Liera memperhatikan semua itu dari atas, kenapa dia tidak ikut merasakan senang yang terlihat jelas di wajah Julian dan Dokter Jake. Pikirannya terus terpaku pada ucapan ayah Julian dan juga pria itu, apa devini dirinya disini?
Liera merasa semakin merasa segalanya menjauh, entah itu Julian atau bahkan dirinya yang sudah mulai berubah. Padahal Liera tidak pernah merasakan perasaannya semacam ini, dan ini benar-benar mengganggu dirinya.
Membalik badan dan kemudian sepintas Liera memikirkan hal yang tidak masuk akal, dia berpikir untuk menyerahkan dirinya pada Julian, saat ini juga dan kemudian Liera mencari caranya di internet.
Julian menghantar Asyla, dia membukakan pintu untuk gadis itu untuk masuk kedalam mobil, Julian sedikit memikirkan rencana kedepannya untuk kesembuhan Sean secepatnya. Dan menghabiskan honeymoon-nya dengan Liera.
“Maaf, karena aku mengatakan kau menyukai Sean itu tadi, aku tidak punya pilihan lain.” ucap Julian. Dia melirik ke arah Asyla sebentar dan kembali fokus melihat kedepan.
“tidak apa-apa, lain kali bisakah jangan memutuskan hal secara sepihak? Aku tidak suka dengan hal itu, bagaimana jika Sean benar-benar menyukai diriku?” tanya Asyla, dia bingung. Bohong jika Asyla tidak takut dan tidak ingin melakukan hal yang salah, dan tidak ingin kehilangan sesuatu.
“aku janji tidak akan melakukan itu lagi, lain kali aku akan membicarakannya denganmu.”
Asyla mengangguk, dia memeriksa ponselnya yang berdering, tentu saja ada sebuah pesan yang masuk kedalam ponselnya. Dengan sedikit menjauh Asyla membaca pesan itu dan segera membalasnya.
Hal itu terus membuat Asyla fokus pada ponselnya dan mengabaikan hal yang akan Julian rencanakan kedepannya.
“Asyla?”
Asyla terkejut sampai menjatuhkan ponselnya, “Ha? y-ya. Maaf aku tidak fokus.”
Julian terdiam, dia terlalu banyak bicara hari ini, karena dirinya tidak sabar menunggu Sean sembuh dan kembali mengingat segalanya. Dia juga terlalu jauh memaksa Asyla.
“Baiklah, lain kali kita akan membicarakannya.”
“bisakah Om menurunkanku di halte depan sana.” ucap Asyla, dia menunjuk pada salah satu halte disana. Yang dibelakangnya terdapat hotel mewah.
“Tapi—bukankah ini masih jauh dengan rumahmu? Untuk apa kau berhenti disini?”
Asyla kelihatan bingung, dia harus segera mencari cara agar tidak kelihatan mencurigakan. “Aku tidak bisa dihantar oleh-mu, ayahku akan menyulitkan diriku.”
Julian mengangguk mengerti, dia tahu mungkin Asyla akan diberikan seribu pertanyaan saat nanti Julian mengantarnya sampai rumah.
“baiklah.” Julian menghentikan mobilnya sampai di depan halte bus itu, dia segera meninggalkan area itu setelah Asyla melambaikan tangannya.
Namun ada hal aneh yang membuat Julian bingung, tak lama Julian menurunkan Asyla, ada sebuah mobil tidak asing menghampiri dirinya dan membawa Asyla pergi.
“mungkin itu ayahnya” ucap Julian, dia tidak bisa ikut campur dalam kehidupan gadis itu. Yang terpenting Asyla bisa kembali pulang dengan baik.
Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.
Setelah mengantar Asyla, Julian tidak kembali pulang. Keira menelponnya dan mengatakan jika ada hal mendesak yang harus Julian tangani sendiri, jadi mau tidak mau hanya harus kenator dengan pakaian biasanya.
Walau itu terlihat aneh, karena mereka tahu Julian adalah pria yang sangat suka kerapian dan tidak pernah memakai pakaian santai ke kantor, kecuali jika perusahaannya sedang mengadakan kegiatan Workshop.
Dia menyelesaikan semua tugas itu sampai, tidak sadar jika waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, dia melepaskan kacamata miliknya dan menutup laptop, bersiap untuk kembali pulang.
Mengambil ponselnya, terdapat 10 panggilan dari Liera dan beberapa email dari perusahaan lain, Kening berkerut. Liera jarang sekali menelpon nya sampai sebanyak ini, apalagi Julian yang Liera tidak akan mengganggu dirinya.
Pria itu segera menuju lift sampai ke tempat mobilnya terparkir, dia mencoba menghubungi Liera kembali tapi tidak ada jawaban dari gadis itu. Segera-lah Julian berlari saat lift terbuka dan mengendarai mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Biasanya butuh waktu 30 - 35 untuk sampai, dengan kecepatan tinggi itu Julian hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di Villa. Saat membuka pintu, semua begitu gelap. Mungkin karena sebagai sudah dimatikan lampunya.
Julian melangkah menaiki anak tangga, segera menuju kamar Liera, tapi saat sampai Julian tidak menemukan sosok gadis itu di dalam kamarnya. Julian menarik pintu penghubung dari kamar Liera menuju kamarnya.
Matanya membuat sempurna, wajahnya begitu terkejut. Dan Julian terdiam di depan sana, mengedipkan matanya beberapa kali dan mencoba memastikan apa yang dilihat dirinya itu benar-benar nyata.
“Liera?” Julian melangkah masuk kedalam kamarnya, sebagian lantai terisi penuh dengan kelopak bunga dan aroma lilin menyengat penciumannya.
Yang lebih membuat Julian tidak bisa mengalihkan pandangan tak percayanya pada Liera, siapa yang mengajari gadis itu memakai gaun super tip body. Yang secara gaun itu menunjukkan seluruh lekukan tubuhnya, melihatkan kaki jenjangnya dan tubuh indahnya dalam balutan warna hitam.
Liera duduk di ranjang Julian, sambil menatap pria itu penuh tatapan yang sulit diartikan, dia melangkah turun saat Julian tak kunjung melangkah lagi, memperlihatkan paha mulusnya dan rambutnya yang terurai.
“Liera, apa yang terjadi? Ken—kenapa kau berpakaian seperti itu?” Ucap Julian, sebisa mungkin menahan dirinya dan menyadarkan bahwa ini salah.
Liera mengalungkan tangannya dileher Julian, menarik pria itu untuk mencium dirinya, Liera mengikuti seluruh instruksi yang dia baca di internet, melangkah mundur sedikit demi sedikit.
Julian hanya bisa mengikuti apa tujuan Liera melakukan ini, dia ikut serta membalas ciuman gadis itu, dengan hati melangkah maju kedepan.
Sampai akhirnya mereka jatuh diranjang, yang langsung dijatuhi oleh kelopak mawar merah, Liera melepaskan tangannya dan mulai membuka kancing pakaian Julian.
Julian yang terkejut menjauhkan wajahnya, menatap Liera dengan wajah yang sangat serius, membuat Liera terpaku takut.
“Liera—,”
Julian berniat untuk bangkit namun secepat itu Liera menahan dirinya dengan kedua kakinya. Terpaksa Julian menyangga kedua tangannya sebagai batasan agar tidak sepenuhnya menindih tubuh Liera. “katakan apa maksud dari semua ini?”
Liera terkejut, kenapa reaksi Julian berbeda dengan yang dia harapkan, bahkan jauh berbeda dari yang dia baca. Padahal dia menyiapkan segalanya untuk Julian dan bahkan membeli gaun ini. Mempelajari tutorial untuk make up yang digunakan sekarang.
“Kamu tidak suka?” tanya Liera dengan sedih, apa yang salah? Padahal Liera sudah melakukan dengan baik.
Julian meneguk air liurnya seperti meminum Sekaleng Bir, Saat sulit dan terasa membakar tenggorokannya. “Liera, apa yang mengganggu dirimu, katakan padaku.”
“tidak ada, aku hanya ingin menyerahkan diriku. Tapi—Kamu terlihat tidak ingin sekali menyentuhku dan bahkan tidak suka!” Liera menutup wajah dengan kedua tangannya, dia menangis dan merasakan hal aneh lagi. Seakan ada sebuah penolakan yang menyakitinya.
Julian membuka pakaiannya, menarik kedua tangan Liera dan menahannya di kedua sisi wajahnya. “Liera, dengarkan Aku. Apa kau melakukan ini karena perkataan pria tua itu?”
Liera menatap Julian, dia mengangguk dan sedikit gugup saat tahu Julian sudah menangkal pakaiannya.
“jika karena itu, aku tidak akan mau. Lihatlah untuk apa kau melakukan semua ini, aku tidak butuh Liera. Bahkan dengan dirimu yang seperti ini tidak membuatku tertarik apapun, aku menyukai dirinya seperti biasanya, persetanan dengan segala hal. Bohong jika aku tidak ingin menyentuhmu setiap saat, kau seperti bir untukku, sangat membuatku kecanduan.” jelas Julian, mungkin ini kali.pertama Julian begitu frontal menyampaikan hal yang dia pikirkan, tapi itulah kebenarannya inilah Julian yang sebenarnya.
Liera merasa bersalah, tangisannya semakin menjadi dan seakan seperti disini-lah Liera yang terlalu menganggap segalanya berlebihan, dia tidak tahu jika Julian akan menyukai hal biasa ada dalam dirinya bukan hal istimewa seperti ini.
“Jadi tetaplah menjadi Liera, gadis lugu-ku.” ucap Julian, dia mengecup kening Liera cukup lama dan segera melepaskan gadis itu.
Liera menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya, dia sangat malu dan rasanya ingin berlari ke kamarnya, mengubur dirinya dalam selimut tebalnya.
Julian berjalan untuk mengambil ponsel Liera, memeriksa hal apa yang sudah gadis itu cari disana dan sedikit terkejut melihat Liera menggunakan identitas ibunya untuk mencari semua ini.
“aku akan menyita ponselmu untuk sementara waktu.”
“Baiklah, aku tahu salah. Kamu bisa memberikan hukuman lain tapi please jangan mengambil ponselku.” ucap Liera, di berlari mendekati Julian, melipat kedua tangannya sebagai permohonan.
“Tidak bisa!” tegas Julian, dia seharusnya lebih mengawasi gadis itu mulai sekarang, dan jangan sampai membiarkan youngbin menjadi teman dekatnya. Bisa rusak jika Liera menanyakan suatu hal padanya.
Liera menyerah, dia tidak bisa merayu Julian jika pria itu sudah mode tegas. Dia menyesal meletakkan ponselnya di kamar pria itu. “nanti kalau aku bosan bagaimana?”
“Kau bisa bermain ponsel jika aku berada disampingmu.”
Julian meletakan ponsel Liera didalam lemari pakaiannya.
“Ta—tapi, Julian!”
Jake yang mengetuk pintu kamar Julian beberapa kali tidak diberikan kesempatan itu masuk, terpaksa membuka pintu dan membuat kedua orang didalam sana menatapnya terkejut.
Julian segera menyembunyikan Liera didalam lemari pakaiannya, menyembunyikan sebisa mungkin agar Jake tidak melihat tubuh indahnya.
“Julian, ada hal aku pikir—aku salah datang diwaktu yang tidak tepat.” Jake dengan cepat menutup pintu dan menghindar dari tatapan tajam Julian.
Setelah pintu tertutup Julian segera membantu Liera keluar dari lemari pakaiannya, mengambil salah satu kemeja besarnya dan menutupi tubuh Liera. “aku akan menutup toko yang menjual pakaian ini, sangat membuat orang kesal.”
Liera hanya diam, apa yang membuat Julian kesal justru membuat dirinya tersenyum bahagia, dengan lembut Liera memeluk tubuh pria itu, dia merasa sangat mengerti karakter Julian secara perlahan.
Dia pria yang memiliki kita tinggi dalam hal cemburu. Dan sangat posesif.
Note : Yuk bantu Author, jangan sungkan komen dan kasih Rate untuk cerita ini. Terimakasih, salam kenal dari aku.---Beberapa hari kemudian.Mungkin terdengar aneh jika pagi ini Liera memutuskan untuk meninggalkan Villa, kemarin malam ibunya menelpon dan mengatakan dirinya sakit dan membutuhkan bantuan Liera untuk membantu sang kakak, Ya. Keira yang terlihat semakin sibuk setelah memenangkan kompetisi waktu lalu.
Los Angeles. Katakan itu adalah negara dengan sejuta wisata, termasuk juga sebagai liburan terbaik dan juga beberapa tempat romantis, apalagi jika berkunjung disaat musim semi, warna kuning dari daun dering akan menjadi ciri khas kota Los Angeles.Memenuhi setiap jalanan kota ini sama seperti barada Jepang dimana banyak bunga sakura menggugurkan daunnya.Liera dan sang kakak dengan dalam perjalanan menuju hotel, mereka jika menyewa rumah, karena hanya berada beberapa hari dan itu sudah disediakan oleh agensi naungan Keira.Matanya berbinar melihat jalanan kota Los Angeles di malam hari, mengingat perbedaaan waktu, mungkin saat ini Di London masih siang hari, Lisa b
Perpisahan adalah seperti pemain bencana.Pagi hari disambut dengan kerinduan.Ketika malam disambut oleh kekosongan.Suara samar dirimu yang menyentuhku, Kapan itu terjadi?Rindu yang terus dibawa oleh angin.Tiga hari berlalu, Sebagian negara bermusim empat, sudah mulai berevolusi. Membiasakan kembali berpakaian sangat tebal dan membatasi segala aktivitas menyambut natal dan tahun baru, mungkin dari mereka sudah jauh dari menyiapkan untuk kembali berkumpul pada keluarga.Membuat rencana untuk menghabiskan waktu libur panjang.Setelah sibuk ke berbagai tempat dan terus membantu segala pemotret
Leira menghela nafas karena Julian tidak kunjung menjawab teleponnya, rasa gelisah dan sedih menyelimuti hatinya, Leira tidak bisa sedikitpun fokus pada hal yang dirinya lakukan, padahal jelas jika saat ini Leira masih harus membantu sang kakak, kemarin dan hari ini Julian belum sedikitpun mengaktifkan ponselnya, Leira juga tidak bisa menghubungi Asyla.Semua orang yang dekat dengan Julian tidak ada yang bisa dihubungi, Leira semakin yakin jika feeling buruk itu bukanlah sembarangan, karena yang dirinya rasakan begitu menyakitkan dan nyata, seakan Julian sendiri yang menyampaikan membuat hatinya sakit teramat.Tak terhitung sudah berapa kali Leira menatap ponselnya sambil menghela nafas, dia sudah berusaha untuk membuat dirinya terus berpikir positif tapi tetap saja dia membayangkan kejadian buruk yang terjadi, dia ingin mengatakan pada sang kakak jika dirinya tidak bisa berada disini, dia ingin pulang dan memastikan keadaan Julian, walau nantinya dia harus kembali lagi.Keira yang ba
Hari ini setelah percobaan yang cukup mengambil resiko akhirnya Julian memutuskan untuk membawa Sean ke rumah sakit untuk hal yang lebih lanjutnya, karena Jake mengatakan jika terapi tidak bisa di lanjutkan di rumah, jadi Sena jyga harus di periksa secara fisik untuk mengetahui benturan di kepalanya separah apa, dan mungkin saja bisa mengakibatkan hal lainnya. Usaha yang di lakukan dirinya, Jake dan Asyla sedikit membangunkan ingatan Sean walau terapi itu tidak selalu membuat adiknya sering kali jatuh pingsan, memang terlalu memaksa untuk mengingat segalanya tidak baik untuk tubuhnya, apalagi setelah bertahun-tahun Sean hanya mengandalkan obat tanpa melakukan terapi oleh psikiater. Julian sudah mengosongkan jadwalnya hari ini, tapi dirinya tidak bisa menghubungi Leira, tidak ingin membuat gadis itu khawatir dan akhir-akhir ini Sean begitu sensitif setelah Leira pergi meninggalkan rumah, adiknya terus menanyakan keberadaannya, membuat Julian ragu dan takyt jika Sean akan menyukai Leir
Malam harinya.Sean berdiri di depan ruangan sang kakak, dengan infusan yang masih harus bersamanya, aneh karena pada akhirnya dia mendapatkan ingatannya begitu saja, tapi masih ada beberapa hal yang tidak bisa dirinya ingat pasti, yaitu kedua wanita yang bertemu dengannya, satu orang yang menceritakan kisah saat bersamanya dan satu orang yang mengaku sebagai adik kecil yang ditolong saat kecelakaan itu.Sean tidak bisa masuk ke dalam karena masih ada beberapa hal yang harus dilakukan dokter di dalam, Sean hanya bisa mengintip melalui celah jendela yang menunjukan keadaan sang kakak saat ini, bagaimana mengatakannya? melihat seluruh kepala Julian dipenuhi oleh perban dan selang udara yang masih membingkai wajahnya, mengundang banyak hal.“Aku senang kau bisa kembali menjadi dirimu yang sesungguhnya,” Ucap Jake, kini sudah tidak ada lagi jas putih yang dirinya kenakan, dengan pakaian casual sederhana pria itu berdiri di samping dan melihat temannya terbaring di sana tanpa bisa melakuka
Dua hari sudah berlalu begitu saja.Leira masih tidak bisa beristirahat dengan baik atau setidaknya berhenti sejenak untuk memikirkan Julian, tapi kemarin malam Leira langsung drop dan mau tidak mau dirinya harus berbaring di rumah sakit, saat membuka mata Leira hanya melihat bagaimana kosongnya rungan ini.Mungkin seharusnya sejak kemarin Leira meminta untuk pulang saja, dia tidak bisa beraktivitas jika pikirannya terganggu, dan belum lagi penyesuaian jam makan yang menyiksa dirinya, mengubah pola makan bukan baik.Leira hanya bisa menghela nafas, dengan tubuh lemas dirinya paksakan untuk terduduk di ranjang, tangannya terulur mengambil ponselnya yang tergeletak di atas laci di samping ranjang, hanya menyala dan menatap layarnya sana.Leira sudah bisa menebak jika tidak akan pesan atau panggilan dari pria itu, padahal Leira berharap apa sesuatu walau itu hanya sebuah pesan singkat, apakah sudah terjadi sesuatu pada pria itu? apakah itu sebuah hal buruk?Gadis itu mengusap dada bagian
Leira sampai di bandara pada pukul 4 sore.Padahal kondisi masih sedikit parah dan seharusnya dia beristirahat, tapi Leira meninggalkan bandara begitu saja tanpa menunggu diantar oleh ibu atau kakaknya, dengan masih membawa kopernya, Leira duduk tidak tenang di dalam taksi, padahal sudah sore hari tapi kenapa suasana masih ramai dan bahkan jalan cukup macet hari ini.Dia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Julian kembali, tapi tetap saja panggilannya tidak diangkat.“Pak, apakah kita masih lama?” Tanya Leira, dia ingin segera bertemu dengan Julian, dari berita yang dirinya baca jika kecelakaan itu terjadi dua hari yang lalu, itu berarti seharusnya kondisi Julian sudah membaik jika insiden itu tidak begitu parah, Leira tidak akan lagi meninggalkan pria itu.“Tidak lama lagi kita akan sampai Nona, hanya perlu melewati persimpangan jalan ini sana,” Ucap sang supir, dia terus mencari cela untuk bisa menyalip agar bisa melewati jalan itu.Leira mengeluarkan dompet miliknya, dia
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel