Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 14 Nona Luna Dipersilakan Masuk Ke Hotel

Share

Bab 14 Nona Luna Dipersilakan Masuk Ke Hotel

Author: Sarjana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Kompleks Anggrek.

Hari ini, Luna berdandan dengan cantik dan mengenakan baju baru.

Namun, dia masih terlihat miskin.

"Ardika, aku sudah selesai, ayo berangkat."

Luna tersenyum dengan ceria. Meskipun Ardika tidak bisa memberikan pesta ulang tahun yang meriah, Luna sudah merasa puas selama mereka bisa bersama.

Ardika juga mengangguk sambil tersenyum. Ketika dia ingin menggandeng tangan Luna, Desi malah memukulnya.

Desi lalu berkata dengan kesal, "Kamu mau pergi makan warung pinggir jalan dengan si idiot ini?"

"Tuan Muda Tony sudah memesan hotel bintang lima untukmu, dia memesan satu meja seharga dua ratus juta." Setelah itu, terdengar suara klakson yang keras.

Desi pun menunjukkan ekspresi gembira sambil berkata, "Tony sudah datang, Luna, ayo kita pergi."

Ketika mereka turun ke bawah, mereka melihat Tony yang mengenakan jas putih sedang memegang satu buket mawar merah muda. Dia berdiri di samping mobil Maserati.

Melihat Luna turun ke bawah, dia segera mendekat.

"Luna, selamat ulang tahun. Ini adalah hadiah ulang tahunmu."

Sambil berbicara, dia membuka satu kotak perhiasan. Di dalamnya tampak sebuah cincin berlian.

"Tuan Muda Tony, ini ...."

Luna mengenyit dan tampak bingung.

"Aduh, Tuan Muda Tony sedang melamarmu! Cepat terima ...."

Desi yang gembira pun mendorong Luna maju ke depan.

"Bu, kita masih belum pergi ke pesta ulang tahun yang kusiapkan, kenapa kalian buru-buru?" ucap Ardika sambil menarik tangan Luna.

"Baiklah, sepertinya idiot sepertimu nggak akan menyerah sampai akhir ...."

Desi yang sangat marah pun tertawa. Tony juga ikut berkata dengan ekspresi hina, "Baiklah, kita pergi ke pesta ulang tahun yang kamu siapkan dulu."

Tony sudah menantikan kesempatan untuk menertawakan Ardika.

"Tapi, mobilku hanya muat tiga orang, bagaimana kamu pergi? Naik sepeda?"

"Nggak apa-apa, Ardika dan aku naik taksi saja," ucap Luna sambil menggenggam tangan Ardika.

Dua mobil pun berjalan ke arah pinggiran kota.

Melihat mobil menjauh dari pusat kota, ekspresi Desi pun makin masam. Dia segera menelepon Luna.

Ketika ponsel tersambung, Desi langsung marah, "Ardika, bajingan kamu! Kamu bahkan nggak sanggup makan warung pinggir jalan, sekarang malah membawa kami ke desa."

Tony yang sedang menyetir pun tersenyum dan berkata, "Bibi, aku khawatir bukan di desa, melainkan di dalam hutan."

Luna tampak terkejut. Setelah Ardika mengambil ponsel dan menjelaskannya, Desi pun memutuskan teleponnya dengan kesal.

"Ardika, kita mau pergi ke mana?"

Luna juga deg-degan, dia khawatir Ardika akan menjadi bahan tertawaan.

"Kamu akan tahu setelah sampai ...."

...

Dua mobil tersebut akhirnya berhenti di depan pintu masuk Hotel Bintang Bulan.

Saat ini, pintu masuk hotel sudah dipenuhi bunga dan karpet merah yang panjang terbentang dari hotel. Kedua sisi karpet merah juga dipenuhi orang.

Ketika mereka turun dari mobil, Desi segera berlari ke arah Ardika dengan kesal.

"Ardika, penyakitmu kambuh lagi, ya? Ini adalah pesta ulang tahun yang diadakan oleh direktur utama Grup Angkasa Sura, kenapa kamu membawa kami ke sini?"

"Wulan dan yang lain juga ada di sini. Apakah kamu sengaja ingin membuat mereka mempermalukan kami?"

Tony juga berkata dengan niat jahat, "Ardika, jangan-jangan kamu ingin makan gratis di ulang tahun direktur utama? Kenapa kamu nggak memikirkan statusmu dulu? Memangnya kamu berhak masuk?"

Setelah itu, dia pun menoleh ke arah Desi dan berkata, "Bibi, lebih baik kita pergi ke hotel yang sudah kupesan ...."

Desi mengangguk.

Ekspresi Luna sudah menjadi pucat, dia tidak menyangka Ardika akan mengecewakannya.

Meskipun warung pinggir jalan atau makan di desa, Luna juga tidak masalah. Siapa sangka, Ardika malah membawanya makan gratis di ulang tahun orang lain.

"Oh, bukankah ini Luna? Kenapa kalian datang?"

Pada saat ini, suara Wulan pun terdengar.

Wulan mengenakan gaun pesta yang sangat mewah dan memakai kalung Hati Peri. Dia berjalan ke arah mereka bersama David.

Wulan lalu berkata dengan sinis, "Kalian nggak pergi makan warung pinggir jalan, ya? Jangan-jangan kalian ingin datang bertemu dengan direktur utama Grup Angkasa Sura?"

David juga berkata dengan hina, "Melihat tampang kalian yang miskin ini, sepertinya kalian juga nggak sanggup memberikan hadiah. Sepertinya kalian memang bukan datang untuk menarik investasi. Coba lihat hadiah yang kami bawa, mutiara malam seharga miliaran."

David menggoyangkan kotak perhiasan di tangannya dengan bangga.

Ekspresi Luna juga sangat canggung.

Kedua mata Desi juga memancarkan amarah yang sangat besar, seolah-olah ingin melahap Ardika.

"Siapa bilang kami datang untuk mencari investasi?"

Ardika menggenggam tangan Luna yang terasa dingin.

Bukan datang mencari investasi?

Setelah tertegun sejenak, Wulan pun berkata, "Selain mencari investasi, memangnya kalian datang untuk apa?"

Ardika lalu menatap Wulan dengan dingin sambil berkata, "Tentu saja datang merayakan ulang tahun Luna."

Duar!

Setelah tertegun sejenak, semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.

"Dasar idiot! Memangnya kamu kira dirimu siapa? Orang yang memesan tempat ini adalah direktur utama Grup Angkasa Sura."

"Meskipun bekerja sepanjang hidup di proyek, pecundang sepertimu nggak berhak masuk ke tempat ini! Cepat pergi dari sini, orang-orang seperti kalian hanya mengotori penglihatan direktur utama saja."

Mendengar cemooh dari orang-orang, Luna pun gemetar hebat dan hampir pingsan.

Desi juga tidak berani berada di tempat ini lagi.

"Dasar pecundang! Kamu harus cerai dengan anakku sekarang juga! Aku benar-benar merasa malu punya menantu sepertimu."

Melihat Ardika dipermalukan, Tony tentu saja merasa senang.

Setelah mendengarnya, tidak sedikit orang yang mencemooh Ardika dan yang lainnya.

Pada saat ini, Tuan Besar Basagita berjalan maju dengan tongkat di tangannya. Dia pun berkata dengan kesal, "Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian membawa si idiot ke sini? Apakah kalian ingin keluarga lain menertawakan Keluarga Basagita?"

"Tuan Muda Tony sudah memberitahuku, kalau kita mengusir Ardika dari keluarga, Tuan Henry nggak akan meminta pertanggungjawaban kita lagi! Kalian berdua sudah tua, kenapa masih nggak tahu diri?"

"Ayah ... kami ...."

Jacky ingin menjelaskan, tetapi langsung dipukul oleh Tuan Besar Basagita.

"Luna, kamu juga. Apa kontribusi yang diberikan Ardika kepada Keluarga Basagita? Dia bahkan nggak pantas dibandingkan dengan Tuan Muda Tony. Hari ini kamu ulang tahun, tapi dia malah membawamu ke tempat ini untuk dipermalukan."

"Kenapa Keluarga Basagita bisa punya cucu seperti kamu?"

Tuan Besar Basagita sangat marah, Luna yang dimarahi juga hanya bisa menunduk.

Namun, detik selanjutnya, Luna pun mengangkat kepalanya dan berkata dengan tegas, "Kakek, aku nggak akan meninggalkan Ardika. Meskipun dia nggak bisa memberikan apa pun kepadaku, aku juga nggak akan meninggalkannya."

"Kamu!"

Tuan Besar Basagita hampir pingsan karena sangat marah.

"Sial sekali! Kenapa aku punya anak seperti ini?"

Desi merasa sangat sedih, dia bahkan ingin berteriak di tempat.

Wulan hanya mendengkus dingin dari samping.

"Luna, nggak masalah kalau kamu dipermalukan sendiri, tapi kamu malah membuat seluruh Keluarga Basagita ikut dipermalukan! Hari ini, aku mesti menamparmu beberapa kali."

Sambil berkata, Wulan pun mengangkat tangannya.

Pada saat ini, tiba-tiba terdengar kehebohan dari keramaian.

"Bukankah itu mobilnya Tuan Henry?"

Semua orang pun terkejut dan melihat ke arah tersebut. Mereka melihat sebuah mobil Rolls-Royce berwarna emas berjalan keluar dari hotel.

Ketika mobil berhenti, seorang pria paruh baya dengan wajah tegas turun dari mobil.

Orang itu tentu saja adalah Henry.

Ternyata pesta ulang tahun yang diadakan direktur utama juga mengagetkan seorang Henry.

Henry merapikan jasnya, kemudian memperhatikan sekitar dan berhenti di satu arah.

Semua orang langsung menahan napas mereka, karena aura yang dipancarkan oleh Henry sangat kuat.

Wulan yang sedang mengangkat tangannya juga tidak tahu bagaimana menarik kembali tangannya.

Pada saat ini, Henry pun bergerak.

Mengikuti langkahnya, tatapan ribuan orang juga mengikuti pergerakannya.

Pemandangan yang mengagetkan pun terjadi.

Ketika Henry melangkah ke depan, John, Bella dan bos yang lain langsung bergerak ke belakang Henry.

Suasana di sekitar langsung hening. Semua orang seolah-olah sudah kompak.

Tak lama kemudian, di depan Henry hanya menyisakan dua sampai tiga baris orang, termasuk anggota Keluarga Basagita.

Anggota Keluarga Basagita tentu saja ketakutan setengah mati, mereka tertegun dan tidak berani bergerak.

Luna dan keluarganya juga merinding.

"Mampus kita! Ardika si pecundang benar-benar mencelakai kita."

Wajah Desi menjadi pucat karena ketakutan, dia juga hampir pingsan.

Wulan dan David saling bertatapan, mereka terlihat senang.

Sebelumnya, Ardika si pecundang itu mencuri kartu milik Henry, sekarang dia bahkan menjadi musuh semua orang.

Ardika pasti akan mati.

Tony ikut tersenyum sinis. Di benaknya sudah muncul bayangan Ardika yang sedang berlutut dan memohon kepadanya.

Henry merapikan bajunya, kemudian berjalan maju.

"Tak, tak, tak ...."

Di keheningan ini, suara langkah kaki Henry seperti palu yang mengetuk jantung semua orang.

Tatapan semua orang lanjut mengikuti pergerakannya.

Pada akhirnya, Henry kembali berhenti.

Detik selanjutnya, banyak orang yang sudah lupa bernapas dan benak mereka langsung kosong.

Ardika!

Henry berhenti di depan Ardika.

"Persiapan pesta ulang tahun Nona Luna sudah selesai."

"Mohon masuk ke dalam hotel!"

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 15 Ardika Adalah Direktur Utama

    Suasana di depan hotel terasa sangat hening.Perhatian semua orang tertuju kepada Ardika dan Luna.Pesta ulang tahun Nona Luna?Kalau begitu, direktur utama Grup Angkasa Sura ... adalah Ardika?Anggota Keluarga Basagita langsung bengong, mereka juga sangat terkejut.Wulan juga merasa pusing."Nggak! Nggak mungkin ....""Pak ... Pak Henry, Apakah Anda salah ...."Wulan hampir saja pingsan, mana mungkin Ardika adalah direktur utama Grup Angkasa Sura?"Diam!"Henry langsung menampar wajah Wulan, aura seorang bos besar memang berbeda. Wulan yang ketakutan setengah mati langsung terjatuh ke tanah.Henry kembali berkata dengan hormat kepada Luna, "Nona Luna, silakan masuk.""Aku ...."Luna berdiri di tempat dengan tegang dan bingung. Dia tidak bisa menggerakkan kakinya, karena semua ini terasa tidak nyata.Pada saat ini, sebuah mobil Rolls-Royce yang panjang keluar dari hotel. Henry pun datang ke samping mobil, kemudian membukakan pintu untuk Ardika dan Luna.Sikap yang seperti seorang pelay

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 16 Dibubarkan

    Tanpa menunggu Ardika menjawab, daftar hadiah sudah mulai dibacakan."Wali Kota Banyuli, Ridwan Basuki, memberikan hadiah satu lukisan bersejarah ....""Kepala Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax dan keluarga lainnya memberikan hadiah uang tunai sebesar 10 miliar.""Direktur Irwan, Direktur Calvin, Direktur Bella ...."Ketika sampai di aula pesta, orang-orang yang sedang menunggu langsung terkejut.Orang-orang dari pemerintahan dan dunia bisnis, bahkan ada orang-orang dari dunia kepolisian dan dunia bawah.Semua orang besar di Kota Banyuli datang merayakan pesta ini serta memberikan hadiah yang mahal.Herkules yang bertugas membacakan nama juga diam-diam menelan ludah. Meskipun Herkules sudah sering melihat banyak hal, dia juga tidak pernah melihat hadiah yang begitu mahal.Ketika Tuan Besar Basagita mendengar daftar hadiah yang diberikan, matanya memancarkan kecemburuan, terutama si Wulan.Kalau semua hadiah itu diberikan kepada Keluarga Basagita, mereka pasti akan sangat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 17 Perubahan Mendadak

    Ardika tersenyum dan menjawab, "Bu, aku adalah direktur utama dari Grup Angkasa Sura."Wajah Desi sangat merah, dia terus menggenggam lengan Ardika dan tidak mau melepaskannya lagi.Direktur utama dari Grup Angkasa Sura adalah menantunya. Kalau begitu, bukankah Desi akan menjadi ibu mertua kaya raya di Kota Banyuli?Lain kali, ketika berkumpul dengan teman-temannya, dia akan merasa sangat bangga.Semua sahabat yang sering merendahkan Desi mungkin akan berlutut untuk memujinya lagi.Melihat tumpukan hadiah yang sangat banyak itu, Tuan Besar Basagita tidak bisa menahan diri. Dia pun membawa segelas anggur dan mendekat, lalu berkata, "Luna, belakangan ini keuangan Grup Agung Makmur sedang bermasalah, apakah kamu boleh membagikan sedikit hadiahnya kepada kakek? Anggap saja kontribusi kepada keluarga ...."Setelah mendengarnya, Desi langsung tidak senang."Tuan Besar, aku ingat kami sudah dikeluarkan dari Keluarga Basagita, 'kan? Kenapa kami harus berkontribusi terhadap keluarga?"Tuan Besa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 18 Kamu Dipecat

    "Direktur kami bilang kalau dia nggak kenal dengan yang namanya Ardika."Jangan-jangan ... Ardika berpura-pura menjadi direktur utama?Desi langsung terkejut, semua harapannya hancur menjadi kekecewaan.Luna menatap Ardika dengan bingung, dia tidak mengerti kenapa Ardika harus berpura-pura menjadi direktur utama."Tapi, semua hadiah ini memang untuk Luna."Setelah itu, Jenny melanjutkan dengan kesal, "Meskipun nggak tahu alasannya, semua hadiah ini adalah pemberian direktur utama. Selamat ulang tahun, Nona Luna."Selesai berkata, dia hanya bisa menggertakkan gigi dengan penuh kebencian.Awalnya, dia mengira dirinya bisa menginjak-injak Luna. Siapa sangka direktur utama mereka malah menyukai Luna?Namun, sepertinya Ardika akan diselingkuhi.Jenny pun menatap Ardika dengan tatapan hina.Ardika tidak bisa berkata-kata. Belakangan ini, Grup Angkasa Sura diurus oleh para bawahannya, sehingga wajar saja kalau para karyawan perusahaan tidak mengenalnya.Luna bertanya dengan bingung, "Ardika,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 19 Perusahaan Baru

    Setelah selesai bicara, Jenny tidak berani berlama-lama lagi, dia buru-buru meletakkan hadiah ulang tahun dan pergi dari sana.Meskipun orang-orang merasa bingung, suasana pesta ulang tahun juga tidak terpengaruh.Walaupun Ardika bukan direktur utama, dia juga kenal dengan direktur utama, sehingga Ardika bisa saja memperkenalkan mereka.Oleh karena itu, Luna sekeluarga dikelilingi oleh orang-orang dan terus dipuji.Desi dan Jacky merasa sangat bahagia. Sudah berapa tahun, akhirnya mereka bisa mengangkat kepalanya di depan anggota Keluarga Basagita yang lain.Tuan Besar Basagita tiba-tiba berkata dengan wajah ceria, "Luna, kalau direktur utama berutang budi kepada Ardika, coba suruh Ardika bilang ke direktur utama untuk memberikan investasi kepada Keluarga Basagita.""Nggak usah terlalu banyak, 200 sampai 400 miliar juga sudah cukup.""Kakek ... ini ...." Luna tampak kesulitan."Kenapa? Kamu nggak mau? Sebagai anggota Keluarga Basagita, kamu bahkan nggak mau memberikan bantuan kecil sep

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 20 Ferry yang Lancang

    "Tuan Ardika, Grup Angkasa Sura terlalu besar, sehingga Nona Luna pasti sulit memercayainya. Wajar saja ....""Begini saja, Asosiasi Bahan Bangunan baru dibubarkan, kita bisa menyuruh 18 orang direktur untuk membentuk perusahaan baru dan Anda yang jadi direktur utamanya, bagaimana?""Meskipun status itu nggak cocok dengan Tuan Ardika, Anda jadi bisa punya status yang resmi di masyarakat. Anda juga bisa bergerak lebih leluasa ...."Setelah berpikir sejenak, Ardika pun mengangguk dan berkata, "Boleh, Grup Angkasa Sura akan memberikan modal, para direktur yang sebelumnya bisa memberikan sumber daya mereka. Perusahaan ini akan dipegang oleh Grup Angkasa Sura dan dinamakan Grup Sentosa Jaya."Setelah mendengarnya, Henry pun merasa sangat senang. Dengan begitu, anggota Asosiasi Bahan Bangunan sudah resmi bekerja sama dengan Grup Angkasa Sura.Ardika melihat Henry dan berkata, "Kalau begitu, kamu yang jadi manajer umum, aku hanya menaruh nama di jabatan saja.""Siap!" jawab Henry sambil menga

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 21 Keluarga Basagita Hancur

    Luna hampir tidak bisa menahan diri lagi, dia pun berkata dengan kesal, "Pak Ferry, kamu jangan keterlaluan. Hati-hati, aku akan lapor polisi.""Haha, kamu mengancamku?"Ferry tertawa terbahak-bahak, kemudian menampar wajah Luna.Luna yang menutup wajahnya ingin kabur, tetapi ditahan oleh Ferry. Sambil menunjuk ke arah meja, Ferry berkata, "Cepat tiduran di sana, hari ini aku akan melakukannya di sini. Dasar wanita jalang! Kenapa sok suci?""Cepat lepaskan aku!"Luna terus memberontak, tetapi dia tentu saja bukan tandingan seorang pria.Dalam keadaan panik, Luna mengangkat teko panas di meja, kemudian memukulkannya ke arah kepala Ferry."Ahh ... wanita sialan! Beraninya kamu memukulku? Aku akan membunuhmu."Sambil memegang kepalanya yang berdarah, Ferry menjerit kesakitan. Pada akhirnya, dia pun melepaskan Luna.Luna yang ketakutan segera membuang teko, lalu berlari keluar dari tempat itu dengan panik. Dengan perasaan takut, Luna berjalan dengan bengong dan tidak tahu harus pergi ke ma

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 22 Menghajar Ferry

    Mengabaikan semua tatapan anggota Keluarga Basagita, Ardika mendekati Luna dan membantunya berdiri. Dia lalu berkata, "Sayang, ayo ikut aku pulang. Tenang saja, aku jamin kamu akan baik-baik saja."Sambil berbicara, Ardika juga membantu Desi untuk berdiri. Dia lalu membawa mereka keluar dari rumah Keluarga Basagita."Luna, kamu sudah memukul Ferry. Kalau nggak mau menyerahkan diri, memangnya kamu kira dirimu bisa kabur?""Mengorbankan dirimu untuk menjaga Keluarga Basagita, menjaga hari tua orang tuamu. Hehe, kamu harus memikirkannya dengan baik."Segala macam ancaman membuat wajah Luna makin pucat."Ardika, kamu bawa orang tuaku pulang dulu. Aku akan pergi menyerahkan diri."Setelah keluar dari rumah Keluarga Basagita, Luna tiba-tiba menggenggam tangan Ardika, lalu berkata sambil menangis, "Ke depannya, kamu harus menjaga orang tuaku dengan baik. Aku nggak percaya anggota Keluarga Basagita, tapi aku percaya denganmu."Ketika mendengarnya, Desi langsung panik.Dia mendorong Luna, lalu

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1636 Maksud Nyonya

    Setelah mengetahui pria tua itu adalah orangnya Keluarga Bangsawan Dienga Supham, suasana di tempat itu langsung berubah menjadi hening.Banyak orang yang diam-diam mengamati pria tua yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu, tetapi tidak ada yang berani menatapnya secara langsung.Di tempat kecil seperti Kota Banyuli, bahkan tidak ada satu keluarga besar yang setara dengan Keluarga Sudibya dan yang lainnya, apalagi keluarga bangsawan seperti Keluarga Bangsawan Dienga Supham.Bagi banyak orang Kota Banyuli, keluarga bangsawan hanya ada di legenda.Kalau tidak terjadi kejadian tak terduga, mereka bahkan tidak akan pernah bisa berinteraksi dengan orang-orang di level itu seumur hidup mereka.Mereka memang hidup di dunia yang sama dan menghirup udara yang sama dengan orang-orang tersebut.Namun, kesenjangan mereka dengan orang-orang itu luar biasa besar.Ibarat ada tembok pembatas antara orang-orang di dua level yang berbeda ini, sehingga memberikan kesan asing bagi mereka terhadap

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1635 Pak Fandhi

    "Thomas, setelah kamu melepas seragam militermu, kamu hanyalah rakyat biasa.""Organisasi Snakei berwenang untuk menjalankan hukum. Kami bahkan nggak membutuhkan perintah penangkapan untuk menangkap pelaku kejahatan.""Thomas, kamu melukai orang lain tepat di hadapan banyak orang, mengapa aku nggak bisa menangkapmu?"Thomas tertawa meremehkan. "Biarpun aku melepas seragam militerku dan nggak punya jabatan militer, juga nggak bisa ditangkap oleh Organisasi Snakei sesuka hati.""Anak muda, jangan berbicara terlalu percaya diri."Chamir meletakkan kedua tangannya di punggungnya, dia menggelengkan kepalanya dan berkata dengan seulas senyum tipis, "Aku tahu kamu berasal dari Keluarga Bangsawan Dienga Supham, sebuah keluarga bangsawan yang sudah memiliki sejarah ribuan tahun.""Ckckck, latar belakang yang benar-benar terhormat. Sejak lahir sudah terhormat, itu adalah orang-orang sepertimu.""Bahkan tuan muda keluarga kaya, juga hanya dianggap sebagai keturunan kaya olehmu.""Organisasi peneg

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1634 Pengecut

    Thomas mengerutkan keningnya.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara seseorang mendengus dingin dari arah pintu.Jelas-jelas suara itu tidak keras, tetapi seperti palu yang menghantam hati semua orang, membuat banyak orang bergidik ngeri.Semua orang menoleh ke sumber suara secara refleks.Seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan tradisional berwarna abu-abu gelap tampak berada di depan pintu.Walaupun tidak menunjukkan ekspresi marah, aura wibawanya sudah terpancar. Selain itu, aura seseorang yang telah menduduki kedudukan tinggi cukup lama juga terpancar dari tubuhnya. Dia berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung, memberi kesan kokoh dan tak tergoyahkan pada orang lain.Sosok seperti ini membuat orang lain tidak berani menganggap remeh dirinya.Pria paruh baya itu mengamati sekeliling. Pada akhirnya, sorot mata dinginnya tertuju pada Thomas. Dia berkata dengan datar, "Komandan Thomas dari tim tempur Provinsi Denpapan, kamu benar-benar arogan. Saat nggak mengena

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1633 Aku Menertawakanmu Terlalu Bodoh

    Wanita misterius itu menyimpan Pedang Ular Gelap, lalu berkata dengan datar, "Dasar bodoh! Dalam jarak dekat, senjata api nggak serbabisa! Di hadapan seorang ahli bela diri yang sesungguhnya, tindakanmu itu sama sekali nggak ada artinya!"Setelah selesai menegur Hanko, wanita misterius itu menatap Ardika dengan tatapan dalam, lalu berbalik dan pergi.Hanko menatap ke arah pintu yang sudah kosong itu dengan lekat dan terdiam cukup lama.Sementara itu, Ardika menunjukkan ekspresi penuh arti.Menarik.Daripada mengatakan wanita itu sedang mengejek Hanko tadi, lebih baik mengatakan dia sedang memperingatkan dan memberi pelajaran pada pria itu.Melihat ekspresi muram Hanko, Ardika tidak tahu apakah pria itu bisa memahami hal tersebut atau tidak.Setelah wanita misterius itu pergi cukup lama.Perlahan-lahan, orang-orang di tempat itu baru tersadar kembali.Adegan barusan benar-benar menggemparkan.Sementara itu, saat ini, Hanko juga tersadar kembali setelah terkejut sejenak.Dia menyeka tete

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1632 Wanita Misterius

    "Tuan mengatakan setelah kamu menyelesaikan urusanmu sekarang, dia akan menemuimu secara pribadi."Wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi. Dia langsung menerima Pedang Ular Gelap, lalu berbalik dan pergi."Berhenti!"Sebelum wanita itu sempat melangkahkan kakinya keluar dari pintu utama, tiba-tiba saja dua orang di antara orang-orang Keluarga Sudibya yang Hanko bawa kemari, menghalangi jalan wanita itu.Salah seorang di antara dua orang itu langsung mengulurkan lengannya dan berkata dengan dingin, "Dasar penipu! Cepat serahkan Pedang Ular Gelap!"Menyaksikan pemandangan itu, banyak orang melemparkan sorot mata meremehkan ke arah Hanko.Gagal bersaing dengan mengandalkan kekayaan, tuan muda yang satu itu sudah berencana untuk merampas.Benar-benar tidak tahu malu.Namun, Hanko melihat ke arah pintu dengan ekspresi datar, seolah-olah hal itu tidak ada hubungannya dengannya.Kemunculan Kartu Hitam Sentral hanya membuatnya terkejut sejenak.Namun, siapa yang tahu apakah ini han

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1631 Kartu Hitam Sentral

    Dua puluh triliun. Walaupun ke depannya dia bisa merampas uang sebanyak ini bahkan lebih dari Ardika.Namun, kalau Hanko harus mengeluarkan uang tunai sebesar 20 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap, dia sama sekali tidak bisa melakukannya.Hanko duduk kembali dengan tidak berdaya. Dia menatap wanita itu dengan menyipitkan matanya dan berkata dengan dingin, "Dua puluh triliun, 'kan? Kalau begitu, Pedang Ular Gelap untukmu saja. Tapi, apakah kamu bisa mengeluarkan uang sebanyak itu?"Awalnya wanita itu sama sekali tidak memedulikan Hanko. Saat ini, dia menoleh dan melirik pria itu, lalu berkata dengan dingin, "Dasar pecundang! Nggak punya uang, diam saja!""Pedang Ular Gelap adalah senjata suci Organisasi Snakei, memangnya 20 triliun sangat banyak?""Pfffttt ...."Begitu mendengar ucapan wanita itu, Rhino, Lila dan yang lainnya langsung tidak bisa menahan diri dan tertawa.Sementara itu, wajah Hanko juga tampak memerah.Dia adalah Tuan Muda Keluarga Sudibya, tetapi sekarang dia malah

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1630 Dua Puluh Triliun

    Penjual yang disebut oleh Felda tidak lain adalah Ardika.Hanko melirik Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Nona Felda nggak perlu khawatir, hanya 10 triliun saja, Keluarga Sudibya nggak mungkin nggak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu.""Lagi pula, hanya pengalihan uang sesaat saja. Uang yang kukeluarkan, pada akhirnya akan kuambil kembali sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat!"Hanko melontarkan kata-kata itu dengan niat membunuh yang kuat.Menurut Hanko, Pedang Ular Gelap sudah pasti akan menjadi miliknya.Biarpun Organisasi Dragone, Organisasi Tigerim dan Organisasi Wolfie memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka juga tidak mungkin akan mengeluarkan uang di atas 10 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap.Hari ini, tujuan kedatangan mereka hanya untuk menyaksikan pertunjukan, mentertawakan Organisasi Snakei. Mereka tidak benar-benar bermaksud untuk membeli Pedang Ular Gelap.Kalau tidak, mereka akan benar-benar menyinggung Organisasi Snakei.Jadi, biarpun sekarang Keluarga

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1629 Menambah Harga Penawaran Satu Triliun

    Begitu Hanko selesai berbicara, pandangan semua orang yang berada di tempat itu langsung tertuju pada Ardika.Mereka mendengar lengan Hanko itu dipatahkan oleh Ardika dengan menggunakan Pedang Ular Gelap.Sangat jelas hal itu benar adanya.Karena itulah, Hanko memendam kebencian yang sangat mendalam terhadap Ardika, rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli Pedang Ular Gelap, lalu menggunakan Pedang Ular Gelap untuk membunuh Ardika.Saat ini, bahkan Levin juga bisa merasakan aura membunuh yang kuat menjalar di punggungnya.Namun, Ardika sendiri seakan-akan tidak merasakan apa-apa. Dia menatap Hanko sambil tersenyum tipis dan berkata, "Kalau begitu, harga yang kamu bayar sudah sedikit terlalu besar. Kamu sampai mengeluarkan beberapa triliun hanya untuk membunuhku."Hanko tersenyum tipis dan berkata, "Kalau perusahaan dan asetmu beserta dengan perusahaan dan aset istrimu digabungkan, paling nggak sudah setara dengan beberapa Pedang Ular Gelap, bukan?"Maksud ucapannya sangat jelas.Set

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1628 Akan Membunuhmu Setelah Membeli Pedang Ular Gelap

    Felda menatap Hanko dan yang lainnya sambil tersenyum, nada bicaranya sangat lembut, sama sekali tidak mengintimidasi.Hanko mendongak, melirik wanita itu sekilas, lalu berkata, "Cih, hanya organisasi dunia preman yang ilegal, juga berani berlagak hebat seperti ini dengan melelang senjata suci Organisasi Snakei.""Apakah Bank Sentral nggak takut dihancurkan?!"Nada bicara Hanko dipenuhi niat membunuh yang kuat, dia sama sekali tidak menganggap serius Bank Sentral yang menjadi pendukung Felda.Felda tetap tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Tepat pada saat ini, di sudut ruangan di mana Hanko dan yang lainnya berdiri, tiba-tiba seorang staf Bank Sentral melesat keluar.Orang tersebut langsung melesat ke arah Hanko dan yang lainnya. Saking cepatnya, kecepatannya membuat orang-orang tidak sempat bereaksi."Bam!"Dengan iringan suara teredam, anggota Organisasi Snakei di belakang Hanko yang tadi menyerang, langsung muntah darah dan terpental keluar dari pintu."Benar-benar cari ma

DMCA.com Protection Status