entahlah Leira hanya ingin melakukan hal itu, menganggap jika Julian memang suaminya, walau status mereka hanya pernikahan kontrak yang hanya di tulis di atas kertas dan tinta hitam.
"Untuk apa?" Tanya Julian, dirinya pura-pura tidak mengerti kenapa ucapan itu mengarah kemana.
"Terima kasih karena sudah telah membawaku ke paris, aku akan menyerahkan diriku sepenuhnya, aku akan menerima segala resiko, aku juga ingin melakukan sesuatu untukmu sebagai seorang istri," Ucap Liera.
Julian hanya bisa tersenyum kearah Leira, entah kenapa keyakinan Leira justru membuat Julian menjadi ragu.
Perjalanan yang cukup melelahkan, memakan waktu yang hampir memotong setengah hari.Perjalanan yang panjang karena bukan hanya sekali pernerbangan, beberapa kali mereka harus transit dan karena pernerbangan malam hari, cuaca tidak bisa di prediksi, di berita mengatakan jika cuaca akan baik hingga pagi.Tapi siang yang akan menyangka jika di ketinggian sana, awan hitam menghantam pesawat yang Leira dan Julian naiki, hingga membuat seluruh penumpang panik hingga akhirnya memilih lepas landas di tempat bukan tujuannya.Bagaimana dengan Leira?Gadis itu tidak bisa tidur dengan tenang, dia bahkan terus memeluk erat tubuh Julian, padahal pria itu sudah mengatakan banyak hal jika mereka akan baik-bak saja, apalagi ketika pesawat landas dengan tidak mulus, saat itu Leira langsung memeluk kencang dan membuat seluruh penumpang maupun pramugari mencoba membantu menenangkan Leira.Tapi dari semua hal yang terjadi tidak sedikitpun membuat Julian kesal, sebaliknya dia tahu jika rasa khawatir yang L
Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore.Ya, setelah perjalanan panjang mereka. Leira langsung tertidur pulas begitu keduanya sampai di kamar hotel, gadis itu tertidur melepaskan seluruh cardigan, menyisakan tanktop dan celana pendek saja.Menganggap segalanya begitu santai untuknya, seperti Leira berada dirumah, dirinya lupa tujuan mereka ke paris ini. It's Honeymoon!Dan Julian? Pria itu nasibnya begitu malang, ketika membuka pintu kamar mereka, Julian hanya bisa menelan air liurnya dengan berat, bukankah tadi Julian sudah membahas sebelumnya? Dia pria dewasa dan memiliki gairah, apakah Leira tidak memahami hal itu?Melihat Leira yang tertidur dengan pakaian seperti itu dan mengabaikan kopernya yang masih utuh tidak tersentuh, sedangkan Julian sudah mengeluarkan seluruh pakaian miliknya, jika bukan karena Julian yang harus memahami Leira yang sedang kelelahan, mungkin saat ini juga Julian bisa menjadi agresif pada Leira.Hanya terdengar sebuah helaan nafas dari Julian, lalu pria itu
Warning 21+ bab mengandung adegan dewasa. Bijaklah dalam membaca.Leira hanya menatap bagaimana Julian yang berada di ataa tubuhnya, keringat di wajahnya dan juga segala sesuatu yang ada dalam dirinya, entah kenapa terlihat sangat tampan, saat ketika Julian begitu hati-hati dalam membantu Leira ketika mereka berciuman, dan ketika tatapan mereka saling bertemu, membuat degup jantung berdebar kencang, Leira bahkan sampai lupa jika dirinya harus bernafas.Leira meneguk air liurnya dengan susah payah, gugup beecampur dengan canggung Leira rasakan, tubuhnya gemetar tanpa bisa bergerak sedikitpun, apa yang harus dirinya lakukan? Haruskah dirinya diam saja atau bagaimana?Leira terlalu bingung untuk melakukan apa, karena tidak tahu apapun untuk memulai.Leira terlalu larut dalam pikirannya hingga tidak sadar jika Julian sudah merangkak ke atas tubuhnya, Leifa kembali menelan air liurnya dengan gugup, tidak tahu jika tubuh Julian begitu seksi, tangan ingin menyentuh perut kotak pria itu."Kena
My benningKini Leira sedang duduk dimana Julian sedang membuat sesuatu dengan bahan makanan dan juga alat masak, ada kesenangan tersendiri bisa melihat pria itu berdiri di sana, rasanya pesonanya jauh lebih tampan daripada ketika Julian akan berangkat bekerja, entahlah mungkin karena Leira tumbuh besar tanpa sosok sang ayah, jadi dirinya lebih menganggap Julian adalah sosok pengganti ayahnya.Sejak menikah hingga saat ini, Julian menjadi hal yang selalu Leira butuhkan, pria itu bisa menjadi sosok ayah untuknya tapi juga bisa jadi sosok suami yang baik, Julian adalah suami yang menjadi idaman kaum hawa, seharusnya jika dikatakan Leira beruntung, itulah kenyataan Leira yang lebih beruntung mendapatkan Julian tapi ada rasa pahit juga dimana Julian bukan suami resminya, hanya suami kontrak.'Bisakah, aku berharap bisa terus melihatnya setiap pagi seperti ini? Apakah aku bisa hamil nantinya?' Leira memikirkan hal itu saat mereka telah menjadi satu dalam gelapnya malam, Julian memberikan
Sore hari.Julian menggandeng tangan Leira tanpa rasa malu di depan para pengunjung yang juga menikmati sore di kota paris, cuaca cerah mendukung segalanya, udara sejuk dan langit yang sudah mulai berubah warnanya menjadi lebih orange, warna sempurna untuk menara yang begitu tinggi di hadapan mereka.Kota romantis adalah paris, jadi itulah yang menjadi destinasi kota ini? Ketika kaki Leira sudah berhasil berdiri disini, rasanya luar biasa mengagumkan dari yang di bayangkan, euforia yang terasa begitu langsung mengenang di dalam hatinya, jauh-jauh dalam hal yang tidak bisa di katakan, jadi ini adakah kata yang bisa menggantikan kata indah, Liera akan terus menggunakannya.Dan kebahagian lainnya, adalah ketika dirinya tidak takut jika tangannya bertautan dengan tangan Julian, tidak ada yang akan melarangnya dan hanya dirinya dengan Julian, Leira merasa inilah momen terbaik selama dirinya menikah dengan Julian.Leira tersenyum menatap bagai
Hingga sekitar tiga puluh menit Julian dan Leira menunggu. Kini waktu giliran mereka untuk berdiri di depan kamera, setelah keduanya memilih pakaian yang disediakan disana, keduanuanyetap memutuskan untuk memilih konsep pernikahan, karena sejak awal Julian sudah mengingatkan konsep itu, walau cukup menguras dompetnya.Karena selain pakaian yang di sewakan, foto akan langsung jadi dan dibuat seindah mungkin dalam rangkai bingkai yang tidak biasa.Julian memilih layanan dengan kualitas HD, jadi foto dan konsep di buat sebaik mungkin dan seakan real mereka sedang melakukan pernikahan mereka, tidak hanya itu Julian juga memilih sampai di foto lebih dari lima.Leira sudah berdiri di samping pria itu dengan buket bunga di tangannya, untuk pertama kalinya mereka memilih untuk berpose pernikahan pada umumnya, yaitu kedua pasangan yang seakan melemparkan buket bunga ke arah para undangan, Julian juga ikut menggenggam buket bunganya."Oke, satu, dua tiga! N
Matahari kembali menyapa para penghuni bumi dengan cahaya yang memiliki sejuta manfaat.Cahaya itu menembus cela gorden, lalu cahaya sampai mengenai wajah kedua orang yang tertidur di ranjang, keduanya kompak membuka kedua matanya dan tidak sengaja saling bertatapan, Julian menunjukan senyumannya.Pria itu menarik Leira lebih dekat lagi, hanya dengan di balutkan selimut saja kedua saling memeluk satu sama lain, Leira menyandarkan kepalanya di lengan Julian, jujur rasanya masih begitu mengantuk untuk Leira tapi hari sudah terlalu siang juga, dirinya di buat lelah oleh jalan-jalan sore mereka dan pergulatan malam bersama Julian."Kamu ingin melanjutkan tidurnya?" Tanya Julian pria itu sampai mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang sang istrinya lakukan, dia malah bersandar dan kembali menutup matanya."Hm, tidak aku hanya akan memejamkan mataku selama lima menit saja," Ucap Leira, dia sedang berjuang untuk membangunkan dirinya dari rasa kantuk, tapi tubuhnya benar-benar lelah dan
Keduanya duduk di ruang tamu dengan menikmati sarapan paginya, wajah Julian sedikit terlihat datar dan hanya memilih untuk menikmati kopi yang dirinya buat, menatap bagaimana Leira menikmati sarapan pagi, apakah gadis itu tidak menyadari apa yang membuat dirinya begitu marah?Siapa yang sudah menyuruh Leira untuk membeli pakaian itu? Bukan hal apa-apa dan juga bukan hal yang harus di bicarakan, hanya saja untuk apa Leira melakukan hal itu? Tanpa perlu melakukan apapun Julian sudah pasti akan menyentuh istrinya, itu haknya dan tidak mungkin Julian hanya menunggu Leira memulainya lebih dahulu.Pakaian victoria secret, pasti sudah banyak yang tahu, tentang pakaian dalam wanita yang begitu seksi dan sangat tipis."Leira, katakan siapa yang mengajari tentang memiliki pakaian seperti itu? Apakah kamu nyaman menggunakannya?" Leira jadi tidak bersemangat lagi menikmati sarapannya, kenapa dirinya harus membuat alasan? Kenapa juga Julian sampai member
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel