Akhirnya Julian bisa kembali pulang kerumah mereka bersama Liera, hanya berdua karena Sean memutuskan untuk tidak pulang hari ini, masih ada hal yang dirinya lakukan dengan Dokter Jake di rumah sakit, entahlah itu alasan karena ingin memberikan waktu privasi pada kakaknya atau memang itu benar, yang jelas kini Liera dengan membantu Julian untuk menaiki anak tangga, merangkul tubuh yang lebih besar dari cukup kesulitan untuk Liera.
“Bukankah aku sudah mengatakan kamu harus tidur di ruang tamu untuk sementara, jangan memaksakan diri, Julian.” Ucap Liera, dia meletakkan tubuh Julian di atas ranjang miliknya di kamar pria itu, lalu sedikit menjauh meregangkan otot tubuhnya.
“Kamu marah?” Tanya Julian, dia memperhatikan Leira yang langsung menutup jendela agar udara malam tidak masuk ke dalam kamarnya, gadis itu jadi super sibuk, seharusnya dia menyiapkan segala persiapan untuk wisudanya, membuat Julian merasa bersalah.
Padahal tubuh Julian tidak selemah yang Leira pikirkan, jika Leira minta di gendong Julian juga akan melakukannya, melihat Leira yang seakan mengabaikan ucapannya, dengan sedikit mengejutkan gadis itu Julian menarik pergelangan tangannya dan membuat Leira duduk di atas pangkuan dirinya.
“Kamu mengabaikanku?” Tanya Julian, dia bertanya dengan suara lembutnya, menaruh kepalanya untuk bersandar di bahu gadis itu, tangan dengan posesif memeluk erat tubuh Leira, dia rindu keadaan ini dan suasana dimana hanya Leira miliknya, rasanya sangat lama Julian tidak memeluk Leira dan menghirup aroma tubuhnya.
Leira tersentak dengan segala hal yang membuat tubuhnya bergerak ragu, dia tidak bisa melakukan apapun jika Julian sudah mengunci segala pergerakannya, membuat dirinya enggan untuk berkutik, entah kenapa suasana membuat degup jantungnya berpacu lebih cepat hingga Liera rasa panas menjalar di tubuhnya, setiap terpaan nafas Julian begitu membuat semakin bingung.
“Ak—aku, tidak marah,” Ucap Liera, padahal sebelum Julian sering memeluk dirinya dan melakukan hal ini, tapi kali ini—Liera sedikit gugup, dia tidak mau melihat ke arah pria itu dan rasanya ingin berlari sejauh mungkin dari Julian.
“Lalu kenapa kamu terlihat kesal? apakah kamu tidak suka aku ingin tidur di kamar kita?” Tanya Julian.
Suara serak itu benar-benar membuat Liera hancur dalam suasana malam, bagaimana dia bisa berkata seperti, mengklaim kata kita di saat Liera masih belum yakin pada perasaannya, gadis itu semakin kacau dan gugup yang tidak terkendali, bagaimana tidak! Julian, pria itu benar-benar membuat Liera bingung untuk bertindak.
“Tidak, ini kamarmu bagaimana aku bisa melarangnya,” Ucap Liera.
Julian tersenyum, little wife sangat menggemaskan dan bagaimana dirinya tidak semakin mencintainya, dan takut jika Liera terluka suatu hari, andai waktu kembali di putar Julian ingin benar-benar mendekati Leira dengan benar dan membuat gadis itu jatuh cinta, tapi pertemuan mereka saja sudah membuat Julian senang, setidaknya Liera memilikinya.
walau mereka hanya sempat bertemu dua kali, di toko bunga dan saat mereka jatuh di laut, hingga di pertemuan di altar.
“Tidak, ini kamar kita Liera, tidak ada lagi kamarmu atau kamarku, kita akan tidur bersama dalam satu kamar yang sama,” Ucap Julian, jadi Liera pikir mereka akan pisah kamar padahal masalah sudah selesai untuk apa harus pisah, Julian malah ingin terus berada di dalam kamar yang sama dengan Liera.
“Bagaimana dengan Sean?” Tanya Liera, dia menutup mulutnya saat rasanya dirinya mulai mengantuk, padahal waktu baru saja menunjukkan pukul sembilan malam, mungkin karena seharian dirinya cukup sibuk dan belum lagi Liera tadi sempat menyiapkan kebutuhan besok.
“Bukankah Sean sudah sembuh, dia tidak akan mengganggu kita lagi, dia sudah dewasa sekarang,” balas Julian, hanya dengan memeluk tubuh Liera seperti ini rasanya tubuhnya berangsur pulih dengan cepat, apalagi aroma tubuh khasnya begitu menenangkan pikirannya.
“Aku lupa.” Liera kembali menguap untuk kesekian kalinya, matanya sudah sangat ingin meminta untuk di tutup, belum lagi dirinya harus melepaskan dirinya, lambat lalu akhirnya Liera memejamkan matanya.
“Liera, aku ingin dirimu dan seluruh hal yang kamu inginkan, menjalani hidup seperti pasangan lainnya,” Ucap Julian, bisakah dia berharap? setelah kontak itu tidak berlaku lagi, bisakah dirinya tidak menceraikan gadis itu, dan hidup bahagia bersamanya?
“Leira kamu masih tidak ingin aku menyentuhmu? aku sungguh ingin membuatmu hamil dan hidup bersamamu selamanya,” Lanjut Julian lagi, dia berbicara terus hingga sosok yang dirinya ajak bicara sudah terlelap tidur karena kelelahan, Julian yang malang dirinya harus menelan kembali keinginan itu.
“Leira—,” Julian hanya bisa tersenyum, saat dia tersadar jika Liera sudah tertidur dalam pangkuannya, pasti gadis itu lelah seharian harus mengurus kepulangannya, dengan penuh kehati-hatian Julian meletakkan Liera di ranjangnya dan menempatkan posisi yang benar.
Julian menatap Liera yang sudah dirinya berikan selimut dan tidak lupa untuk mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur, mengusap wajahnya dan mengecup keningnya, dirinya tidak pernah percaya dirinya akan sayang dan mencintai Liera sedalam ini, tidak bisa memungkiri jika dirinya juga terus bertanya bagaimana perasaan Liera?
Pria itu hanya bisa menghela nafas berat, dia memutuskan untuk melakukan hal lain, dirinya tidak mau mengusik tidurnya Liera, pria itu berjalan mendekati jendela dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dia menghubungi seseorang.
“Bisakah kamu membantuku?” Tanya Julian saat dirinya sudah menempelkan benda tipis itu, dia hanya terpikirkan satu hal, mengingat besok adalah hari penting untuk Liera, dia memutuskan untuk menyiapkan apa yang seharusnya dia lakukan.
“Aku rasa sebelumnya aku sudah membuat list rencanaku, mungkin saja kamu lupa mengingatnya,” ucap Julian, siapa lagi yang sedang dirinya jika bukan sang asisten yang selalu dirinya ganggu, menyerahkan seluruh keinginan pada wanita itu, kasihan sekali Yuri yang selalu di ganggu Julian bahkan saat malam hari.
Padahal sudah tidak datang ke kantor hampir seminggu, lalu sekarang pria itu dengan seenaknya datang dan meminta bantuan? tidak tahu sekuat apa Yuri menghadapi Julian selama menjadi asistennya, bahkan menjadi asistennya pria itu lebih menyulitkan daripada mengurus kedua anaknya, mungkin secepatnya Yuri harus meninggalkan posisi itu agar wanita lain bisa merasakan tidak selama menjadi asisten seorang pria kaya raya akan menyenangkan, nyatanya sangat merepotkan dan menyulitkan untuk diterima.
“Ya, apapun alasanmu untuk tidak mau menerima bantuan ini, intinya aku akan tetap memaksamu membuatkan itu! dan keesokan harinya, sudah ada di depan rumahku.” Ucap Julian, pria itu benar-benar tidak menggunakan perasaan jika sudah menginginkan sesuatu! seharusnya dia menyiapkan itu semua sendiri dan bukan malah merepotkan orang lain yang juga butuh istirahat.
“Baiklah, aku menunggu hal itu besok pagi, tenang kau bisa meninggalkan kursi itu setelah aku pulang honeymoon.” ucap Julian, dia menutup telepon itu secara sepihak dengan sengaja, menghindari dari Yuri yang akan berteriak pada dirinya.
Julian kembali melangkah mendekati ranjang, dia membuka kemeja miliknya, memamerkan tubuh berototnya terekspos begitu saja, lalu memutuskan untuk ikut tidur, dengan tidak sopannya Julian menarik Liera dan memeluk gadis itu, lalu menarik selimut untuk menutupi dirinya juga.
Keesokan harinya. Tepatnya waktu menunjukan pukul lima pagi hari.Julian bangun lebih awal, karena dia sudah terlalu banyak tidur selama di rumah sakit, pria itu menjauhkan tubuh Liera yang berada di dekatnya, mematikan suara alarm dari ponselnya. pria itu terduduk dan meregangkan tubuhnya sebelum memulai aktivitas dari ini, perasaan dan tubuhnya pulih dengan cepat, dia tidak merasa sakit atau lemas, sepenuhnya merasa baik dan seperti biasanya.Pria itu tidak berjalan untuk membuka Jendela seperti hal biasa dirinya lakukan, dia tidak mau mengusik tidur dari little wifenya, sebaliknya Julian membuka koper yang hanya mereka letakkan di sudut ruangan dan lupa untuk membukanya, Julian membuka koper milik Liera karena mungkin saja ada pakaian yang gadis itu akan kenakan hari ini.Seperti suami lainnya, Julian menyiapkan kebutuhan Leira dan meletakkan di sofa, dia hampir lupa tentang hadiahnya, pria itu mengambil ponselnya dan menerima pesan jika Yuri sudah mengirim hadiah yang dirinya ingi
Liera dengan duduk dengan cemas di antara teman lainnya, mendengarkan kepala sekolah yang sedang menyampaikan pidatonya dan membuka resmi acara ‘Graduation Day’.Sesekali melirik ke arah Julian yang duduk di antara para orang tua, Liera senang bisa melihat pria itu duduk di sana dengan hadiah yang dirinya belikan, walau warnanya begitu mencolok tapi tidak sedikitpun Julian tidak merasa risih, sebaliknya dia duduk bangga di sana, Liera langsung tertunduk malu saat pria itu menyadari dirinya yang diam-diam menatapnya.Asyla menoleh dan memperhatikan tingkah Liera yang sekarang begitu berbeda, dia tahu jika sahabatnya ini pasti sudah mulai menyukai suami, beruntung sekali.“Hei! kau tidak berada di rumahmu Liera, jadi sabarlah sedikit,” Ucap Asyla, dia menyadarkan temannya untuk berhenti tersenyum seperti itu, dia hanya takut jika Liera tidak mendengar namanya dipanggil.“Asyla!” Ucap Liera dengan malu, dia hanya sedang mengusir rasa gugupnya dan kebetulan tatapan Julian langsung membuat
Kedua sedang duduk di kursi menunggu giliran untuk penerbangan ke paris akan segera di lakukan, jam sudah menunjukkan pukul enam begitu mereka sampai di bandara untuk menghindari kemacetan saat jam pulang kerja, mereka berangkat lebih awal.Dan kedua memilih untuk mampir salah satu restoran untuk sekalian makan malam.Ini pertama kali mereka secara resmi pergi keluar di malam hari, bahkan mereka tidak pernah makan malam di luar seperti pasangan lain, melakukan dinner. Atau mengunjungi tempat di malam hari seperti berkencan, ini rasanya berbeda dan membuat Leira tahu bagaimana bisa merasakan apa itu namanya dinner dengan seseorang dan kehidupan pasangan lainnya.Cukup menyenangkan untuk Leira.Padahal hampir semua orang dewasa berkata jika mereka ingin terus menjadi anak kecil saja, tidak ingin merasakan bagaimana beratnya menjadi orang dewasa, tapi Liera tidak salah. Semua orang dewasa pernah memikirkan hal itu dan ketika dewasa semua pemikiran itu sangatlah berbanding terbalik, tida
Perjalanan yang cukup melelahkan, memakan waktu yang hampir memotong setengah hari.Perjalanan yang panjang karena bukan hanya sekali pernerbangan, beberapa kali mereka harus transit dan karena pernerbangan malam hari, cuaca tidak bisa di prediksi, di berita mengatakan jika cuaca akan baik hingga pagi.Tapi siang yang akan menyangka jika di ketinggian sana, awan hitam menghantam pesawat yang Leira dan Julian naiki, hingga membuat seluruh penumpang panik hingga akhirnya memilih lepas landas di tempat bukan tujuannya.Bagaimana dengan Leira?Gadis itu tidak bisa tidur dengan tenang, dia bahkan terus memeluk erat tubuh Julian, padahal pria itu sudah mengatakan banyak hal jika mereka akan baik-bak saja, apalagi ketika pesawat landas dengan tidak mulus, saat itu Leira langsung memeluk kencang dan membuat seluruh penumpang maupun pramugari mencoba membantu menenangkan Leira.Tapi dari semua hal yang terjadi tidak sedikitpun membuat Julian kesal, sebaliknya dia tahu jika rasa khawatir yang L
Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore.Ya, setelah perjalanan panjang mereka. Leira langsung tertidur pulas begitu keduanya sampai di kamar hotel, gadis itu tertidur melepaskan seluruh cardigan, menyisakan tanktop dan celana pendek saja.Menganggap segalanya begitu santai untuknya, seperti Leira berada dirumah, dirinya lupa tujuan mereka ke paris ini. It's Honeymoon!Dan Julian? Pria itu nasibnya begitu malang, ketika membuka pintu kamar mereka, Julian hanya bisa menelan air liurnya dengan berat, bukankah tadi Julian sudah membahas sebelumnya? Dia pria dewasa dan memiliki gairah, apakah Leira tidak memahami hal itu?Melihat Leira yang tertidur dengan pakaian seperti itu dan mengabaikan kopernya yang masih utuh tidak tersentuh, sedangkan Julian sudah mengeluarkan seluruh pakaian miliknya, jika bukan karena Julian yang harus memahami Leira yang sedang kelelahan, mungkin saat ini juga Julian bisa menjadi agresif pada Leira.Hanya terdengar sebuah helaan nafas dari Julian, lalu pria itu
Warning 21+ bab mengandung adegan dewasa. Bijaklah dalam membaca.Leira hanya menatap bagaimana Julian yang berada di ataa tubuhnya, keringat di wajahnya dan juga segala sesuatu yang ada dalam dirinya, entah kenapa terlihat sangat tampan, saat ketika Julian begitu hati-hati dalam membantu Leira ketika mereka berciuman, dan ketika tatapan mereka saling bertemu, membuat degup jantung berdebar kencang, Leira bahkan sampai lupa jika dirinya harus bernafas.Leira meneguk air liurnya dengan susah payah, gugup beecampur dengan canggung Leira rasakan, tubuhnya gemetar tanpa bisa bergerak sedikitpun, apa yang harus dirinya lakukan? Haruskah dirinya diam saja atau bagaimana?Leira terlalu bingung untuk melakukan apa, karena tidak tahu apapun untuk memulai.Leira terlalu larut dalam pikirannya hingga tidak sadar jika Julian sudah merangkak ke atas tubuhnya, Leifa kembali menelan air liurnya dengan gugup, tidak tahu jika tubuh Julian begitu seksi, tangan ingin menyentuh perut kotak pria itu."Kena
My benningKini Leira sedang duduk dimana Julian sedang membuat sesuatu dengan bahan makanan dan juga alat masak, ada kesenangan tersendiri bisa melihat pria itu berdiri di sana, rasanya pesonanya jauh lebih tampan daripada ketika Julian akan berangkat bekerja, entahlah mungkin karena Leira tumbuh besar tanpa sosok sang ayah, jadi dirinya lebih menganggap Julian adalah sosok pengganti ayahnya.Sejak menikah hingga saat ini, Julian menjadi hal yang selalu Leira butuhkan, pria itu bisa menjadi sosok ayah untuknya tapi juga bisa jadi sosok suami yang baik, Julian adalah suami yang menjadi idaman kaum hawa, seharusnya jika dikatakan Leira beruntung, itulah kenyataan Leira yang lebih beruntung mendapatkan Julian tapi ada rasa pahit juga dimana Julian bukan suami resminya, hanya suami kontrak.'Bisakah, aku berharap bisa terus melihatnya setiap pagi seperti ini? Apakah aku bisa hamil nantinya?' Leira memikirkan hal itu saat mereka telah menjadi satu dalam gelapnya malam, Julian memberikan
Sore hari.Julian menggandeng tangan Leira tanpa rasa malu di depan para pengunjung yang juga menikmati sore di kota paris, cuaca cerah mendukung segalanya, udara sejuk dan langit yang sudah mulai berubah warnanya menjadi lebih orange, warna sempurna untuk menara yang begitu tinggi di hadapan mereka.Kota romantis adalah paris, jadi itulah yang menjadi destinasi kota ini? Ketika kaki Leira sudah berhasil berdiri disini, rasanya luar biasa mengagumkan dari yang di bayangkan, euforia yang terasa begitu langsung mengenang di dalam hatinya, jauh-jauh dalam hal yang tidak bisa di katakan, jadi ini adakah kata yang bisa menggantikan kata indah, Liera akan terus menggunakannya.Dan kebahagian lainnya, adalah ketika dirinya tidak takut jika tangannya bertautan dengan tangan Julian, tidak ada yang akan melarangnya dan hanya dirinya dengan Julian, Leira merasa inilah momen terbaik selama dirinya menikah dengan Julian.Leira tersenyum menatap bagai
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel