Share

Bab 28 Bertaruh

Penulis: Sarjana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Tuan Besar Basagita menunjuk ke arah sebuah vila di pinggir danau sambil berkata, "Apakah itu Vila Cakrawala?"

"Bukan, itu adalah rumah milik Komandan Draco yang baru menjabat di Departemen Militer Kota Banyuli. Vila Cakrawala ada di sana," jawab petugas sambil menunjuk ke sebuah bangunan berlantai dua di sekitar.

"Kalau begitu, setelah tinggal di sini, kita akan menjadi tetangga Komandan Draco." Ketika mendengarnya, kedua mata Yanto dan keluarganya langsung berbinar.

Di dalam Vila Cakrawala, Ardika sedang mengajak Luna dan yang lain melihat vilanya.

Sebenarnya mereka belum resmi pindah ke vila ini. Hanya saja, demi pamer, ibu mertuanya terus menyebarkan bahwa mereka akan segera pindah ke vila ini.

"Astaga, dapur yang terbuka ini besar sekali. Ruang makannya juga sangat besar. Kalau nggak, kita langsung pindah saja hari ini."

Desi terus meraba berbagai tempat dengan ekspresi tersenyum lebar.

Luna hanya bisa tersenyum tak berdaya sambil berkata, "Bu, kamu terlalu buru-buru. Perabot yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 29 Perabot Seharga 60 Miliar

    Wisnu ingin memenangkan Vila Cakrawala tanpa mengeluarkan uang.Ardika hanya tersenyum sambil mengangguk, lalu berkata, "Baik ...."Lalu, ucapannya langsung dihentikan sebelum selesai bicara."Baik apanya?"Desi memelototi Ardika, lalu berkata, "Kami nggak mau bertaruh. Vila Cakrawala sejak awal adalah milik kami. Wisnu, jangan mimpi."Wisnu pun berkata, "Memangnya aku bodoh? Aku hanya mempermainkan menantu idiotmu ini. Dasar keluarga miskin, kalau nggak berani bertaruh, diam saja. Jangan membual di depanku."Ucapan Wisnu membuat Desi merasa malu dan juga kesal. Namun, Desi tidak bisa membalasnya dan hanya bisa kesal sendiri.Ardika berkata dengan nada dingin, "Jaga mulutmu, Wisnu! Lalu, apakah taruhannya masih berlaku?"Wisnu tertegun, dia tidak menyangka Ardika berani bertaruh dengannya.Sambil tersenyum, dia menatap Ardika dengan tatapan bodoh sambil berkata, "Kalau kamu masih ingin bertaruh, tentu saja masih berlaku.""Ardika, jangan gegabah."Luna segera menghentikan Ardika. Meski

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 30 Mengusir

    "Shh!"Semua orang menarik napas dalam-dalam, bahkan Luna dan keluarganya juga terkejut.Ekspresi anggota Keluarga Basagita menjadi sangat menarik.Sebelumnya, mereka terus menertawakan Ardika dan bilang kalau dia tidak sanggup membeli perabot mahal. Sekarang, harga satu set perabot ruang kerja saja sudah senilai 20 miliar lebih.Ardika datang ke hadapan Tuan Besar Basagita, lalu bertanya sambil tersenyum, "Tuan Besar, rumah ini besar nggak?""Besar, bukan hanya bangunan yang besar, bahkan danau di luar sana juga sangat luas. Hehe."Sikap Tuan Besar Basagita terhadap Ardika menjadi lebih sopan.Ardika lalu bertanya lagi sambil tersenyum, "Mahal nggak?""Tentu saja, vila seharga 100 miliar juga bukan sesuatu yang bisa diimpikan semua orang."Ardika kembali melanjutkan, "Kalau tinggal di sini, pasti akan sangat bergengsi, 'kan?""Tentu saja. Di seluruh Kota Banyuli, hanya sedikit keluarga yang bisa membelinya."Tuan Besar Basagita terus mengangguk. Dia mengira Ardika bertanya seperti itu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 31 Berenang Pulang

    "Luna, lihatlah suamimu ini, dia bahkan mengusir kakekmu pergi."Sambil menatap Luna dengan dingin, Tuan Besar Basagita menunjukkan sikap seorang kepala keluarga dan berkata, "Aku perintahkan kamu untuk segera bercerai dengannya.""Luna, dengar nggak? Kakek suruh cerai dengannya, kamu berani melawan?"Semua anggota Keluarga Basagita menatap Luna dengan sinis.Di Keluarga Basagita, ucapan Tuan Besar adalah hal mutlak dan tidak ada yang berani melawannya.Namun, Luna justru menjawab dengan tegas, "Kakek, pernikahanku adalah urusanku, nggak ada yang boleh ikut campur."Tuan Besar Basagita berkata dengan marah, "Luna, apakah kamu masih menganggap kakekmu ini?"Melihat Luna tidak menjawab, dia pun melihat ke arah Jacky dan Desi, lalu berkata, "Kalian, cepat suruh anak kalian cerai dengan Ardika."Jacky juga tidak menjawab.Sambil mendengus dingin, Desi pun menjawab, "Tuan Besar, cukup. Kalau Luna bercerai dengan Ardika, dia harus mengandalkan siapa? Mengandalkan Keluarga Basagita?""Ketika

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 32 Membangun Kembali Asosiasi Bahan Bangunan

    Ardika tersenyum dan berkata, "Bu, aku mendukungmu, yang penting Ibu senang.""Menantuku memang paling baik. Huh! Kalian nggak bisa dibandingkan dengan Ardika."Setelah mendapat pendukung, Desi langsung merasa senang."Sudahlah, kalau Ibu ingin pamer, lakukan saja," kata Luna dengan tak berdaya. Mendengar Desi mengakui Ardika sebagai menantunya, Luna tentu saja merasa senang.Di meja makan, Luna juga bilang kalau dia akan merekrut beberapa karyawan baru untuk Perusahaan Jaya Semi. Sebelumnya, banyak karyawan yang sudah pergi dari perusahaan itu, sehingga mereka kekurangan orang."Mulai sekarang, Perusahaan Jaya Semi adalah bisnisku sendiri. Aku akan berusaha untuk membesarkan Perusahaan Jaya Semi."Selesai berbicara, kedua mata Luna menunjukkan sedikit penyesalan dan kesedihan.Sejak lulus, Luna sudah mulai bekerja di Grup Agung Makmur. Dia sudah mengorbankan banyak waktu serta perasaan di dalamnya.Apalagi, menjayakan kembali Grup Agung Makmur serta mengembalikan nama baik Jacky merup

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 33 Kejadian Masa Lalu

    Dia segera menghubungi Bambang. Untungnya, kali ini panggilannya tersambung. Wisnu menyuruh Bambang untuk merebut kembali Vila Cakrawala besok. Kalau berhasil, Wisnu akan memberikan bayaran 1 miliar.Bayaran 1 miliar untuk menakuti beberapa orang sudah termasuk tinggi."Vila Cakrawala? Itu adalah vila mewah. Semua satpam Grup Bumantara berasal dari perusahaan keamanan yang profesional. Pekerjaan ini sedikit sulit."Suara Bambang terdengar kesulitan dari ujung telepon.Wisnu melanjutkan, "Kak Bambang, kamu adalah bawahan terkuat Tuan Jinto. Kalau kamu turun tangan, semua satpam profesional pasti akan kabur. Bagaimanapun kita sudah kenal lama, tolong bantu aku.""Baiklah, aku setuju. Kalau bukan karena menghargaimu, aku nggak akan menerima pekerjaan ini."Ketika Wisnu sedang terharu, Bambang tiba-tiba berkata, "Tapi, bayarannya harus ditambah.""Kakek, dia minta 10 miliar."Wisnu memberi tahu Tuan Besar Basagita sambil menutupi ponselnya.Semua orang langsung terkejut. 10 Miliar? Kenapa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 34 Ketakutan Besar

    Bambang tiba-tiba berteriak, "Oi, tua bangka, berhenti kalian!"Ketika menoleh ke belakang dan melihat banyak preman, Desi langsung berhenti karena ketakutan.Bambang mendekat dengan gaya sombong, lalu berkata, "Kalian adalah orang Keluarga Basagita yang tinggal di Vila Cakrawala, 'kan? Hari ini, kalian harus pindah.""Kenapa kami harus pindah? Ini adalah rumah kami."Meskipun wajah Desi sudah pucat karena ketakutan, dia tetap berusaha berdebat.Tentu saja, para preman tidak mungkin mau berdebat dengannya.Plak!Bambang langsung menamparnya, lalu berkata dengan sombong, "Aku nggak peduli ini rumah siapa, kalau disuruh pindah, ya pindah saja.""Kalau kami nggak mau pindah?"Ketika mendengar kehebohan, Ardika pun berjalan keluar bersama Draco.Melihat Desi menutupi wajahnya, aura membunuh terbesit di mata Ardika."Oh, ternyata masih ada yang keras kepala."Sambil menoleh ke arah Ardika, Bambang langsung berkata dengan kesal, "Pergi dan tampar dia 10 kali."Seketika, salah satu preman lan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 35 Bertemu Lagi di Wawancara

    Setelah menjelaskan panjang lebar, Ardika berhasil menenangkan ayah dan ibu mertuanya.Setelah masuk ke vila, Desi dan Jacky pun pergi istirahat. Mereka masih ketakutan karena kejadian tadi.Ketika Ardika keluar dari vila, dia melihat Juna berlari kemari bersama beberapa orang."Tuan Ardika, mohon maaf. Satpam kami nggak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga membiarkan para preman menerobos masuk. Ini adalah tanggung jawab kami."Setelah sampai di hadapan Ardika, Juna terus membungkuk dan minta maaf."Satpam manajemen properti memang nggak berguna," ucap Ardika dengan ekspresi dingin.Beberapa satpam itu bukanlah satpam pria tua seperti di kompleks kecil, melainkan satpam dari perusahaan keamanan yang profesional. Namun, mereka ternyata tidak sanggup menahan para preman."Tuan Ardika, mereka ketakutan karena mendengar nama Tuan Jinto. Aku sudah memberikan perintah kepada para satpam, kalau sampai para preman itu datang lagi, mereka harus menahannya sekuat tenaga."Juna juga t

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 36 Luna yang Sedih

    "Wanita?"Luna mengerutkan keningnya."Ya, seorang wanita kaya yang mengendarai mobil Mercedes Benz Maybach dengan sopir pribadi. Melihat gayanya, dia pasti wanita bisnis yang hebat. Bahkan Pak Juna dari Grup Bumantara juga bersikap hormat kepadanya."Sambil memperhatikan ekspresi Luna, Jenny pun bertanya, "Kamu kenal nggak? Wanita itu yang membayar semua perabot yang dibeli Ardika ....""Kamu tahu nggak kenapa aku nggak lolos wawancara hari itu? Karena aku melihat suamimu dan wanita itu sedang ...."Sambil berbicara, Jenny juga menyingsingkan bajunya."Coba lihat bekas luka di tanganku ini. Awalnya, Pak Juna sudah menerimaku, tapi karena satu kata dari suamimu, aku langsung dilempar keluar oleh satpam."Luna tidak menyangka ada kejadian seperti itu."Jenny, semua itu benar?"Jenny mengangguk, lalu melanjutkan, "Memangnya untuk apa aku berbohong padamu? Aku dipecat, lalu diusir di depan umum. Untuk apa aku berbohong dengan hal yang begitu memalukan?"Luna mulai curiga.Betul juga. Ardi

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1636 Maksud Nyonya

    Setelah mengetahui pria tua itu adalah orangnya Keluarga Bangsawan Dienga Supham, suasana di tempat itu langsung berubah menjadi hening.Banyak orang yang diam-diam mengamati pria tua yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu, tetapi tidak ada yang berani menatapnya secara langsung.Di tempat kecil seperti Kota Banyuli, bahkan tidak ada satu keluarga besar yang setara dengan Keluarga Sudibya dan yang lainnya, apalagi keluarga bangsawan seperti Keluarga Bangsawan Dienga Supham.Bagi banyak orang Kota Banyuli, keluarga bangsawan hanya ada di legenda.Kalau tidak terjadi kejadian tak terduga, mereka bahkan tidak akan pernah bisa berinteraksi dengan orang-orang di level itu seumur hidup mereka.Mereka memang hidup di dunia yang sama dan menghirup udara yang sama dengan orang-orang tersebut.Namun, kesenjangan mereka dengan orang-orang itu luar biasa besar.Ibarat ada tembok pembatas antara orang-orang di dua level yang berbeda ini, sehingga memberikan kesan asing bagi mereka terhadap

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1635 Pak Fandhi

    "Thomas, setelah kamu melepas seragam militermu, kamu hanyalah rakyat biasa.""Organisasi Snakei berwenang untuk menjalankan hukum. Kami bahkan nggak membutuhkan perintah penangkapan untuk menangkap pelaku kejahatan.""Thomas, kamu melukai orang lain tepat di hadapan banyak orang, mengapa aku nggak bisa menangkapmu?"Thomas tertawa meremehkan. "Biarpun aku melepas seragam militerku dan nggak punya jabatan militer, juga nggak bisa ditangkap oleh Organisasi Snakei sesuka hati.""Anak muda, jangan berbicara terlalu percaya diri."Chamir meletakkan kedua tangannya di punggungnya, dia menggelengkan kepalanya dan berkata dengan seulas senyum tipis, "Aku tahu kamu berasal dari Keluarga Bangsawan Dienga Supham, sebuah keluarga bangsawan yang sudah memiliki sejarah ribuan tahun.""Ckckck, latar belakang yang benar-benar terhormat. Sejak lahir sudah terhormat, itu adalah orang-orang sepertimu.""Bahkan tuan muda keluarga kaya, juga hanya dianggap sebagai keturunan kaya olehmu.""Organisasi peneg

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1634 Pengecut

    Thomas mengerutkan keningnya.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara seseorang mendengus dingin dari arah pintu.Jelas-jelas suara itu tidak keras, tetapi seperti palu yang menghantam hati semua orang, membuat banyak orang bergidik ngeri.Semua orang menoleh ke sumber suara secara refleks.Seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan tradisional berwarna abu-abu gelap tampak berada di depan pintu.Walaupun tidak menunjukkan ekspresi marah, aura wibawanya sudah terpancar. Selain itu, aura seseorang yang telah menduduki kedudukan tinggi cukup lama juga terpancar dari tubuhnya. Dia berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung, memberi kesan kokoh dan tak tergoyahkan pada orang lain.Sosok seperti ini membuat orang lain tidak berani menganggap remeh dirinya.Pria paruh baya itu mengamati sekeliling. Pada akhirnya, sorot mata dinginnya tertuju pada Thomas. Dia berkata dengan datar, "Komandan Thomas dari tim tempur Provinsi Denpapan, kamu benar-benar arogan. Saat nggak mengena

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1633 Aku Menertawakanmu Terlalu Bodoh

    Wanita misterius itu menyimpan Pedang Ular Gelap, lalu berkata dengan datar, "Dasar bodoh! Dalam jarak dekat, senjata api nggak serbabisa! Di hadapan seorang ahli bela diri yang sesungguhnya, tindakanmu itu sama sekali nggak ada artinya!"Setelah selesai menegur Hanko, wanita misterius itu menatap Ardika dengan tatapan dalam, lalu berbalik dan pergi.Hanko menatap ke arah pintu yang sudah kosong itu dengan lekat dan terdiam cukup lama.Sementara itu, Ardika menunjukkan ekspresi penuh arti.Menarik.Daripada mengatakan wanita itu sedang mengejek Hanko tadi, lebih baik mengatakan dia sedang memperingatkan dan memberi pelajaran pada pria itu.Melihat ekspresi muram Hanko, Ardika tidak tahu apakah pria itu bisa memahami hal tersebut atau tidak.Setelah wanita misterius itu pergi cukup lama.Perlahan-lahan, orang-orang di tempat itu baru tersadar kembali.Adegan barusan benar-benar menggemparkan.Sementara itu, saat ini, Hanko juga tersadar kembali setelah terkejut sejenak.Dia menyeka tete

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1632 Wanita Misterius

    "Tuan mengatakan setelah kamu menyelesaikan urusanmu sekarang, dia akan menemuimu secara pribadi."Wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi. Dia langsung menerima Pedang Ular Gelap, lalu berbalik dan pergi."Berhenti!"Sebelum wanita itu sempat melangkahkan kakinya keluar dari pintu utama, tiba-tiba saja dua orang di antara orang-orang Keluarga Sudibya yang Hanko bawa kemari, menghalangi jalan wanita itu.Salah seorang di antara dua orang itu langsung mengulurkan lengannya dan berkata dengan dingin, "Dasar penipu! Cepat serahkan Pedang Ular Gelap!"Menyaksikan pemandangan itu, banyak orang melemparkan sorot mata meremehkan ke arah Hanko.Gagal bersaing dengan mengandalkan kekayaan, tuan muda yang satu itu sudah berencana untuk merampas.Benar-benar tidak tahu malu.Namun, Hanko melihat ke arah pintu dengan ekspresi datar, seolah-olah hal itu tidak ada hubungannya dengannya.Kemunculan Kartu Hitam Sentral hanya membuatnya terkejut sejenak.Namun, siapa yang tahu apakah ini han

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1631 Kartu Hitam Sentral

    Dua puluh triliun. Walaupun ke depannya dia bisa merampas uang sebanyak ini bahkan lebih dari Ardika.Namun, kalau Hanko harus mengeluarkan uang tunai sebesar 20 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap, dia sama sekali tidak bisa melakukannya.Hanko duduk kembali dengan tidak berdaya. Dia menatap wanita itu dengan menyipitkan matanya dan berkata dengan dingin, "Dua puluh triliun, 'kan? Kalau begitu, Pedang Ular Gelap untukmu saja. Tapi, apakah kamu bisa mengeluarkan uang sebanyak itu?"Awalnya wanita itu sama sekali tidak memedulikan Hanko. Saat ini, dia menoleh dan melirik pria itu, lalu berkata dengan dingin, "Dasar pecundang! Nggak punya uang, diam saja!""Pedang Ular Gelap adalah senjata suci Organisasi Snakei, memangnya 20 triliun sangat banyak?""Pfffttt ...."Begitu mendengar ucapan wanita itu, Rhino, Lila dan yang lainnya langsung tidak bisa menahan diri dan tertawa.Sementara itu, wajah Hanko juga tampak memerah.Dia adalah Tuan Muda Keluarga Sudibya, tetapi sekarang dia malah

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1630 Dua Puluh Triliun

    Penjual yang disebut oleh Felda tidak lain adalah Ardika.Hanko melirik Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Nona Felda nggak perlu khawatir, hanya 10 triliun saja, Keluarga Sudibya nggak mungkin nggak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu.""Lagi pula, hanya pengalihan uang sesaat saja. Uang yang kukeluarkan, pada akhirnya akan kuambil kembali sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat!"Hanko melontarkan kata-kata itu dengan niat membunuh yang kuat.Menurut Hanko, Pedang Ular Gelap sudah pasti akan menjadi miliknya.Biarpun Organisasi Dragone, Organisasi Tigerim dan Organisasi Wolfie memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka juga tidak mungkin akan mengeluarkan uang di atas 10 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap.Hari ini, tujuan kedatangan mereka hanya untuk menyaksikan pertunjukan, mentertawakan Organisasi Snakei. Mereka tidak benar-benar bermaksud untuk membeli Pedang Ular Gelap.Kalau tidak, mereka akan benar-benar menyinggung Organisasi Snakei.Jadi, biarpun sekarang Keluarga

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1629 Menambah Harga Penawaran Satu Triliun

    Begitu Hanko selesai berbicara, pandangan semua orang yang berada di tempat itu langsung tertuju pada Ardika.Mereka mendengar lengan Hanko itu dipatahkan oleh Ardika dengan menggunakan Pedang Ular Gelap.Sangat jelas hal itu benar adanya.Karena itulah, Hanko memendam kebencian yang sangat mendalam terhadap Ardika, rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli Pedang Ular Gelap, lalu menggunakan Pedang Ular Gelap untuk membunuh Ardika.Saat ini, bahkan Levin juga bisa merasakan aura membunuh yang kuat menjalar di punggungnya.Namun, Ardika sendiri seakan-akan tidak merasakan apa-apa. Dia menatap Hanko sambil tersenyum tipis dan berkata, "Kalau begitu, harga yang kamu bayar sudah sedikit terlalu besar. Kamu sampai mengeluarkan beberapa triliun hanya untuk membunuhku."Hanko tersenyum tipis dan berkata, "Kalau perusahaan dan asetmu beserta dengan perusahaan dan aset istrimu digabungkan, paling nggak sudah setara dengan beberapa Pedang Ular Gelap, bukan?"Maksud ucapannya sangat jelas.Set

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1628 Akan Membunuhmu Setelah Membeli Pedang Ular Gelap

    Felda menatap Hanko dan yang lainnya sambil tersenyum, nada bicaranya sangat lembut, sama sekali tidak mengintimidasi.Hanko mendongak, melirik wanita itu sekilas, lalu berkata, "Cih, hanya organisasi dunia preman yang ilegal, juga berani berlagak hebat seperti ini dengan melelang senjata suci Organisasi Snakei.""Apakah Bank Sentral nggak takut dihancurkan?!"Nada bicara Hanko dipenuhi niat membunuh yang kuat, dia sama sekali tidak menganggap serius Bank Sentral yang menjadi pendukung Felda.Felda tetap tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Tepat pada saat ini, di sudut ruangan di mana Hanko dan yang lainnya berdiri, tiba-tiba seorang staf Bank Sentral melesat keluar.Orang tersebut langsung melesat ke arah Hanko dan yang lainnya. Saking cepatnya, kecepatannya membuat orang-orang tidak sempat bereaksi."Bam!"Dengan iringan suara teredam, anggota Organisasi Snakei di belakang Hanko yang tadi menyerang, langsung muntah darah dan terpental keluar dari pintu."Benar-benar cari ma

DMCA.com Protection Status