Pesta berakhir, Villa dengan lantai dua yang begitu luas untuk ditinggali oleh dua orang, terasa begitu sunyi dan benar-benar hilang suasana, berbeda dengan tadi pagi.
Rasanya Liera dikirim ke dalam kastil tidak berpenghuni, dia bahkan tidak bisa menelusuri rumah ini karena begitu menyeramkan jika dilihat pada malam hari, sebagian lantai bawah sudah gelap dan hanya beberapa kamar di lantai dua dibiarkan menyala.
Liera masih menunggu Julian keluar dari bathroom, jika diberi kesempatan Liera ingin meminta kamar lain untuk berpisah dengannya, tapi permintaan sang Ibu membuat Liera resah.
Bahkan kata ‘malam pertama’ berputar terus dalam pikirannya saat ini, penjelasan yang Asyla kasih tahu pada dirinya mengundang banyak pertanyaan. Pasalnya sang Ibu tidak mengatakan jika dirinya menikah nanti Liera harus melakukan hubungan yang bahkan tidak pernah dia lihat atau baca sebelumnya.
Liera juga tidak menginginkan hal itu.
Tatapan bertemu dengan wajah dingin Julian, pria itu baru saja keluar dari bathroom dengan sebagian tubuhnya tertutup handuk dan sebagian lagi terekspos begitu saja, Liera bingung dengan situasi seperti ini.
Sekilas Liera merasa seperti seorang yang bodoh, dia mengalihkan pandangan ketika sadar terlalu lama menatap Julian, alih-alih membuang kecanggungan ini, pria itu malah semakin acuh dengan kehadiran Liera disini, mereka juga tidak berbicara banyak hal apalagi mencoba membangun sebuah hubungan.
Liera mengangkat gaun pengantin yang belum dia lepas, berjalan mendekati bathroom setelah Julian menjauh dari tempat itu, sudah lama Liera tidak mandi pada malam hari dan biasanya Merry akan menyiapkan air hangat untuknya.
Baru beberapa jam berpisah, Liera sudah merindukan keluarganya.
“kau ingin terus memakai gaun itu?” ucap Julian, pria itu sedang memilih pakaian yang akan dia kenakan malam ini, atau mungkin itu tidak akan dibutuhkan?
“aku akan melepaskannya didalam.” Liera berkata tanpa membalik tubuh, dia belum terbiasa melihat tubuh pria walau kini dia adalah suaminya. Ya namanya juga gadis Lugu yang masih canggung melihat itu!
Julian tidak menjawab, dia hanya penasaran bukan sedang ingin memulai percakapan.
Liera melangkah masuk ke dalam, gaun pengantin yang begitu merepotkan, membuat dirinya sulit bergerak apalagi berjalan, menatap cermin besar Liera baru sadar jika diri hari ini merupakan hal yang berat, dia tidak mengerti cara menghilangkan riasan ini.
Baru akan membuka pintu, Liera ingat jika dia sudah melepaskan gaunnya, dia juga tidak membawa handuk saat kedalam, benar-benar tidak bisa menghilangkan kebiasaan buruknya. ‘Bodoh!’
Mengintip sedikit, Liera mencari keberadaan Julian diluar, tidak mungkin jika Liera memaksa keluar di waktu dirinya tidak mengenakan apapun, dan kebetulan Julian sedang keluar dari kamar.
Dengan cepat Liera mengambil handuk kimono dan memakainya, dia buru-buru kembali ke dalam bathroom.
Sampai 25 menit berlalu, Liera keluar setelah menyelesaikan mandinya, dia juga lupa membawa pakaian ganti. Dia terkejut saat membuat pintu melihat Julian yang sedang duduk di sofa dengan secangkir kopi di tangannya.
‘aku belum menghapus riasan di wajah!’ Liera mengutuk dirinya, dia terpaku disana. Entah kenapa tatapan Julian tidak bisa membuatnya sedikit bernafas, mungkin pria itu berpikir jika dirinya begitu aneh dan bodoh.
“bisakah, aku meminta bantuan padamu?” ucap Liera, dia menyatukan kedua jari telunjuknya sambil tertunduk malu, Liera tidak ingin menunjukkan wajahnya saat ini.
“katakanlah.”
“bagaimana cara menghilangkan riasan ini.”
Julian mengeluarkan kopi yang baru saja dia minum, entah kenapa terdengar begitu lucu ditelinga Julian ketika Liera mengatakan itu, dia benar-benar merasa sudah menikahi gadis dibawah umur. Memang itu kenyataannya jarak usia mereka berbeda 15 tahun, Julian begitu tua untuk Liera yang belum menginjak usia 20 tahun.
Julian meletakkan kopinya, dia berjalan mendekati Liera.
“apa mamamu tidak mengajarimu? Atau ini sebuah trikmu?”
Liera tidak mengerti, trik apa yang Julian maksud. Liera murni tidak bisa meminta tolong untuk membersihkan saja.
“tidak, aku memang belum belajar.”
“mau aku ajari?” Julian menunjukkan seringainya. Entah kenapa dia ingin sedikit bermain disini, untuk urusan malam pertama, dia bisa melakukannya lain waktu atau mungkin malam ini juga.
Liera mengangguk, pria itu menjulang tinggi seakan Liera begitu kecil dari sudut pandangnya, belum lagi kondisi Liera yang masih mengenakan handuk.
Julian menarik tubuh Liera, mengangkat tubuh itu dan mendudukkannya di meja rias, menahan tangan di sisi tubuh Liera.
Situasi menegangkan Liera rasakan, tatapan tajam dan posisi yang seperti ini menambah unsur hal yang sedang Liera pikirkan, dia terlalu memikirkan cerita yang Asyla ceritakan tadi disela-sela waktu istirahatnya, Liera tanpa sadar menjauh sedikit.
Memberikan kesempatan lainnya untuk Julian menguasai, dia mengambil kapas yang sudah diberikan cleansing milk. Menarik dagu gadis dihadapannya, tidak disangka Julian akan melakukan itu sendiri, membantu membersihkan wajah Liera.
Secara otomatis tatapan Liera hanya terus menatap wajahnya, dia tidak bisa membohongi dirinya jika Julian begitu tampan dilihat dari jarak sedekat ini, belum lagi jarak yang kapanpun bisa membuat kedua wajah itu bersentuhan.
“Tunggu—,”
Liera mengangkat suara, tangannya juga menahan lengan Julian, dia sudah tidak nyaman berada di posisi ini, belum lagi Liera tidak memakai apapun dibalik handuk, dan ingatkan Lisa jika besok dia harus kembali bersekolah.
“aku rasa—aku bisa melakukannya sendiri, aku sudah mengerti.”
Julian tersenyum walau itu bertahan beberapa detik, padahal Julian hanya ingin menggoda gadis itu tapi tidak berjalan dengan keinginannya, apalagi kini Liera begitu lucu dan belum lagi sikap lugunya, membuat Julian lupa siapa dihadapannya.
“kau ingin melakukannya?” pertanyaan yang Julian ajukan seakan mengacu ke arah yang lain, belum lagi pria itu tidak berniat menjauh dari tubuh Liera.
“Ya.” ucap Liera, dia ingin segera mengakhiri ini dengan segera menjauh, dia tidak mencerna ucapan Julian lebih jauh lagi, padahal mungkin saja Julian bertanya yang lain.
“baiklah.”
Liera begitu terkejut saat Julian menggendongnya, ini bahkan secara tidak langsung Julian bersentuhan dengan Liera, dia menjauhkan gadis itu dan mengurungnya dalam kukungan dirinya.
“bukankah kau besok sekolah? Kau yakin?” ucapan, dia menyingkirkan rambut yang menutupi wajah gadis itu, mungkin Han terlalu munafik jika tidak terpesona pada kecantikan Liera. Bibir begitu menggoda untuk dirinya kecup dan melumatnya hingga sedikit terluka.
“Tunggu!” Liera nahan pria di atasnya, dia tidak tahu jika pembicaraan akan melangkah kesana, dia belum siap untuk melepaskan atau mungkin Liera masih takut dengan cerita
“aku—ku, bisakah kamu menundanya sampai ujianku selesai?”
Satu alis tebal Julian terangkat, Liera begitu polos membuat Julian merasa bersalah sudah mengajukan pertanyaan itu, seharusnya Julian tahu jika ini akan terjadi, dan Tunggu! Kenapa seakan Julian yang begitu menginginkannya? Apakah dia sudah dengan perjanjian itu? Atau itu hanya sebuah perjanjian diatas kertas?
Julian menjauh, melangkah meninggalkan kamar itu tanpa mengatakan hal apapun. Dan Liera membuang nafas lega, segala hal yang mendesak hatinya lepas dengan kepergian Julian.
Satu hari terlewatkan tanpa ada hal istimewa.
Hanya berlalunya satu hari kemarin, keesokkan harinya adalah sebuah lembaran baru dimana Liera bukan lagi gadis manja, statusnya hari ini adalah seorang istri, ketika dia membuka mata dan melihat sebuah punggung pria adalah hal yang akan seterusnya dia lihat, mungkin untuk beberapa waktu. Tidak ada lagi teriakan sang Ibu yang menyuruhnya untuk bangun dari tidur nyenyaknya dan belum sekarang dia menjadi gadis mandiri.Mengibaskan selimut dan mengambil peralatan mandinya, Liera melangkah penuh hati-hati tanpa ingin membangunkan sang suami yang tertidur, pria itu bahkan tidak memakai pakaian atasannya saat tidur, suatu hal asing bagio Liera untuk terbiasa.Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, ini pertama kalinya Liera bangun lebi
Disebuah universitas besar di pusat kota, hanya orang-orang yang memiliki kecerdasan dan prestasi yang mampu masuk ke Universitas itu. Siapa yang tidak tahu 'Universitas London' tempat dimana semua siswa SMA ingin mengejar impiannya dan membanggakan orangtuanya, bukan hanya itu Universitas ini memiliki beasiswa yang bisa membiaya siswa sampai S3 jika masuk dalam seleksinya siswa terbaik. Dan tentu saja ada asrama untuk siswa yang tinggal jauh diluar kota ini dengan fasilitas lengkap.Dan ini merupakan salah satu Universitas yang ingin Liera pilih.“Kau datang terlambat?” tanya salah satu teman bangkunya, dia menatap kearah pria yang memakai kemeja kotak.“Seperti biasa aku mengikut
Beberapa hari berlalu.Dua hari Julian mendadak pergi untuk urusan pekerja di luar negeri, aneh tapi Liera sedikit merasa kehilangan, biasanya dirinya akan mendengarkan suara yang terkadang terdengar lembut dan juga kasar. Mungkin karena efek sudah terbiasa jadi Liera tidak terlalu membebani hal yang Julian lakukan.Hari terlewat lima hari, tapi rasanya sudah sebulan dia berada disini, selama dua hari itu juga Liera melewatkan banyak hal tanpa Julian. bangun, menyiapkan sarapan, pergi ke sekolah sendiri, belum lagi ketika pelajaran tambahan, Liera bahkan bisa hanya makan malam saja.Seperti hari ini dia masih sulit mengumpulkan niat untuk mengisi tenaganya, Liera ingin sekali mengh
Pukul 3 sore.Liera dan Julian dalam perjalanan menuju sungai di pinggiran kota London, lokasi ini cukup menyenangkan untuk sekedar menikmati udara sore dan melepaskan penatnya hari.Banyak sekali warga yang senang pergi kesana dan menjadi salah satu tempat rekomendasi untuk para turis yang berkunjung, sebenarnya rencana ini tidak pernah sepintas dalam pikiran Julian, dia juga tidak pernah akan mengabaikan pekerjaannya hari ini.Dia melakukannya atas keinginan hatinya, karena belum pernah ada kenangan yang terbuat, apalagi mereka baru menikah segalanya terasa indah jika dilakukan bersama, Julian merasakan itu dan entah kenapa dia ingin sekali bersama L
Liera merangkul lengan Julian dengan kegugupan dan ketegangan, langkahnya saat melewati red carpet membuat ketegangan semakin tinggi melihat ada begitu banyak orang, walau memang tidak ada media atau apapun berhubungan dengan publik, Liera takut akan mengacaukan segalanya.Ini pertama kalinya dirinya melangkah masuk ke acara yang sebenarnya sangat penting hampir yang datang kesini adalah mereka yang sudah terbiasa termasuk Julian, dia bahkan sampai menolak untuk datang kesini saat berbicara dengan sang ayah mertua, katalah seperti itu.Acara ini di lakukan di balkon rumah Tuan Grew, dibuat sedemikian indah seperti ballroom, belum lagi setiap akan melangkah ke dalam banyak sekali para pelayan yang menyambut kedatangannya dengan baik, padahal ini sebuah acara ya
Keesokan paginya.Hari ini cuaca sedikit mendung dan rintihan air hujan memberikan kesan tersendiri, waktu yang tepat untuk menikmati secangkir susu coklat hangat an berbagi cerita dalam hangatnya di balik selimut.Liera membuka matanya saat suara hujan mengetuk-ngetuk jendela nya, belum lagi suhu yang terasa lebih dingin, padahal Liera sudah memakai selimut tebal dan?Liera membuka selimut, dia membuang nafas lega karena dia masih memakai pakaian, tapi? Liera melihat untuk kedua kalinya, dia memakai piyama? Bukankah seingat dirinya Liera masih mengenakan gaun?Dia mencoba mengingat apa yang terjadi, ta
Hari ini Julian memiliki janji dengan Crop Vins, kesempatan juga untuknya bertemu dengan pria bernama ‘Vins Cassano’. Walau Julian tahu jika pria itu masih berkuliah, dilihat dari biodata yang dia terima kemarin pria itu berusia sama dengan adiknya, riwayat pendidikan juga sama seperti Sean.Mungkin saja mereka satu angkatan, jika Sean masih menjalani pendidikannya.Julian jadi teringat dengan adiknya, sudah beberapa minggu dirinya tidak bertemu dengan Sean, bahkan di hari pernikahan dirinya, Julian tidak bisa berharap Sean ada disana.Bagaimanapun dia adalah orang yang ibunya titipkan padanya dan sampai sekarang Julian tidak bisa menjaganya dengan baik.Mungkin saat makan siang nanti Julian akan ke rumah sang ayah untuk mengetahui kabar adiknya, benernya Sea
Pikiran rumit mengganggu suasana hati Liera, ada tanda tanya besar saat dia melihat seorang wanita dengan dua anak yang mendatangi Villa mereka, dan bahkan Julian tidak memberikan kabar apapun, pria itu hilang ditelan bumi.Belum lagi kesalahpahaman Liera tentang kejadian beberapa hari yang lalu, membuat dirinya berspekulasi jika Julian mungkin saja memiliki wanita lain, salah satu racun yang diajarkan oleh mina sahabatnya.Dia masih mengenakan seragam sekolah saat melewati ruang tamu, dia ragu untuk mendekati wanita itu, apalagi mengajukan pertanyaan. Bisa saja disini hanya Liera yang berlalu sebagai orang asing.“kau sudah kembali.” ucap Yuri, wanita itu sibuk membantu kedua anak
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel