Share

Mendadak Dijodohkan dengan Mantan
Mendadak Dijodohkan dengan Mantan
Penulis: Adedede

1. Awal yang Pahit

Episode 1. Awal yang Pahit

********

“Kenapa aku harus jadi korban perjanjian konyol kalian?”

Nayra bangkit dari duduknya dengan sentakan penuh, membuat kursi meja makan yang didudukinya terdorong ke belakang beberapa senti. Bola matanya yang jernih memandang kecewa kedua orang tuanya.

“Nggak! Ayah boleh bikin perjanjian sebanyak apa pun dengan teman Ayah itu, tapi Ayah nggak berhak ngelibatin aku.”

Nayra menahan geram, dia merasa ditipu. Beberapa waktu lalu, sang ayah merengek  memintanya kembali ke Indonesia dengan alasan tidak ingin jauh dari anak-anaknya di hari tua. Nayra menurutinya, bahkan rela melepaskan karir cemerlangnya di John Hopkins.

Dan sekarang? Ayah mendadak membahas tentang perjodohan yang bermula dari perjanjian konyol bersama sahabatnya–Rendi, keduanya berjanji akan menjodohkan anak mereka saat dewasa nanti. Begitu umur kedua anak mereka dewasa, saat itulah perjodohan dilakukan, dan itu saat ini. Baru saja, dengan sangat entengnya lelaki tua itu mengatakan ingin Nayra menikah secepatnya, bersama laki-laki yang Nayra tidak tahu siapa itu.

“Ayah minta maaf sama kamu sebelumnya, tapi Ayah harap kamu bisa menerima ini. Ayah nggak bisa membatalkan perjanjian kami secara sepihak.”

“Kenapa enggak? Bisa aja kalau Ayah emang sayang sama aku.” Sambar Nayra sengit.

“Nggak bisa!” Ayah berusaha sabar menghadapi putri bungsunya itu. “Bukannya Ayah nggak sayang sama kamu, tapi Ayah juga nggak mau merusak persahabatan baik yang udah terjalin berpuluh-puluh tahun lamanya.”

“Ayah egois!”

“Bukan begitu, Nak! Tolong kamu mengerti. Lagi pula, Ayah ngelakuin ini bukan semata-mata karena janji, tapi di samping itu Ayah juga mau kamu cepat-cepat menikah. Kamu udah 25 tahun, Nay. Ayah khawatir kamu keasyikan kerja dan lupa mikirin jodoh, makanya Ayah minta kamu pulang ke Indo–”

“Tapi Ayah nggak ada ngasih tahu tentang perjodohan ini sebelumnya.” Cicit Nayra nyaris menangis, matanya berlinang-linang. Dia benar-benar kecewa.

“Kamu nggak akan mau pulang kalau Ayah kasih tahu.”

Nayra menghela napas dalam guna menahan air matanya agar tidak jatuh. Nayra benar-benar marah sekaligus kecewa karena Ayah sudah menipunya.

“Aku tetap nggak akan setuju! Aku berhak menolak, kan?”

“Silakan, kalau kamu mau melihat Ayah mati tersiksa karena memikirkan anak gadis Ayah yang belum menikah.” Ancam Ayah, membuat Nayra terperangah diiringi delikan kesal tak bisa melawan kata-katanya untuk sesaat.

“Aku pasti akan nikah. Tapi nggak dengan cara dijodohin, Yah.”

“Terus dengan cara apa? Nyari sendiri? Sekarang udah dapat? Ada pacar? Enggak, kan? Selama ini kamu cuma bermain-main sama Noah dan bergelut di ruang operasi. Apa yang Ayah harapkan dari kamu supaya bisa mendapatkan calon menantu yang baik?”

Nayra terdiam, tak ada balasan atas pertanyaan bertubi-tubi yang dilemparkan Ayah. Mendadak atmosfer ruangan itu terasa semakin panas. Seharusnya, makan malam hari ini berlangsung hangat karena untuk pertama kalinya setelah sembilan tahun mereka sekeluarga kembali berkumpul di satu meja makan yang sama untuk menikmati hidangan rumahan buatan Bunda.

“Bun…”

Nayra melirik sang ibu, berharap mendapatkan pembelaan. Tapi wanita itu hanya menggeleng dengan tatapan iba.

“Maaf, Nay. Tapi apa kata Ayah itu nggak salah. Kamu mau, ya, terima perjodohannya? Dia laki-laki yang baik dan sopan. Kamu pasti suka.” Bujuk Bunda lemah lembut.

Nayra menggelengkan kepala–kecewa. Menghentakkan kakinya kesal, dia lantas beranjak dari ruang makan, lalu dengan langkah cepat menaiki tangga menuju kamarnya, mengabaikan teriakan Ayah yang memanggil namanya geram.

********

Nayra menghembuskan napasnya berulang kali. Kedua tangannya berkeringat karena terus menerus meremas dress yang dikenakannya.

Setelah berbagai macam usaha menolak permintaan sang ayah, bahkan sampai terjadi perdebatan yang hebat. Akhirnya Nayra mengalah dan memilih untuk menuruti permintaan itu.

Menikah melalui perjodohan adalah sesuatu yang tidak pernah ada di dalam daftar keinginannya. Nayra berharap laki-laki yang akan menjadi calon suaminya itu orang baik.

“Eh?”

Nayra tersentak dengan wajah linglung. Dia terlalu larut menerka-nerka calon suaminya, hingga tak sadar ada orang yang masuk ke kamarnya.

Hari ini, di malam yang dingin ini adalah saatnya dia bertemu dengan calon suami pilihan ayahnya itu.

“Kamu ngelamun?” Sean berjalan mendekati Nayra yang duduk di depan cemin rias. “Mikirin apa?”

“Menurut Kakak?” Cibir Nayra dengan tampang kesal. “Ayah, tuh, bener-bener ngeselin! Seenaknya aja main jodoh-jodohin. Aku, kan, belum mau nikah. Apalagi nggak tahu cowoknya kayak gimana. Mending kalau baik, lha kalau brengsek?”

“Hush!” Sean menegur. “Nggak boleh ngejelek-jelekin calon suami sendiri. Harusnya kamu bersyukur karena Ayah udah pilihin kamu calon suami yang jelas bibit, bebet, dan bobotnya. Kamu jadi nggak usah repot nyari lagi.” Imbuhnya. “Kamu tahu, nggak? Di luar sana ada beberapa perempuan yang salah milih calon suami dan akhirnya jadi janda.”

Nayra langsung mendelik seraya memasang tampang meledek. “Kakak yakin pilihan Ayah baik? Ada juga, tuh, di luaran sana yang terpaksa nikah gegara dijodohin, ehh ujung-ujungnya cerai juga.”

Gadis itu menghembuskan napasnya kasar, wajahnya merengut lucu.

“Aku nggak siap jadi janda muda.”

“Heh! Nggak boleh bicara sembarangan kayak gitu! Kakak yakin dia orang baik.”

Nayra mendengus keras, kemudian membalikkan badannya kembali menghadap cermin.  “Yakin dari mana?”

“Dari tampangnya.” Sahut Sean enteng.

Nayra berbalik badan lagi dengan ekspresi penasaran. “Kakak udah lihat?”

“Hmm. Dia sama orang tuanya udah datang. Ada di ruang tamu, tuh. Dia ganteng, lho. Kayak tipe kamu banget yang suka oppa-oppa Korea.”

Mata jernih Nayra berbinar sekejap, lalu merengut lagi.

“Percuma genteng kalau brengsek. Banyak cowok kayak gitu di luaran sana. Tipe aku, tuh, kayak Kakak. Baik hati, lemah lembut, pendiem, jadi nanti nurut sama istri.” Cerocos Nayra meledek, membuat sang kakak mendengus jengkel.

Sean mengusap penuh wajah Nayra – gemas, membuat gadis itu protes khawatir riasannya rusak.

“Udah, jangan ngoceh mulu. Ayok ke bawah, mereka udah nunggu!” Seru Sean seraya mengulurkan tangan untuk membantu Nayra berdiri.

Gadis itu memandang ragu uluran tangan tersebut sebelum kemudian menerimanya.

********

Nayra dan Sean turun menuju ruang keluarga. Sayup-sayup obrolan hangat terdengar di telinga Nayra, tapi dia tidak bisa menangkap dengan jelas apa yang mereka bicarakan.

“Nay, agak cepetan jalannya.”

Nayra menuruni anak tangga dengan langkah ragu-ragu. Perasaannya campur aduk, antara gugup, tidak siap, dan takut calon suaminya tidak sesuai ekspektasi.

“Dia beneran ganteng, kan?” Tanya Nayra berbisik.

“Kamu bilang yang penting dia orang baik.” Balas Sean meledek.

“I-iya, sih, tapi tetap aja….” Nayra menghembuskan napas lemah tanpa menyelesaikan kalimatnya. Sean hanya tersenyum mencibir.

“Maaf, aku lama.” Nayra berbasa-basi, menyela percakapan hangat yang sedang berlangsung di sana. Semua orang menatapnya senang.

“Nay. Sini!” Ayah mengulurkan tangan, menginstruksi Nayra yang terus berdiri agar segera duduk. “Perkenalkan, mereka  Om Rendi dan Tante Lisa, calon mertua kamu.”

Dengan gerakan kikuk dan salah tingkah, Nayra menyalami Om Rendi dan Tante Lisa bergantian, kemudian duduk di antara Ayah dan Bunda.

“Nggak nyangka Nayra tumbuh secantik ini. Terakhir lihat masih bayi merah.” Ujar Tante Lisa memuji.

Nayra tersenyum malu-malu. Kemudian, matanya mengitari sekitar. Dia tidak melihat keberadaan orang lain – calon suaminya.

“Dia lagi di luar angkat telepon.” Sahut Tante Lisa seakan mengetahui isi pikiran Nayra. “Kamu nyariin anak Tante, kan?”

Nayra tersenyum canggung sekaligus malu. Ucapan Tante Lisa membuat semua orang langsung meledeknya termasuk Ayah.

Tak lama, laki-laki tampan dengan perawakan jangkung muncul dari ruangan utama. Laki-laki yang sepertinya familier bagi Nayra.

“Maaf, aku lama.” Suara bagai lullaby itu berdenging lembut di telinga Nayra.

Selama beberapa detik, ruangan itu berubah senyap. Nayra membeku menatap laki-laki itu yang nampak sama terkejutnya. Keduanya terdiam saling menatap, berusaha mengingat-ingat, menggali memori yang sudah sekian lama terkubur.

“Nih, anaknya dateng. Kenalin, Nay, ini anak Tante, namanya Rayan.” Seru Tante Lisa heboh. “Ray, Nayra nyariin, lho, dari tadi.” Godanya kemudian, tapi tak mendapat respon apa-apa baik dari Nayra maupun Rayan.

“Hai.” Rayan yang pertama kali sadar. Sapaannya terdengar kaku.

“Ra….yan?” Gumam Nayra tak percaya. Sesekali matanya mengerjap-erjap cepat, menyangka dirinya sedang berada di alam mimpi. Tapi sosok laki-laki itu nyata.

Nayra menatap nanar laki-laki yang sudah membuatnya kehilangan kepercayaan untuk bisa mencintai lagi. Semua  memori yang sudah bertahun-tahun terkubur berkelebat cepat di otaknya tanpa kendali,  membuat rasa sakit di hati Nayra kembali mencuat ke permukaan.

********

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status