Beberapa hari berlalu.
Dua hari Julian mendadak pergi untuk urusan pekerja di luar negeri, aneh tapi Liera sedikit merasa kehilangan, biasanya dirinya akan mendengarkan suara yang terkadang terdengar lembut dan juga kasar. Mungkin karena efek sudah terbiasa jadi Liera tidak terlalu membebani hal yang Julian lakukan.
Hari terlewat lima hari, tapi rasanya sudah sebulan dia berada disini, selama dua hari itu juga Liera melewatkan banyak hal tanpa Julian. bangun, menyiapkan sarapan, pergi ke sekolah sendiri, belum lagi ketika pelajaran tambahan, Liera bahkan bisa hanya makan malam saja.
Seperti hari ini dia masih sulit mengumpulkan niat untuk mengisi tenaganya, Liera ingin sekali menghubungi Julian dan menanyakan kabarnya. Tapi jika dipikir apakah Liera punya hal untuk itu, jika hari ini pria itu tidak kembali itu berarti dia sudah tiga hari pergi.
Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, padahal Liera besok masih memiliki satu hari di sekolah tapi dia tidak bisa memejamkan matanya sekalipun, ada hal yang mengganjal hatinya dan seakan menyuruhnya untuk menunggu.
Baru lima menit perasaan mengganjal itu berlalu, suara bel berdering mengisi seisi ruangan. Liera dengan cepat mengibaskan selimut, memakai sandal rumah dan berlari menuruni anak tangga, segera memastikan apa itu benar Julian.
“selamat datang.”
Liera tersenyum saat membuka pintu untuk Han, pria sedikit berbeda saat berpisah dengan Liera terakhir. Wajahnya menjelaskan segalanya jika pria itu lelah dan Julin melangkah masuk begitu saja sambil menyeret koper miliknya.
Liera mencoba mengerti, mungkin saat ini Julian tidak ingin membahas apapun karena bagaimanapun dunia orang dewasa berbeda dengan dirinya yang masih memakai seragam, dia berjalan mendekati dapur dan mengambil sesuatu.
Mendekati Julian yang bersandar di sofa, apakah begitu melelah? Apakah terjadi sesuatu? Atau perjalanan pekerjaan kali ini membuatnya lelah dan sampai berkata pun pria itu tidak ingin, padahal Liera ingin sedikit bercerita tentang kunjungan ayahnya saat Julian pergi.
Karena ini cukup penting untuk Julian.
“minumlah, ini bisa mengurangi sedikit rasa lelahmu.” ucap Liera, dia memberikan pada Julian, sedikit membantunya juganya, terlihat jelas jika wajah itu terlihat pucat dan tubuh Julian terasa panas.
“apakah kam—,” Liera mengedipkan matanya berulang kali, Julian menarik tubuhnya sampai duduk dipangkuannya, yang lebih mengejutkan lagi ketika Julian menyandarkan kepalanya di bahu Liera.
Memeluk tubuh gadis itu dengan posesif.
“aku lelah.” suara lemah seperti itu mampu membuat Liera berhenti bergerak menjauh, seperti sebuah perintah tubuhnya mendadak terdiam dan kaku, pria itu tidak pernah manja seperti ini, Liera hanya mengikuti apa yang hatinya berkata.
Dia juga ikut memeluk tubuh itu, sampai rasanya Liera ingin sedikit bergerak pun tidak mampu, Julian seakan menganggap dirinya sebagai tempat untuknya melepas lelah dan selama waktu terlewatkan suara nafas pria itu terdengar beratur, mungkinkah pria itu terlelap dalam pelukan Liera.
Dengan hati-hati Liera memastikan apakah Julian benar tidur, tapi tubuhnya malah ditarik sampai tidak ada lagi jarak bagi dirinya untuk tidak tegang, Liera meneguk liurnya seperti meminum sebotol air mineral. Dirinya yakin senam jantung kembali menghampiri dirinya.
“bukankah aku sudah mengatakan?” kini Julian menatap wajah Liera dengan sedikit tersenyum, dia mengusap rambut Liera dan mencium kening gadis itu selama 5 detik.
“mengatakan apa?” Liera sedikit tersentuh, dia belum pernah merasakan dicium kening orang seorang pria, diperlakukan seakan pria dihadapannya begitu mencintai dirinya.
Tangannya tanpa sadar menyentuh wajah Julian, mengelus pipi dan menyentuh hidung mancungnya.
Julian menahan tangan Liera, menghentikan yang seharusnya tidak gadis itu lakukan, karena mungkin Julian tidak akan bisa melepaskan Liera kali ini. “aku lelah.”
Liera melewati batasan yang dia buat dalam dirinya, bohong jika dia tertarik pada pesona Julian dan tidak menyukai sikap dewasanya. “kamu demam.”
Liera sebenarnya ingin mengatakan ini sedari tadi, dia terus memperhatikan gerak-gerik Han sejak dia membukakan pintu untuknya, dan saat Julian menarik tangannya, dan terakhir saat Liera merasakan hembusan nafasan yang Julian keluarkan ketika menerpa area lehernya.
“kamu harus tidur Liera.” Julian melepaskan pelukannya, sebenarnya ada yang salah dalam hal ini, dia takut salah mengambil langkah dan malah berakhir dengan kesalahpahaman nantinya, karena Julian tidak yakin apakah Liera ingin bersama?
Saat membaca perjanjian itu Julian menyadari banyak sekali hal yang dia renggut dari Liera, mulai dari kehidupan remajanya sampai mungkin nanti masa depannya, bagaimana nanti ketika gadis itu menjalani hidup saat dia mengerti bahwa menikah dan melahirkan kemudian bercerai mungkin akan banyak sekali hal yang mengundang opini buruk tentangnya.
Walau Julian menjanjikan tidak sampai publik tahu jika dia akan menjadi seorang janda di usia apalagi Liera juga akan lahirkan.
“biarkan aku yang merawatmu.” Liera berkata sambil sedikit menahan dirinya disana, untuk tidak turun dari tubuh Julian.
“jika demam itu tidak segera turun, aku bisa tertular.”
“bagaimana dengan sekolahmu besok?”
Liera juga terdiam, jika dia memilih untuk merawat Julian itu berarti dia tidak akan bisa tidur dengan baik dan keesokan harinya Liera bisa tertidur di kelas, tapi Julian akan semakin parah, Karena Liera yakin pria itu tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri.
Liera merespon, dia turun pangkuan pria itu, dia sedikit lancang memaksa Julian untuk berbaring di sofa. “aku akan tetap bersekolah.”
Julian memperhatikan punggung gadis itu menjauh, apa yang akan terjadi setelah Julian membuat Liera hamil? Bagaimana nanti jika hati itu terluka karena terlalu lugu dirinya. Namun semakin Julian memikirkannya matanya malah terpejam dan dia kembali tertidur.
Liera kembali membawa sebuah yang berisi air hangat dan kain, meletakkan pada meja di hadapannya, dia memperhatikan Julian yang tertidur dengan keringat dingin yang memenuhi keningnya, sebelum memulai Liera membuka jas dan sepatu Julian kenakan.
Merendam kain dan meletakkan pada kening Han setelah diperas, Liera sedikit berpikir apakah sosok pria di hadapannya pernah mencintai seseorang sampai saat ini dia tidak percaya akan adanya rasa jatuh lagi, dia juga yakin banyak yang mendekati pria itu dan betapa populernya pria itu dikalangan usianya.
Terus mengulang itu sampai suhu Julian menurun hingga batas normal, dan tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam, Liera mulai mengantuk tapi Julian masih harus diberikan kompres beberapa kali, salahnya Liera harusnya menyuruh Julian untuk makan terlebih dahulu baru tidur.
Sebenarnya ucapan sang ayah mertua membebani pikirannya sampai hari ini, seakan Liera merasa jika pria paruh baya itu ingin sekali Liera segera hamil, dan betapa terkejutnya Liera menerima sebuah obat untuk menyuburkan dirinya, mungkin itu terdengar terlalu memaksa, padahal Julian sendiri tidak sebegitunya.
Yang lebih menyakitkan lagi adalah kalimat ‘jika kau tidak bisa hamil sampai waktu 6 bulan yang aku berikan, persiapkan melihat Julian akan menikahi gadis lain, dan kau akan segera bercerai dengannya.’
Itu menyakitkan untuk Liera dengar, walau belum memastikan perasaan apa yang dia miliki untuk Julian tapi seakan ada sedikit luka tergores tanpa sadar, apakah pernikahan ini hanya untuk memenuhi tujuan? Liera tidak pernah berpikir pernikahan akan seperti ini, saat berbeda ketika dia menonton drama atau membaca novel.
Sampai waktu berlalu dan Liera terlelap dalam di sofa yang sama dengan Julian.
Keesokan harinya ……
Hari terakhir sebelum menuju akhir pekan, cuaca kali ini begitu indah sama seperti sebelumnya, cahaya matahari masuk melalui jendela besar dirumah tamu, mengusik kedua orang yang sedang bersembunyi di sofa.
Yang pertama kali membuka kedua matanya adalah Julian, pria itu tersenyum dan sedikit merasa kehangatan yang sudah lama hilang, seorang gadis tertidur dalam pelukannya dengan wajah imutnya, Julian tidak tahu jika Liera akan tertidur disini juga, dia pikir gadis itu setelah merawat akan segera kembali kemarnya tapi keduanya malah tertidur disini.
Julian melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, seharusnya dia membangunkan Liera? Tapi pria itu takut Lisa akan kekurangan tidurnya, karena mungkin saja gadis itu tertidur lebih lama darinya.
“Liera”
“Liera—bangunlah.”
Julian menepuk-nepuk pipi gadis itu, dia tidak tahu harus bagaimana membangunkan seseorang. Semakin Julian melakukan Liera malah menenggelamkan wajahnya pada dadanya dan memeluk tubuhnya lebih dekat.
Julian terkejut, dia merasa jantung berdetak lebih kencang dari biasanya, dia bahkan tidak bisa bergerak bebas saat nafas Liera mengenai kemeja putihnya,
Sekarang harus bagaimana? Apakah dia harus tetap diam? Jika diam berarti Julian membiarkan gadis itu bolos hari ini, dengan sedikit memaksa Julian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi teman Liera, dia memang pernah meminta nomor Asyla untuk urusan penting jika Liera tidak memberinya kabar.
Liera bangun saat merasa terusik saat lengan Julian terus bergerak, hal pertama yang Liera lihat adalah wajah Julian yang begitu serius menatap layar ponselnya dan menulis sesuatu di sana, pria itu bahkan tetap tampan tanpa harus melakukan sesuatu.
“kau sudah bangun?” Julian bertanya setelah mengirim pesan pada Asyla, dia memang menyadari Liera sudah bangun namun dia hanya berpura-pura.
“Ya, aku masih sedikit mengantuk, tapi sekarang—,” Liera langsung terduduk dan melirik ke arah jam. Dia terkejut jam sudah menunjukkan pukul 07.25 pagi.
“aku akan telat—,”
Julian menarik tubuh Liera yang akan meninggalkan sampai terlalu kuat, membuat Liera jatuh diatas tubuhnya. “kau tidak perlu berangkat.”
“Tapi—,”
“aku sudah meminta izin melalui temanmu.” lanjut Julian, dia sedikit terpesona pada kecantikan Liera yang memang begitu alami, dia begitu dengan ibu dan ayahnya. Menarik Liera untuk tidur diatas tubuhnya.
“sudahlah, lebih baik kamu melanjutkan tidurmu, istirahatlah dengan baik.”
“bukankah itu berarti kamu berbohong dan secara tidak langsung aku bolos sekolah.”
Julian menatap kearah Liera, dia juga gadis yang penurut dan gadis itu tidak menolaknya sama sekali. “apa kamu belum pernah melakukannya?”
Liera menggeleng, itu spontan terjadi tapi memiliki efek yang tidak baik pada Julian. “tidak pernah sekalipun aku berbohong.”
“tidak terlalu jujur itu tidak baik.”
“berbohong juga bukan hal baik!”
Julian ingin semakin tertawa, pemikirannya begitu berbeda dengan Liera, tapi terkesan lucu bertengkar karena masalah sederhana. “sudah, bagaimana jika kita kembali tidur.”
“lalu apa yang akan kita lakukan hari ini.”
“pergi ketaman sore nanti.”
Liera tersenyum, dia menyandarkan kepala tepat di dada Julian, secara perlahan dia mendengarkan detak jantung pria itu yang berdetak cukup kencang, ternyata pria ini bisa begitu sederhana dan juga mengerti pemikiran Liera.
Pukul 3 sore.Liera dan Julian dalam perjalanan menuju sungai di pinggiran kota London, lokasi ini cukup menyenangkan untuk sekedar menikmati udara sore dan melepaskan penatnya hari.Banyak sekali warga yang senang pergi kesana dan menjadi salah satu tempat rekomendasi untuk para turis yang berkunjung, sebenarnya rencana ini tidak pernah sepintas dalam pikiran Julian, dia juga tidak pernah akan mengabaikan pekerjaannya hari ini.Dia melakukannya atas keinginan hatinya, karena belum pernah ada kenangan yang terbuat, apalagi mereka baru menikah segalanya terasa indah jika dilakukan bersama, Julian merasakan itu dan entah kenapa dia ingin sekali bersama L
Liera merangkul lengan Julian dengan kegugupan dan ketegangan, langkahnya saat melewati red carpet membuat ketegangan semakin tinggi melihat ada begitu banyak orang, walau memang tidak ada media atau apapun berhubungan dengan publik, Liera takut akan mengacaukan segalanya.Ini pertama kalinya dirinya melangkah masuk ke acara yang sebenarnya sangat penting hampir yang datang kesini adalah mereka yang sudah terbiasa termasuk Julian, dia bahkan sampai menolak untuk datang kesini saat berbicara dengan sang ayah mertua, katalah seperti itu.Acara ini di lakukan di balkon rumah Tuan Grew, dibuat sedemikian indah seperti ballroom, belum lagi setiap akan melangkah ke dalam banyak sekali para pelayan yang menyambut kedatangannya dengan baik, padahal ini sebuah acara ya
Keesokan paginya.Hari ini cuaca sedikit mendung dan rintihan air hujan memberikan kesan tersendiri, waktu yang tepat untuk menikmati secangkir susu coklat hangat an berbagi cerita dalam hangatnya di balik selimut.Liera membuka matanya saat suara hujan mengetuk-ngetuk jendela nya, belum lagi suhu yang terasa lebih dingin, padahal Liera sudah memakai selimut tebal dan?Liera membuka selimut, dia membuang nafas lega karena dia masih memakai pakaian, tapi? Liera melihat untuk kedua kalinya, dia memakai piyama? Bukankah seingat dirinya Liera masih mengenakan gaun?Dia mencoba mengingat apa yang terjadi, ta
Hari ini Julian memiliki janji dengan Crop Vins, kesempatan juga untuknya bertemu dengan pria bernama ‘Vins Cassano’. Walau Julian tahu jika pria itu masih berkuliah, dilihat dari biodata yang dia terima kemarin pria itu berusia sama dengan adiknya, riwayat pendidikan juga sama seperti Sean.Mungkin saja mereka satu angkatan, jika Sean masih menjalani pendidikannya.Julian jadi teringat dengan adiknya, sudah beberapa minggu dirinya tidak bertemu dengan Sean, bahkan di hari pernikahan dirinya, Julian tidak bisa berharap Sean ada disana.Bagaimanapun dia adalah orang yang ibunya titipkan padanya dan sampai sekarang Julian tidak bisa menjaganya dengan baik.Mungkin saat makan siang nanti Julian akan ke rumah sang ayah untuk mengetahui kabar adiknya, benernya Sea
Pikiran rumit mengganggu suasana hati Liera, ada tanda tanya besar saat dia melihat seorang wanita dengan dua anak yang mendatangi Villa mereka, dan bahkan Julian tidak memberikan kabar apapun, pria itu hilang ditelan bumi.Belum lagi kesalahpahaman Liera tentang kejadian beberapa hari yang lalu, membuat dirinya berspekulasi jika Julian mungkin saja memiliki wanita lain, salah satu racun yang diajarkan oleh mina sahabatnya.Dia masih mengenakan seragam sekolah saat melewati ruang tamu, dia ragu untuk mendekati wanita itu, apalagi mengajukan pertanyaan. Bisa saja disini hanya Liera yang berlalu sebagai orang asing.“kau sudah kembali.” ucap Yuri, wanita itu sibuk membantu kedua anak
Julian datang ke kantor hanya untuk menerima beberapa dokumen untuk ditandatangani, kemudian pergi kerumah sakit dengan membawa laptop yang berisikan rekaman CCTV di rumahnya, dia akan menyeret siapapun yang telah mencoba untuk membunuh adiknya, dan walaupun itu ayahnya sendiri.Julian tidak akan memberikan toleransi pada siapapun.Dia cukup lega mendengar jika kondisi adiknya berlangsung baik dan bahkan tubuhnya memberikan reaksi yang bagus selama pemeriksaan, adiknya harus terus diperhatikan setiap 5 jam sekali, karena melakukan operasi saat tubuhnya hampir alergi karena obat cukup beresiko. Dan bahkan jika adiknya tidak kuat, mungkin saja dia bisa mengalami koma.Ju
Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusanny
« Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. »Kemarin malam Julian mengatakan jika hasil ujian Liera kali ini melebihi apa yang akan diajukan Julian, pria itu akan memberikan sebuah tiket liburan selama 2 minggu ke Paris, tentu saja itu dengan syarat jika Julian ikut dengannya.Kota Paris adalah kota yang sangat ingin Liera kunjungi, dia ingin melihat menara terkenal itu dan mengenal kota yang memiliki julukan ‘romantis’ banyak sekali novel yang pernah dirinya baca tentang kota paris, dan dirinya memutuskan keinginan itu pada Julian.Apalagi setelah ujian dirinya akan bebas dalam segala kegiatan sekolah, membuan
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel