Liera merangkul lengan Julian dengan kegugupan dan ketegangan, langkahnya saat melewati red carpet membuat ketegangan semakin tinggi melihat ada begitu banyak orang, walau memang tidak ada media atau apapun berhubungan dengan publik, Liera takut akan mengacaukan segalanya.
Ini pertama kalinya dirinya melangkah masuk ke acara yang sebenarnya sangat penting hampir yang datang kesini adalah mereka yang sudah terbiasa termasuk Julian, dia bahkan sampai menolak untuk datang kesini saat berbicara dengan sang ayah mertua, katalah seperti itu.
Acara ini di lakukan di balkon rumah Tuan Grew, dibuat sedemikian indah seperti ballroom, belum lagi setiap akan melangkah ke dalam banyak sekali para pelayan yang menyambut kedatangannya dengan baik, padahal ini sebuah acara yang menurut Liera biasa saja, karena dia berfikir acara menyebutkan kerjasama dengan Crop Vins tidak semewah ini.
“apa sebaiknya aku pulang?” ucap Liera, dia merasa tidak nyaman dengan suasana ini dan belum lagi gaun yang dia kenakan, awalnya Liera sudah menuntunkan gaun yang akan digunakan tapi tiba-tiba sang ayah mertua mengirimkan gaun untuknya dan membuat Liera tidak ingin mengecewakannya.
Lalu memutuskan memakai gaun yang sedikit terbuka ini.
“kamu tidak nyaman?” tanya Julian, dia itu menggenggam tangan Liera, membawanya sedikit menepi ke tempat yang tidak terlalu banyak sorotan mata, Julian juga sangat risih dengan gaun yang Liera kenakan, dia ingin sekali membuang gaun itu setelah kembali nanti.
“hm—tapi bagaimana dengan ayah?” Liera belum.sempat bertemu dengan ayah Julian, pria itu masih sibuk mengobrol dengan yang lainnya, apalagi rekan kerja yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
“kita bisa—,” Julian menghentikan ucapannya saat sang ayah mendatangi meja mereka, pria itu sangat malas bertemu dengan ayahnya, Julian sudah pasti menebak apa yang terjadi, jika ayahnya mengajak Liera berbicara.
“kenapa kalian tidak menemuiku?”
itu karena kau terlalu sibuk mengurusi orang lain!” ketus Julian.
Liera tersenyum canggung, dia sebisa mungkin menjaga dirinya untuk tetap diam, “Tuan Grew, terima kasih untuk sambutannya.”
Liera menunduk untuk menghormati ayah Julian, dia mempersilahkan pria paruh baya itu untukku dan dirinya berdiri dibelakang Julian.
“kamu terlihat cantik dengan gaun itu,” ucap Tuan Grew.
“Julian kau harus menyapa rekan kerja kita, Tuan Cassano ingin bertemu denganmu.”
Julian tidak menatap kearah ayahnya sama sekali, dia tahu pria tua itu akan menyuruhnya menemui rekan kerjanya dan membiarkan dirinya berbicara dengan Liera. “kalau begitu temani aku menemui mereka!”
Tuan Grew mengangguk, dia tidak ingin Julian menolak dan dengan sedikit kesal pria itu menarik putranya.
“aku perlu berbicara dengan Liera.”
Julian menarik kursi untuk Liera duduk, dia membuka jasnya dan mengenakan ke Liera untuk menuruti tubuhnya, Julian tidak ingin orang lain menatap Liera dengan tatapan aneh dan belum lagi jika udara malam tidak baik untuknya.
“pakai dan jangan lepaskan, ingat kamu harus tetap disini sampai aku kembali.”
Liera mengangguk mengerti, dia tidak bisa menahan Julian disini dan membiarkan pria itu melakukan apa yang harus dilakukan.
Liera menikmati secangkir es cream yang diantarkan oleh salah satu pelayan, dia juga menatap ke seluruh arah, melihat semua orang berbincang-bincang.
“aku tidak tahu, gadis SMA akan ada di acara seperti ini.”
Vin menarik kursi di hadapan Liera, dia datang dengan membawa dua gelas minuman yang tampak asing untuk Liera lihat.
Liera menghentikan kegiatannya, dia tidak bisa berkata apapun saat bertemu dengan pria itu lagi, dan bahkan dia tampak seperti tamu disini, dengan sedikit takut Liera merapatkan jas Julian di tubuhnya. “bagaimana—kamu bisa mengenalku?”
“Vins Canssaco, itu namaku. Aku anak pemilik Crop Vins rekan kerja Grup Grew.” Vins meminum gelas yang tadi dia bawa, dia meletakan satu gelas dihadapan Liera.
“Ah—maaf aku tidak meminum.” Liera menolak dengan sopan, dia tidak bisa memastikan jika minuman itu aman apalagi ini pesta, sudah pasti akan ada minuman yang mengandung alkohol.
“tenanglah, aku juga tidak meminum, ingat aku seorang mahasiswa, aku jamin ini aman untukmu.” ucap Vins, dia menatap kearah Julian yang menatap kearah dirinya, tatapan yang sedikit merasa kesal padanya.
“jika kamu meminumnya aku tidak akan mengganggumu.”
Liera sedikit ragu, tangannya ragu untuk menyentuh gelas itu dan belum lagi perasaan mengatakan itu tidak baik, tapi bukan Liera jika dia tidak mengikuti apa keinginan orang lain, mungkin dia terlalu bodoh atau tidak ingin bertemu dengan pria itu lagi.
Liera menggenggam gelas itu dan menatap ke arah pria itu “kau janji?”
Vins mengangkat gelasnya “tentu, aku pria yang tidak suka ingkar janji.”
Liera membuang nafas sebelum meminumnya, dia menjenguk dalam sekali minum dan langsung dihabiskan saat itu juga, Mengangkatnya ke arah Vins “kamu bisa pergi sekarang?”
“baiklah, sampai jumpa lagi.”
Liera tidak sadar Julian menatap ke arahnya, sejak kapan pria itu menatapnya? Apakah sejak Vins datang? Atau hanya tidak sengaja menatap ke arahnya?
Julian mendekatinya dengan tatapan yang sulit diartikan, dia terlihat marah, “siapa pria itu?”
“di—hmph—!” Julian menutupi ucapan Liera, dia mencium gadis itu di hadapan banyak orang tanpa berpikir panjang, itu sebuah kecupan dan detik berikutnya Julian menyeret Liera meninggalkan acara itu.
“Tunggu! bagaimana dengan acaranya?” Liera mencoba menyimbangi langkah Julian sedikit cepat, dia harus mengangkat gaun itu dan belum lagi heels yang dia kenakan.
“aku tidak peduli.”
Julian marah? Itu terdengar aneh. Apakah yang pria itu marah? Liera tidak melakukan apapun, dia bahkan tidak meninggalkan tempat itu dan melakukan hal aneh di sana.
Di Dalam mobil. Julian masih tidak mengangkat suaranya, dia diam selama perjalanan menuju Villa, membuat Liera sedikit merasa tidak suka sikap Julian yang begitu sesuka hatinya.
Liera sedikit merasa tidak nyaman, dia membuka jas Julian dan mulai menggosokkan dirinya dengan tangannya, tiba-tiba rasa panas menjalar di seluruh pembuluh darahnya, dan tubuhnya mulai berkeringat. “Akh! Panas!”
Liera ingin sekali membuka gaun ini, dia merasa perasaan aneh dan gelisah yang begitu tinggi, Liera terpaksa membuka jendela mobil dan mencoba merasakan terpaan angin malam. “panas!”
Julian langsung menatap kearah Liera, gadis itu bertingkat sang aneh, melihat hal itu membuat Julian sedikit merasa khawatir dan mencoba menanyakan apa yang terjadi “kamu baik-baik saja?”
Liera menggeleng, dia sampai melepaskan heels-nya dan mencoba mencari tombol AC. “panas, rasanya tidak nyaman.”
“Liera, tenanglah, ini sudah dingin, kau bisa sakit.” Julian menahan tangan Liera, gadis itu memang berkeringat dan wajahnya mulai memerah seperti tomat.
Sentuhan Julian seperti air dingin yang menyentuh kulitnya, Liera merasa aneh hanya dengan Julian menyentuhnya.
“ini sangat panas.”
Julian segera memarkirkan mobil mereka sesampainya di Villa, dia tidak bisa memastikan apakah yang dia pikirkan itu benar atau bukan, tapi melihat reaksi Liera seperti itu Julian mulai menyimpulkan sesuatu. “apa masih terasa panas?”
Liera mengangguk resah, dia tidak tahu harus mengatasi panas yang terus bergejolak tinggi, dan perasaan aneh terus menghantui pikirannya.
Julian mengangkat tubuh Liera sampai kedalam, meletakkan gadis itu di sofa dan mencoba mengambil segelas air dingin, tapi Liera menahan dirinya. Membanting tubuh Julian ke sofa dan Liera naik diatas tubuhnya. Ini sangat aneh seakan tubuhnya bergerak sendiri.
“Liera, kamu berada dibawah pengaruh obat.” ucap Julian, dia sebisa mungkin menyadarkan keadaan saat, dia ingin memanfaatkan keadaan Leira.
“panas. Lihatlah dan tubuh sentuhanku.” Liera menarik tangan Julian untuk menyentuh wajahnya lalu area leher sampai pada paha mulusnya, tanpa aadar Liera terbuai oleh sentuhan Han.
“Liera, sadarlah” Julian sekali lagi menekankan kesadarannya, dirinya bisa terbawa suasana jika Liera tidak bisa diam meminta, “Liera dengarkan aku.”
Liera tidak merespon apapun, dia membuka kemeja Julian dan mencium area tersebut. Dia benar-benar sudah tidak terkendali dan Liera-nya tidak sadar telah membangkitkan sesuatu disana.
Julian membalik tubuhnya dan Liera, membuat posisi dirinya berada diatas, dia menahan tangan Liera diatas kepala dengan satu tangan, “Liera, kau bisa menyesal jika terus melakukan itu.”
“aku ingin melepaskan semua ini, rasanya begitu panas dan tidak nyaman!” Liera menangis, dia tidak tahu apapun, dan ingin segera mengakhirinya.
Julian tahu, ini obat perangsang dan jika tidak segera dilepaskan Liera akan sakit, meneguk air liurnya. Tidak harus membuat keputusan. “kamu ingin menghilangkan rasa panas dan tidak nyaman itu?”
Liera mengangguk cepat, dia masih menangis dan terus bergerak tidak nyaman.
Julian melepaskan tangan Liera, dia menarik resleting pakaian Liera yang kebetulan berada di depan, dia mulai mengecup dari bibir, area leher, dan terakhir di area yang hampir lebih jauh.
“Akhh!!” Liera mendesah tanpa sadar, dia mencengkram rambut Julian dan terus mendorong pria itu untuk terus melakukannya.
“apa itu membantu?”
“Ya”
Sekarang Julian harus membuat Liera mengalami pelepasan pertamanya, dia membuka resleting itu sampai membuat area perut mulusnya terlihat, dia mengirimkan sengatan aliran listrik saat meniup tubuh Liera dan sekali lagi membuat gadis itu terbuai dalam permainannya.
Julian mencium bibir gadis itu, melumatnya sedikit kasar, dia terus membuat Liera terbakar gairah tanpa harus melakukan hal lain, tangannya mengelus perut rata Liera dan henti pada benda kenyal yang tertutupi bra berwarna hitam, Julian menatap kearah Liera.
Memastikan sampai mana gadis itu akan bertahan, jika cara ini tidak berhasil Julian terpaksa mengerutnya sekarang, dia mengelus benda kenyal itu dengan fase yang sangat lembut dan sesekali menariknya secara bergantian.
Liera mengerak sedikit mengangkat tubuhnya, dia mendesah panjang dan setelah itu terlelap tidur.
Julian membuang nafas berat, dia merasa lega Liera sudah melewati ini semua tanpa membuatnya takut menghancurkan hatinya, dia mengambil tas nya dan menutupi tubuh Liera.
Menggendongnya kembali kamar dan Julian memutuskan untuk tidur dikamar tamu.
Keesokan paginya.Hari ini cuaca sedikit mendung dan rintihan air hujan memberikan kesan tersendiri, waktu yang tepat untuk menikmati secangkir susu coklat hangat an berbagi cerita dalam hangatnya di balik selimut.Liera membuka matanya saat suara hujan mengetuk-ngetuk jendela nya, belum lagi suhu yang terasa lebih dingin, padahal Liera sudah memakai selimut tebal dan?Liera membuka selimut, dia membuang nafas lega karena dia masih memakai pakaian, tapi? Liera melihat untuk kedua kalinya, dia memakai piyama? Bukankah seingat dirinya Liera masih mengenakan gaun?Dia mencoba mengingat apa yang terjadi, ta
Hari ini Julian memiliki janji dengan Crop Vins, kesempatan juga untuknya bertemu dengan pria bernama ‘Vins Cassano’. Walau Julian tahu jika pria itu masih berkuliah, dilihat dari biodata yang dia terima kemarin pria itu berusia sama dengan adiknya, riwayat pendidikan juga sama seperti Sean.Mungkin saja mereka satu angkatan, jika Sean masih menjalani pendidikannya.Julian jadi teringat dengan adiknya, sudah beberapa minggu dirinya tidak bertemu dengan Sean, bahkan di hari pernikahan dirinya, Julian tidak bisa berharap Sean ada disana.Bagaimanapun dia adalah orang yang ibunya titipkan padanya dan sampai sekarang Julian tidak bisa menjaganya dengan baik.Mungkin saat makan siang nanti Julian akan ke rumah sang ayah untuk mengetahui kabar adiknya, benernya Sea
Pikiran rumit mengganggu suasana hati Liera, ada tanda tanya besar saat dia melihat seorang wanita dengan dua anak yang mendatangi Villa mereka, dan bahkan Julian tidak memberikan kabar apapun, pria itu hilang ditelan bumi.Belum lagi kesalahpahaman Liera tentang kejadian beberapa hari yang lalu, membuat dirinya berspekulasi jika Julian mungkin saja memiliki wanita lain, salah satu racun yang diajarkan oleh mina sahabatnya.Dia masih mengenakan seragam sekolah saat melewati ruang tamu, dia ragu untuk mendekati wanita itu, apalagi mengajukan pertanyaan. Bisa saja disini hanya Liera yang berlalu sebagai orang asing.“kau sudah kembali.” ucap Yuri, wanita itu sibuk membantu kedua anak
Julian datang ke kantor hanya untuk menerima beberapa dokumen untuk ditandatangani, kemudian pergi kerumah sakit dengan membawa laptop yang berisikan rekaman CCTV di rumahnya, dia akan menyeret siapapun yang telah mencoba untuk membunuh adiknya, dan walaupun itu ayahnya sendiri.Julian tidak akan memberikan toleransi pada siapapun.Dia cukup lega mendengar jika kondisi adiknya berlangsung baik dan bahkan tubuhnya memberikan reaksi yang bagus selama pemeriksaan, adiknya harus terus diperhatikan setiap 5 jam sekali, karena melakukan operasi saat tubuhnya hampir alergi karena obat cukup beresiko. Dan bahkan jika adiknya tidak kuat, mungkin saja dia bisa mengalami koma.Ju
Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusanny
« Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. »Kemarin malam Julian mengatakan jika hasil ujian Liera kali ini melebihi apa yang akan diajukan Julian, pria itu akan memberikan sebuah tiket liburan selama 2 minggu ke Paris, tentu saja itu dengan syarat jika Julian ikut dengannya.Kota Paris adalah kota yang sangat ingin Liera kunjungi, dia ingin melihat menara terkenal itu dan mengenal kota yang memiliki julukan ‘romantis’ banyak sekali novel yang pernah dirinya baca tentang kota paris, dan dirinya memutuskan keinginan itu pada Julian.Apalagi setelah ujian dirinya akan bebas dalam segala kegiatan sekolah, membuan
Kebahagian?Sebuah hal yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada yang kebahagiaan berasal dari uang, ada yang terjadi karena hal kecil.Karena manusia tidak bisa mengukur kebahagian orang lain hanya dalam satu pandangan saja, bahkan hal seperti itu bukan lagi hal yang harus diperdebatkan.Beberapa hari kemudian.Sesuai dengan yang sudah disepakati sebelum Julian dan Leira memutuskan untuk memisah kamar mereka, kamar mereka bersebelahan dengan satu pintu penghubung untuk kedua ruangan mereka.
Dengan seragam berwarna dominasi antara putih dan abu-abu, dia melangkah melewati jalanan kota di pagi hari, hanya perlu menyebrang untuk sampai di sekolahnya.Hari ini cerah sesuai dengan suasana hatinya, sampai menggenggam ranselnya, pria itu melangkah ke penyebrangan jalan, di sana tidak terlalu banyak mobil yang melintas. Dan hanya beberapa siswa yang berlawan arah melintas.Pandangan pria itu tertuju pada seorang gadis kecil yang menyebrang dengan orang tuanya, dia cantik dengan dua rambut yang diikat dan seragamnya.Pria itu terlalu fokus hingga dari arah kejauhan mobil dengan kecepatan tinggi melintas dan kecelakaan itu benar-benar terjadi.
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel