Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 14 Nona Luna Dipersilakan Masuk Ke Hotel

Share

Bab 14 Nona Luna Dipersilakan Masuk Ke Hotel

Author: Sarjana
Kompleks Anggrek.

Hari ini, Luna berdandan dengan cantik dan mengenakan baju baru.

Namun, dia masih terlihat miskin.

"Ardika, aku sudah selesai, ayo berangkat."

Luna tersenyum dengan ceria. Meskipun Ardika tidak bisa memberikan pesta ulang tahun yang meriah, Luna sudah merasa puas selama mereka bisa bersama.

Ardika juga mengangguk sambil tersenyum. Ketika dia ingin menggandeng tangan Luna, Desi malah memukulnya.

Desi lalu berkata dengan kesal, "Kamu mau pergi makan warung pinggir jalan dengan si idiot ini?"

"Tuan Muda Tony sudah memesan hotel bintang lima untukmu, dia memesan satu meja seharga dua ratus juta." Setelah itu, terdengar suara klakson yang keras.

Desi pun menunjukkan ekspresi gembira sambil berkata, "Tony sudah datang, Luna, ayo kita pergi."

Ketika mereka turun ke bawah, mereka melihat Tony yang mengenakan jas putih sedang memegang satu buket mawar merah muda. Dia berdiri di samping mobil Maserati.

Melihat Luna turun ke bawah, dia segera mendekat.

"Luna, selamat ulang tahun. Ini adalah hadiah ulang tahunmu."

Sambil berbicara, dia membuka satu kotak perhiasan. Di dalamnya tampak sebuah cincin berlian.

"Tuan Muda Tony, ini ...."

Luna mengenyit dan tampak bingung.

"Aduh, Tuan Muda Tony sedang melamarmu! Cepat terima ...."

Desi yang gembira pun mendorong Luna maju ke depan.

"Bu, kita masih belum pergi ke pesta ulang tahun yang kusiapkan, kenapa kalian buru-buru?" ucap Ardika sambil menarik tangan Luna.

"Baiklah, sepertinya idiot sepertimu nggak akan menyerah sampai akhir ...."

Desi yang sangat marah pun tertawa. Tony juga ikut berkata dengan ekspresi hina, "Baiklah, kita pergi ke pesta ulang tahun yang kamu siapkan dulu."

Tony sudah menantikan kesempatan untuk menertawakan Ardika.

"Tapi, mobilku hanya muat tiga orang, bagaimana kamu pergi? Naik sepeda?"

"Nggak apa-apa, Ardika dan aku naik taksi saja," ucap Luna sambil menggenggam tangan Ardika.

Dua mobil pun berjalan ke arah pinggiran kota.

Melihat mobil menjauh dari pusat kota, ekspresi Desi pun makin masam. Dia segera menelepon Luna.

Ketika ponsel tersambung, Desi langsung marah, "Ardika, bajingan kamu! Kamu bahkan nggak sanggup makan warung pinggir jalan, sekarang malah membawa kami ke desa."

Tony yang sedang menyetir pun tersenyum dan berkata, "Bibi, aku khawatir bukan di desa, melainkan di dalam hutan."

Luna tampak terkejut. Setelah Ardika mengambil ponsel dan menjelaskannya, Desi pun memutuskan teleponnya dengan kesal.

"Ardika, kita mau pergi ke mana?"

Luna juga deg-degan, dia khawatir Ardika akan menjadi bahan tertawaan.

"Kamu akan tahu setelah sampai ...."

...

Dua mobil tersebut akhirnya berhenti di depan pintu masuk Hotel Bintang Bulan.

Saat ini, pintu masuk hotel sudah dipenuhi bunga dan karpet merah yang panjang terbentang dari hotel. Kedua sisi karpet merah juga dipenuhi orang.

Ketika mereka turun dari mobil, Desi segera berlari ke arah Ardika dengan kesal.

"Ardika, penyakitmu kambuh lagi, ya? Ini adalah pesta ulang tahun yang diadakan oleh direktur utama Grup Angkasa Sura, kenapa kamu membawa kami ke sini?"

"Wulan dan yang lain juga ada di sini. Apakah kamu sengaja ingin membuat mereka mempermalukan kami?"

Tony juga berkata dengan niat jahat, "Ardika, jangan-jangan kamu ingin makan gratis di ulang tahun direktur utama? Kenapa kamu nggak memikirkan statusmu dulu? Memangnya kamu berhak masuk?"

Setelah itu, dia pun menoleh ke arah Desi dan berkata, "Bibi, lebih baik kita pergi ke hotel yang sudah kupesan ...."

Desi mengangguk.

Ekspresi Luna sudah menjadi pucat, dia tidak menyangka Ardika akan mengecewakannya.

Meskipun warung pinggir jalan atau makan di desa, Luna juga tidak masalah. Siapa sangka, Ardika malah membawanya makan gratis di ulang tahun orang lain.

"Oh, bukankah ini Luna? Kenapa kalian datang?"

Pada saat ini, suara Wulan pun terdengar.

Wulan mengenakan gaun pesta yang sangat mewah dan memakai kalung Hati Peri. Dia berjalan ke arah mereka bersama David.

Wulan lalu berkata dengan sinis, "Kalian nggak pergi makan warung pinggir jalan, ya? Jangan-jangan kalian ingin datang bertemu dengan direktur utama Grup Angkasa Sura?"

David juga berkata dengan hina, "Melihat tampang kalian yang miskin ini, sepertinya kalian juga nggak sanggup memberikan hadiah. Sepertinya kalian memang bukan datang untuk menarik investasi. Coba lihat hadiah yang kami bawa, mutiara malam seharga miliaran."

David menggoyangkan kotak perhiasan di tangannya dengan bangga.

Ekspresi Luna juga sangat canggung.

Kedua mata Desi juga memancarkan amarah yang sangat besar, seolah-olah ingin melahap Ardika.

"Siapa bilang kami datang untuk mencari investasi?"

Ardika menggenggam tangan Luna yang terasa dingin.

Bukan datang mencari investasi?

Setelah tertegun sejenak, Wulan pun berkata, "Selain mencari investasi, memangnya kalian datang untuk apa?"

Ardika lalu menatap Wulan dengan dingin sambil berkata, "Tentu saja datang merayakan ulang tahun Luna."

Duar!

Setelah tertegun sejenak, semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.

"Dasar idiot! Memangnya kamu kira dirimu siapa? Orang yang memesan tempat ini adalah direktur utama Grup Angkasa Sura."

"Meskipun bekerja sepanjang hidup di proyek, pecundang sepertimu nggak berhak masuk ke tempat ini! Cepat pergi dari sini, orang-orang seperti kalian hanya mengotori penglihatan direktur utama saja."

Mendengar cemooh dari orang-orang, Luna pun gemetar hebat dan hampir pingsan.

Desi juga tidak berani berada di tempat ini lagi.

"Dasar pecundang! Kamu harus cerai dengan anakku sekarang juga! Aku benar-benar merasa malu punya menantu sepertimu."

Melihat Ardika dipermalukan, Tony tentu saja merasa senang.

Setelah mendengarnya, tidak sedikit orang yang mencemooh Ardika dan yang lainnya.

Pada saat ini, Tuan Besar Basagita berjalan maju dengan tongkat di tangannya. Dia pun berkata dengan kesal, "Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian membawa si idiot ke sini? Apakah kalian ingin keluarga lain menertawakan Keluarga Basagita?"

"Tuan Muda Tony sudah memberitahuku, kalau kita mengusir Ardika dari keluarga, Tuan Henry nggak akan meminta pertanggungjawaban kita lagi! Kalian berdua sudah tua, kenapa masih nggak tahu diri?"

"Ayah ... kami ...."

Jacky ingin menjelaskan, tetapi langsung dipukul oleh Tuan Besar Basagita.

"Luna, kamu juga. Apa kontribusi yang diberikan Ardika kepada Keluarga Basagita? Dia bahkan nggak pantas dibandingkan dengan Tuan Muda Tony. Hari ini kamu ulang tahun, tapi dia malah membawamu ke tempat ini untuk dipermalukan."

"Kenapa Keluarga Basagita bisa punya cucu seperti kamu?"

Tuan Besar Basagita sangat marah, Luna yang dimarahi juga hanya bisa menunduk.

Namun, detik selanjutnya, Luna pun mengangkat kepalanya dan berkata dengan tegas, "Kakek, aku nggak akan meninggalkan Ardika. Meskipun dia nggak bisa memberikan apa pun kepadaku, aku juga nggak akan meninggalkannya."

"Kamu!"

Tuan Besar Basagita hampir pingsan karena sangat marah.

"Sial sekali! Kenapa aku punya anak seperti ini?"

Desi merasa sangat sedih, dia bahkan ingin berteriak di tempat.

Wulan hanya mendengkus dingin dari samping.

"Luna, nggak masalah kalau kamu dipermalukan sendiri, tapi kamu malah membuat seluruh Keluarga Basagita ikut dipermalukan! Hari ini, aku mesti menamparmu beberapa kali."

Sambil berkata, Wulan pun mengangkat tangannya.

Pada saat ini, tiba-tiba terdengar kehebohan dari keramaian.

"Bukankah itu mobilnya Tuan Henry?"

Semua orang pun terkejut dan melihat ke arah tersebut. Mereka melihat sebuah mobil Rolls-Royce berwarna emas berjalan keluar dari hotel.

Ketika mobil berhenti, seorang pria paruh baya dengan wajah tegas turun dari mobil.

Orang itu tentu saja adalah Henry.

Ternyata pesta ulang tahun yang diadakan direktur utama juga mengagetkan seorang Henry.

Henry merapikan jasnya, kemudian memperhatikan sekitar dan berhenti di satu arah.

Semua orang langsung menahan napas mereka, karena aura yang dipancarkan oleh Henry sangat kuat.

Wulan yang sedang mengangkat tangannya juga tidak tahu bagaimana menarik kembali tangannya.

Pada saat ini, Henry pun bergerak.

Mengikuti langkahnya, tatapan ribuan orang juga mengikuti pergerakannya.

Pemandangan yang mengagetkan pun terjadi.

Ketika Henry melangkah ke depan, John, Bella dan bos yang lain langsung bergerak ke belakang Henry.

Suasana di sekitar langsung hening. Semua orang seolah-olah sudah kompak.

Tak lama kemudian, di depan Henry hanya menyisakan dua sampai tiga baris orang, termasuk anggota Keluarga Basagita.

Anggota Keluarga Basagita tentu saja ketakutan setengah mati, mereka tertegun dan tidak berani bergerak.

Luna dan keluarganya juga merinding.

"Mampus kita! Ardika si pecundang benar-benar mencelakai kita."

Wajah Desi menjadi pucat karena ketakutan, dia juga hampir pingsan.

Wulan dan David saling bertatapan, mereka terlihat senang.

Sebelumnya, Ardika si pecundang itu mencuri kartu milik Henry, sekarang dia bahkan menjadi musuh semua orang.

Ardika pasti akan mati.

Tony ikut tersenyum sinis. Di benaknya sudah muncul bayangan Ardika yang sedang berlutut dan memohon kepadanya.

Henry merapikan bajunya, kemudian berjalan maju.

"Tak, tak, tak ...."

Di keheningan ini, suara langkah kaki Henry seperti palu yang mengetuk jantung semua orang.

Tatapan semua orang lanjut mengikuti pergerakannya.

Pada akhirnya, Henry kembali berhenti.

Detik selanjutnya, banyak orang yang sudah lupa bernapas dan benak mereka langsung kosong.

Ardika!

Henry berhenti di depan Ardika.

"Persiapan pesta ulang tahun Nona Luna sudah selesai."

"Mohon masuk ke dalam hotel!"

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 15 Ardika Adalah Direktur Utama

    Suasana di depan hotel terasa sangat hening.Perhatian semua orang tertuju kepada Ardika dan Luna.Pesta ulang tahun Nona Luna?Kalau begitu, direktur utama Grup Angkasa Sura ... adalah Ardika?Anggota Keluarga Basagita langsung bengong, mereka juga sangat terkejut.Wulan juga merasa pusing."Nggak! Nggak mungkin ....""Pak ... Pak Henry, Apakah Anda salah ...."Wulan hampir saja pingsan, mana mungkin Ardika adalah direktur utama Grup Angkasa Sura?"Diam!"Henry langsung menampar wajah Wulan, aura seorang bos besar memang berbeda. Wulan yang ketakutan setengah mati langsung terjatuh ke tanah.Henry kembali berkata dengan hormat kepada Luna, "Nona Luna, silakan masuk.""Aku ...."Luna berdiri di tempat dengan tegang dan bingung. Dia tidak bisa menggerakkan kakinya, karena semua ini terasa tidak nyata.Pada saat ini, sebuah mobil Rolls-Royce yang panjang keluar dari hotel. Henry pun datang ke samping mobil, kemudian membukakan pintu untuk Ardika dan Luna.Sikap yang seperti seorang pelay

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 16 Dibubarkan

    Tanpa menunggu Ardika menjawab, daftar hadiah sudah mulai dibacakan."Wali Kota Banyuli, Ridwan Basuki, memberikan hadiah satu lukisan bersejarah ....""Kepala Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax dan keluarga lainnya memberikan hadiah uang tunai sebesar 10 miliar.""Direktur Irwan, Direktur Calvin, Direktur Bella ...."Ketika sampai di aula pesta, orang-orang yang sedang menunggu langsung terkejut.Orang-orang dari pemerintahan dan dunia bisnis, bahkan ada orang-orang dari dunia kepolisian dan dunia bawah.Semua orang besar di Kota Banyuli datang merayakan pesta ini serta memberikan hadiah yang mahal.Herkules yang bertugas membacakan nama juga diam-diam menelan ludah. Meskipun Herkules sudah sering melihat banyak hal, dia juga tidak pernah melihat hadiah yang begitu mahal.Ketika Tuan Besar Basagita mendengar daftar hadiah yang diberikan, matanya memancarkan kecemburuan, terutama si Wulan.Kalau semua hadiah itu diberikan kepada Keluarga Basagita, mereka pasti akan sangat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 17 Perubahan Mendadak

    Ardika tersenyum dan menjawab, "Bu, aku adalah direktur utama dari Grup Angkasa Sura."Wajah Desi sangat merah, dia terus menggenggam lengan Ardika dan tidak mau melepaskannya lagi.Direktur utama dari Grup Angkasa Sura adalah menantunya. Kalau begitu, bukankah Desi akan menjadi ibu mertua kaya raya di Kota Banyuli?Lain kali, ketika berkumpul dengan teman-temannya, dia akan merasa sangat bangga.Semua sahabat yang sering merendahkan Desi mungkin akan berlutut untuk memujinya lagi.Melihat tumpukan hadiah yang sangat banyak itu, Tuan Besar Basagita tidak bisa menahan diri. Dia pun membawa segelas anggur dan mendekat, lalu berkata, "Luna, belakangan ini keuangan Grup Agung Makmur sedang bermasalah, apakah kamu boleh membagikan sedikit hadiahnya kepada kakek? Anggap saja kontribusi kepada keluarga ...."Setelah mendengarnya, Desi langsung tidak senang."Tuan Besar, aku ingat kami sudah dikeluarkan dari Keluarga Basagita, 'kan? Kenapa kami harus berkontribusi terhadap keluarga?"Tuan Besa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 18 Kamu Dipecat

    "Direktur kami bilang kalau dia nggak kenal dengan yang namanya Ardika."Jangan-jangan ... Ardika berpura-pura menjadi direktur utama?Desi langsung terkejut, semua harapannya hancur menjadi kekecewaan.Luna menatap Ardika dengan bingung, dia tidak mengerti kenapa Ardika harus berpura-pura menjadi direktur utama."Tapi, semua hadiah ini memang untuk Luna."Setelah itu, Jenny melanjutkan dengan kesal, "Meskipun nggak tahu alasannya, semua hadiah ini adalah pemberian direktur utama. Selamat ulang tahun, Nona Luna."Selesai berkata, dia hanya bisa menggertakkan gigi dengan penuh kebencian.Awalnya, dia mengira dirinya bisa menginjak-injak Luna. Siapa sangka direktur utama mereka malah menyukai Luna?Namun, sepertinya Ardika akan diselingkuhi.Jenny pun menatap Ardika dengan tatapan hina.Ardika tidak bisa berkata-kata. Belakangan ini, Grup Angkasa Sura diurus oleh para bawahannya, sehingga wajar saja kalau para karyawan perusahaan tidak mengenalnya.Luna bertanya dengan bingung, "Ardika,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 19 Perusahaan Baru

    Setelah selesai bicara, Jenny tidak berani berlama-lama lagi, dia buru-buru meletakkan hadiah ulang tahun dan pergi dari sana.Meskipun orang-orang merasa bingung, suasana pesta ulang tahun juga tidak terpengaruh.Walaupun Ardika bukan direktur utama, dia juga kenal dengan direktur utama, sehingga Ardika bisa saja memperkenalkan mereka.Oleh karena itu, Luna sekeluarga dikelilingi oleh orang-orang dan terus dipuji.Desi dan Jacky merasa sangat bahagia. Sudah berapa tahun, akhirnya mereka bisa mengangkat kepalanya di depan anggota Keluarga Basagita yang lain.Tuan Besar Basagita tiba-tiba berkata dengan wajah ceria, "Luna, kalau direktur utama berutang budi kepada Ardika, coba suruh Ardika bilang ke direktur utama untuk memberikan investasi kepada Keluarga Basagita.""Nggak usah terlalu banyak, 200 sampai 400 miliar juga sudah cukup.""Kakek ... ini ...." Luna tampak kesulitan."Kenapa? Kamu nggak mau? Sebagai anggota Keluarga Basagita, kamu bahkan nggak mau memberikan bantuan kecil sep

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 20 Ferry yang Lancang

    "Tuan Ardika, Grup Angkasa Sura terlalu besar, sehingga Nona Luna pasti sulit memercayainya. Wajar saja ....""Begini saja, Asosiasi Bahan Bangunan baru dibubarkan, kita bisa menyuruh 18 orang direktur untuk membentuk perusahaan baru dan Anda yang jadi direktur utamanya, bagaimana?""Meskipun status itu nggak cocok dengan Tuan Ardika, Anda jadi bisa punya status yang resmi di masyarakat. Anda juga bisa bergerak lebih leluasa ...."Setelah berpikir sejenak, Ardika pun mengangguk dan berkata, "Boleh, Grup Angkasa Sura akan memberikan modal, para direktur yang sebelumnya bisa memberikan sumber daya mereka. Perusahaan ini akan dipegang oleh Grup Angkasa Sura dan dinamakan Grup Sentosa Jaya."Setelah mendengarnya, Henry pun merasa sangat senang. Dengan begitu, anggota Asosiasi Bahan Bangunan sudah resmi bekerja sama dengan Grup Angkasa Sura.Ardika melihat Henry dan berkata, "Kalau begitu, kamu yang jadi manajer umum, aku hanya menaruh nama di jabatan saja.""Siap!" jawab Henry sambil menga

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 21 Keluarga Basagita Hancur

    Luna hampir tidak bisa menahan diri lagi, dia pun berkata dengan kesal, "Pak Ferry, kamu jangan keterlaluan. Hati-hati, aku akan lapor polisi.""Haha, kamu mengancamku?"Ferry tertawa terbahak-bahak, kemudian menampar wajah Luna.Luna yang menutup wajahnya ingin kabur, tetapi ditahan oleh Ferry. Sambil menunjuk ke arah meja, Ferry berkata, "Cepat tiduran di sana, hari ini aku akan melakukannya di sini. Dasar wanita jalang! Kenapa sok suci?""Cepat lepaskan aku!"Luna terus memberontak, tetapi dia tentu saja bukan tandingan seorang pria.Dalam keadaan panik, Luna mengangkat teko panas di meja, kemudian memukulkannya ke arah kepala Ferry."Ahh ... wanita sialan! Beraninya kamu memukulku? Aku akan membunuhmu."Sambil memegang kepalanya yang berdarah, Ferry menjerit kesakitan. Pada akhirnya, dia pun melepaskan Luna.Luna yang ketakutan segera membuang teko, lalu berlari keluar dari tempat itu dengan panik. Dengan perasaan takut, Luna berjalan dengan bengong dan tidak tahu harus pergi ke ma

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 22 Menghajar Ferry

    Mengabaikan semua tatapan anggota Keluarga Basagita, Ardika mendekati Luna dan membantunya berdiri. Dia lalu berkata, "Sayang, ayo ikut aku pulang. Tenang saja, aku jamin kamu akan baik-baik saja."Sambil berbicara, Ardika juga membantu Desi untuk berdiri. Dia lalu membawa mereka keluar dari rumah Keluarga Basagita."Luna, kamu sudah memukul Ferry. Kalau nggak mau menyerahkan diri, memangnya kamu kira dirimu bisa kabur?""Mengorbankan dirimu untuk menjaga Keluarga Basagita, menjaga hari tua orang tuamu. Hehe, kamu harus memikirkannya dengan baik."Segala macam ancaman membuat wajah Luna makin pucat."Ardika, kamu bawa orang tuaku pulang dulu. Aku akan pergi menyerahkan diri."Setelah keluar dari rumah Keluarga Basagita, Luna tiba-tiba menggenggam tangan Ardika, lalu berkata sambil menangis, "Ke depannya, kamu harus menjaga orang tuaku dengan baik. Aku nggak percaya anggota Keluarga Basagita, tapi aku percaya denganmu."Ketika mendengarnya, Desi langsung panik.Dia mendorong Luna, lalu

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1938 Makan Bersama

    "Kamu? Kalau kamu benar-benar bisa meminta Restoran Siam mengantar makanan, aku akan memakan alas sepatuku!"Pengawal itu memelototi Ardika dengan acuh tak acuh sekaligus marah, lalu berbalik dan langsung pergi.Kalau bukan karena sedikit takut pada kekuatan Ardika, tadi dia dan rekannya sudah menghajar Ardika hingga babak belur."Kret ...."Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam bertuliskan Restoran Siam membawa dua orang pelayan memasuki apartemen Jesika dengan mendorong kereta dorong."Halo, Nona Jesika, aku adalah manajer Restoran Siam.""Ini adalah makan malam yang Tuan Ardika minta Restoran Siam siapkan untuk Nona.""Di antaranya, ada sup sarang burung, adalah sarang burung berkualitas bagus bernilai miliaran yang Tuan Ardika minta seseorang untuk antarkan ke restoran kami, bahkan secara khusus menginstruksikan juru masak kami untuk mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi untuk Nona.""Sekarang kami mengantarkannya secara pribadi kepada Nona, semog

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1937 Aku yang Pesan

    "Selain keluarga besar yang kaya raya, kalau orang biasa ingin makan di sana, perlu reservasi sekitar sepuluh hari bahkan setengah bulan sebelumnya. Itu pun belum tentu bisa berhasil direservasi.""Aku bisa pesan makanan sekarang karena sebelumnya aku sudah melakukan reservasi, sekarang bisa digunakan untuk Jesika.""Kamu bilang sebelum kamu datang kemari, kamu meminta Restoran Siam untuk membuatkan sup sarang burung? Apa kamu bisa mati tanpa membual?!"Sesuatu menjadi sangat berharga karena ketersediaannya sangat terbatas.Juru masak Restoran Siam adalah juru masak terkenal. Lagi pula, mereka mengutamakan pembuatan hidangan-hidangan kelas atas.Karena itulah, mereka hanya menerima sepuluh meja pelanggan setiap harinya.Hal inilah yang membuat reservasi Restoran Siam biasanya sudah penuh satu bulan sebelumnya.Ardika mengatakan sebelum datang kemari, dia baru memesan makanan dari Restoran Siam. Kalau orang lain yang mendengar ucapannya ini, mungkin akan merasa dia sedang membual.Namun

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1936 Restoran Siam

    Ternyata, Tiara mengira Jesika datang untuk bekerja di Kota Banyuli karena terlibat dalam konflik dengan keluarganya.Di ibu kota provinsi, boleh dibilang Keluarga Gunardi juga merupakan keluarga besar terpandang. Tentu saja dia tidak menganggap serius perusahaan di kota kecil seperti Kota Banyuli ini.Jadi, biarpun Ardika adalah seorang presdir, dia juga tetap meremehkan Ardika.Melihat ibunya sedang memberinya bantuan, Dilan langsung menepuk dadanya dan berkata, "Jesika, kamu ingin bergabung ke perusahaan mana pun, katakan saja. Relasiku di ibu kota provinsi sangatlah luas!""Seperti Grup Susanto Raya tempatmu bekerja ini, namanya memang kedengaran cukup hebat, tapi terlepas dari seberapa hebat perusahaan ini, perkembangannya di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini juga terbatas.""Kamu benar-benar nggak perlu terus bertahan di perusahaan seperti itu ...."Saat ini, Dilan bukan hanya menjatuhkan Ardika secara terang-terangan, selesai berbicara, dia bahkan mengangkat alisnya seakan-a

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1935 Kerabat Luar Biasa

    "Ya, benar, Jesika. Apa pun yang ingin kamu makan, katakan saja. Dilan akan mengendarai mobil balapnya secara pribadi untuk membantumu membawa pulang makananmu!"Tiara juga sibuk membantu putranya. Saat berbicara, dia bahkan mengayunkan tangan gemuknya yang berhiaskan giok berwarna hijau itu.Menyaksikan pemandangan itu, Ardika merasa sedikit geli.Penampilan Tiara begitu "luar biasa", bagi yang tidak tahu mungkin akan mengira wanita itu hendak menghadiahkan rumah dan mobil mewah untuk Jesika.Pada saat bersamaan, dia juga bertanya-tanya dalam hati.Jelas-jelas latar keluarga Jesika juga lumayan. Walaupun dia tidak pernah mencari tahu dengan detail, tetapi menurut informasi yang dia peroleh dari Levin, dibandingkan dengan Keluarga Septio Provinsi Aste, kekuatan Keluarga Siantar mungkin lebih kuat, tidak mungkin lebih lemah.Alhasil, tiba-tiba malah muncul kerabat "luar biasa" seperti ini, yang bersikap layaknya orang kaya baru.Bisa-bisanya wanita paruh baya itu berlagak hebat dengan m

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1934 Tiara Siantar

    Tanpa melirik dua orang itu sama sekali, Ardika langsung berjalan ke arah pintu."Ada apa ini?"Tepat pada saat ini, mendengar keributan di luar, seorang pemuda berjalan ke arah pintu. Melihat Ardika yang tiba-tiba muncul, dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Siapa kamu?""Aku mencari Jesika, siapa kamu?"Ardika juga mengamati pemuda di hadapannya ini. Mendengar nada bicara tidak ramah lawan bicaranya, dia juga langsung bertanya balik tanpa sungkan.Berusia sekitar tiga puluhan tahun, mengenakan pakaian mewah yang jelas adalah buat tangan, rambut disisir rapi, serta mengenakan kacamata gagang emas. Hanya dengan sekali pandang saja, sudah jelas pria ini adalah pria yang sukses dalam kariernya.Dengan penampilannya yang tampan dan memesona, pria ini juga bukan tipe pria yang kekurangan wanita."Pak Ardika, kamu sudah datang? Silakan masuk!"Saat ini, Jesika yang raut wajahnya tampak sedikit pucat muncul di belakang pemuda tersebut.Ardika mendapati setelah Jesika melihat dirinya, sor

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1933 Sarang Burung Berkualitas Bagus

    Jadwal pindah ke ibu kota provinsi sudah dimajukan. Ardika juga berencana untuk memindahkan sebagian bisnis Grup Susanto Raya ke ibu kota provinsi untuk memudahkannya.Bagaimanapun juga, dia harus pergi melakukan pembersihan Organisasi Snakei, juga membutuhkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.Terutama Jesika. Asisten yang satu ini selalu bisa mengatur segala sesuatunya dengan baik. Dia tidak perlu khawatir.Sudah terbiasa mengandalkan bantuan dari asisten satu ini, Ardika merasa sulit untuk berpisah darinya.Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jesika. Berbeda dari biasanya, panggilannya selalu terhubung dalam hitungan detik, kali ini setelah berdering cukup lama, Jesika baru menjawab panggilan teleponnya."Pak Ardika, apa ada yang perlu kukerjakan?"Berbeda dengan suaranya yang biasanya selalu terdengar dingin dan jelas, hari ini suara Jesika terdengar sedikit lemah.Sambil mengerutkan keningnya, Ardika bertanya, "Jesika, kamu sakit? Apa yang terjadi?""Hari ini ak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1932 Mengadakan Pesta Perayaan Terlebih Dulu

    "Hati-hati di jalan, Pak Ardika."Gina bangkit, mengantar Ardika sampai ke pintu secara pribadi sebelum menghentikan langkah kakinya."Eh?! Mengapa si Ardika itu sudah keluar secepat ini?!""Bu Gina nggak mengambil tindakan?"Di luar halaman, melihat Ardika yang tiba-tiba melenggang keluar, orang-orang Keluarga Halim yang baru saja merangkak bangkit itu pun terkejut bukan main.Tepat pada saat ini, sekelompok anggota kantor pusat Organisasi Snakei menerjang keluar dan mengepung orang-orang ini."Bu Gina memerintahkan, mulai hari ini seluruh anggota Keluarga Halim nggak diizinkan untuk meninggalkan Vila Bistani.""Setelah kasus yang melibatkan Keluarga Halim selesai diselidiki, tunggu saja hukuman kalian!"...Setelah kembali ke Kota Banyuli, kematian Sirilus dan keluarganya tidak tersebar.Pertama, pihak Organisasi Snakei masih perlu menyelidiki kasus Keluarga Halim bersekongkol dengan orang luar secara menyeluruh. Kalau informasi ini dibiarkan menyebar, bisa memicu kewaspadaan.Kedua,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1931 Penghalang

    Ardika melontarkan pertanyaan beruntun, makin lama, suaranya berubah menjadi makin dingin.Begitu ucapan ini keluar dari mulut Ardika, ekspresi anggota kantor pusat Organisasi Snakei di sekeliling tempat itu langsung berubah drastis. Mereka menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya.Sebenarnya apa latar belakang Ardika?Tidak hanya memanggil nama Ratu Ular secara langsung, bahkan menuntut sebuah penjelasan dari Ratu Ular."Pak Ardika, kamu bilang Keluarga Halim bersekongkol dengan orang Negara Jepara, apakah ini benar?"Gina mengajukan pertanyaan itu dengan suara dalam.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Tadi malam, orang yang mencoba untuk membunuhku di rumah duka Kota Banyuli adalah seorang ninja Negara Jepara. Aku merebut mayatnya dari tangan Valtino."Gina mengerutkan keningnya. Setelah merenung sejenak, dia berkata, "Pak Ardika, kalau ucapanmu ini memang benar, sebagai bagian dari Organisasi Snakei, Sirilus bersekongkol dengan kekuatan Negara Jepara, memang pantas mati!""Set

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1930 Tiga Cangkir Teh Sebagai Permintaan Maaf

    "Eh, Ardika ... kamu!"Anggota kantor pusat Organisasi Snakei lainnya terkejut sekaligus marah.Mereka tidak menyangka Ardika bahkan berani menyerang mereka.Perlu diketahui sebelumnya saat bertemu dengan mereka, Sirilus juga bersikap sopan pada mereka.Sementara itu, tanpa banyak bicara, Ardika langsung melayangkan tamparan. Bisa-bisanya perlakuan Ardika terhadap mereka dan terhadap orang-orang Keluarga Halim itu, tidak ada bedanya.Bagaimana mungkin perlakuan seperti ini bisa diterima oleh anggota kantor pusat Organisasi Snakei yang pada dasarnya sudah arogan dan bangga pada diri sendiri itu?"Harap Bu Gina turun tangan untuk mengendalikan bocah itu!""Dia sudah bertindak semena-mena, harus diberi pelajaran dan peringatan!"Satu per satu dari mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah Gina, berharap Gina turun tangan."Cukup!"Saat ini, Gina yang sedari tadi tidak bersuara, tiba-tiba memasang ekspresi muram dan menegur dengan marah. "Dasar sekelompok pecundang! Biasanya, kalian sela

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status