“Mas, Lissa udah kebelet nih,” rengek Melissa yang sejak tadi tak dihiraukan oleh Rendy. Beberapa hari ini Rendy mendadak manja kepada Melissa.
“Jangan lama-lama, ya?” Melissa mengangguk dengan cepat karena sudah tak tahan. Rendy mengurai pelukannya dan membiarkan Melissa turun dari tempat tidur mereka.“Hati-hati, Sayang,” pesan Rendy yang hanya dibalas gumaman oleh Sang istri.Beberapa hari ini, Rendy merasakan hal-hal aneh yang belum pernah ia rasakan pada kehamilan pertama Melissa. Jika dulu Melissa yang selalu ingin ditemani dan dipeluk, kali ini sebaliknya. Rendy akan uring-uringan jika Melissa sibuk dengan aktivitas hariannya. Termasuk mengurus putra pertama mereka.Rendy bak bayi besar yang suka merajuk tanpa alasan dan jelas. Bahkan makan pun ia minta disuapi, kalau tidak ia akan mogok makan seharian.Perubahan sikap Rendy tentu saja membuat Melissa pusing sekaligus geli. Bagaimana tidak! Rendy yang biasanya tampak cool dan berwibawa tiba-tiba berubah lExtra Part khusus Rendy dan Melissa sudah berakhir. Untuk Extra Part berikutnya berisi tentang kehidupan Rayhan dan Raymond versi dewasa
Novel ini sedang dalam revisi. Kalian bisa menambahkan dulu ke daftar pustaka. “Lissa ,,, ingat pesan Ayah. Selesai kuliah kamu harus pulang,” ucap Hasan tegas. “Emang mau ada apa sih, Yah?” tanya Melissa penasaran. “Kamu tidak ingat kata Ayah tempo hari?” Hasan terlihat menggeleng, “Masa masih muda udah pikun sih Sa,” Hasan tersenyum geli. Prankk Sendok di tangan Melissa pun terjatuh ke piring. Melissa teringat pembicaraan Hasan dengan dirinya kemarin, tentang perjodohan yang telah Sang Ayah rencanakan. “A-ayah serius? Lissa kan masih kuliah, Yah?” tanya Melissa dengan nada terbata dan memelas. Hasan menatap putri kesayangannya dengan tatapan tegas. “Ayah sudah bilang 'kan ke kamu dan itu tidak akan bisa berubah.” jawab Hasan, mutlak. "T-tapi Yah?" Hasan mengisyaratkan dengan gelengan kepala yang menandakan ia tak boleh membantah. Melissa Saraswati, merupakan salah satu mahasiswi
Riko menatap takjub ke arah Melissa yang saat ini telah selesai di rias, dan memakai dress batik selutut berwarna merah muda. Polesan make up natural membuatnya terlihat memesona, seperti putri dalam negeri dongeng. Apa tidak berlebihan? Jawabannya adalah tidak, karena penampilan Melissa saat ini sungguh memesona dari berbagai sisi. Siapa pun yang melihatnya akan terpikat karena aura yang memancarkan dari wajah polosnya. “Kenapa Kak? Ada yang aneh ya?” tanya Melissa salah tingkah karena diperhatikan Riko sejak tadi. “Enggak kok. Malah Kakak merasa kamu itu sebenernya cantik banget kalau mau dandan kayak gini,” puji Riko, tulus. Pipi Melissa bersemu dan menambah kesan manis. Apalagi senyum manis yang saat ini tersungging di bibirnya, yang membuat Riko tidak tahan ingin memberikan cubitan. Ceklek ... “Sudah siap, Nak?" tanya Sukma seraya menghampiri Melissa. “Sudah, Bun,” ucap Melissa gugup. “Ya
Melissa mulai menggeliat di balik selimut yang mengubur seluruh tubuhnya. Panggilan alam yang tak bisa ditahan memaksanya bangun dan beranjak meskipun dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, berjalan menuju kamar mandi di sebelah kamarnya. Melissa keluar setelah mencuci tangan. Karena ingin kembali terlelap, ia memutuskan untuk tidak mencuci muka. Baru saja ia menarik selimut, ponsel miliknya yang berada di atas balas berdering kencang karena setelan alarm yang lupa ia matikan. Lalu kedua matanya membulat saat melihat beberapa notifikasi pesan dari nomor baru. Jarinya bergerak menyentuh notifikasi itu dan hal yang tak pernah ia duga sebelumnya. Isi pesan yang di kirimkan nomer baru itu menimbulkan desiran aneh dalam hatinya. Melissa tak bisa menyimpulkan dengan cepat. "Ini orang kesambet apa? Pake ngirimin pesan kayak gini lagi! Dia pikir keren gitu? Awas aja kalau ketemu!" gerutu Melissa seraya meletakkan ponselnya asal di naka
Hujan mengguyur kota sejak pukul dua pagi. Melissa yang sejak semalam merasakan pusing, tidak bisa memejamkan mata hingga pagi menyapa. Maka tak heran, pagi ini ia merasa sangat mengantuk. Apalagi ketika alarm di ponselnya berbunyi, ia segera mematikannya dan kembali bergelung di dalam selimut, mengubur seluruh tubuhnya. Sukma yang baru saja selesai membereskan sarapan di meja makan, mengerutkan dahi. Merasa aneh, karena Melissa belum juga bangun. Ia pun segera mencuci kedua tangannya dan bergegas menuju kamar Melissa untuk mengecek keadaan putrinya. Tok ... tok ... tok ... “Lissa ,,,” panggil Sukma dari balik pintu.Karena tak mendapat jawaban dari dalam, Sukma memutuskan masuk tanpa memanggil Lissa kembali. Sukma menyibak selimut yang di pakai Melissa. Dengan sigap Sukma mengecek keadaan putri bungsunya. Saat mendapati bahwa tubuh Melissa menggigil, ia segera membuka laci di nakas, mengambil thermometer untuk me
“Awwssh ,,, perih Mas.” “Tahan ya, dikit lagi kok.” “Awwssh ,,, sa-sakit” lirih Melissa dengan mata berkaca-kaca. “Dikit lagi ... aku pelan-pelan, kok. Sabar, ya?” dengan telaten Rendy mengobati luka-luka di wajah Melissa. Begitu juga dengan luka di tangan. Melissa menahan sekuat tenaga untuk tidak menangis. Rasa perih yang menjalar di kedua pipi sangat sulit untuk di tahan. Meskipun pria itu melakukannya dengan hati-hati. "Tahan, ya? Dikit lagi selesai," hibur Rendy seraya mengobati luka di tangan Melissa. "Terima kasih, Mas Rendy," ucap Melissa tulus. "Sama-sama, Sayang," jawab Rendy tanpa sadar. Melissa seketika membulatkan matanya mendengar kata 'sayang' meluncur tanpa beban dari mulut Rendy. "Selesai," gumam Rendy. "Pasti nanti Ayah dan Bunda heboh melihat keadaan Lissa seperti ini," gumam Melissa yang masih bisa didengar oleh Rendy. "Nanti biar Mas aja yang bil
Pagi ini Melissa tampak tak bersemangat. Wajahnya terlihat murung. Goresan luka di kedua pipinya begitu kentara membuatnya tak percaya diri. Dengan langkah gontai, ia meraih handuk dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya Melissa tampak lebih segar, dengan balutan kemeja lengan panjang berwarna soft blue dan celana jeans panjang. Ia memutuskan memakai masker untuk menutup menutupi luka di kedua pipinya. Beberapa kali menghela nafas dalam-dalam untuk meyakinkan dirinya, bahwa semua akan baik-baik saja. Tok ... tok ... tok ... Melissa yang telah selesai bersiap, membuka pintu. Ia mendapati Riko tersenyum lebar dan mengusap kedua pipinya pelan. Tiba-tiba saja Melissa menjadi cengeng mendapati perlakuan manis dari Kakaknya. Air mata yang sempat ia tahan, jatuh tanpa permisi, membasahi kedua pipinya. Riko yang paham akan perasaan adiknya, segera menarik Melissa dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Melissa lembut, berh
Mas Rendy Besok pagi, Mas jemput ya? Melissa masih betah memandangi pesan dari Rendy, satu jam yang lalu. Wajahnya merah merona. Ingatannya tertarik pada insiden tadi sore. Flasback “Ayo Mas antar pulang!” Melissa merengut. Padahal ia belum ingin pulang. Menyadari perubahan raut wajah gadis itu, Rendy mengulum senyum. Ia meraih dagu Melissa, mengecup bibir gadis itu sesaat. Membuat si empunya merona. Rendy pun terkekeh pelan. “Mas Rendy godain Lissa mulu ih?!” rajuk Melissa tanpa sadar. “Kenapa cemberut, hm?” tanya Rendy lembut. “Siapa yang cemberut?” Melissa balik bertanya dengan nada ketus. “Terus, ekspresi kamu yang seperti ini apa namanya dong?” goda Rendy. Merasa tak suka, Melissa beranjak dengan cepat. Tak me
Semenjak kembali dari kantin kampus, Melissa lebih sering melamun. Mata perkuliahan hari ini pun tak ada yang masuk di otaknya. Mita yang tak sengaja menyinggung tentang masa itu semakin merasa bersalah. “Kamu sakit?” Tanya Rendy. Tak kunjung mendapat jawaban, Rendy menoleh ke arah Melissa. Dahinya mengernyit, pasalnya gadis itu bukan hanya tak mendengar apa yang ia ucapkan. Tapi, tanpa sadar ia menggigit jari-jarinya. Perasaan Rendy menjadi tak enak. Ia menepikan mobil di jalan yang sekiranya agak sepi. Ia mencoba menunggu, hingga Melissa tersadar. Namun, nihil. Gadis itu tak bergeming. Rendy menatapnya cemas. Ia berinisiatif meraih jari Melissa yang saat ini sudah terluka. Menepuk pipinya pelan, agar ia sadar dari lamunannya. Melissa menoleh. Kedua matanya memerah, mengisyaratkan kerapuhan yang dalam. Tanpa berkata, Rendy melepas seatbelt Melissa. Dan meraih gadis itu dalam pelukannya. Seperti mendapat sandaran hati, Melissa menumpah