Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 8 Memukul Tuan Muda Axel

Share

Bab 8 Memukul Tuan Muda Axel

Author: Sarjana
Tina tampak berseri-seri, dia juga ingin melihat orang penting tersebut.

"Luna, ayo kita tunggu di depan pintu lift," ajak Tina sambil menarik baju Luna.

"Nggak usah, aku akan pulang bersama Ardika ...."

Setelah minum satu gelas anggur, wajah Luna yang sedikit mabuk tampak kemerahan.

Tina pun menasihatinya dengan kesal, "Aduh, kenapa kamu terus memikirkan Ardika si idiot itu? Kali ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kalau kita bisa meninggalkan kesan baik untuk orang penting itu, utang keluarga kalian nggak perlu dikhawatirkan lagi, 'kan?"

"Hmm ... baiklah."

Tak lama kemudian, Axel mengangkat panggilan telepon.

Semua orang langsung menahan napas.

Apakah orang penting tersebut akan turun?

Setelah beberapa saat, Axel pun meletakkan ponselnya dengan ekspresi tak berdaya. Dia lalu berkata, "Ayahku baru saja meneleponku, dia bilang perjamuannya sudah selesai dan orang penting tersebut sudah pergi lebih awal."

"Aduh, kita kurang beruntung, nggak bisa bertemu orang penting itu ...."

Semua orang merasa menyesal.

"Sayang, kamu sudah selesai makan?"

Saat ini, Ardika tiba-tiba berjalan masuk.

"Ardika, kamu masih berani datang? Pergi sana!"

Melihat kedatangan Ardika, Tina yang masih tenggelam dalam penyesalan pun marah dan menamparnya.

"Plak!"

Ardika langsung menggenggam pergelangan tangannya dan berkata, "Tina, aku tahu kamu galak. Untungnya kamu adalah sahabatnya Luna, jangan ulangi lagi."

"Dasar pecundang! Beraninya kamu berbicara seperti itu denganku?" bentak Tina dengan kesal.

Axel langsung memukul meja dan berdiri. Dia lalu berkata, "Dasar bocah! Lepaskan tanganmu. Kamu seharusnya merasa terhormat karena dipukul oleh Nona Tina."

"Siapa kamu?" tanya Ardika dengan nada dingin.

"Dia adalah anaknya Direktur Irwan. Cepat turunkan tanganmu!"

"Anaknya Irwan?" Setelah meliriknya, Ardika lalu berkata dengan sinis, "Ayahmu bahkan nggak berani berbicara seperti itu denganku."

"Cari mati!"

Setelah tertegun sejenak, Axel langsung marah. Dia berjalan ke arah Ardika dengan cepat, kemudian mengangkat tangannya untuk menampar Ardika.

"Plak!"

Ardika melepaskan Tina, kemudian menampar Axel dengan keras.

"Ah ...."

Axel langsung terpental, darah pun muncrat dari hidung dan mulutnya.

Wajahnya bengkak!

"Shh!"

Semua orang yang berada di Hall Rembulan terkejut.

Beraninya Ardika memukul anaknya Irwan?

Tony langsung berdiri dan berteriak dengan kesal, "Ardika, kamu cari mati! Kamu nggak hanya mencelakakan dirimu, tapi juga mencelakakan Luna dan keluarganya."

Wajah Luna dan keluarganya langsung pucat.

Di dalam Hall Rembulan, hanya Ardika yang tampak santai.

"Sayang, nggak usah takut. Anak orang kaya yang sombong memang pantas dipukul. Nggak apa-apa."

Semua orang mengira Ardika sedang membual.

"Tuan Muda Axel, kamu nggak apa-apa?"

Tony dan Tina segera membantu Axel untuk berdiri.

"Minggir!"

Axel mendorong mereka dengan kesal. Kali ini, dia benar-benar marah.

Sejak kecil sampai dewasa, semua orang selalu bersikap hormat kepadanya. Bahkan ayahnya juga tidak pernah menamparnya.

"Nak, kamu berani juga! Hari ini, kamu nggak akan bisa keluar dari tempat ini dengan baik."

Sambil memelototi Ardika, Axel mengeluarkan ponsel untuk menelepon Irwan.

"Ayah, seseorang memukulku di Restoran Gatotkaca. Tolong bawa orang kemari, aku ingin membunuh pecundang ini."

"Apa! Aku akan segera membawa orang ke sana."

Semua orang bisa mendengar amarah dari suara Irwan di ujung telepon.

"Ardika, kamu benar-benar bajingan! Belatung sialan!"

Desi berteriak dengan penuh amarah. Orang itu adalah direktur pemerintahan, orang yang tidak bisa disinggung oleh Keluarga Basagita.

"Tuan Muda Axel, Ardika nggak sengaja, mohon maafkan dia."

Wajah Luna sangat pucat. Tanpa sadar, dia ingin berlutut, tetapi dihentikan oleh Ardika. Ardika lalu berkata, "Nggak apa-apa, Sayang. Orang yang harusnya khawatir adalah dia."

Gila! Sudah gila!

Sampai saat ini, Ardika masih berani berkata sombong.

Desi tiba-tiba merasa pusing dan jatuh lemas di kursi.

"Siapa yang berani memukul anakku?"

Tak lama kemudian, Irwan sudah muncul di Hall Rembulan dengan wajah kesal. Di belakangnya juga ikut sekelompok pria kekar.

"Ayah, bocah itu! Dia adalah menantu idiot dari keluarga kelas dua."

Axel menunjuk Ardika sambil berkata, "Aku hanya memarahinya, tapi dia bahkan bilang kalau Ayah juga nggak pantas berbicara dengannya."

Semua orang menatap Ardika dengan tatapan putus asa, karena ekspresi Irwan terlihat sangat marah.

"Bagus, bagus, bagus! Sudah lama tidak ada yang berani berbicara seperti itu kepadaku."

Sambil memaksakan senyuman, Irwan pun mengalihkan pandangannya ke arah Ardika.

Kemudian, dia pun tercengang di tempat.

"Tuan, Tuan, Tuan ...."

Bulu kuduk Irwan langsung berdiri, dia juga tidak bisa berbicara dengan benar.

"Plak!"

Tiba-tiba, Irwan menoleh ke belakang dan menampar anaknya hingga terjatuh ke lantai.

"Dasar anak sialan! Siapa yang ingin kamu bunuh? Kamu sudah hebat, ya?"

"Beraninya kamu membuat masalah di Restoran Gatotkaca? Kamu ingin mati, ya? Sini, biar aku hajar sampai mati saja."

Irwan langsung menghajar Axel dengan keras, dia tidak memberi pengampunan meskipun Axel adalah anaknya. Axel hanya bisa menjerit kesakitan.

Semua orang langsung tertegun.

Apa yang terjadi? Bukankah Ardika yang seharusnya dipukul?

"Berdiri! Minta maaf!"

Irwan menarik rambut Axel dan memaksanya berdiri.

Dia menekan kepala Axel dan memaksanya minta maaf kepada Ardika.

Ardika juga malas berdebat, dia hanya melambaikan tangannya dengan santai. Irwan akhirnya bisa merasa lebih tenang, dia segera menarik anaknya untuk pergi dari sana.

Setelah beberapa saat, Hall Rembulan masih saja hening.

Semua orang menatap Ardika dengan bengong.

Setelah itu, Tony pun tersenyum dan berkata, "Orang yang menjadi direktur memang berbeda. Tata kramanya sangat ketat."

Oh ya?

Semua orang masih bingung, mereka merasa masalah ini sangat aneh.

Luna dan keluarganya juga merasa terselamatkan.

"Ardika, kali ini kamu beruntung. Tapi, jangan mengira dirimu hebat."

Tony menatap Ardika dengan tatapan merendahkan, "Kalau hari ini aku nggak membantu Luna menagih utangnya, apakah kamu tahu bagaimana kehidupan Luna dan keluarganya nanti?"

"Kamu bilang kamu yang menagih utangnya?"

Tatapan Ardika menjadi dingin.

"Kalau nggak, memangnya pecundang sepertimu bisa?"

Desi menarik Tony dan berkata, "Tony, jangan pedulikan dia. Ayo kita bayar dan pergi dari sini. Melihatnya saja membuatku kehilangan nafsu makan."

Tony menekan bel untuk memanggil pramusaji.

"Tuan Muda Tony, Tuan John sudah bayar."

Setelah tertegun sejenak, Tony pun tertawa terbahak-bahak sambil berkata, "Ardika, apakah kamu masih berani meragukan bahwa aku yang membantu Luna menagih utang?"

"Kak Herkules adalah anak buahnya Tuan John. Tuan John pasti tahu hubunganku dengan Kak Herkules baik, jadi dia membayar tagihannya."

Tony benar-benar sangat bangga.

Desi juga tersenyum lebar dan berkata, "Tuan John bahkan membayar tagihannya, Tony benar-benar hebat. Kalau Luna bisa menikah denganmu, dia nggak akan dirundung orang lain lagi."

Luna langsung mengenyit.

Melihat sahabat baiknya diam saja, Tina pun berkata, "Tuan Muda Tony, tiga hari lagi adalah ulang tahun Luna, bukankah kamu harus menyiapkan sesuatu."

"Tentu saja harus ...."

Ketika Tony baru berbicara, Ardika langsung memotongnya, "Tina, istriku ulang tahun, aku pasti akan merayakannya dengan meriah, orang lain nggak usah ikut campur."

"Tapi, karena kamu adalah sahabatnya Luna, kamu boleh datang. Tony, kamu juga boleh datang melihatnya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bulat Pese
pbbkghjyghrhjnvgtg
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 9 Keluarga Basagita yang Tidak Tahu Malu

    Tina juga mendengkus dingin.Tony yang menyipitkan matanya tiba-tiba mengangguk, lalu berkata dengan nada bercanda, "Ardika, boleh juga. Kamu yang rayakan saja, biar aku bisa melihatnya."Tony malas berdebat dengan seorang pecundang.Lagi pula dengan keuangannya, selama Tony mau, dia bisa membuat Luna hidup mewah setiap hari.Kali ini, dia akan membiarkan Ardika mengacaukannya.Tanpa kekurangan yang ditunjukkan oleh si pecundang, kehebatan Tony tentu saja tidak terlihat, 'kan?Desi langsung mengabaikan Ardika, dia lalu bertanya, "Tony, apakah kamu bisa mengundang Kak Herkules ke pesta ulang tahun Luna? Kami harus berterima kasih kepadanya karena sudah membayar utang."Senyuman di wajah Tony langsung menghilang.Hari ini, dia sempat menelepon Herkules. Setelah memarahinya, Herkules langsung menutup telepon dengan kesal. Siapa sangka ternyata Herkules malah membayar utangnya, hal itu sudah cukup mengejutkan Tony.Mengundang Herkules ke ulang tahun Luna?Tony tidak percaya dia punya kehor

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 10 Hadiah Ulang Tahun

    Apa?Utangnya sudah dibayar?Mana mungkin? Bukankah Herkules sudah marah?Wulan dan yang lainnya langsung bengong, bahkan Tuan Besar Basagita juga tertegun. Dia menggaruk telinga sambil bertanya, "Kalian ... kalian benar-benar berhasil mendapatkan uangnya?"Sambil mengangguk, Luna segera memberikan buktinya dengan hormat."Kakek, ini ceknya, Kakek lihat dulu."Setelah melihatnya beberapa kali, Tuan Besar Basagita pun menghela napas lega. Dia lalu mengangguk dan berkata, "Ini memang cek milik perusahaan Herkules."Ekspresi tegang di wajah setiap anggota Keluarga Basagita pun menjadi lebih lega.Kalau bisa mendapatkan uangnya, hal itu membuktikan bahwa Herkules tidak marah. Keluarga Basagita juga akan baik-baik saja."Huh! Kalian kira utangnya dibayar gara-gara kalian? Jangan mimpi!" Saat ini, Wulan tiba-tiba maju ke depan dan berkata, "Kalau bukan karena aku dipukul oleh Kak Herkules, mana mungkin kalian bisa mendapatkan uangnya?""Pasti karena Kak Herkules ingin meminta maaf kepadaku,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 11 Tamu Terhormat Bank

    "Masih berpura-pura! Dari mana seorang idiot punya uang untuk membeli Hati Peri?"Sambil pamer ke arah Luna, Wulan pun berkata, "Nanti aku akan memakai Hati Peri untuk pesta ulang tahun, kemudian memakainya untuk tanda tangan kontrak dengan Grup Angkasa Sura. Bahagia sekali ...."Wisnu juga memuji adiknya, "Wulan, nantinya kamu akan menjadi wanita paling menarik perhatian di Kota Banyuli. Adapun beberapa orang, mereka bahkan nggak pantas berada di sisimu."Semua orang merasa iri. Tuan Muda David sangat baik hati, dia bahkan membelikan hadiah seperti Hati Peri.Kaya sekali.Ardika merasa kesabarannya sudah habis. Dia mengepalkan tangannya dan berjalan maju, tetapi dihentikan oleh Luna."Ardika, tenangkan dirimu.""Astaga, coba lihat tampang si idiot ini, dia ingin memukulku, ya?" ucap Wulan sambil berpura-pura takut."Kalau dia berani memukulku, aku akan menyuruh Kakek untuk mengusirnya dari Keluarga Basagita.""Gila! Orang idiot ini mau pukul orang."Tidak sedikit anggota Keluarga Basa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 12 Kartu Hitam Misterius

    Yuni menerima kartu itu dengan ekspresi bingung, dia lalu bertanya, "Tuan Ardika, apakah ini kartu bank kami? Kenapa aku nggak pernah melihat yang warna hitam seperti ini?"Setelah Wulan dan David selesai bertransaksi, mereka pun mendekat ketika mendengar ucapan Yuni. Mereka juga melirik kartu bank di tangan Ardika."Haha, Ardika si pecundang ini, kamu ingin bertransaksi dengan kartu palsu, ya? Konyol sekali!"Wulan tertawa dengan keras. David juga ikut tersenyum sinis dan berkata kepada Amel, "Aku nggak tahan lagi, cepat usir si bodoh ini.""Baik, aku akan segera ...."Amel pun langsung mengangguk. Namun, ketika tatapannya jatuh di kartu hitam milik Ardika, dia langsung terdiam.Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tidak yakin, dia lalu merebut kartu hitam di tangan Ardika."Yuni, kamu jaga dulu. Aku akan menanyakan kepada pimpinan cabang."Setelah merebut kartunya, Amel melihat kartu itu beberapa kali, kemudian berlari ke atas tanpa menoleh ke belakang.Wulan berjalan mendekat dan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 13 Bercerai dan Kembali ke Keluarga Basagita

    Desi menatap Ardika dengan penuh kebencian, napasnya juga tampak terengah-engah. Kemudian, dia tiba-tiba berlari ke dalam dapur, lalu kembali dengan pisau di tangannya."Masih saja membual! Kalau bukan idiot seperti kamu, kami nggak akan diusir dari Keluarga Basagita.""Hari ini, aku harus membunuhmu."Selesai bicara, Desi pun melemparkan pisau di tangannya."Bu! Apa yang kamu lakukan?" teriak Luna. Wajahnya sudah menjadi pucat karena terkejut.Jacky juga terkejut, dia tidak menyangka Desi akan melempar pisau.Ketika pisau hampir mengenainya, Ardika malah tampak tenang. Dia hanya sedikit memiringkan tubuhnya, pisau pun mengenai pintu dan terjatuh ke lantai."Astaga!"Terdengar seruan kaget dari depan pintu.Semua orang menoleh ke belakang, lalu menyadari orang yang datang adalah Tony."Tony? Kenapa kamu datang?"Desi segera menenangkan diri dan menyambutnya.Setelah terkejut, Tony langsung menenangkan diri. Dia berusaha tersenyum dan berkata, "Bibi, aku mendengar bahwa kalian dikeluark

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 14 Nona Luna Dipersilakan Masuk Ke Hotel

    Kompleks Anggrek.Hari ini, Luna berdandan dengan cantik dan mengenakan baju baru.Namun, dia masih terlihat miskin."Ardika, aku sudah selesai, ayo berangkat."Luna tersenyum dengan ceria. Meskipun Ardika tidak bisa memberikan pesta ulang tahun yang meriah, Luna sudah merasa puas selama mereka bisa bersama.Ardika juga mengangguk sambil tersenyum. Ketika dia ingin menggandeng tangan Luna, Desi malah memukulnya.Desi lalu berkata dengan kesal, "Kamu mau pergi makan warung pinggir jalan dengan si idiot ini?""Tuan Muda Tony sudah memesan hotel bintang lima untukmu, dia memesan satu meja seharga dua ratus juta." Setelah itu, terdengar suara klakson yang keras.Desi pun menunjukkan ekspresi gembira sambil berkata, "Tony sudah datang, Luna, ayo kita pergi."Ketika mereka turun ke bawah, mereka melihat Tony yang mengenakan jas putih sedang memegang satu buket mawar merah muda. Dia berdiri di samping mobil Maserati.Melihat Luna turun ke bawah, dia segera mendekat."Luna, selamat ulang tahun

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 15 Ardika Adalah Direktur Utama

    Suasana di depan hotel terasa sangat hening.Perhatian semua orang tertuju kepada Ardika dan Luna.Pesta ulang tahun Nona Luna?Kalau begitu, direktur utama Grup Angkasa Sura ... adalah Ardika?Anggota Keluarga Basagita langsung bengong, mereka juga sangat terkejut.Wulan juga merasa pusing."Nggak! Nggak mungkin ....""Pak ... Pak Henry, Apakah Anda salah ...."Wulan hampir saja pingsan, mana mungkin Ardika adalah direktur utama Grup Angkasa Sura?"Diam!"Henry langsung menampar wajah Wulan, aura seorang bos besar memang berbeda. Wulan yang ketakutan setengah mati langsung terjatuh ke tanah.Henry kembali berkata dengan hormat kepada Luna, "Nona Luna, silakan masuk.""Aku ...."Luna berdiri di tempat dengan tegang dan bingung. Dia tidak bisa menggerakkan kakinya, karena semua ini terasa tidak nyata.Pada saat ini, sebuah mobil Rolls-Royce yang panjang keluar dari hotel. Henry pun datang ke samping mobil, kemudian membukakan pintu untuk Ardika dan Luna.Sikap yang seperti seorang pelay

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 16 Dibubarkan

    Tanpa menunggu Ardika menjawab, daftar hadiah sudah mulai dibacakan."Wali Kota Banyuli, Ridwan Basuki, memberikan hadiah satu lukisan bersejarah ....""Kepala Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax dan keluarga lainnya memberikan hadiah uang tunai sebesar 10 miliar.""Direktur Irwan, Direktur Calvin, Direktur Bella ...."Ketika sampai di aula pesta, orang-orang yang sedang menunggu langsung terkejut.Orang-orang dari pemerintahan dan dunia bisnis, bahkan ada orang-orang dari dunia kepolisian dan dunia bawah.Semua orang besar di Kota Banyuli datang merayakan pesta ini serta memberikan hadiah yang mahal.Herkules yang bertugas membacakan nama juga diam-diam menelan ludah. Meskipun Herkules sudah sering melihat banyak hal, dia juga tidak pernah melihat hadiah yang begitu mahal.Ketika Tuan Besar Basagita mendengar daftar hadiah yang diberikan, matanya memancarkan kecemburuan, terutama si Wulan.Kalau semua hadiah itu diberikan kepada Keluarga Basagita, mereka pasti akan sangat

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2123 Menunjukkan Kesetiaan

    "Jangan terburu-buru berterima kasih, kita bicarakan hal yang penting dulu."Ardika melambaikan tangannya, lalu duduk di sofa."Pertama-tama, aku beri tahu kamu, aku nggak memelihara pecundang.""Jadi, selanjutnya kamu harus menempati posisi sebagai ketua cabang Provinsi Denpapan.""Tapi, aku nggak akan mengangkatmu secara langsung. Kamu harus membersihkan Organisasi Snakei sendiri, menarik dukungan dan kekuasaan sendiri.""Baik yang sekarang sudah memperebutkan kekuasaan secara terang-terangan seperti Giorgi dan Wilgo, atau yang masih terkesan misterius seperti Revando, hanya ada dua pilihan untuk menghadapi orang-orang ini, tundukkan, atau kirim mereka ke alam bawah sana untuk menemani Sirilus.""Dalam kunjunganku kali ini, aku masih ada banyak urusan-urusan lainnya. Aku nggak ingin membuang-buang terlalu banyak waktu dalam urusan cabang Provinsi Denpapan, jadi aku hanya bisa memberimu waktu setengah bulan.""Vita, tunjukkan kemampuanmu padaku."Kalau Vita menunjukkan kemampuan yang

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2122 Pulih Kembali

    Berdasarkan rencana awal Ardika, membersihkan cabang Gotawa dan cabang Provinsi Denpapan, bisa dilakukan dengan menghabisi setengah anggota, lalu memenangkan hati setengah anggota.Diberi hukuman terlebih dahulu, baru diberi yang manis-manis. Dengan cara seperti ini, sudah bisa memegang kekuasaan dengan kokoh.Namun, saat dia melihat Vita, dia berubah pikiran.Dia ingin membuat Vita sepenuhnya tunduk padanya, bukannya ingin meninggalkan ancaman untuk dirinya sendiri. Itulah sebabnya, dia harus membuat wanita itu menyetujui penawarannya tanpa terpaksa.Ardika tidak bermaksud untuk memaksa wanita itu.Dia sudah memberi wanita itu kesempatan, apakah wanita itu bersedia menangkap kesempatan ini atau tidak, tergantung pada wanita itu sendiri.Setelah terdiam sejenak, Vita langsung melangkah maju dan berlutut di hadapan Ardika."Vita memberi hormat kepada Pak Ardika!""Mulai hari ini, aku hanya akan mendengarkan perintah Pak Ardika!"Begitu mengambil keputusan, Vita tidak ragu lagi. Dia melo

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2121 Beri Aku Jawabanmu

    Pedang Ular Gelap.Pedang itu adalah senjata ajaib Vanya, sang Ratu Ular, juga merupakan pedang suci yang mewakili kekuasaan tertinggi Organisasi Snakei.Pedang yang terpampang nyata di depan mata ini, sangat jelas adalah replikanya.Biarpun hanya replika, juga hanya ketua cabang Organisasi Snakei yang memenuhi kualifikasi untuk memilikinya.Kala itu, sebagai orang berbakat yang menempati peringkat sepuluh besar dari tiga puluh enam cabang Organisasi Snakei, Vanya, sang Ratu Ular baru memberi Vita sebilah pedang ini.Sebelumnya, Vita membawa Pedang Ular Gelap ke Kota Banyuli. Dia mengira hanya dengan membawa Pedang Ular Gelap, dia sudah bisa menekan pembunuh ayah angkatnya.Namun, siapa sangka Ardika bisa melumpuhkannya dengan mudah dan merebut Pedang Ular Gelap.Setelahnya, karena Pedang Ular Gelap, muncullah serangkaian masalah.Jadi, saat melihat Pedang Ular Gelap yang dulunya ada di tangannya itu, kembali muncul di hadapannya, perasaan Vita campur aduk.Namun, hal yang membuatnya t

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2120 Pedang Ular Gelap

    "Hal yang mudah ...."Vita menatap Ardika dengan lekat, sekujur tubuhnya gemetaran.Hanya saja, setelah kehilangan segalanya, dia baru menyadari betapa berharganya segala sesuatu yang dimilikinya dulu.Terutama setelah kekuatannya dilumpuhkan, dia benar-benar merasakan betapa kejamnya dunia ini.Orang-orang yang dulunya menjilatnya, rekan-rekan yang selalu menyapanya dengan penuh hormat, langsung berubah seratus delapan puluh derajat, menganggapnya seperti orang asing.Para senior dan tetua Organisasi Snakei cabang Gotawa yang sebelumnya sangat menyayanginya dan membelanya, tidak lagi memedulikannya. Pada akhirnya, mereka bahkan memindahkannya ke cabang Provinsi Denpapan, menempatkannya di posisi wakil ketua cabang Provinsi Denpapan.Setelah bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan, dia selalu ditindas oleh orang-orang. Hari ini, kalau dia benar-benar jatuh ke tangan Cahdani, dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya.Vita bertanya dengan susah payah, "Apa persy

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2119 Hal yang Mudah

    Ardika menggelengkan kepalanya.Hingga saat seperti ini, wanita yang satu ini masih saja menunjukkan sikap angkuh yang konyol.Ardika berkata dengan memasang ekspresi mempermainkan, "Kalau begitu, coba kamu katakan, kamu berencana membalas budiku dengan cara apa?"Ekspresi Vita sedikit berubah. Kemudian, dia berkata dengan dingin, "Ardika, untuk apa kamu mempermalukanku seperti ini lagi di saat seperti ini?""Aku adalah orang lumpuh yang nggak punya apa-apa, bagaimana aku bisa membalas budimu?""Kekuasaan? Nggak ada seorang pun yang menganggap serius aku, wakil ketua cabang Provinsi Denpapan di atas nama ini. Bahkan, orang seperti Cahdani saja bisa mendesakku ke jalan buntu."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia buru-buru berkata, "Bu Vita, aku hanya gegabah sesaat! Sebenarnya aku sangat menghormatimu!"Vita melemparkan sorot mata dingin ke arah pria itu, tidak mengucapkan sepatah kata pun."Uang? Apa lagi uang, tentu saja aku nggak punya.""Ardika, kamu hanya suka melihat seorang wani

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2118 Memangnya Kamu Pantas Aku Permalukan

    "Ardika, kamu membawaku kembali untuk mempermalukanku, 'kan?"Vita meraba-raba pipinya yang terasa panas itu, lalu berkata dengan dingin, "Kamu bisa membunuhku, tapi nggak boleh mempermalukanku!"'Ardika?'Begitu mendengar Vita menyebut nama Ardika, Cahdani yang tergeletak di lantai dan berpura-pura mati itu, merasa nama ini agak familier, seperti pernah mendengar nama ini."Oh? Mempermalukanmu? Memangnya kamu pantas?"Ardika duduk di seberang Vita, mengeluarkan selembar tisu basah, lalu mengelap tangannya perlahan-lahan.Melihat pergerakan Ardika itu, Vita mengangkat alisnya, menarik napas dalam-dalam untuk menekan api amarah yang bergejolak dalam hatinya.Kemudian, dia tertawa getir dan berkata, "Ya, benar juga. Kamu adalah seseorang yang bahkan mampu menundukkan Pak Chamir. Kala itu, kamu juga melumpuhkanku hanya menggunakan satu tangan.""Bahkan saat itu saja aku nggak memenuhi kualifikasi untuk menjadi lawanmu, apalagi sekarang. Aku sudah menjadi orang lumpuh, bagaimana mungkin ak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2117 Mengantarku

    Ardika mencabut empat sumpit yang tertancap di tangan Cahdani dengan santai, lalu berjalan keluar dengan membawa pria itu."Ka ... kamu mau membawa Tuan Muda Cahdani ke mana?"Jepi mengajukan pertanyaan itu dengan ekspresi gugup. Kali ini, dia bahkan tidak berani berbicara dengan suara yang terlalu keras, takut Ardika menyiksa Cahdani lagi.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Biarkan Tuan Muda Cahdani mengantarku sebentar. Dua jam kemudian, aku akan mengirim orang untuk mengantarnya kembali.""Tapi selama dua jam ini, kalian semua harus tunggu di sini.""Kalau sampai ada yang diam-diam meninggalkan tempat ini, pergi satu, aku akan mematahkan satu lengan Cahdani, pergi dua, aku akan mematahkan satu kakinya, dan seterusnya ...."Selesa berbicara, Ardika langsung membawa Cahdani meninggalkan restoran di bawah tatapan banyak orang.Begitu melihat mobil Rolls-Royce yang mengkilap itu, Cahdani tahu kali ini dia benar-benar sudah menghadapi lawan yang tangguh.Bagi tokoh yang sudah mencapai

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2116 Ganti Tempat untuk Bicara

    Ardika bahkan tidak melirik Jepi yang sedang berteriak seperti sudah menggila itu, dia hanya berkata dengan acuh tak acuh, "Sepertinya kalian ini masih belum memetik pembelajaran juga, ya."Saat berbicara, dia kembali menusukkan sumpit dalam genggamannya ke dalam telapak tangan Cahdani."Ahhh ...."Cahdani mendongak seperti sudah menggila, seta mengeluarkan teriakan yang luar biasa menyedihkan.Akan tetapi, kedua tangannya seperti sudah terpaku di atas meja, dirinya seperti sudah terpaku di tempat. Dia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi juga tidak ada hasilnya.Ardika mengorek-ngorek telinganya sambil bertanya, "Ayo, coba ulangi sekali lagi, apa yang akan kalian lakukan kalau terjadi sesuatu pada Tuan Muda Cahdani?"Di bawah ada Cahdani yang sedang meronta sambil berteriak dengan menyedihkan, sedangkan di atas ada Ardika yang tampak sangat santai.Pemandangan yang sangat mengenaskan ini benar-benar mengguncang hati orang.Pada akhirnya, ekspresi marah Jepi dan yang lainnya berubah

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2115 Mati Bersama

    Ardika melayangkan satu demi satu tamparan ke wajah Cahdani tanpa berbelas kasihan.Tanpa butuh waktu lama, wajah bocah ini sudah rusak ditampar oleh Ardika.Menerima tamparan beruntun dari Ardika, Cahdani merasakan kepalanya sangat pusing.Hal yang tidak bisa diterimanya adalah, penghinaan yang menggerogoti jiwa dan raganya.Dia sudah hidup selama tiga puluh tahun, belum pernah dipermalukan seperti ini oleh orang lain."Dasar sialan! Kamu memperlakukanku seperti ini, apa kamu pernah memikirkan konsekuensinya?"Dengan mata memerah, Cahdani berteriak dengan marah."Ahh ...."Tanggapan yang didapatkannya adalah, sumpit kembali tertancap masuk ke telapak tangannya.Saat ini, kedua telapak tangan Cahdani mengeluarkan darah segar, bahkan sudah mewarnai meja di bawah tubuhnya hingga kemerahan.Saat ini, para pria kekar yang berada di sekeliling tempat itu, menggertakkan gigi mereka hingga gigi mereka nyaris hancur. Mereka benar-benar panik setengah mati.Namun, majikan mereka masih di tangan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status