Luna hampir tidak bisa menahan diri lagi, dia pun berkata dengan kesal, "Pak Ferry, kamu jangan keterlaluan. Hati-hati, aku akan lapor polisi.""Haha, kamu mengancamku?"Ferry tertawa terbahak-bahak, kemudian menampar wajah Luna.Luna yang menutup wajahnya ingin kabur, tetapi ditahan oleh Ferry. Sambil menunjuk ke arah meja, Ferry berkata, "Cepat tiduran di sana, hari ini aku akan melakukannya di sini. Dasar wanita jalang! Kenapa sok suci?""Cepat lepaskan aku!"Luna terus memberontak, tetapi dia tentu saja bukan tandingan seorang pria.Dalam keadaan panik, Luna mengangkat teko panas di meja, kemudian memukulkannya ke arah kepala Ferry."Ahh ... wanita sialan! Beraninya kamu memukulku? Aku akan membunuhmu."Sambil memegang kepalanya yang berdarah, Ferry menjerit kesakitan. Pada akhirnya, dia pun melepaskan Luna.Luna yang ketakutan segera membuang teko, lalu berlari keluar dari tempat itu dengan panik. Dengan perasaan takut, Luna berjalan dengan bengong dan tidak tahu harus pergi ke ma
Mengabaikan semua tatapan anggota Keluarga Basagita, Ardika mendekati Luna dan membantunya berdiri. Dia lalu berkata, "Sayang, ayo ikut aku pulang. Tenang saja, aku jamin kamu akan baik-baik saja."Sambil berbicara, Ardika juga membantu Desi untuk berdiri. Dia lalu membawa mereka keluar dari rumah Keluarga Basagita."Luna, kamu sudah memukul Ferry. Kalau nggak mau menyerahkan diri, memangnya kamu kira dirimu bisa kabur?""Mengorbankan dirimu untuk menjaga Keluarga Basagita, menjaga hari tua orang tuamu. Hehe, kamu harus memikirkannya dengan baik."Segala macam ancaman membuat wajah Luna makin pucat."Ardika, kamu bawa orang tuaku pulang dulu. Aku akan pergi menyerahkan diri."Setelah keluar dari rumah Keluarga Basagita, Luna tiba-tiba menggenggam tangan Ardika, lalu berkata sambil menangis, "Ke depannya, kamu harus menjaga orang tuaku dengan baik. Aku nggak percaya anggota Keluarga Basagita, tapi aku percaya denganmu."Ketika mendengarnya, Desi langsung panik.Dia mendorong Luna, lalu
"Apa yang kamu lakukan? Jangan bergerak!"Ferry tanpa sadar mundur selangkah, dia memelototi Ardika dengan pucat, lalu berkata, "Istrimu memukulku, jadi aku bisa membuatnya di penjara hingga seumur hidup.""Apakah kamu sedang mengancamku?"Ardika berjalan maju, lalu mengangkat tubuh Ferry.Bam!Kepala Ferry membentur jendela hingga pecah dan bergantung di luar. Namun, tubuhnya masih berada di dalam ruangan."Ah ...."Ferry menjerit dengan keras.Dia terus memberontak, tetapi tubuhnya tersangkut di jendela sehingga tidak bisa keluar.Wajah yang gendut itu berlumuran darah karena tergores pecahan kaca."Aku adalah direktur Departemen PUPR. Beraninya seorang idiot memukulku! Kalian sekeluarga pasti akan mati ...."Ardika tidak menjawab, tetapi dia langsung menendang Ferry."Ah ...."Tubuh bagian atas Ferry juga keluar dari jendela.Rangka logam sedikit bengkok karena benturan yang keras. Ferry merasakan tulang di seluruh tubuhnya sudah patah.Ardika tidak berbicara. Dia berjalan keluar da
Mata semua orang terbelalak.Apa yang terjadi? Keponakannya dihajar setengah mati, lalu diinjak-injak, kenapa Ridwan sang wali kota tidak menangkap pelakunya? Kenapa Ridwan malah memarahi keponakannya sendiri?Ridwan menggertakkan giginya dengan tatapan tajam."Paman Ridwan, kamu nggak lihat, ya? Aku hampir saja dipukul sampai mati oleh Ardika," teriak Ferry dengan sedih."Kamu pantas menerimanya!"Melihat Ardika tidak menunjukkan ekspresi apa pun, Ridwan pun memutuskan dalam hati. Dia melihat sekeliling, lalu berjalan ke depan seorang staf. Ridwan langsung merebut tongkat yang ada di tangan orang tersebut.Tongkat ini awalnya akan digunakan untuk memukul Ardika, tetapi tidak jadi.Pada saat ini, Ridwan mengangkatnya tinggi-tinggi. Di depan ratusan orang yang menunjukkan ekspresi tidak percaya, dia langsung memukul Ferry dengan keras."Ah ...."Ferry menjerit kesakitan.Masih belum selesai. Ridwan kembali memukul Ferry dengan keras, Ferry yang kesakitan terus berguling di lantai dan me
Setelah memelototi istrinya sendiri, Ferry pun menoleh ke arah Luna yang ketakutan. Dia segera membungkuk dan berkata, "Nona Luna, mohon maaf. Anda nggak perlu menyerahkan diri, saya memang pantas dipukul oleh Anda. Saya pantas dipukul."Selesai berkata, Ferry kembali menampar wajahnya sendiri beberapa kali.Melani yang berada di samping juga bengong ketika melihatnya. Namun, dia tidak berani bersuara, karena tahu bahwa suaminya sudah menyinggung orang yang menyeramkan."Pak Ferry, ini, ini ...."Luna dan orang tuanya juga bingung. Ketika melihat Ardika datang, Luna segera bertanya, "Ardika, apa yang terjadi?""Aku pergi ke Departemen PUPR untuk menghajarnya, dia pun setuju nggak balas dendam lagi," jawab Ardika sambil tersenyum.Mereka baru sadar bahwa tubuh Ferry dipenuhi oleh luka. Ferry berkata dengan takut, "Betul, Tuan Ardika sudah memberi saya pelajaran. Nona Luna, saya tahu saya salah, saya nggak akan mengulanginya lagi.""Pak Ferry nggak akan balas dendam lagi, ya?"Luna berta
Juna buru-buru mengelap keringat dinginnya.Dia tidak seharusnya bersikap terburu-buru.Ke depannya, setelah Ardika tinggal di Vila Cakrawala, Juna masih punya banyak kesempatan untuk mendekatinya."Baik, baik. Saya akan segera menyiapkan kontrak jual beli."Melihat Ardika mengangguk, Juna pun pergi dengan lega."Aku pergi ke toilet dulu," ucap Ardika kepada Jesika sebelum berjalan pergi.Jesika tentu saja tidak mengikutinya."Oh, bukankah ini Ardika yang berpura-pura menjadi direktur utama? Kenapa datang ke Toko Perabot Ultima?"Ketika Ardika ingin masuk ke dalam toilet, suara wanita yang sinis pun terdengar.Jenny berjalan ke hadapan Ardika dengan sepatu hak tinggi serta menunjukkan ekspresi hina.Ardika tidak memiliki kesan baik dengan wanita ini. Awalnya, dia tidak ingin memedulikannya, tetapi melihat Jenny yang ingin menghalanginya, Ardika pun tersenyum dan berkata, "Aku datang bertemu dengan Juna untuk memilih perabot rumah, ada apa?"Jenny menunjukkan ekspresi hina. Beraninya se
Melihat Juna mengambil dokumen CV-nya, Jenny merasa sangat senang.Dia menatap Ardika dengan mata terbelalak.Jenny langsung lolos wawancara hanya karena satu kata dari Ardika.Siapa sebenarnya orang ini?Ardika sudah masuk ke dalam toilet, tetapi suaranya tiba-tiba terdengar dari dalam."Aku nggak akrab dengannya."Seketika, wajah Jenny dipenuhi ekspresi putus asa.Sebab dia melihat Juna merobek CV-nya...."Pak Ardika, hati-hati di jalan."Ketika Juna dan Dennis mengantar Ardika keluar dari Toko Perabot Ultima, dia melihat Jenny diusir keluar oleh dua orang satpam.Melihat Ardika duduk di dalam mobil bersama Jesika, Jenny langsung mendekatinya. Dia berteriak sambil menangis, "Ardika, aku salah. Aku nggak seharusnya memarahimu, nggak seharusnya mengusirmu. Tolong maafkan aku.""Tolong kasih tahu Pak Juna agar aku bisa menjadi sekretarisnya. Aku mohon padamu."Setelah melihat Ardika tidak menunjukkan ekspresi apa pun, Jesika pun berkata dengan nada dingin, "Jalan!"Setelah menutup kaca
Tuan Besar Basagita menunjuk ke arah sebuah vila di pinggir danau sambil berkata, "Apakah itu Vila Cakrawala?""Bukan, itu adalah rumah milik Komandan Draco yang baru menjabat di Departemen Militer Kota Banyuli. Vila Cakrawala ada di sana," jawab petugas sambil menunjuk ke sebuah bangunan berlantai dua di sekitar."Kalau begitu, setelah tinggal di sini, kita akan menjadi tetangga Komandan Draco." Ketika mendengarnya, kedua mata Yanto dan keluarganya langsung berbinar.Di dalam Vila Cakrawala, Ardika sedang mengajak Luna dan yang lain melihat vilanya.Sebenarnya mereka belum resmi pindah ke vila ini. Hanya saja, demi pamer, ibu mertuanya terus menyebarkan bahwa mereka akan segera pindah ke vila ini."Astaga, dapur yang terbuka ini besar sekali. Ruang makannya juga sangat besar. Kalau nggak, kita langsung pindah saja hari ini."Desi terus meraba berbagai tempat dengan ekspresi tersenyum lebar.Luna hanya bisa tersenyum tak berdaya sambil berkata, "Bu, kamu terlalu buru-buru. Perabot yang
"Kulihat masih ada hubungan kekeluargaan antara Bibi dengan Tina, kamu bukanlah tipe orang yang akan menjual keponakan sendiri demi keuntungan."Kalau bukan karena alasan ini, bagaimana mungkin Ardika bersedia berbicara sebanyak ini dengan Violet?"Huh! Kamu nggak berhak mengomentari hubunganku dengan Tina!"Violet mendengus dingin dan berkata, "Eh, Ardika, dari awal sudah kubilang kamu seperti katak dalam tempurung, tapi kamu tetap saja nggak sadar diri sedikit pun.""Hanya posisi sebagai Wali Kota Banyuli saja?""Apa kamu kira nilai Wali Kota Banyuli sekarang masih sama seperti saat kamu menjabat sebagai wali kota?!""Nggak lama lagi Kota Banyuli sudah naik level, saat itu tiba posisi Wali Kota Banyuli sudah setara dengan Wakil Kodam!""Terlebih lagi, ini baru permulaan.""Melalui batu loncatan ini, kelak masih bisa menjadi Duta Perbatasan, bahkan penguasa suatu wilayah!""Apa kamu tahu ada berapa banyak pihak yang memperebutkan posisi ini?""Terlepas dari anggota keluargaku itu, beb
"Diam!"Violet menegur dengan tajam.Sikap arogan Ardika yang tidak menganggap serius Sego membuatnya sangat kesal.Bagaimanapun juga, dalam lubuk hatinya, dia beranggapan Sego dan Tina adalah pasangan yang serasi, sedangkan Ardika sudah memiliki istri dan merupakan seorang menantu benalu. Akan tetapi, bisa-bisanya pria itu melakukan intervensi dalam urusan pernikahan keponakannya.Baginya, Ardika benar-benar tidak tahu diri."Eh, Ardika, atas dasar apa kamu menyindir Pangeran Sego!""Aku beri tahu kamu, hal-hal buruk tentangmu di masa lalu, aku mengetahuinya dengan sangat jelas!""Kamu diusir oleh Keluarga Mahasura, dengan mengandalkan istrimu, kamu baru bisa melangkah sejauh ini.""Harus kuakui, kamu ahli dalam meminjam kekuatan orang lain dan berlagak hebat. Pria yang mengandalkan wanita biasa, nggak punya kemampuan dan nggak menguasai trik yang kamu kuasai ini.""Tapi, terlepas dari seberapa hebat dirimu dalam menguasai trik dan seberapa berkemampuan dirimu, identitasmu hanyalah se
Melihat Ardika tertimpa masalah, orang-orang Organisasi Snakei itu sangat senang.Ardika melirik borgol berkilauan perak di tanah itu sekilas. Tiba-tiba, dia mengentakkan kakinya."Krak ... krak ...."Dengan iringan suara pecahan logam yang memekakkan telinga, borgol di atas tanah itu sudah hancur berkeping-keping akibat entakan kaki Ardika."Kamu ... berani-beraninya kamu menghalangi kami bertugas!"Hanko langsung marah besar. Kemudian, kilatan niat membunuh melintas di matanya. Dia langsung mengulurkan tangannya ke arah sarung senjata di pinggangnya untuk mengeluarkan senjata api.Sorot mata Ardika langsung berubah menjadi dingin.Tepat pada saat pertempuran akan pecah.Pada saat ini pula, tiba-tiba saja sebuah Toiyotan Alphard melaju kemari.Melihat Alphard tersebut, Hanko mengerutkan keningnya, diam-diam menyimpan kembali senjata apinya, lalu menyambut orang itu."Hormat kepada Nyonya Violet!"Hanko sedikit membungkukkan badannya, memberi hormat kepada orang yang baru turun dari mo
"Pak Ardika, kita bertemu lagi."Hanko melangkah maju beberapa langkah, menghentikan langkah kakinya saat berjarak sekitar lima atau enam meter dari Ardika. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan menatap Ardika sambil tersenyum tipis.Hanya saja, sorot matanya tampak dingin dan tajam seperti ular beracun."Kenapa? Ada masalah?"Ardika menanggapi lawan bicaranya dengan acuh tak acuh, dia bahkan tidak melirik belasan orang anggota Organisasi Snakei lainnya.Sebelumnya, saat Chamir secara pribadi datang mencari masalah dengannya, Hanko sudah mengundurkan diri dari Organisasi Snakei.Sekarang sepertinya pemuda yang satu ini sudah menjalin hubungan dengan seorang tokoh hebat lagi, kembali ke Organisasi Snakei dan menduduki jabatannya sebelumnya.Hanko menyalakan sebatang rokok, tidak cepat, juga tidak lambat. Setelah menyesapnya sejenak, dia baru berkata dengan perlahan, "Terjadi kasus pembunuhan di Kota Banyuli, korbannya adalah Tuan Shimizu, penanggung jawab Yayasan Inv
Kalau dilihat sekarang, pilihan Amir adalah pilihan yang tepat.Dari berbagai aspek, Ardika tampak sangat percaya diri. Hal ini membuatnya merasa jauh lebih tenang.Beberapa saat setelah kepergian Amir, Jesika tiba-tiba keluar dari sebuah ruangan kecil di dalam ruang pribadi mewah tersebut."Pak Ardika, Amir adalah orang yang sangat licik.""Melihat kemungkinan kelak Keluarga Mahasura akan dihancurkan oleh Bapak, dia segera beralih pada Bapak, tapi dia juga nggak berani mengkhianati Keluarga Mahasura sepenuhnya.""Begitu dia menemukan kesempatan, orang seperti ini akan berbalik menyerang Bapak tanpa ragu."Ardika berkata dengan santai, "Nggak masalah. Kalau dia patuh, nggak perlu memedulikannya.""Kalau dia benar-benar berani berpikiran macam-macam, aku akan menghabisinya."Intinya, Ardika sama sekali tidak peduli Amir adalah orang seperti apa.Dia sengaja mengatur "senjata rahasia" ini, ingin memanfaatkan nilai Amir dalam pertarungannya melawan Keluarga Mahasura.Dia ingin membuat Kel
Ardika pernah merasakan pengkhianatan tak tahu malu dari Keluarga Mahasura.Hingga kini, rasa sakit itu masih terukir jelas dalam dirinya.Kalau dia bisa membuat Keluarga Mahasura juga merasakan sensasi seperti ini, boleh dibilang juga merupakan pilihan yang cukup baik.Demi hal ini, dia tidak keberatan untuk membantu Amir sekali."Baik, aku akan senantiasa mengingat tugas dari Pak Ardika ini!"Amir mengangguk dengan sungguh-sungguh. Kemudian, dia bangkit dan berkata, "Tapi, aku ingin mengingatkan Pak Ardika satu hal. Keluarga Mahasura nggak sesederhana kelihatannya.""Dengar-dengar, ada anggota Keluarga Mahasura di kemiliteran, bahkan sepertinya berkembang dengan lumayan baik."Tim tempur adalah keberadaan yang cukup luar biasa sepanjang sejarah Negara Nusantara.Biasanya, mereka tidak ikut campur dalam urusan daerah, tetapi keluarga-keluarga besar setempat juga tidak ada yang berani mengabaikan keberadaan tim tempur.Kalau ada anggota sebuah keluarga yang menjadi anggota tim tempur,
Tepat pada saat Shimizu diliputi oleh keinginan yang kuat untuk bertahan hidup, dia membuka mulutnya memohon pengampunan dengan tidak berdaya, sang perekam malah langsung melangkah maju dan menginjak dada Shimizu.Serangan ini langsung merenggut nyawa Shimizu.Pada akhirnya, sang perekam mengalihkan kamera ke arah dirinya sendiri, menunjukkan wajahnya.Ardika langsung mengenali orang tersebut.Orang itu tidak lain adalah sopir yang berkendara dalam kondisi mabuk.Video tersebut berhenti sampai di situ.Sangat jelas, Shimizu sama sekali bukan mati dalam kecelakaan mobil.Melainkan dihabisi oleh orang lain!Ardika meletakkan ponsel itu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Amir dan berkata, "Jadi, Pak Amir yang mengatur kecelakaan semalam?""Mengapa kamu melakukan tindakan seperti itu?""Kalau aku bilang aku melakukannya karena membenci bajingan-bajingan kecil itu, apa Pak Ardika percaya?" tanya Amir balik.Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal.Lagi pula, dia tidak
"Selama Pak Ardika bersedia membantuku, kelak aku akan bekerja keras untuk Pak Ardika, senantiasa mendengarkan Pak Ardika dengan setia!"Amir berdiri membungkuk di seberang Ardika, menatap Ardika dengan tatapan penuh harap.Ardika mengambil mangkuk supnya, mendekatkannya ke bibirnya. Setelah meneguk satu tegukan, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Memintaku untuk menyerahkan lima puluh persen saham begitu saja untuk menyelamatkan nyawamu. Selain itu, kelak kamu masih bisa mendapatkan perlindungan dariku atas nama sebagai anak buahku.""Pak Amir, perencanaanmu ini sangat luar biasa.""Tapi, apa kamu merasa kamu pantas untuk menerima semua itu?"Saham sebesar lima puluh persen tidaklah sedikit.Dengan memegang saham ini, Ardika bisa langsung menjadi pemegang saham besar Perusahaan Investasi Mahasura, bahkan kalau dia menggunakan sedikit trik saja, dia bisa membawa dampak besar bagi Perusahaan Investasi Mahasura.Biarpun dia langsung menjadikannya sebagai uang tunai, dia juga bisa mendapa
"Pak Ardika, hal-hal nggak menyenangkan yang sudah berlalu itu, jangan diungkit dulu. Mari makan dulu, nanti aku akan bersulang dengan Pak Ardika!"Amir mencoba untuk meredakan suasana.Bos Hotel Blazar juga ikut mengundang dengan ramah."Dengan mempertimbangkan Kak Tiko, kalau begitu makan dulu."Ardika tersenyum tanpa menyetujui, juga tidak menolak. Dia tetap tidak bermaksud untuk menerima niat baik Amir.Boleh dibilang dia sudah berteman lama dengan bos Hotel Blazar, ditambah lagi Asosiasi Dagang Kota Banyuli juga berada di gedung yang sama. Karena sudah sering berinteraksi dengan pria ini, Ardika sudah cukup dekat dengannya.Menghadapi Ardika yang tetap menanggapinya dengan acuh tak acuh, Amir tetap tersenyum, sama sekali tidak keberatan.Saat acara makan-makan sudah hampir selesai, bos Hotel Blazar mencari sebuah alasan untuk pergi dengan peka, bermaksud untuk memberi ruang kepada mereka berdua untuk berbincang."Pak Amir, katakan saja apa yang ingin kamu katakan."Sambil meminum