Di hari pernikahannya, Hana Paramitha harus menelan kenyataan pahit. Calon suaminya ternyata sudah memiliki istri. Parahnya lagi, wanita yang mengaku sebagai istrinya itu kini tengah hamil. Melampiaskan emosinya, Hana akhirnya jatuh ke pelukan atasannya, Romeo Bagaskara; yang juga adalah sahabat kakaknya. Tidak ada yang pernah tahu apa yang terjadi pada malam yang seharusnya menjadi hari pernikahan Hana. Siapa sangka bahwa ia telah menghabiskan malam pertamanya bersama Romeo; seseorang yang seharusnya tidak pernah menjadi pilihan baginya untuk menyerahkan keperawanannya.
Lihat lebih banyak"Aku masih mau di kamar. Aku capek. Ngantuk. Besok saja makannya," sahut Hana dengan suara pelan disela isak tangisnya yang tertahan.
Hana tidak tahu siapa yang berada di balik pintu kamarnya saat ini. Dia masih berada di hotel. Hotel yang seharusnya menjadi tempat dia menghabiskan malam pertamanya dengan suaminya.
Suami! Hah! Dia bilang dia belum pernah menikah! Dia bilang dia mencintaiku! Satu-satunya perempuan yang pernah ada dalam hidupnya! umpat Hana masih tersengal-sengal.
Wajahnya sembab, karena terlalu lama menangis.
"Hana, ini saya." Suara berat seorang lelaki terdengar hingga telinga Hana.
Hana buru-buru mengelap air mata yang masih memenuhi wajahnya dengan kasar. Dia mengipasi wajahnya.
Ngapain laki-laki itu ke sini! geram Hana pada dirinya sendiri.
"Saya mau di kamar dulu, Pak. Maaf, tapi Bapak pulang saja duluan. Saya tidur di sini malam ini," sahut Hana terbata.
Romeo Bagaskara. Lelaki itu adalah atasan Hana di kantor. Hana tidak pernah menyukai atasannya yang satu ini. Sok ganteng, bagi Hana. Sialnya, Romeo adalah sahabat kakaknya Hana.
"Tapi, saya sudah bawain makanan buat kamu. Masa saya harus balik lagi ke bawah, bawa-bawa nampan seperti ini," protes Romeo.
Nggak bisa ya, kasih 'me time' buat gue! rutuk Hana dalam hati.
Hana mendengus. Dia mengelap wajahnya sekali lagi dengan tisu. Menarik cairan yang sedari tadi keluar dari hidungnya. Setelah tidak ada lagi cairan di wajahnya, baru dia bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju pintu.
"Halo, Han," sapa Romeo, laki-laki tegap berusia tiga puluh dua tahun. Wajahnya tampan, seperti gambaran dewa-dewa Yunani.
Senyum di wajah lelaki itu mengembang.
Tumben, batin Hana.
Lelaki itu tampak seperti sehari-hari Hana menemuinya di kantor. Hanya rambutnya saja yang kini sudah tidak terkena gel rambut. Biasanya lelaki yang menjabat sebagai Direktur Marketing itu tidak pernah lupa dengan rambut klimisnya.
"Halo, Pak."
"Boleh masuk?" tanya Romeo. Tangannya membawa nampan berisi makanan.
Hana memiringkan tubuhnya, dan berkata, "Silakan," kemudian menutup pintu kamar hotel kembali.
"Kakak kamu khawatir sama kamu. Dia minta saya untuk bawain makanan ini buat kamu. Saya nggak boleh pergi sebelum kamu makan malam," Romeo berseloroh. Dia duduk di sofa dekat meja setelah nampan itu dia letakkan di atas nakas.
"Saya nggak selera makan," bantah Hana. Menolak sama sekali makanan untuk masuk ke dalam perutnya.
"Walaupun kamu nggak selera, tapi kamu tetep harus makan. Nggak boleh nggak."
Entah mengapa perintah Romeo membuat air mata Hana menetes kembali. Tanpa sadar, Hana duduk di tepi ranjang dan mulai sesenggukan.
Romeo meneguk ludahnya. Dia bingung. Apa yang harus saya lakukan? pikirnya dalam hati.
Suara tangis itu makin lama makin kencang. Romeo mendekati Hana dengan langkah lebar. Duduk di samping gadis itu.
"Kenapa dia bohong!" pekik Hana tidak lagi dapat menahan sesak di dalam dada.
Romeo membelai rambut indah Hana yang menjuntai hingga ke punggung. Dia membawa kepala gadis itu ke dadanya. Memeluk gadis itu. Membiarkan gadis itu terus menangis.
"Sabar, Han. Sabar. Laki-laki kebanyakan memang seperti itu."
"Tapi dia beda, Pak. Saya kenal dia. Saya kenal dia sudah lama. Dia nggak pernah bohong sama saya. Dia bilang dia nggak pernah punya pacar atau apa pun juga."
"Ternyata dia punya istri," celetuk Romeo yang membuat isak Hana semakin kuat.
"Sudah. Sudah." Tangan Romeo terus mengelus kepala Hana. Tubuh mereka saling bersentuhan membuat sengatan listrik yang belum pernah Romeo rasakan sebelumnya dari adik sahabatnya itu.
"Pak, memang saya nggak cantik, ya?" tanya Hana melepas pelukannya dari tubuh Romeo. Kepalanya mendongak menatap wajah Romeo lekat-lekat.
Untuk sesaat Hana merasa aneh. Mengapa dia menanyakan ini kepada sosok yang selalu dia anggap menyebalkan? Sejak kapan mereka berdua menjadi akrab seperti sekarang? Hana pernah menyukai Romeo. Tapi itu dulu. Setelah Romeo memiliki pacar yang berprofesi artis itu, Hana menjadi membencinya.
"Kamu cantik, kok," ucap Romeo sembari menyelipkan helaian rambut yang jatuh di wajah Hana. "Kamu itu cantik."
Senyum Hana seketika terbit di wajah. Hatinya merasa lebih baik.
"Kalau cantik, kenapa saya selalu gagal untuk mempunyai seseorang yang saya harapkan bisa mencintai saya?" tanya Hana dengan wajah sendu.
"Kamu belum bertemu sama laki-laki yang tepat saja, Han."
"Apa Bapak yakin saya bisa ketemu sama laki-laki yang tepat?"
Romeo mengangguk.
"Kenapa Bapak juga nggak mencintai saya?" tuntut Hana dengan wajah berharap. Dia ingin sekali merasakan malam pertama. Penantiannya selama ini kandas di hari pernikahannya.
"Saya?" tanya Romeo mengerjapkan matanya.
"Iya. Kenapa waktu Bapak tahu saya suka sama Bapak, Bapak malah pacaran sama artis itu?" desak Hana. Romeo menggeser posisi duduknya, menjauhi Hana.
"Saya sudah putus sama Shera."
"Kalau begitu Bapak bisa mencintai saya sekarang."
Romeo menggeleng. "Saya sahabat kakak kamu. Saya nggak bisa jatuh cinta ke kamu."
"Kenapa?" Hana mulai membuka kancing baju tidurnya yang paling atas.
"Hana kamu ngapain?" Romeo terkejut. Hana sedang menggodanya.
"Benar, kan, nggak ada yang mau sama saya."
"Bukan begitu, caranya nggak seperti ini," sergah Romeo buru-buru.
Hana semakin mempercepat membuka baju tidurnya. Kemudian membuang baju itu ke lantai setelah seluruh kancingnya terlepas.
"Tolong cintai saya, Pak," pinta Hana putus asa. Hatinya terluka. Dia hanya ingin merasakan cinta.
Romeo terkejut di tempat. Dia meneguk ludahnya. "Hana, kamu nggak boleh begini."
Namun Hana mengabaikannya. Dia membuka kaitan bra miliknya.
"Hana. Jangan main api sama saya."
Tubuh Hana bagian atas sudah polos.
"Saya mau." Hana membuka celananya. Membiarkan tubuhnya polos seluruhnya.
"Lebih baik kamu segera tidur, Han."
"Bapak nolak saya karena Bapak suka sama istri kakak saya, kan," tuduh Hana terang-terangan. Dia menatap Romeo, berusaha memprovokasi lelaki itu dengan kata-katanya.
Seperti dugaan Hana, Romeo gugup. Namun lima detik kemudian, lelaki itu segera membalikkan keadaan. "Kamu jangan mikir yang aneh-aneh. Saya nggak ada perasaan apa-apa sama istri kakak kamu."
"Yang benar?"
Romeo gelisah di tempat. Matanya sulit untuk tidak melihat lekukan tubuh Hana yang indah. Provokasi dari Hana rupanya membuahkan hasil. Entah karena apa, kemudian Romeo tidak dapat lagi menahan nafsunya.
"Kamu jangan menyesal," kata Romeo lirih.
"Nggak. Saya nggak menyesal."
Romeo segera menjatuhkan Hana di tengah ranjang. Membuka celananya, dan menurunkannya. Melumat bibir Hana habis-habisan dengan kenikmatan yang paling liar.
Tangannya turun menikmati tubuh Hana. Begitu cepat, tidak terkendali. Hana berteriak. Romeo membungkamnya dengan bibirnya. Setelah Hana siap. Barulah dia memasukkan miliknya ke dalam tubuh perempuan itu. Menghujam tubuh Hana, hingga perempuan itu mengerang. Rasa sakit yang nikmat yang kini dirasakan Hana.
Romeo memainkannya dengan sangat cepat, dan melepaskan benihnya ke dalam tubuh Hana.
Romeo ambruk di atas tubuh Hana. Keduanya berpeluh keringat.
"Maaf, sakit, ya?" tanya Romeo dan matanya menemukan darah di bagian bawah kewanitaan Hana.
"Tahan dia! Dia adalah orang yang kita cari! Dia Bima!" teriak Romeo kepada para polisi yang berada di sana. "Berhati-hatilah dia memiliki banyak anak buah di sini." Romeo memberitahu kepada orang-orang yang ada di sana.Semua orang yang mengelilinginya, menjadi lebih waspada terhadap situasi di sekitarnya.Jenny berhati-hati sebab orang-orang yang disangkanya baik ternyata adalah anak buah Bima.Berengsek! umpatnya dalam hati sebab selama ini mereka ternyata telah berkhianat.Mata Romeo melihat ke sekeliling, dia telah menerima tanda bahwa anak buahnya sudah berada di sana. Dia menghitung dan mengetahui bahwa jumlah mereka ternyata lebih banyak dari jumlah anak buah Bima.Bima tertawa. "Letakkan senjata kalian, kalian bukanlah lawan sepadanku," Bima sesumbar. Dia terbahak dan tangannya segera memiting tangan Romeo.Beberapa polisi yang mengikuti Jenny, mengangkat tangan masing-masing.Ketika Bima berteriak, "Letakkan
"Romeo, kamu bohong. Milik kamu besar sekali, dan ini sangat sakit," erang Hana tidak tahan ketika Romeo memasukinya berkali-kali. "Tolong, ini benar-benar sakit." Hana mengeluh, sementara tangan dan bibir lelaki itu terus bergerak membuat Hana begitu kesakitan."Diam saja, pejamkan mata kamu, dan rasakan aku." Romeo memulai lagi hentakannya, dan mengabaikan permintaan Hana.Dia melumat bibir, dan bermain dengan lidahnya. Bibirnya menjalari seluruh tubuh Hana. Sudah lama sekali mereka tidak melakukannya, dan Romeo sangat menginginkan Hana begitu rupa.Romeo begitu keras dan liat. Otot-otot tubuh lelaki itu terasa kekar di atas tubuhnya yang lembut.Hana merasakan tubuhnya meremang, dan dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain memejamkan matanya.Namun, saat ini dirinya berada di dalam mobil dan udara pengap di sekitarnya sangat menyiksa dirinya. Tolong seseorang, tolong buka mobil ini, aku tidak bisa bernapas. Tolonglah! jerit Hana dalam
"Santi! Punya siapa ini?" tanya Elang, ketika dia mendapati bungkus rokok yang tersimpan dalam laci baju wanita itu.Keduanya berencana akan menikah, kedua keluarga mereka akan melangsungkan pernikahan untuk Santi dan Elang. Acara pernikahan mereka akan berlangsung seminggu lagi.Nyonya Haruka bersama dengan keluarga besar mereka datang ke rumah Santi hendak melamar wanita itu. Alasannya bukanlah kesopanan atau memang seperti yang mereka janjikan, alasan sebenarnya mereka datang ke rumah Santi adalah hendak memamerkan kekayaan keluarga mereka.Nyonya Haruka sengaja menggunakan perhiasan yang mahal dan begitu berat. Sehingga dia kelihatan seperti toko emas yang sedang berjalan.Bukannya iri, Nyonya Joan tertawa terbahak-bahak ketika dia melihat rivalnya datang ke rumahnya yang besar dengan niat terselubung yang mudah sekali untuk dibaca."Apakah harga emas sedang turun saat ini?" tanya Nyonya Joan kepada suaminya, suaranya sengaja ditinggikan agar Nyony
"Tian! Mengapa kamu bekerja tidak becus! Mencari di mana Hana saja tidak bisa!" Romeo berteriak dengan air mata yang memenuhi wajahnya. Suaranya saat berteriak bergetar, dan setelah itu dia menangis tersedu-sedu. "Mengapa kamu sama sekali tidak bisa menemukan Hana-ku. Di mana wanita itu! Di mana! Mengapa dia ditemukan terlebih dahulu oleh pihak kepolisian! Mengapa!" Suara Romeo menggelegar dan setiap getaran sedih yang terdengar jelas di teriakannya mengandung kepahitan. Dia sedih luar biasa. Baru kali ini Romeo merasa hidupnya tidak berarti dan dia kehilangan pijakannya.Baru beberapa hari lalu Romeo kehilangan nenek kesayangannya, saat ini dia harus kehilangan Hana, istri yang sangat dicintainya.Rangga menangis begitu kencang, sehingga Jenny menepuk pundaknya pelan dan berkata, "Mohon maaf. Kami terlambat." Rangga sesenggukan. Dia tidak mengira bahwa kejadiannya akan menjadi seperti ini."Hana! Hanaa! Hanaaa!" Air mata Rangga jatuh tiada henti. Tangisan
Rumah keluarga Paman Sam sudah dipenuhi oleh banyak orang. Kebanyakan tetangga yang datang ke sana, mereka sungguh terkejut dengan apa yang saat ini mereka lihat. Kebanyakan dari mereka akan berteriak dan menjerit ketika melihat pemandangan ini. Tidak ada yang tega melihat hal mengerikan di depan mereka.Romeo dan Rangga sudah tiba di sana.Perhatian mereka sama dengan yang lain, menaruh simpati terhadap keluarga korban, tetapi ada yang mengganggu kedua lelaki itu.Di mana Hana? Ketika kedua sahabat itu saling melihat, tatapan mereka menyiratkan banyak arti.Rangga dan Romeo mengeluarkan ponsel secara bersamaan. Mereka mencoba menghubungi Hana, tetapi ponsel Hana sudah tidak aktif."Berengsek!" Romeo memaki dan dunianya terasa runtuh.Rangga segera mendekati Romeo, dan satu tinju diterima Romeo tepat di wajah. "Kurang ajar! Ini balasan kamu karena kamu tidak menjaga janji kamu ke saya!" Tangan Rangga masih terkepal ketika dia sudah meninju Romeo.
Dari jendela kamar, Romeo melihat bahwa Hana sudah pergi dan masuk ke dalam kendaraan. Romeo hafal sekali mobil siapa yang baru saja dinaiki oleh Hana."Sial! Kenapa Hana selalu bersama laki-laki itu!" geram Romeo tidak bisa menahan rasa kesal yang sejak beberapa saat lalu sudah dia tahan. Dia hanya ingin Hana membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, namun mengapa wanita itu tidak mencoba menghubungi Oscar, dan membiarkan Oscar berbicara dengannya, dan berkata bahwa di antara mereka memang tidak ada apa-apa, tidak ada yang perlu dicurigai.Tetapi sayangnya Hana sama sekali tidak peka, kebutuhan Romeo adalah ingin dihargai, tetapi Hana tidak menganggap Romeo. Istrinya itu tidak melakukan apa yang Romeo lakukan kepadanya. "Tapi ke mana Hana akan pergi dengan berengsek itu!" seru Romeo lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Dia merasa kuku-kuku tangannya yang tumpul menekan kulitnya. Tetapi dengan cepat pikirannya teralihkan ketika dering ponselnya berbunyi nyarin
Siapa yang menjadi benalu dalam keluarga ini? tanya Paman Sam sangat tersinggung dalam hati disebut demikian oleh istrinya."Kamu lihat saja siapa yang menjadi benalu dalam keluarga ini. Kamu tahu bahwa baru saja Bima, tuan kaya raya yang baik hati itu akan memberikan saya uang yang banyak. Dia mau mengirim anak buahnya untuk memberikan saya uang. Mulut kamu akan menganga lebar ketika tahu berapa jumlah uang yang akan dia berikan padaku. Aku akan kaya sementara kamu akan mengemis kepadaku!" Paman Sam sangat puas saat dia mengumumkan berita penting ini.Jennie yang mendengar kata "uang" segera melonjak dari tempat duduknya, dan benar saja matanya langsung berbinar-binar. Dia membutuhkan uang untuk mentraktir teman-teman barunya.Dia dipanggil "melarat" karena berita yang menyebutkan bahwa keluarganya telah bangkrut, bahkan kini Jennie dianggap sebagai anak miskin.Demi membuktikan bahwa perkataan teman-temannya itu salah, maka Jennie sesumbar bahwa dia
"Sebaiknya kamu memberi kami uang. Sebab kami saat ini sedang sangat kesusahan. Kalau Hana tahu tentang ini, maka penyamaran saya yang berpura-pura masih menjaga panti asuhannya akan segera ketahuan," Paman Sam mencoba merayu Bima sekali lagi. "Lagi pula kamu tidak akan menyesali kalau foto pembunuhan itu masih tersimpan aman pada keluarga kami." Seakan menantang maut, mulut ahli Paman Sam mengucapkannya begitu saja. Dia berbicara seolah-olah hal itu tidak akan menyinggung Bima.Banyak hal yang tidak diketahui Paman Sam tentang Bima. Sayang sekali lelaki itu mengira Bima hanyalah pemuda bodoh yang akan segera menuruti kemauan dirinya dan sebenarnya Bima tidaklah pintar seperti yang terlihat. Laki-laki itu hanyalah laki-laki bodoh."Apa kamu mau memerasku saat ini?" bisik Bima di ponselnya. Kemudian melengkungkan senyum jahat, dia tidak habis pikir, si Tua Sam hendak melakukan hal konyol kepada dirinya.Paman Sam menggelengkan kepalanya yang sudah pasti tidak aka
Ada yang tidak beres, pikir Paman Sam, dan satu-satunya alasan wajah istrinya berubah seperti itu, karena ....“Paman, aku harus segera pergi. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan.” Informasi tiba-tiba yang diterima oleh Paman Sam dan Bibi Ruth dari sebuah pemilik suara bariton ini membuat tubuh keduanya seakan mati kutu. Kaki mereka bahkan tidak dapat menopang berat tubuh masing-masing. Keduanya bertambah panik ketika mendapati pemilik suara itu sedang menatap satu per satu dari mereka.“Tuan Romeo,” ucap Paman Sam yang merasa lidahnya kelu. Meneguk ludah yang terasa pahit, Paman Sam menganggukan kepala dengan bergetar. Wajahnya sangat pucat, jantungnya bedegup tidak beraturan. Mendadak dia merasa kepalan tangannya terasa lembap.Tetapi bukan hanya Romeo yang membuat jantung Paman Sam dan Bibi Ruth melompat bebas ke lantai, kehadiran dua orang lainnya yang berjalan bersama Romeo-lah yang membuat Paman Sam dan Bibi Ruth benar-benar membuat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen