Hanya berlalunya satu hari kemarin, keesokkan harinya adalah sebuah lembaran baru dimana Liera bukan lagi gadis manja, statusnya hari ini adalah seorang istri, ketika dia membuka mata dan melihat sebuah punggung pria adalah hal yang akan seterusnya dia lihat, mungkin untuk beberapa waktu. Tidak ada lagi teriakan sang Ibu yang menyuruhnya untuk bangun dari tidur nyenyaknya dan belum sekarang dia menjadi gadis mandiri.
Mengibaskan selimut dan mengambil peralatan mandinya, Liera melangkah penuh hati-hati tanpa ingin membangunkan sang suami yang tertidur, pria itu bahkan tidak memakai pakaian atasannya saat tidur, suatu hal asing bagio Liera untuk terbiasa.
Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, ini pertama kalinya Liera bangun lebih awal, dia bahkan bangun tanpa suara alarm ataupun burung yang berkicau, dia melangkah mendekati jendela besar.
Menggeser gorden dan membiarkan cahaya menerangi kamar ini, sambil udara segar di hari dari halaman Villa ini, rasanya begitu menyenangkan tapi juga membingungkan. Dia tidak bisa memahami sikap Julian, seperti tadi malam jika Liera segera menyadari mungkinkah hari ini dia sudah lepaskan gelar gadis?
Memang di dalam perjanjian itu tertulis jika memang harus melakukannya, dan segera membuat dirinya hamil, tapi perjanjian itu berlaku ketika Liera sudah Lulus dan dengan kata lain Liera busa menolak selama masih memakai seragam sekolahnya.
“udaranya begitu segar, belum lagi musim panas akan segera berakhir.” ucap Liera, dia melupakan apa yang ingin dia lakukan tadi, padahal dia ingin segera mandi sebelum harus berdebat dengan Julian, tapi cuaca hari ini membuatnya tidak bisa mengabaikannya.
Julian yang terbangun karena sinar mengganggu tidurnya, menatap kearah Liera tanpa sengaja, mengamati dari belakang, dimana gadis itu sedang menikmati segarnya udara dan belum lagi piyama yang dia kenakan memiliki keunikan dan membuat pria itu gemas, itu bukan lucu bagi Julian. Mungkinkah seleranya berubah menjadi menyukai gadis seperti Liera?
Dia turun hanya memakai celana saja, mendekati Liera dan memeluknya dari belakang, membenamkan wajahnya di bahu gadis itu, dan menghirup aroma Liera dengan rakus.
Liera tentu terkejut, dia tidak terbiasa dengan ini. Dia bahkan meringis geli saat Julian mencium area bahunya yang masih tertutupkan piyama, Julian sangat posesif memeluknya sampai Liera tidak bisa diam ketika jantungnya berdetak kencang.
“kau membangunkanku.”
suara serak itu merangsang pendengaran Liera, dia tidak tahu suara yang keluar dari Julian begitu membuatnya gugup dan bahkan jika Julian tidak memeluknya mungkin Liera sudah terduduk dilantai, tanpa sadar Liera meneguk air liurnya.
“a-apa yang kamu tidak suka?” tanya Liera, dia menahan nafas saat hembusan nafas itu menabrak dengan area lehernya, Liera yakin jika telinganya saat ini sudah memerah dan wajahnya akan sedikit pucat, dia ingin mengatakan jika dia tidak nyaman.
“aku tidak suka seseorang mengganggu tidurku.” Julian bertindak aneh sama seperti kemarin, sekarang menggoda Liera adalah hal kesenangannya dan diam-diam Julian tersenyum mengetahui jika gadis ini sedang gugup.
Liera menggigit bibir bawahnya, hal apa yang telah dia lakukan sampai membuat Julian terbangun dan belum lagi seharusnya dia mengatakan alasan, bukan malah memeluk tubuh.
Liera seperti ini, jika seperti ini setiap hari Liera bisa merasakan senam jantung dan melatih kegugupannya.
“baik-lah, aku minta maaf telah mengganggu tidurmu.”
Julian melepaskan pelukannya ketika ponselnya berdering, dia ada rapat pagi kali ini dan harus segera sampai di kantor, jadi dia hanya melihat siapa yang menghubungi dan mengabaikannya, dia menatap Liera yang ragu-ragu membalik tubuhnya.
“kau ingin mandi bersama?”
Liera tersedak, dia tidak pernah membayangkan hal itu akan terjadi, bagaimana jika pria itu melakukan sesuatu, belum lagi jika mandi bersama itu berarti Julian bisa melihat tubuhnya dan sebaliknya Liera juga begitu, dengan cepat Liera membalik tubuh dan menggeleng dengan cepat.
“ak-aku pikir, lebih baik menyiapkan sarapan dan kamu bisa menggunakan bathroom terlebih dahulu.” ucap Liera, itu hanya sebuah alasan. Dia tidak pernah bisa berhasil membuat menu sarapan walau itu sebuah roti bakar dan juga nasi goreng, pilihannya selalu sereal dan susu, karena itu mudah dibuat.
Julian meringai, benar-benar seperti sedang tinggal bersama gadis SMA bukan sebagai istri, dia begitu lugu dan memiliki perasaan yang tulus, Julian yakin banyak sekali pria yang ingin berkenalan dengannya dan Julian yakin tidak sedikit pria ingin mengajaknya berkencan, secara Liera begitu cantik tanpa apapun.
Julian segera menggelang dan menyadari dirinya begitu aneh! Dia juga mengatakan jika Liera cantik?
“itu hal yang harus kau biasakan, ingat aku gurumu di rumah ini jadi, aku akan mengajari segala hal tentang kehidupan suami istri.”
Liera mengangkat kepalanya, dia tidak mengerti, kenapa pria harus menjadi guru? Apakah Liera masih harus belajar setelah pulang sekolah? Bukankah itu sangat melelahkan?
Membayangkan dirinya harus belajar setelah setengah hari berada di sekolah. “apa itu penting?”
“kau akan senang saat selama masa pembelajaran” Julian membuka pintu bathroom, dia lagi-lagi meninggalkan seribu pertanyaan untuk Liera, sesenang pelajaran apapun selalu ada waktu dimana dia lelah bukan?
“aku tidak mengerti.” Liera berjalan mengambil ponselnya, karena setiap kali dia tidak tahu apapun dia akan mencari di ponselnya, dan kali ini dia ingin membuat sarapan sederhana namun cukup bagus untuk dinikmati.
Dia berjalan sambil melihat daftar menu untuk sarapan kali ini, pilihannya kali ini jatuh pada sandwich dengan isian sayur dan juga daging. Secara hati-hati dia mengikuti instruksi dari video yang dia lihat, Liera tidak tahu akan sesulit ini hanya untuk memanggang daging, dirinya tidak sadar sudah membuang banyak sekali daging.
Sampai Julian turun kebawa setelah selesai memakai pakaian kantornya. Dapur begitu berantakan dan bau gosong memenuhi ruangan itu, seharusnya Julian tidak percaya jika gadis ini bisa membuat sarapan untuk mereka berdua.
“kau bisa terlambat jika terus menghancurkan dapur ini.” ucap Julian, dia terpaksa membuka jasnya dan menggulung kemeja putihnya, dia berjalan mendekati gadis itu dan menariknya menjauh dari dapur.
“Aku hampir berhasil kali ini.” ucap Liera, dia tertunduk malu dan merasa tidak berguna hanya membuat sarapan saja tidak bisa, padahal langkah membuatnya begitu mudah.
Julian menarik dagu gadis itu, tiba-tiba saja pria itu mengecup bibirnya. Membuat sang gadis terkejut sampai mengedipkan mata tak percaya, begitu lucu ketika bola mata itu membulat sempurna.
“kau bersiaplah, biarkan aku yang membereskan segalanya.”
Liera menatap tak percaya, sejak kemarin malam sikap pria itu berubah saat terakhir bertemu dengannya, Liera ingat jelas saat pria itu membentaknya dengan keras di rumahnya dan betapa kasarnya dia menarik Liera dan mengancam dengan hal yang sangat Liera takutkan, tapi seperti sihir pria itu berubah menjadi pria yang lembut.
Liera melangkah meninggalkan lantai satu, jam sudah menunjukkan pukul 6.30 dan sebentar lagi dia harus segera berangkat sekolah.
15 menit berlalu, dia berdiri didepan cermin, menatap dirinya dengan seragam sekolah miliknya, tidak lama lagi seragam ini tidak akan dia pakai lagi dan masa remaja akan segera berlalu, belum lagi cincin yang sudah lebih dahulu melingkar di tangannya tanpa Liera sadari.
Takdir yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi.
“tidak apa-apa, setelah aku melahirkan seorang bayi, aku masih bisa mengejar cita-citaku.” ucap Liera, dia mengambil ransel dan juga ponselnya, melangkah keluar dari kamarnya dan segera menuju dapur.
Aroma makanan begitu menyambut dirinya, dimeja makan sudah banyak hidangan yang tersusun rapi, belum lagi pria itu terlihat tampan saat sedang menyajikan makanannya.
“kau akan memakai pakaian seperti itu?” ucap julian, d8a menarik kursi untuk dirinya sendiri, dan mulai memakan yang tadi dia buat.
“apa ada yang aneh dengan pakaianku?” Liera ikut menarik kursi di seberang Julian, dia masih canggung jika Julian berbicara seperti ini, memanggilnya dengan sebutan ‘kau’ seakan dirinya orang asing.
“Ya, bagaimana kau hanya memakai itu saja, dimana sweater mu? Atau cardigan? Belum lagi rokmu terlalu pendek!” ucap Julian dengan nada sedikit kesal, dia kesal karena menurutnya pakaian Liera terlalu membentuk tubuhnya.
“aku membawanya ke dalam ranselku dan rok, teman-temanku semua memakai diatas lutut.”
Julian memukul meja dengan sumpit di tangannya, dia tidak suka saat orang lain mencoba membantah keinginannya, tiba-tiba saja Julian tidak selera lagi untuk melanjutkan sarapannya.
“cepat habiskan makananmu, aku memiliki rapat pagi ini.” Julian meletakkan nasi dan siputnya, dia merapikan kemejanya dan memakai kembali jas hitamnya.
“tidak perlu mengantarku, aku bisa berangkat bus” ucap Liera sambil tersenyum, dia cukup takut dengan bentakkan Julian tadi tapi sebisa mungkin dia menutupinya.
“baiklah!” Julian tanpa benar-benar kesal, dia juga tersinggung dan tanpa mengatakan apapun lagi, dia segera meninggalkan dapur dan melangkah keluar dari Villa ini.
Baru saja Liera ingin berpikir jika mungkin saja Julian mencoba membangun hubungan baik dengannya, tapi hal itu malah semakin membangun rasa takut dan kecewa dalam dirinya, dia terlalu mudah untuk dikelabui oleh sebuah perilaku baik.
Liera merapikan sarapan itu sebelum meninggalkan Villa ini, dia harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk ke halte bus, belum lagi sekolah yang jauh dari rumah sebelumnya, setiap hari seperti Liera harus berolahraga.
Area Villa ini termasuk kedalam area komplek dan juga perumahan, jadi banyak sekali mobil terparkir didepan rumah dan banyak dari mereka sudah berusia paruh baya.
Saat Liera sedang menatap ke arah penunjuk arah, sebuah motor menghampirinya dan berhenti tepat di hadapannya.
“kamu ingin kemana?”
Liera menatap pria yang memakai helm, dia tidak mengenal pria itu dan membuat dirinya melihat ke segala arah, “aku? Aku ingin ke halte.”
“ingin aku hantar? Kebetulan aku searah kesana”
Liera terdiam, dia mengenal suara itu tapi dia lupa wajahnya, dia seperti pernah bertemu dengan pria itu di sebuah tempat, Liera terdiam sampai tidak sadar pria itu sudah membuka helm dan turun dari motornya.
“kau baik-baik saja?” pria itu melambaikan tangannya, dia menatap bingung pada gadis itu.
“ka--kau! Pria yang waktu itu” Liera melangkah sedikit menjauh, dia tidak percaya akan bertemu dengannya lagi, “kau mengikutiku lagi?”
“aku?” pria itu menunjuk dirinya.
“aku mengikutimu? Jika kau tidak ingin menerima tumpanganku tidak masalah” pria itu pergi dan hendak kembali memakai helmnya.
“Tunggu!” Liera tidak punya pilihan lain, dia harus segera sampai di sekolah dalam 20 menit lagi sebelum gerbang tertutup. “aku ingin menumpang.”
“tunggu apalagi? Ayo naik, kau bisa ketinggalan bus.”
Liera mengangguk mengerti, dia segera naik ke motor itu yang memang cukup tinggi, belum lagi Liera yang memakai rok pendek kesulitan untuk duduk disana.
Pria itu melepaskan meja kotaknya dan menutupi rok Liera yang begitu pendek, dan memasangkan helm untuknya, menarik tangan gadis itu untuk memeluknya.
“apakah ini harus? Maksudku aku tidak bisa melakukan ini” ucap Liera, dia tidak bisa memeluk pria sebrangan setelah menikah tapi pria itu menahan tangannya untuk melepaskan.
“kau akan jatuh jika tidak memelukku.”
“kalau begi---,”
Pria itu melajukan motornya dengan kecepat tinggi, memebuat Liera memeluknya karena takut terjatuh, dan disela-sela itu dia tersenyum.
Liera memejamkan matanya begitu rapat, dia tidak ingin melihat apapun dalam kecepatan yang begitu tinggi, dan tanpa sadar dirinya menarik perhatian pria yang membawa motor ini dan menganggap Liera begitu lucu.
“tenanglah, aku tidak akan membuatmu masuk ke rumah sakit.”
“bi-bisakan, kamu mengurangi kecepatannya?”
“kau takut?”
“apakah kau bodoh? Tentu saja! Aku tidak ingin mati konyol!” Liera melampiaskan segala emosi dengan berteriak pada pria itu.
“baiklah, kau tampak manis ketika marah.”
Liera terdiam, dia belum pernah begitu terbuka tentang emosinya, bagaimana dia bisa dengan mudah marah saat dengan pria itu dan sama seperti Liera bertemu dengannya di perpustakan waktu itu.
Dalam 15 menit Liera sampai di depan gerbang. Tunggu!!
“bagaimana kamu bisa tahu aku bersekolah disini?”
Pria itu melepaskan kembali helmnya dan membantu Liera turun dari motornya “seragam mu, dulu aku bersekolah disini” dia mendekati Liera namun gadis itu melangkah mundur.
“kau harus mengembalikan helm milikku.”
Liera malu karena salah paham, dia membuka helm itu.
“terimakasih atas tumpangannya” Liera menunduk dan segera berlari meninggalkan pria itu.
“kau harus menaktirku minum lain kali.” teriak pria itu, dia menatap sekolah dimana masa remajanya tidak seindah cerita dan tidak sebagus gedung ini, tapi bagaimanapun sudah berlalu dan kini hanya satu tujuan yang harus segera dilakukan.
Disebuah universitas besar di pusat kota, hanya orang-orang yang memiliki kecerdasan dan prestasi yang mampu masuk ke Universitas itu. Siapa yang tidak tahu 'Universitas London' tempat dimana semua siswa SMA ingin mengejar impiannya dan membanggakan orangtuanya, bukan hanya itu Universitas ini memiliki beasiswa yang bisa membiaya siswa sampai S3 jika masuk dalam seleksinya siswa terbaik. Dan tentu saja ada asrama untuk siswa yang tinggal jauh diluar kota ini dengan fasilitas lengkap.Dan ini merupakan salah satu Universitas yang ingin Liera pilih.“Kau datang terlambat?” tanya salah satu teman bangkunya, dia menatap kearah pria yang memakai kemeja kotak.“Seperti biasa aku mengikut
Beberapa hari berlalu.Dua hari Julian mendadak pergi untuk urusan pekerja di luar negeri, aneh tapi Liera sedikit merasa kehilangan, biasanya dirinya akan mendengarkan suara yang terkadang terdengar lembut dan juga kasar. Mungkin karena efek sudah terbiasa jadi Liera tidak terlalu membebani hal yang Julian lakukan.Hari terlewat lima hari, tapi rasanya sudah sebulan dia berada disini, selama dua hari itu juga Liera melewatkan banyak hal tanpa Julian. bangun, menyiapkan sarapan, pergi ke sekolah sendiri, belum lagi ketika pelajaran tambahan, Liera bahkan bisa hanya makan malam saja.Seperti hari ini dia masih sulit mengumpulkan niat untuk mengisi tenaganya, Liera ingin sekali mengh
Pukul 3 sore.Liera dan Julian dalam perjalanan menuju sungai di pinggiran kota London, lokasi ini cukup menyenangkan untuk sekedar menikmati udara sore dan melepaskan penatnya hari.Banyak sekali warga yang senang pergi kesana dan menjadi salah satu tempat rekomendasi untuk para turis yang berkunjung, sebenarnya rencana ini tidak pernah sepintas dalam pikiran Julian, dia juga tidak pernah akan mengabaikan pekerjaannya hari ini.Dia melakukannya atas keinginan hatinya, karena belum pernah ada kenangan yang terbuat, apalagi mereka baru menikah segalanya terasa indah jika dilakukan bersama, Julian merasakan itu dan entah kenapa dia ingin sekali bersama L
Liera merangkul lengan Julian dengan kegugupan dan ketegangan, langkahnya saat melewati red carpet membuat ketegangan semakin tinggi melihat ada begitu banyak orang, walau memang tidak ada media atau apapun berhubungan dengan publik, Liera takut akan mengacaukan segalanya.Ini pertama kalinya dirinya melangkah masuk ke acara yang sebenarnya sangat penting hampir yang datang kesini adalah mereka yang sudah terbiasa termasuk Julian, dia bahkan sampai menolak untuk datang kesini saat berbicara dengan sang ayah mertua, katalah seperti itu.Acara ini di lakukan di balkon rumah Tuan Grew, dibuat sedemikian indah seperti ballroom, belum lagi setiap akan melangkah ke dalam banyak sekali para pelayan yang menyambut kedatangannya dengan baik, padahal ini sebuah acara ya
Keesokan paginya.Hari ini cuaca sedikit mendung dan rintihan air hujan memberikan kesan tersendiri, waktu yang tepat untuk menikmati secangkir susu coklat hangat an berbagi cerita dalam hangatnya di balik selimut.Liera membuka matanya saat suara hujan mengetuk-ngetuk jendela nya, belum lagi suhu yang terasa lebih dingin, padahal Liera sudah memakai selimut tebal dan?Liera membuka selimut, dia membuang nafas lega karena dia masih memakai pakaian, tapi? Liera melihat untuk kedua kalinya, dia memakai piyama? Bukankah seingat dirinya Liera masih mengenakan gaun?Dia mencoba mengingat apa yang terjadi, ta
Hari ini Julian memiliki janji dengan Crop Vins, kesempatan juga untuknya bertemu dengan pria bernama ‘Vins Cassano’. Walau Julian tahu jika pria itu masih berkuliah, dilihat dari biodata yang dia terima kemarin pria itu berusia sama dengan adiknya, riwayat pendidikan juga sama seperti Sean.Mungkin saja mereka satu angkatan, jika Sean masih menjalani pendidikannya.Julian jadi teringat dengan adiknya, sudah beberapa minggu dirinya tidak bertemu dengan Sean, bahkan di hari pernikahan dirinya, Julian tidak bisa berharap Sean ada disana.Bagaimanapun dia adalah orang yang ibunya titipkan padanya dan sampai sekarang Julian tidak bisa menjaganya dengan baik.Mungkin saat makan siang nanti Julian akan ke rumah sang ayah untuk mengetahui kabar adiknya, benernya Sea
Pikiran rumit mengganggu suasana hati Liera, ada tanda tanya besar saat dia melihat seorang wanita dengan dua anak yang mendatangi Villa mereka, dan bahkan Julian tidak memberikan kabar apapun, pria itu hilang ditelan bumi.Belum lagi kesalahpahaman Liera tentang kejadian beberapa hari yang lalu, membuat dirinya berspekulasi jika Julian mungkin saja memiliki wanita lain, salah satu racun yang diajarkan oleh mina sahabatnya.Dia masih mengenakan seragam sekolah saat melewati ruang tamu, dia ragu untuk mendekati wanita itu, apalagi mengajukan pertanyaan. Bisa saja disini hanya Liera yang berlalu sebagai orang asing.“kau sudah kembali.” ucap Yuri, wanita itu sibuk membantu kedua anak
Julian datang ke kantor hanya untuk menerima beberapa dokumen untuk ditandatangani, kemudian pergi kerumah sakit dengan membawa laptop yang berisikan rekaman CCTV di rumahnya, dia akan menyeret siapapun yang telah mencoba untuk membunuh adiknya, dan walaupun itu ayahnya sendiri.Julian tidak akan memberikan toleransi pada siapapun.Dia cukup lega mendengar jika kondisi adiknya berlangsung baik dan bahkan tubuhnya memberikan reaksi yang bagus selama pemeriksaan, adiknya harus terus diperhatikan setiap 5 jam sekali, karena melakukan operasi saat tubuhnya hampir alergi karena obat cukup beresiko. Dan bahkan jika adiknya tidak kuat, mungkin saja dia bisa mengalami koma.Ju
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel