Ardika tersenyum dan menjawab, "Bu, aku adalah direktur utama dari Grup Angkasa Sura."Wajah Desi sangat merah, dia terus menggenggam lengan Ardika dan tidak mau melepaskannya lagi.Direktur utama dari Grup Angkasa Sura adalah menantunya. Kalau begitu, bukankah Desi akan menjadi ibu mertua kaya raya di Kota Banyuli?Lain kali, ketika berkumpul dengan teman-temannya, dia akan merasa sangat bangga.Semua sahabat yang sering merendahkan Desi mungkin akan berlutut untuk memujinya lagi.Melihat tumpukan hadiah yang sangat banyak itu, Tuan Besar Basagita tidak bisa menahan diri. Dia pun membawa segelas anggur dan mendekat, lalu berkata, "Luna, belakangan ini keuangan Grup Agung Makmur sedang bermasalah, apakah kamu boleh membagikan sedikit hadiahnya kepada kakek? Anggap saja kontribusi kepada keluarga ...."Setelah mendengarnya, Desi langsung tidak senang."Tuan Besar, aku ingat kami sudah dikeluarkan dari Keluarga Basagita, 'kan? Kenapa kami harus berkontribusi terhadap keluarga?"Tuan Besa
"Direktur kami bilang kalau dia nggak kenal dengan yang namanya Ardika."Jangan-jangan ... Ardika berpura-pura menjadi direktur utama?Desi langsung terkejut, semua harapannya hancur menjadi kekecewaan.Luna menatap Ardika dengan bingung, dia tidak mengerti kenapa Ardika harus berpura-pura menjadi direktur utama."Tapi, semua hadiah ini memang untuk Luna."Setelah itu, Jenny melanjutkan dengan kesal, "Meskipun nggak tahu alasannya, semua hadiah ini adalah pemberian direktur utama. Selamat ulang tahun, Nona Luna."Selesai berkata, dia hanya bisa menggertakkan gigi dengan penuh kebencian.Awalnya, dia mengira dirinya bisa menginjak-injak Luna. Siapa sangka direktur utama mereka malah menyukai Luna?Namun, sepertinya Ardika akan diselingkuhi.Jenny pun menatap Ardika dengan tatapan hina.Ardika tidak bisa berkata-kata. Belakangan ini, Grup Angkasa Sura diurus oleh para bawahannya, sehingga wajar saja kalau para karyawan perusahaan tidak mengenalnya.Luna bertanya dengan bingung, "Ardika,
Setelah selesai bicara, Jenny tidak berani berlama-lama lagi, dia buru-buru meletakkan hadiah ulang tahun dan pergi dari sana.Meskipun orang-orang merasa bingung, suasana pesta ulang tahun juga tidak terpengaruh.Walaupun Ardika bukan direktur utama, dia juga kenal dengan direktur utama, sehingga Ardika bisa saja memperkenalkan mereka.Oleh karena itu, Luna sekeluarga dikelilingi oleh orang-orang dan terus dipuji.Desi dan Jacky merasa sangat bahagia. Sudah berapa tahun, akhirnya mereka bisa mengangkat kepalanya di depan anggota Keluarga Basagita yang lain.Tuan Besar Basagita tiba-tiba berkata dengan wajah ceria, "Luna, kalau direktur utama berutang budi kepada Ardika, coba suruh Ardika bilang ke direktur utama untuk memberikan investasi kepada Keluarga Basagita.""Nggak usah terlalu banyak, 200 sampai 400 miliar juga sudah cukup.""Kakek ... ini ...." Luna tampak kesulitan."Kenapa? Kamu nggak mau? Sebagai anggota Keluarga Basagita, kamu bahkan nggak mau memberikan bantuan kecil sep
"Tuan Ardika, Grup Angkasa Sura terlalu besar, sehingga Nona Luna pasti sulit memercayainya. Wajar saja ....""Begini saja, Asosiasi Bahan Bangunan baru dibubarkan, kita bisa menyuruh 18 orang direktur untuk membentuk perusahaan baru dan Anda yang jadi direktur utamanya, bagaimana?""Meskipun status itu nggak cocok dengan Tuan Ardika, Anda jadi bisa punya status yang resmi di masyarakat. Anda juga bisa bergerak lebih leluasa ...."Setelah berpikir sejenak, Ardika pun mengangguk dan berkata, "Boleh, Grup Angkasa Sura akan memberikan modal, para direktur yang sebelumnya bisa memberikan sumber daya mereka. Perusahaan ini akan dipegang oleh Grup Angkasa Sura dan dinamakan Grup Sentosa Jaya."Setelah mendengarnya, Henry pun merasa sangat senang. Dengan begitu, anggota Asosiasi Bahan Bangunan sudah resmi bekerja sama dengan Grup Angkasa Sura.Ardika melihat Henry dan berkata, "Kalau begitu, kamu yang jadi manajer umum, aku hanya menaruh nama di jabatan saja.""Siap!" jawab Henry sambil menga
Luna hampir tidak bisa menahan diri lagi, dia pun berkata dengan kesal, "Pak Ferry, kamu jangan keterlaluan. Hati-hati, aku akan lapor polisi.""Haha, kamu mengancamku?"Ferry tertawa terbahak-bahak, kemudian menampar wajah Luna.Luna yang menutup wajahnya ingin kabur, tetapi ditahan oleh Ferry. Sambil menunjuk ke arah meja, Ferry berkata, "Cepat tiduran di sana, hari ini aku akan melakukannya di sini. Dasar wanita jalang! Kenapa sok suci?""Cepat lepaskan aku!"Luna terus memberontak, tetapi dia tentu saja bukan tandingan seorang pria.Dalam keadaan panik, Luna mengangkat teko panas di meja, kemudian memukulkannya ke arah kepala Ferry."Ahh ... wanita sialan! Beraninya kamu memukulku? Aku akan membunuhmu."Sambil memegang kepalanya yang berdarah, Ferry menjerit kesakitan. Pada akhirnya, dia pun melepaskan Luna.Luna yang ketakutan segera membuang teko, lalu berlari keluar dari tempat itu dengan panik. Dengan perasaan takut, Luna berjalan dengan bengong dan tidak tahu harus pergi ke ma
Mengabaikan semua tatapan anggota Keluarga Basagita, Ardika mendekati Luna dan membantunya berdiri. Dia lalu berkata, "Sayang, ayo ikut aku pulang. Tenang saja, aku jamin kamu akan baik-baik saja."Sambil berbicara, Ardika juga membantu Desi untuk berdiri. Dia lalu membawa mereka keluar dari rumah Keluarga Basagita."Luna, kamu sudah memukul Ferry. Kalau nggak mau menyerahkan diri, memangnya kamu kira dirimu bisa kabur?""Mengorbankan dirimu untuk menjaga Keluarga Basagita, menjaga hari tua orang tuamu. Hehe, kamu harus memikirkannya dengan baik."Segala macam ancaman membuat wajah Luna makin pucat."Ardika, kamu bawa orang tuaku pulang dulu. Aku akan pergi menyerahkan diri."Setelah keluar dari rumah Keluarga Basagita, Luna tiba-tiba menggenggam tangan Ardika, lalu berkata sambil menangis, "Ke depannya, kamu harus menjaga orang tuaku dengan baik. Aku nggak percaya anggota Keluarga Basagita, tapi aku percaya denganmu."Ketika mendengarnya, Desi langsung panik.Dia mendorong Luna, lalu
"Apa yang kamu lakukan? Jangan bergerak!"Ferry tanpa sadar mundur selangkah, dia memelototi Ardika dengan pucat, lalu berkata, "Istrimu memukulku, jadi aku bisa membuatnya di penjara hingga seumur hidup.""Apakah kamu sedang mengancamku?"Ardika berjalan maju, lalu mengangkat tubuh Ferry.Bam!Kepala Ferry membentur jendela hingga pecah dan bergantung di luar. Namun, tubuhnya masih berada di dalam ruangan."Ah ...."Ferry menjerit dengan keras.Dia terus memberontak, tetapi tubuhnya tersangkut di jendela sehingga tidak bisa keluar.Wajah yang gendut itu berlumuran darah karena tergores pecahan kaca."Aku adalah direktur Departemen PUPR. Beraninya seorang idiot memukulku! Kalian sekeluarga pasti akan mati ...."Ardika tidak menjawab, tetapi dia langsung menendang Ferry."Ah ...."Tubuh bagian atas Ferry juga keluar dari jendela.Rangka logam sedikit bengkok karena benturan yang keras. Ferry merasakan tulang di seluruh tubuhnya sudah patah.Ardika tidak berbicara. Dia berjalan keluar da
Mata semua orang terbelalak.Apa yang terjadi? Keponakannya dihajar setengah mati, lalu diinjak-injak, kenapa Ridwan sang wali kota tidak menangkap pelakunya? Kenapa Ridwan malah memarahi keponakannya sendiri?Ridwan menggertakkan giginya dengan tatapan tajam."Paman Ridwan, kamu nggak lihat, ya? Aku hampir saja dipukul sampai mati oleh Ardika," teriak Ferry dengan sedih."Kamu pantas menerimanya!"Melihat Ardika tidak menunjukkan ekspresi apa pun, Ridwan pun memutuskan dalam hati. Dia melihat sekeliling, lalu berjalan ke depan seorang staf. Ridwan langsung merebut tongkat yang ada di tangan orang tersebut.Tongkat ini awalnya akan digunakan untuk memukul Ardika, tetapi tidak jadi.Pada saat ini, Ridwan mengangkatnya tinggi-tinggi. Di depan ratusan orang yang menunjukkan ekspresi tidak percaya, dia langsung memukul Ferry dengan keras."Ah ...."Ferry menjerit kesakitan.Masih belum selesai. Ridwan kembali memukul Ferry dengan keras, Ferry yang kesakitan terus berguling di lantai dan me
"Kamu? Kalau kamu benar-benar bisa meminta Restoran Siam mengantar makanan, aku akan memakan alas sepatuku!"Pengawal itu memelototi Ardika dengan acuh tak acuh sekaligus marah, lalu berbalik dan langsung pergi.Kalau bukan karena sedikit takut pada kekuatan Ardika, tadi dia dan rekannya sudah menghajar Ardika hingga babak belur."Kret ...."Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam bertuliskan Restoran Siam membawa dua orang pelayan memasuki apartemen Jesika dengan mendorong kereta dorong."Halo, Nona Jesika, aku adalah manajer Restoran Siam.""Ini adalah makan malam yang Tuan Ardika minta Restoran Siam siapkan untuk Nona.""Di antaranya, ada sup sarang burung, adalah sarang burung berkualitas bagus bernilai miliaran yang Tuan Ardika minta seseorang untuk antarkan ke restoran kami, bahkan secara khusus menginstruksikan juru masak kami untuk mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi untuk Nona.""Sekarang kami mengantarkannya secara pribadi kepada Nona, semog
"Selain keluarga besar yang kaya raya, kalau orang biasa ingin makan di sana, perlu reservasi sekitar sepuluh hari bahkan setengah bulan sebelumnya. Itu pun belum tentu bisa berhasil direservasi.""Aku bisa pesan makanan sekarang karena sebelumnya aku sudah melakukan reservasi, sekarang bisa digunakan untuk Jesika.""Kamu bilang sebelum kamu datang kemari, kamu meminta Restoran Siam untuk membuatkan sup sarang burung? Apa kamu bisa mati tanpa membual?!"Sesuatu menjadi sangat berharga karena ketersediaannya sangat terbatas.Juru masak Restoran Siam adalah juru masak terkenal. Lagi pula, mereka mengutamakan pembuatan hidangan-hidangan kelas atas.Karena itulah, mereka hanya menerima sepuluh meja pelanggan setiap harinya.Hal inilah yang membuat reservasi Restoran Siam biasanya sudah penuh satu bulan sebelumnya.Ardika mengatakan sebelum datang kemari, dia baru memesan makanan dari Restoran Siam. Kalau orang lain yang mendengar ucapannya ini, mungkin akan merasa dia sedang membual.Namun
Ternyata, Tiara mengira Jesika datang untuk bekerja di Kota Banyuli karena terlibat dalam konflik dengan keluarganya.Di ibu kota provinsi, boleh dibilang Keluarga Gunardi juga merupakan keluarga besar terpandang. Tentu saja dia tidak menganggap serius perusahaan di kota kecil seperti Kota Banyuli ini.Jadi, biarpun Ardika adalah seorang presdir, dia juga tetap meremehkan Ardika.Melihat ibunya sedang memberinya bantuan, Dilan langsung menepuk dadanya dan berkata, "Jesika, kamu ingin bergabung ke perusahaan mana pun, katakan saja. Relasiku di ibu kota provinsi sangatlah luas!""Seperti Grup Susanto Raya tempatmu bekerja ini, namanya memang kedengaran cukup hebat, tapi terlepas dari seberapa hebat perusahaan ini, perkembangannya di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini juga terbatas.""Kamu benar-benar nggak perlu terus bertahan di perusahaan seperti itu ...."Saat ini, Dilan bukan hanya menjatuhkan Ardika secara terang-terangan, selesai berbicara, dia bahkan mengangkat alisnya seakan-a
"Ya, benar, Jesika. Apa pun yang ingin kamu makan, katakan saja. Dilan akan mengendarai mobil balapnya secara pribadi untuk membantumu membawa pulang makananmu!"Tiara juga sibuk membantu putranya. Saat berbicara, dia bahkan mengayunkan tangan gemuknya yang berhiaskan giok berwarna hijau itu.Menyaksikan pemandangan itu, Ardika merasa sedikit geli.Penampilan Tiara begitu "luar biasa", bagi yang tidak tahu mungkin akan mengira wanita itu hendak menghadiahkan rumah dan mobil mewah untuk Jesika.Pada saat bersamaan, dia juga bertanya-tanya dalam hati.Jelas-jelas latar keluarga Jesika juga lumayan. Walaupun dia tidak pernah mencari tahu dengan detail, tetapi menurut informasi yang dia peroleh dari Levin, dibandingkan dengan Keluarga Septio Provinsi Aste, kekuatan Keluarga Siantar mungkin lebih kuat, tidak mungkin lebih lemah.Alhasil, tiba-tiba malah muncul kerabat "luar biasa" seperti ini, yang bersikap layaknya orang kaya baru.Bisa-bisanya wanita paruh baya itu berlagak hebat dengan m
Tanpa melirik dua orang itu sama sekali, Ardika langsung berjalan ke arah pintu."Ada apa ini?"Tepat pada saat ini, mendengar keributan di luar, seorang pemuda berjalan ke arah pintu. Melihat Ardika yang tiba-tiba muncul, dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Siapa kamu?""Aku mencari Jesika, siapa kamu?"Ardika juga mengamati pemuda di hadapannya ini. Mendengar nada bicara tidak ramah lawan bicaranya, dia juga langsung bertanya balik tanpa sungkan.Berusia sekitar tiga puluhan tahun, mengenakan pakaian mewah yang jelas adalah buat tangan, rambut disisir rapi, serta mengenakan kacamata gagang emas. Hanya dengan sekali pandang saja, sudah jelas pria ini adalah pria yang sukses dalam kariernya.Dengan penampilannya yang tampan dan memesona, pria ini juga bukan tipe pria yang kekurangan wanita."Pak Ardika, kamu sudah datang? Silakan masuk!"Saat ini, Jesika yang raut wajahnya tampak sedikit pucat muncul di belakang pemuda tersebut.Ardika mendapati setelah Jesika melihat dirinya, sor
Jadwal pindah ke ibu kota provinsi sudah dimajukan. Ardika juga berencana untuk memindahkan sebagian bisnis Grup Susanto Raya ke ibu kota provinsi untuk memudahkannya.Bagaimanapun juga, dia harus pergi melakukan pembersihan Organisasi Snakei, juga membutuhkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.Terutama Jesika. Asisten yang satu ini selalu bisa mengatur segala sesuatunya dengan baik. Dia tidak perlu khawatir.Sudah terbiasa mengandalkan bantuan dari asisten satu ini, Ardika merasa sulit untuk berpisah darinya.Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jesika. Berbeda dari biasanya, panggilannya selalu terhubung dalam hitungan detik, kali ini setelah berdering cukup lama, Jesika baru menjawab panggilan teleponnya."Pak Ardika, apa ada yang perlu kukerjakan?"Berbeda dengan suaranya yang biasanya selalu terdengar dingin dan jelas, hari ini suara Jesika terdengar sedikit lemah.Sambil mengerutkan keningnya, Ardika bertanya, "Jesika, kamu sakit? Apa yang terjadi?""Hari ini ak
"Hati-hati di jalan, Pak Ardika."Gina bangkit, mengantar Ardika sampai ke pintu secara pribadi sebelum menghentikan langkah kakinya."Eh?! Mengapa si Ardika itu sudah keluar secepat ini?!""Bu Gina nggak mengambil tindakan?"Di luar halaman, melihat Ardika yang tiba-tiba melenggang keluar, orang-orang Keluarga Halim yang baru saja merangkak bangkit itu pun terkejut bukan main.Tepat pada saat ini, sekelompok anggota kantor pusat Organisasi Snakei menerjang keluar dan mengepung orang-orang ini."Bu Gina memerintahkan, mulai hari ini seluruh anggota Keluarga Halim nggak diizinkan untuk meninggalkan Vila Bistani.""Setelah kasus yang melibatkan Keluarga Halim selesai diselidiki, tunggu saja hukuman kalian!"...Setelah kembali ke Kota Banyuli, kematian Sirilus dan keluarganya tidak tersebar.Pertama, pihak Organisasi Snakei masih perlu menyelidiki kasus Keluarga Halim bersekongkol dengan orang luar secara menyeluruh. Kalau informasi ini dibiarkan menyebar, bisa memicu kewaspadaan.Kedua,
Ardika melontarkan pertanyaan beruntun, makin lama, suaranya berubah menjadi makin dingin.Begitu ucapan ini keluar dari mulut Ardika, ekspresi anggota kantor pusat Organisasi Snakei di sekeliling tempat itu langsung berubah drastis. Mereka menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya.Sebenarnya apa latar belakang Ardika?Tidak hanya memanggil nama Ratu Ular secara langsung, bahkan menuntut sebuah penjelasan dari Ratu Ular."Pak Ardika, kamu bilang Keluarga Halim bersekongkol dengan orang Negara Jepara, apakah ini benar?"Gina mengajukan pertanyaan itu dengan suara dalam.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Tadi malam, orang yang mencoba untuk membunuhku di rumah duka Kota Banyuli adalah seorang ninja Negara Jepara. Aku merebut mayatnya dari tangan Valtino."Gina mengerutkan keningnya. Setelah merenung sejenak, dia berkata, "Pak Ardika, kalau ucapanmu ini memang benar, sebagai bagian dari Organisasi Snakei, Sirilus bersekongkol dengan kekuatan Negara Jepara, memang pantas mati!""Set
"Eh, Ardika ... kamu!"Anggota kantor pusat Organisasi Snakei lainnya terkejut sekaligus marah.Mereka tidak menyangka Ardika bahkan berani menyerang mereka.Perlu diketahui sebelumnya saat bertemu dengan mereka, Sirilus juga bersikap sopan pada mereka.Sementara itu, tanpa banyak bicara, Ardika langsung melayangkan tamparan. Bisa-bisanya perlakuan Ardika terhadap mereka dan terhadap orang-orang Keluarga Halim itu, tidak ada bedanya.Bagaimana mungkin perlakuan seperti ini bisa diterima oleh anggota kantor pusat Organisasi Snakei yang pada dasarnya sudah arogan dan bangga pada diri sendiri itu?"Harap Bu Gina turun tangan untuk mengendalikan bocah itu!""Dia sudah bertindak semena-mena, harus diberi pelajaran dan peringatan!"Satu per satu dari mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah Gina, berharap Gina turun tangan."Cukup!"Saat ini, Gina yang sedari tadi tidak bersuara, tiba-tiba memasang ekspresi muram dan menegur dengan marah. "Dasar sekelompok pecundang! Biasanya, kalian sela