Disebuah universitas besar di pusat kota, hanya orang-orang yang memiliki kecerdasan dan prestasi yang mampu masuk ke Universitas itu. Siapa yang tidak tahu 'Universitas London' tempat dimana semua siswa SMA ingin mengejar impiannya dan membanggakan orangtuanya, bukan hanya itu Universitas ini memiliki beasiswa yang bisa membiaya siswa sampai S3 jika masuk dalam seleksinya siswa terbaik. Dan tentu saja ada asrama untuk siswa yang tinggal jauh diluar kota ini dengan fasilitas lengkap.
Dan ini merupakan salah satu Universitas yang ingin Liera pilih.
“Kau datang terlambat?” tanya salah satu teman bangkunya, dia menatap kearah pria yang memakai kemeja kotak.
“Seperti biasa aku mengikutinya.” jawabnya, dia melepaskan ranselnya dan mengeluarkan laptop sebelum jam kuliah akan dimulai.
“kau bersungguh ingin mendekati?”
“aku sudah memutuskan, tidak ada jalan selain melanjutkannya.”
Teman bangkunya terdiam, dia tahu jika pria disampingnya begitu ambisius dalam mengambil keputusan, apalagi itu menyangkut hal yang dia simpan sejak lama, bahkan saat dia masih memakai seragam SMP.
“kau tidak takut malah salah langkah?”
Pria berkemeja kontak tersenyum tapi lebih tapatnya meringaikan ucapan itu, dia sudah sejauh ini untuk mengetahui segalanya dan bagaimana bisa dia salah langkah, bahkan itu terlihat mudah dari yng sebelumnya dia perkirakan sulit.
“tidak, sudahlah kau terlalu ikut campur dengan urusanku!”
Dosen masuk setelah para mahasiswa memenuhi ruangan ini, dan selanjutnya kelas dimulai.
********
Menikmati sekotak susu coklat di bangku taman sekolah adalah hal yang menyenangkan untuk Liera dan Asyla, istirahat setelah mengejar materi menghadapi ujian bukanlah hal yang mudah, apalagi tujuan keduanya adalah Universitas London. Tentu banyak sekali saingan dan juga banyak yang mungkin lebih hebat dari keduanya.
“Liera, bagaimana kemarin? Apakah paman itu melakukan sesuatu padamu?” tanya Asyla, yang dimaksudnya adalah Julian tapi dia merasa terlalu tua untuk dipanggil ‘paman’ apalagi usianya sudah 33 tahun.
“Paman? Dia tidak setua itu Asyla!”
Asyla menatap kearah Liera, sejak kapan gadis itu membela pria itu. Atau memang benar telah terjadi sesuatu kemarin?
“ayolah Liera, usiamu 17 tahun dan dia 33 tahun. Umur kalian terpaut 16 tahun! Dan kau bilang dia setua itu? Kau ini kenapa? Apa kau menyukainya?”
Liera tersedak sampai menumpahkan susu diroknya, dia menatap kearah Asyla dengan kesal, padahal gadis itu tidak melakukan apapun. “kau gila? Itu tidak akan terjadi!”
Liera mengibaskan roknya dan membersihkannya dengan tisu yang Asyla berikan, dia terdiam. Dia memikirkan pria meminjam kemeja kotaknya, secara tidak sengaja dirinya sudah bertemu dengannya 2 kali, tapi sedikit aneh karena pria itu seakan sudah mengenal lama dirinya.
Ingatkah? Saat dia menarik tangan Liera diperpustakaan dan memaksanya di motor tadi? Julian bahkan tidak pernah melakukan itu selembut dirinya walau ucapan terdengar keras.
“kenapa? Ada suatu?” Asyla ikut berdiri, dia memperhatikan gadis itu selama 1 menit terdiam.
“Liera?”
Liera menarap kearah Asyla, dia ingin menceritakan segala terjadi beberapa hari ini tapi Liera sudah terlanjut berjanji dengan Ibu untuk tidak seperti dirinya dulu, karena Liera sudah harus menjadi mandiri dan gadis yang bisa menyelesaikan masalah sendiri.
“Asyla, hari ini kau ikut ujian di Universitas bukan?” tanya Liera, hari ini pembukaan pendaftaran di Universitas London untuk yang ingin masuk kesana melalui jalur tes dan nilai.
“aku—,” Asyla bingung, sebenarnya dia memiliki janji dengan John, pria yang kemarin mengajaknya berdansa, Idol-nya mengajaknya kencan.
“memiliki janji setelah pulang sekolah.”
Liera menghela nafas, dia tidak berpikir akan berangkat kesana sendirian, dia tidak mengenal siapapun dan bagaimana nanti jika dia tidak tahu apapun? Sulit untuk beradaptasi ditempat yang mungkin terasa asing bagi Liera, apalagi ini merupakan ujian awal tentu saja banyak dari sekolah lain yang akan kesana.
“baiklah, aku akan pergi sendiri” ucap Liera sambil menunjukan senyumannya dan menatap kearah Asyla tanpa rasa kecewa.
“kamu tidak marah?” Asyla merasa bersalah, padahal mereka sudah berencana sebelum Asyla dekat dengan pria itu, tapi kali ini begitu egois atau mungkin dia tidak ingin mengabaikan permintaan Idol-nya.
“tidak, aku mengerti Asyla. Kamu bisa pergi, tapi ingat kita harus masuk bersama di Universitas London.”
Asyla jujur jika dirinya tidak perlu melakukan ujian seperti Lisa, karena tanpa melakukan itu Asyla sudah bisa masuk kesana karena bantuan ayahnya, Ayah asyla adalah investor di universitas disana dan sekaligus yang membantu disetiap ada acara lelang disana. Entahlah mungkin terdengar Asyla terlalu mengikuti keinginan ayahnya atau dirinya tidak bisa mengikuti pendiriannya, tapi Asyla hanya ingin menjadi gadis yang selalu ayahnya banggakan.
“kita pasti akan bertemu disana Liera, aku yakin itu.”
Liera mengandeng tangan Asyla, membawa dirinya kembalu kelas setelah bel berdering menandankan bahwa istirahat telah berakhir.
“hari ini tidak ada pelajaran tambahan?”
Asyla terdiam beberapa detik, mengingat apakah tidak ada jadwal pelajaran tambahan setelah pulang sekolah “tidak ada Liera.”
Waktu berjalan terus, detik berganti jam dan siang bertukar dengan waktu sore hari.
Detik-detik menjelang waktu pulang adalah hal yang menyenangkan, mendengarkan suara bel berdering dan sorakkan senang merupakan kenangan yang indah. Apalagi di jam terarkhir adalah pelajaran yang cukup membosankan.
Liera menganti rok dengan celana training yang dia bawa, memakai sweater karena udara disore terkadang begitu dingin, tentu walau musim semi akan mengantikan musim panas.
Menunggu setelah berpisah dengan Aayla di halte bus untuk tujuan ‘Universitas London’. Liera merasa sedikit gugup dan takut jika hal sudah dia pelajarin ternyata lebih sulit dari yang dia perkirakan, belum lagi kali dia benar-benar melangkah sendiri kesana dan tanpa menunggu dukungan sang Ibu.
Ingin sekali Liera menghubungi Ibu, nanyakan kabarnya walau belum berpisah selama satu minggu dan mengatakan jika hari ini dia telah melewati batas zona dimana Liera mandiri.
Liera mengeluarkan ponselnya, dia memberitahu pada Julian jika mungkin pulang malam dan tidak bisa menyiapkan makan malam untuk mereka, namun bukankah Liera tidak bisa memasak? Lagipula apakah Julian akan membaca pesan tapi dia harus tetap mengirimkan pesan itu pada Julian.
Tak lama bus berhenti disana, dia melangkah dan kartu untuk membayar. Beruntung karena bus terlalu ramai dan Liera bisa mambaca materi selama perjalanan.
Lima belas menit, Liera berhenti didepan sebuah gedung yang lebih luas dari sekolahnya, bahkan lebih banyak sekali hal yang ingin Liera ketahui disini, ketertarikannya pada dunia disainer dan merancang adalah hal yang ingin dia pelajari disini.
Mungkin semenjak melihat gaun itu, Liera merubah keinginannya, tapi tidak bisa dikatakan itu juga, impian itu tumbuh saat mendengar kakaknya menjadi seorang model.
‘mari kita mencoba.’ Liera menarik ranselnya dan mencoba menyakini jika dia bisa melalui semuanya dengan baik, walau langkah kali ini hanya dirinya sebagai menopang semangatnya.
Diruang aula banyak sekali seragam sekolah lain yang menghiasi ruangan ini, masing-masing dari mereka pergi bersama dengan kelompoknya dan ada yang sama seperti Liera, sendirian. Didepan meja dan kursi ada beberapa orang dan salah satu pria yang Liera kenali?
Liera mengedipkan matanya beberapa kali, dia hanya melihat sekilas kearah depan karena banyak sekali orang dan tentu saja tinggi badan yang tidak sama membuat Liera kesulitan memastikan apakah itu benar pria itu atau bukan.
“semuanya harap tenang dan tolong duduk sesuai nomor peserta.” ucap salah satu mahasiswa yang ada didepan, mereka mengunakan almater Universitas london.
Hanya dalam hitungan 3 menit, semua peserta yang berpartisipasi duduk rapi dan tak mengeluarkan suara sesuai intruksi, dan disinilah tatapan Liera bertemu dengan pria itu tanpa sengaja. Bahkan pria itu menyadari jika Liera tanpa malu saat dia menatap kearahnya, bagaimana tidak nomor peserta Liera berada diurutan atas.
“aku harap dia tidak melihatku!” Liera menutupi wajahnya dengan buku ditangannya, dia tidak ingin membuat keributan apapun disana. Sebisa mungkin dia tidak ingin menbuat pria itu menyadari kehadirannya, dia terpaksa mengeluarkan kacamata dan mengikat rambutnya, membuat dirinya menjadi orang lain.
“selamat datang di Universitas kami, buat kalian semua yang akan mengikuti ujian hari ini, aku harap kalian mendapatkan hasil yang terbaik.”
Liera melihat lembaran ujian yang yang terdiri dari 200 soal, dan 50 merupakan soal tentang hal yang akan mengarah pada jurusan, ujian kali ini benar-benar melihat kecerdasaan, skill, keahlian dan juga ketertarikkan pada salah satu jurusan.
‘semangat Liera! Kamu pasti bisa!’ Liera mengambil pensil dengan penuh keyakinan dan memulai membuka lembaran ujian.
Ujian kali ini memakan hingga 2 jam, jadi perkiraan akan selesai pukul 7 malam, dan itulah kenapa Liera memberitahu Julian jika dia akan pulang lebih lama. Dia juga berharap Julian akan pulang lebih lama darinya.
Waktu terus berjalan, dengan semangat yang masih Liera pertahankan dalam satu dalam dia sudah menyelesaikan 125 soal dan sisanya waktu yang ada akan dia gunakan untuk benar-nenar menargetkan jika jurusannya adalah disainer atau merancang.
Dari kejauhan tempat Liera duduk, seseorang terus memperhatikan dirinya tanpa mengalihkan pandangan, jika Liera bisa fokus mengerjakan ujiannya maka tidak salah jika pria itu juga terlalu fokus memperhatikan dirinya.
“Vin? Apakah kau tidak lelah menatapnya dia terus?”
Pria yang memakai kemeja kotak atau ‘Vin cassano’ hanya diam, dia tidak merespon ucapan temannya. Mungkin lebih mengabaikan ucapan itu, sekarang dia bertemu gadis itu lagi dan sekarang dirinya ingin lebih mengenalnya, mungkin.
“kau ingin tahu namanya? Kebetulan dia duduk didaftar peserta kertasku.” ucap temannya lagi.
Vin menatap kearah temannya sekilas, kemudian menatap lagi kearah gadis itu “tidak! Sebentar lagi dia sendiri yang akan menyebutkan namanya.”
“baiklah waktu tinggal 10 menit, bagi yang sudah selesai. Tinggalkan kertas dimeja dan segera meninggalkan ruangan ini” ucap Vin. Dan teman-temannya yang ikut dalam membantu melihat kearahnya.
Dan Liera panik, diluar dugaan banyak sekali peserta yang sudah menyelesaikan ujian dan satu persatu mulai meninggalkan ruang aula itu, Liera pikir dirinya juga semaksimal mungkin untuk cepat tapi sekarang dia mulai gugup dan tidak fokus mengejarkannya.
Jika dihiting didalam ruangan mungkin hanya tertinggal 20 - 30 orang. Liera memejamkan matanya dan berkata dalam hatinya.
‘fokus, jangan sampai mengacaukan dirimu’
“untuk kalian yang belum menyelesaikan, tolong jangan panik dan tetap fokus” ucap Jungwon lagi.
Leira mengangkat kepalanya, tatapannya bertemu dengan pria itu, dia tidak mengerti tapi diluar dugaan pria itu mengangkat tangannya seperti memberikan semangat pada Liera.
Liera kembali menatap kertas ujian, dia tersenyum. Seketika rasa gugup dan takut menghilang, dan hingga detik-detik terakhir sebelum selesai fokus kembali.
“terimakasih untuk kalian yang sudah mengikuti ujian dengan baik, harapan kami semoga kalian bisa mendapatkan hal yang kalian inginkan. Sampai jumpa.” ucap salah satu mahasiswa.
Liera melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7.30 malam, haruskan dia meminta Julian menjemputnya?
Liera berjalan meninggalkan aula sambil menatap ponselnya, kebiasaan yang masih sulit dialihkan, benar saja dia kembali menabrak tubuh seseorang. Dan licinnya lantai hampir membuatnya jatuh jika tidak seseorang memeluk tubuhnya.
“jika seperti ini terus kau bisa terluka Nona.”
Liera menatap kearah pria itu, bagaimana moment seperti selalu saja pria itu yang ada di hadapannya, bukankah terlalu aneh dan Lisa tidak bisa bohong jika dia takut berdekatan dengannya.
“Ak--bisakah kamu melepaskanku?”
Jungwon segera melepaskan, dia mengulurkan tangan kearah Liera. “aku Vin cassano. Jurusan manager semester 6, kamu tidak melupakanku?”
Liera tidak mengulurkan tangannya sebaliknya dia menundukkan tubuhnya dan berkata dengan sopan.
“aku Leira.”
Liera hampir saja mengucapkan marga milik Julian, padahal dalam perjanjian tidak boleh mengatakan jika dirinya sudah menikah dan hanya didepan keluarga Julian saja dia boleh mengakuinya.
Vin menggaruk kepalanya, baru kali ini dia merasa terabaikan oleh seseorang seperti Liera, “kau ingin pulang?”
“Ah—Tentu saja, seseorang sudah menungguku.”
Vin menatap bingung, alisnya terangkat tanpa sadar. “seseorang?”
“Itu—Tentu saja ibuku dan keluargaku.” Liera tertawa samar, dia merasa canggung terus salah.
“apakah itu kek—,”
Ponsel Liera berdering, dia menunduk dan segera berlari meninggalkan lorong universitas. Dia takut pria itu melihat jika nama yang tertulis di ponselnya, karena Liera menulisnya dengan kalimat ‘suami kontrak’.
“Ya?” Liera menjawab seperti sedang melakukan lari maraton.
“baiklah, aku akan segera kesana.” Liera pikir dirinya mungkin akan kembali dengan taksi, padahal dia mengirim pesan tidak sungguh-sungguh tapi Julian benar menjemputnya?
Liera berlarian keluar universitas, dia mendekati Julian dengan nafas yang tak beraturan dan bahkan dia sedikit kelelahan.
“kenapa berlari?”
“buk-an-apa-apa” Liera mengatur nafas agar stabil.
“bisakah aku langsung masuk?”
Han membukakan pintu dan segera memasuk. “bagaimana dengan ujiannya?”
Liera yang sedang memakai sabuk pengaman menatap kearahnya Julian dengan bingung, pria itu berkata seakan mereka dalam hubungan serius. “berjalan dengan baik.”
“kamu ingin makan malam diluar?” ucap Julian, dia memang tidak menatap kearah Liera dan terus fokus meninggalkan tempat ini, tapi hal itu mampu membuat Liera menatap ke arahnya dengan bingung.
“baiklah, kebetulan aku lapar.”
“pakailah sabuk pengamanmu.” ucap Julian, pria itu tahu jika gadis itu belum memakai sabuk pengaman karena sibuk menatap ke arahnya.
Liera tersenyum, perhatian kecil ini terkadang membuatnya malu tapi sedikit menyenangkan.
Setelah lelah menghadapi sulitnya ujian hari ini, Liera bisa menghirup udara sejuk malam dengan makan malam yang indah, Liera tidak tahu akan begitu terasa seperti dibawah permainan.
Terkadang terlalu mengasyikkan dan terkadang begitu menakutkan.
Beberapa hari berlalu.Dua hari Julian mendadak pergi untuk urusan pekerja di luar negeri, aneh tapi Liera sedikit merasa kehilangan, biasanya dirinya akan mendengarkan suara yang terkadang terdengar lembut dan juga kasar. Mungkin karena efek sudah terbiasa jadi Liera tidak terlalu membebani hal yang Julian lakukan.Hari terlewat lima hari, tapi rasanya sudah sebulan dia berada disini, selama dua hari itu juga Liera melewatkan banyak hal tanpa Julian. bangun, menyiapkan sarapan, pergi ke sekolah sendiri, belum lagi ketika pelajaran tambahan, Liera bahkan bisa hanya makan malam saja.Seperti hari ini dia masih sulit mengumpulkan niat untuk mengisi tenaganya, Liera ingin sekali mengh
Pukul 3 sore.Liera dan Julian dalam perjalanan menuju sungai di pinggiran kota London, lokasi ini cukup menyenangkan untuk sekedar menikmati udara sore dan melepaskan penatnya hari.Banyak sekali warga yang senang pergi kesana dan menjadi salah satu tempat rekomendasi untuk para turis yang berkunjung, sebenarnya rencana ini tidak pernah sepintas dalam pikiran Julian, dia juga tidak pernah akan mengabaikan pekerjaannya hari ini.Dia melakukannya atas keinginan hatinya, karena belum pernah ada kenangan yang terbuat, apalagi mereka baru menikah segalanya terasa indah jika dilakukan bersama, Julian merasakan itu dan entah kenapa dia ingin sekali bersama L
Liera merangkul lengan Julian dengan kegugupan dan ketegangan, langkahnya saat melewati red carpet membuat ketegangan semakin tinggi melihat ada begitu banyak orang, walau memang tidak ada media atau apapun berhubungan dengan publik, Liera takut akan mengacaukan segalanya.Ini pertama kalinya dirinya melangkah masuk ke acara yang sebenarnya sangat penting hampir yang datang kesini adalah mereka yang sudah terbiasa termasuk Julian, dia bahkan sampai menolak untuk datang kesini saat berbicara dengan sang ayah mertua, katalah seperti itu.Acara ini di lakukan di balkon rumah Tuan Grew, dibuat sedemikian indah seperti ballroom, belum lagi setiap akan melangkah ke dalam banyak sekali para pelayan yang menyambut kedatangannya dengan baik, padahal ini sebuah acara ya
Keesokan paginya.Hari ini cuaca sedikit mendung dan rintihan air hujan memberikan kesan tersendiri, waktu yang tepat untuk menikmati secangkir susu coklat hangat an berbagi cerita dalam hangatnya di balik selimut.Liera membuka matanya saat suara hujan mengetuk-ngetuk jendela nya, belum lagi suhu yang terasa lebih dingin, padahal Liera sudah memakai selimut tebal dan?Liera membuka selimut, dia membuang nafas lega karena dia masih memakai pakaian, tapi? Liera melihat untuk kedua kalinya, dia memakai piyama? Bukankah seingat dirinya Liera masih mengenakan gaun?Dia mencoba mengingat apa yang terjadi, ta
Hari ini Julian memiliki janji dengan Crop Vins, kesempatan juga untuknya bertemu dengan pria bernama ‘Vins Cassano’. Walau Julian tahu jika pria itu masih berkuliah, dilihat dari biodata yang dia terima kemarin pria itu berusia sama dengan adiknya, riwayat pendidikan juga sama seperti Sean.Mungkin saja mereka satu angkatan, jika Sean masih menjalani pendidikannya.Julian jadi teringat dengan adiknya, sudah beberapa minggu dirinya tidak bertemu dengan Sean, bahkan di hari pernikahan dirinya, Julian tidak bisa berharap Sean ada disana.Bagaimanapun dia adalah orang yang ibunya titipkan padanya dan sampai sekarang Julian tidak bisa menjaganya dengan baik.Mungkin saat makan siang nanti Julian akan ke rumah sang ayah untuk mengetahui kabar adiknya, benernya Sea
Pikiran rumit mengganggu suasana hati Liera, ada tanda tanya besar saat dia melihat seorang wanita dengan dua anak yang mendatangi Villa mereka, dan bahkan Julian tidak memberikan kabar apapun, pria itu hilang ditelan bumi.Belum lagi kesalahpahaman Liera tentang kejadian beberapa hari yang lalu, membuat dirinya berspekulasi jika Julian mungkin saja memiliki wanita lain, salah satu racun yang diajarkan oleh mina sahabatnya.Dia masih mengenakan seragam sekolah saat melewati ruang tamu, dia ragu untuk mendekati wanita itu, apalagi mengajukan pertanyaan. Bisa saja disini hanya Liera yang berlalu sebagai orang asing.“kau sudah kembali.” ucap Yuri, wanita itu sibuk membantu kedua anak
Julian datang ke kantor hanya untuk menerima beberapa dokumen untuk ditandatangani, kemudian pergi kerumah sakit dengan membawa laptop yang berisikan rekaman CCTV di rumahnya, dia akan menyeret siapapun yang telah mencoba untuk membunuh adiknya, dan walaupun itu ayahnya sendiri.Julian tidak akan memberikan toleransi pada siapapun.Dia cukup lega mendengar jika kondisi adiknya berlangsung baik dan bahkan tubuhnya memberikan reaksi yang bagus selama pemeriksaan, adiknya harus terus diperhatikan setiap 5 jam sekali, karena melakukan operasi saat tubuhnya hampir alergi karena obat cukup beresiko. Dan bahkan jika adiknya tidak kuat, mungkin saja dia bisa mengalami koma.Ju
Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusanny