Share

19. Tamu Tak Diundang

"Aku pengin hamil." Khatami mengulangi ucapannya sambil memukuli perut.

Ardhan yang melihat itu tidak tinggal diam. Dia menahan kedua tangan Khatami. "Kehamilan itu bukan kehendak kita, Tami."

Khatami memberontak. "Terus kenapa harus aku? Di luar sana yang tidak mau punya anak justru punya anak."

"Itulah ujiannya. Dan di setiap ujian, pasti mengandung hikmah."

"Aku maunya mengandung anak! Bukan hikmah!"

Ardhan menarik Khatami agar duduk. Pria itu lantas memeluk istrinya. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ardhan membiarkan Khatami menangis sampai tenang, meskipun harus mengikhlaskan kemejanya basah oleh ingus dan air mata.

Ardhan jadi merasa bersalah karena sempat berburuk sangka kepada Khatami. Khatami ternyata sama terlukanya.

"Mas," panggil Khatami dengan suara parau.

"Ya?"

"Tetap seperti ini. Jangan lepaskan aku."

Ardhan mengernyit. Dasar modus! Mencari kesempatan dalam kesempitan. Tapi ya sudahlah. Daripada Khatami menangis lagi. Meskipun Ardhan tidak mencintainya, Ardhan tetap t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status