« Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. »
Kemarin malam Julian mengatakan jika hasil ujian Liera kali ini melebihi apa yang akan diajukan Julian, pria itu akan memberikan sebuah tiket liburan selama 2 minggu ke Paris, tentu saja itu dengan syarat jika Julian ikut dengannya.
Kota Paris adalah kota yang sangat ingin Liera kunjungi, dia ingin melihat menara terkenal itu dan mengenal kota yang memiliki julukan ‘romantis’ banyak sekali novel yang pernah dirinya baca tentang kota paris, dan dirinya memutuskan keinginan itu pada Julian.
Apalagi setelah ujian dirinya akan bebas dalam segala kegiatan sekolah, membuang semua lelahnya pelajaran dan jenuh pada kesibukan itu, dia ingin menghirup udara kota paris saat musim dingin, atau musim semi di sore hari.
Walau memang banyak sekali diluar sana yang ingin berlibur di kota itu.
Setelah malam itu, Julian memutuskan untuk berpisah kamar dengan Liera, itu sebuah keputusan yang begitu tiba-tiba untuknya, Liera sudah terbiasa tidur dengan pria itu dan kini dirinya sulit untuk menghilangkan kebiasaan itu.
Julian mengatakan jika dirinya dalam kondisi buruk, dimana dia butuh untuk lebih lama sendiri dan tidak ingin melukai Liera, mengingat Julian yang akhir-akhir ini selalu menghindar saat Liera ingin dekat dengannya.
Setelah menyelesaikan ujian hari ini, Liera dan Asyla pergi ke sebuah mall, karena ini terakhir dan ujian sudah berakhir jadi tidak ada salahnya mereka melepas penat sejenak, karena setelah lulus nanti keduanya akan sibuk untuk dunia perkuliahan dan belum lagi Liera terus memikirkan bagaimana nanti saat Julian akan mengajaknya berhubungan intim?
Dan terkejutnya Asyla saat dirinya akan mengambil cuti untuk kehamilannya nanti, Liera pikir jika nanti itu terjadi akan banyak sekali tugas yang harus diselesaikan dan belum lagi cuti itu, dirinya jadi ragu untuk berkuliah.
Liera berpikir mungkinkah setelah lulus, dirinya menunda sampai dirinya melahirkan dan baru anak mengambil kuliah tahun depan, setelah dia bercerai dengan Julian.
Kedengaran mudah, tapi Liera tidak bisa mengatakan itu akan mudah, karena perasaan asing terus membuatnya bingung, dia tidak ingin hanya bersama dengan Julian untuk sebuah perjanjian tapi Liera terus bersamanya. Mengurus anak mereka bersama.
Jiwa keibuannya semakin tumbuh seiring berjalannya waktu, mungkin karena Liera terlalu memahami tentang kesuburan untuk segera hamil, dia tidak menceritakan kepada siapapun, dia hanya ingin dan malah terjebak dalam perasaan rumit.
Mata Liera tidak bisa berhenti menatap toko baby yang dia sempat lewatkan, membayangkan jika dirinya sibuk membeli keperluan kelahiran bayinya, dan melihat berapa senang reaksi Julian nanti.
Tapi yang menjadi beban pikirannya, apakah Julian merasakan apa yang sedang Liera pikirkan akhir-akhir ini, bagaimana kebiasaan sering bersama dan ketika jarak semakin dekat, apakah Julian akan senang jika Liera memberikan apa yang dibutuhkan, atau pria itu akan berubah setelah tahu Liera hamil.
“apa yang kamu pikirkan? Bukankah kita kesini untuk melepaskan beban kita? Tapi kamu—,”
Liera menatap ke arah Asyla, dia melepaskan tasnya dan duduk di salah satu yang tersedia disana. “aku? Aku hanya memikirkan hasil ujian, aku tidak sabar ingin melihatnya tapi aku juga takut hasilnya tidak sesuai keinginanku,”
Liera berbohong, tidak sepintas dirinya memikirkan hal itu.
“kenapa kamu berpikir seperti itu? Kita harus yakin Lisa” ucap Asyla, dia menyusul duduk disamping Liera, menatap ke seberang dimana tempat jika ingin bermain seluncur es, terlihat begitu ramai disana.
“tapi semua pasti punya beban pikiran bukan? Dan masalah sendiri, terlalu yakin juga akan menyakitkan jika itu gagal,”
Dia melihat layak ponselnya dan ada satu pesan dari Julian, Liera ingin membacanya namun Asyla sudah lebih dahulu menarik tangannya.
“karena kita sudah terlanjur kesini, aku ingin membeli beberapa album baru dan juga buku” Asyla membawa Liera ke sebuah toko dimana semua album dari berbagai agensi ada disana, disana juga ada beberapa barang yang dikeluarkan setiap agensi.
“sudah lama aku tidak membeli album John, aku berharap bisa mendapatkannya, karena albumnya selalu terjual habis,” ucap Asyla lagi, dia mengalungkan tangannya pada lengan Liera, menarik gadis itu untuk mengikuti langkahnya. Seakan jika dilepas Liera akan menghilang.
“bukankah kau sudah berkencan deng—,”
Asyla menutup mulut Liera, dia melihat ke seluruh toko dan mengajak Liera untuk sedikit menjauh dari keramaian. “ini rahasia, aku tidak boleh membiarkan orang lain sampai tahu dengan kedekatan kami,”
Liera menatap bingung, “kenapa? Semua orang berhak untuk berkencan bukan?”
“Ya. Itu benar Liera tapi agensinya tidak mengizinkan artisnya berhubungan, bukankah kamu tahu sendiri?”
Liera mengangguk mengerti, dia merasa ponselnya kembali bergetar dan dengan sedikit terburu-buru Liera membaca dua pesan dan 3 panggilan dari Julian, seperti begitu penting.
Setelah membaca pesan itu Liera segera meninggalkan mall, perasaan panik dan cemas menghantui pikirannya, ini benar-benar membuat dirinya tidak bisa berpikir jernih dan tanpa sadar dirinya berlari saat akan keluar dari mall.
Dia menghentikan taksi dan mengatakan kemana gadis itu harus pergi, dia mencoba untuk menghubungi Julian beberapa kali tapi Julian tidak mengangkat panggilannya.
“aku harap semua baik-baik saja,” Liera menggigit jari telunjuknya dengan cemas, pikirannya terus mengatakan hal buruk telah terjadi, Liera juga tahu jika ini pasti sebuah ancaman dan gadis itu mulai khawatir.
Liera sempat tidak memahami apa yang Julian tanyakan beberapa hari yang lalu, tapi kini dia mulai mengerti dan terlalu terlambat untuk memahami ucapan yang Julian maksud, dia merasa bersalah sekarang.
“Om, apakah masih lama? Aku harus segera tiba” ucap Liera, dia mulai merasa keringat dingin memenuhi kening dan tangannya, dia ingin segera melihat kondisi yang telah terjadi.
“Maaf, tapi Nona jika jam segini biasanya jalanan akan macet,”
Liera terdiam, seharusnya dia memilih naik bus yang mungkin memakan waktu 20 - 25 menit daripada harus naik taksi yang kemungkinan akan sampai 40 - 45 menit, dia terus mencoba menghubungi Julian sekali lagi.
Liera menghela nafas panjang, senang saat Julian mengangkat telepon darinya.
“aku sedang dijalan, tunggulah” ucap Liera dengan sedikit sedih, dia terus berharap Julian baik-baik saja dirumah, seharusnya pria itu tidak perlu melakukan itu juga memang tidak bisa.
“apakah separah itu?”
Suara kesakitan Julian memenuhi setiap pendengaran Liera, dia takut dan pikirannya terus memikirkan hal aneh, apalagi Julian sendirian disana dan tidak bisa melakukan apapun.
“aku mohon bertahanlah” ucap Liera sekali lagi, dia menahan untuk tidak menangis dan terus mencoba membuat Julian bertahan.
Setelah melewati persimpangan jalan yang akan masuk kedalam area wilayah Villa mereka.
“paman, aku akan turun disini” Liera turun dan memberikan beberapa dollar, dia mengabaikan panggilan dari pak supir yang mungkin ingin memberikan kembalian.
Padahal cukup jauh jika Liera berhenti disana, tapi melihat jalan yang masih macet, gadis itu rela untuk jalan sampai ke Villa, ralat Liera rela berlari untuk segera sampai kesana.
Dia terus berlari dan mengabaikan tubuhnya yang butuh pemanasan lebih dahulu, dengan nafas yang terengah-engah Liera terus berlari, hal yang dipikirkan sekarang adalah segera menemui Julian.
Sampailah Liera di pekarangan Villa, mendorong pintu dengan keras. Dan—Liera dikejutkan dengan butiran kelopak mawar merah yang berjatuhan di atas tubuhnya, seketika rasa panik terganti dengan kebingungan saat Liera melihat ada sebuah petunjuk arah dibawah lantai, dengan sedikit ragu dia mengambil surat itu.
‘Berjalanlah sebanyak 25 langkah kedepan’
Liera mengikuti apa yang surat itu perintahkan, dia menghitung setiap langkahnya. Dan ketika berhenti di hitungan 25 ada sebuah surat dan balon tepat di hadapannya.
-- pecahkan balon dan carilah sebuah surat berwarna biru --
Liera terus mengikuti, dia memecahkan balon dengan gelangnya yang memiliki liontin kunci. Telah balon itu pecah ada beberapa surat dengan warna berbeda, Liera tetep mencari surat biru itu, walau sebenarnya dia sangat penasaran dengan semua tujuan ini.
-- bukalah surat merah --
“apa sebenarnya semua ini? Aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu rencanakan,” ucap Liera, dia bukan tipe yang suka memecahkan misteri.
-- tutup mata dan menghitunglah mulai dari 1 sampai 10 --
Liera berdiri, dia menutupi matanya dan mulai menghitung dengan hitungan yang pelan.
Julian yang bersembunyi di balik sofa berjalan mendekati Liera dengan sebuah kota besar dan buket bunga, dia melangkah mendekat tanpa menimbulkan suara.
“open your eyes!” ucap Julian, dia mengenakan jas putih dan merapikan rambutnya, dia terlihat tampan dan semakin membuat siapapun ingin menikahinya.
Liera membuka matanya, dia menatap kearah dimana Julian tersenyum padanya dengan dua tangan masing-masing membawa barang, ini adalah hal yang sangat manis dan bahkan Liera tidak pernah berpikir akan diberikan ini oleh Julian.
“Ini?” Tanya Liera dengan bingung, dia gemetar sampai untuk menerima bunga dan kotak hadiah saja ingin sekali jatuh dari tangannya.
“apa kamu suka?”
Liera tersenyum senang, Julian sangat tampan dan hari ini dia begitu mengagumkan dengan jas putihnya. tak lama Liera mengangguk dan menahan untuk tidak berteriak senang.
“aku tidak mengerti tujuan kamu memberikan ini, tapi aku senang. Terimakasih.”
Julian memeluk tubuh Liera, dia tidak mengatakan apapun, baginya dengan ucapan Liera seperti itu sudah membuatnya bahagia, dia mencium kening Liera kemana 7 detik.
“ini hadiah untukmu,”
“tapi kamu belum melihat hasil ujianku,” ucap Liera, tatapannya seperti seorang anak kecil yang takut mengecewakan pia itu.
“ini hanya hadiah kecil, jika ujianmu keluar itu hadiah utama,”
“benarkah?”
Julian mengangguk, dia membawa gadis itu untuk duduk disofa.
“berarti tadi kamu berbohong? Kamu bilang jika tadi terjebak di dalam bathroom dengan seekor binatang yang sangat kamu benci!” ucap Liera dengan kesal, berapa sulitnya dirinya berjuang untuk sampai kesini ternyata semua itu hanya sebuah skenario.
Julian tertawa, dia mencubit pipi Liera dengan gemas dan memeluknya dengan sangat erat “baiklah, aku salah telah berbohong, apakah kamu berlari kesini”
“bukan hanya berlari aku meninggalkan Asyla begitu saja dan bahkan uang sakuku harus terpotong karena aku naik taksi,”
Julian mengelus kepala Liera, dan memeluk tubuhnya lagi. “baiklah aku akan menggantinya, bagaimana jika kita makan malam? Aku membuatkan sesuatu untukmu,”
Liera mengangguk, dia tidak tahu Julian akan seromantis ini dibalik sikap galak dan dinginnya, dia bahkan menggendong Liera menuju dapur, membuat suasana terasa sangat hangat dan indah.
Kebahagian?Sebuah hal yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada yang kebahagiaan berasal dari uang, ada yang terjadi karena hal kecil.Karena manusia tidak bisa mengukur kebahagian orang lain hanya dalam satu pandangan saja, bahkan hal seperti itu bukan lagi hal yang harus diperdebatkan.Beberapa hari kemudian.Sesuai dengan yang sudah disepakati sebelum Julian dan Leira memutuskan untuk memisah kamar mereka, kamar mereka bersebelahan dengan satu pintu penghubung untuk kedua ruangan mereka.
Dengan seragam berwarna dominasi antara putih dan abu-abu, dia melangkah melewati jalanan kota di pagi hari, hanya perlu menyebrang untuk sampai di sekolahnya.Hari ini cerah sesuai dengan suasana hatinya, sampai menggenggam ranselnya, pria itu melangkah ke penyebrangan jalan, di sana tidak terlalu banyak mobil yang melintas. Dan hanya beberapa siswa yang berlawan arah melintas.Pandangan pria itu tertuju pada seorang gadis kecil yang menyebrang dengan orang tuanya, dia cantik dengan dua rambut yang diikat dan seragamnya.Pria itu terlalu fokus hingga dari arah kejauhan mobil dengan kecepatan tinggi melintas dan kecelakaan itu benar-benar terjadi.
Sesuai janji yang Julian katakan, dia akan menceritakan segalanya tentang kehidupan Sean jika Liera berhasil meyakini Asyla untuk mau menjadi seseorang yang mungkin membantu Sean. Dimana Julian akan menceritakan asal muasal terjadinya Kecelakaan itu dan apa yang menyebabkan pria itu kehilangan ingatan dan menjadi seperti itu.Hari ini Julian dan Liera sendiri yang akan menemui Asyla di Cafe tidak jauh dari kantor Julian, pria itu harus kantor untuk mengurus berkas yang tidak bisa ditangani manajernya dan asistennya, dia memang memindahkan semua pekerjaannya di rumah tapi Julian akan sesekali ke kantor untuk melihat perkembangan perusahaan itu.Jadi Liera dan Asyla menunggu cukup lama, kedua gadis itu menunggu kedatangan Julian dengan berbagi cerit
Keesokan harinya.Semua dibuat terpaksa bangun pagi saat Tuan Grew atau Ayah Julian. Mendatangi kediaman Villa Julian, tentu itu membuat Sean memberontak ingin bertemu dengannya, tapi semua kembali tenang saat dokter youngbin menahan Sean.Suasana menjadi tegang di ruang tamu, Julian menunjukkan wajah malas, belum lagi ayahnya memaksa Liera untuk bergabung dalam perbincangan antara ayah dan putranya, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.“kau pikir aku tidak tahu? Sejak kapan kau peduli pada adikmu?” ucap Tuan Grew. Pria tua itu langsung kemari setelah perjalanan bisnis, dia
Liera memperhatikan semua itu dari atas, kenapa dia tidak ikut merasakan senang yang terlihat jelas di wajah Julian dan Dokter Jake. Pikirannya terus terpaku pada ucapan ayah Julian dan juga pria itu, apa devini dirinya disini?Liera merasa semakin merasa segalanya menjauh, entah itu Julian atau bahkan dirinya yang sudah mulai berubah. Padahal Liera tidak pernah merasakan perasaannya semacam ini, dan ini benar-benar mengganggu dirinya.Membalik badan dan kemudian sepintas Liera memikirkan hal yang tidak masuk akal, dia berpikir untuk menyerahkan dirinya pada Julian, saat ini juga dan kemudian Liera mencari caranya di internet.Julian menghantar Asyla, dia membukakan pintu untuk gadis itu untuk masuk kedalam mobil, Julian sedikit memikirkan rencana kedepannya untuk kesembuhan Sean secepatnya. Dan meng
Note : Yuk bantu Author, jangan sungkan komen dan kasih Rate untuk cerita ini. Terimakasih, salam kenal dari aku.---Beberapa hari kemudian.Mungkin terdengar aneh jika pagi ini Liera memutuskan untuk meninggalkan Villa, kemarin malam ibunya menelpon dan mengatakan dirinya sakit dan membutuhkan bantuan Liera untuk membantu sang kakak, Ya. Keira yang terlihat semakin sibuk setelah memenangkan kompetisi waktu lalu.
Los Angeles. Katakan itu adalah negara dengan sejuta wisata, termasuk juga sebagai liburan terbaik dan juga beberapa tempat romantis, apalagi jika berkunjung disaat musim semi, warna kuning dari daun dering akan menjadi ciri khas kota Los Angeles.Memenuhi setiap jalanan kota ini sama seperti barada Jepang dimana banyak bunga sakura menggugurkan daunnya.Liera dan sang kakak dengan dalam perjalanan menuju hotel, mereka jika menyewa rumah, karena hanya berada beberapa hari dan itu sudah disediakan oleh agensi naungan Keira.Matanya berbinar melihat jalanan kota Los Angeles di malam hari, mengingat perbedaaan waktu, mungkin saat ini Di London masih siang hari, Lisa b
Perpisahan adalah seperti pemain bencana.Pagi hari disambut dengan kerinduan.Ketika malam disambut oleh kekosongan.Suara samar dirimu yang menyentuhku, Kapan itu terjadi?Rindu yang terus dibawa oleh angin.Tiga hari berlalu, Sebagian negara bermusim empat, sudah mulai berevolusi. Membiasakan kembali berpakaian sangat tebal dan membatasi segala aktivitas menyambut natal dan tahun baru, mungkin dari mereka sudah jauh dari menyiapkan untuk kembali berkumpul pada keluarga.Membuat rencana untuk menghabiskan waktu libur panjang.Setelah sibuk ke berbagai tempat dan terus membantu segala pemotret
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel