Tuan Besar Basagita menunjuk ke arah sebuah vila di pinggir danau sambil berkata, "Apakah itu Vila Cakrawala?""Bukan, itu adalah rumah milik Komandan Draco yang baru menjabat di Departemen Militer Kota Banyuli. Vila Cakrawala ada di sana," jawab petugas sambil menunjuk ke sebuah bangunan berlantai dua di sekitar."Kalau begitu, setelah tinggal di sini, kita akan menjadi tetangga Komandan Draco." Ketika mendengarnya, kedua mata Yanto dan keluarganya langsung berbinar.Di dalam Vila Cakrawala, Ardika sedang mengajak Luna dan yang lain melihat vilanya.Sebenarnya mereka belum resmi pindah ke vila ini. Hanya saja, demi pamer, ibu mertuanya terus menyebarkan bahwa mereka akan segera pindah ke vila ini."Astaga, dapur yang terbuka ini besar sekali. Ruang makannya juga sangat besar. Kalau nggak, kita langsung pindah saja hari ini."Desi terus meraba berbagai tempat dengan ekspresi tersenyum lebar.Luna hanya bisa tersenyum tak berdaya sambil berkata, "Bu, kamu terlalu buru-buru. Perabot yang
Wisnu ingin memenangkan Vila Cakrawala tanpa mengeluarkan uang.Ardika hanya tersenyum sambil mengangguk, lalu berkata, "Baik ...."Lalu, ucapannya langsung dihentikan sebelum selesai bicara."Baik apanya?"Desi memelototi Ardika, lalu berkata, "Kami nggak mau bertaruh. Vila Cakrawala sejak awal adalah milik kami. Wisnu, jangan mimpi."Wisnu pun berkata, "Memangnya aku bodoh? Aku hanya mempermainkan menantu idiotmu ini. Dasar keluarga miskin, kalau nggak berani bertaruh, diam saja. Jangan membual di depanku."Ucapan Wisnu membuat Desi merasa malu dan juga kesal. Namun, Desi tidak bisa membalasnya dan hanya bisa kesal sendiri.Ardika berkata dengan nada dingin, "Jaga mulutmu, Wisnu! Lalu, apakah taruhannya masih berlaku?"Wisnu tertegun, dia tidak menyangka Ardika berani bertaruh dengannya.Sambil tersenyum, dia menatap Ardika dengan tatapan bodoh sambil berkata, "Kalau kamu masih ingin bertaruh, tentu saja masih berlaku.""Ardika, jangan gegabah."Luna segera menghentikan Ardika. Meski
"Shh!"Semua orang menarik napas dalam-dalam, bahkan Luna dan keluarganya juga terkejut.Ekspresi anggota Keluarga Basagita menjadi sangat menarik.Sebelumnya, mereka terus menertawakan Ardika dan bilang kalau dia tidak sanggup membeli perabot mahal. Sekarang, harga satu set perabot ruang kerja saja sudah senilai 20 miliar lebih.Ardika datang ke hadapan Tuan Besar Basagita, lalu bertanya sambil tersenyum, "Tuan Besar, rumah ini besar nggak?""Besar, bukan hanya bangunan yang besar, bahkan danau di luar sana juga sangat luas. Hehe."Sikap Tuan Besar Basagita terhadap Ardika menjadi lebih sopan.Ardika lalu bertanya lagi sambil tersenyum, "Mahal nggak?""Tentu saja, vila seharga 100 miliar juga bukan sesuatu yang bisa diimpikan semua orang."Ardika kembali melanjutkan, "Kalau tinggal di sini, pasti akan sangat bergengsi, 'kan?""Tentu saja. Di seluruh Kota Banyuli, hanya sedikit keluarga yang bisa membelinya."Tuan Besar Basagita terus mengangguk. Dia mengira Ardika bertanya seperti itu
"Luna, lihatlah suamimu ini, dia bahkan mengusir kakekmu pergi."Sambil menatap Luna dengan dingin, Tuan Besar Basagita menunjukkan sikap seorang kepala keluarga dan berkata, "Aku perintahkan kamu untuk segera bercerai dengannya.""Luna, dengar nggak? Kakek suruh cerai dengannya, kamu berani melawan?"Semua anggota Keluarga Basagita menatap Luna dengan sinis.Di Keluarga Basagita, ucapan Tuan Besar adalah hal mutlak dan tidak ada yang berani melawannya.Namun, Luna justru menjawab dengan tegas, "Kakek, pernikahanku adalah urusanku, nggak ada yang boleh ikut campur."Tuan Besar Basagita berkata dengan marah, "Luna, apakah kamu masih menganggap kakekmu ini?"Melihat Luna tidak menjawab, dia pun melihat ke arah Jacky dan Desi, lalu berkata, "Kalian, cepat suruh anak kalian cerai dengan Ardika."Jacky juga tidak menjawab.Sambil mendengus dingin, Desi pun menjawab, "Tuan Besar, cukup. Kalau Luna bercerai dengan Ardika, dia harus mengandalkan siapa? Mengandalkan Keluarga Basagita?""Ketika
Ardika tersenyum dan berkata, "Bu, aku mendukungmu, yang penting Ibu senang.""Menantuku memang paling baik. Huh! Kalian nggak bisa dibandingkan dengan Ardika."Setelah mendapat pendukung, Desi langsung merasa senang."Sudahlah, kalau Ibu ingin pamer, lakukan saja," kata Luna dengan tak berdaya. Mendengar Desi mengakui Ardika sebagai menantunya, Luna tentu saja merasa senang.Di meja makan, Luna juga bilang kalau dia akan merekrut beberapa karyawan baru untuk Perusahaan Jaya Semi. Sebelumnya, banyak karyawan yang sudah pergi dari perusahaan itu, sehingga mereka kekurangan orang."Mulai sekarang, Perusahaan Jaya Semi adalah bisnisku sendiri. Aku akan berusaha untuk membesarkan Perusahaan Jaya Semi."Selesai berbicara, kedua mata Luna menunjukkan sedikit penyesalan dan kesedihan.Sejak lulus, Luna sudah mulai bekerja di Grup Agung Makmur. Dia sudah mengorbankan banyak waktu serta perasaan di dalamnya.Apalagi, menjayakan kembali Grup Agung Makmur serta mengembalikan nama baik Jacky merup
Dia segera menghubungi Bambang. Untungnya, kali ini panggilannya tersambung. Wisnu menyuruh Bambang untuk merebut kembali Vila Cakrawala besok. Kalau berhasil, Wisnu akan memberikan bayaran 1 miliar.Bayaran 1 miliar untuk menakuti beberapa orang sudah termasuk tinggi."Vila Cakrawala? Itu adalah vila mewah. Semua satpam Grup Bumantara berasal dari perusahaan keamanan yang profesional. Pekerjaan ini sedikit sulit."Suara Bambang terdengar kesulitan dari ujung telepon.Wisnu melanjutkan, "Kak Bambang, kamu adalah bawahan terkuat Tuan Jinto. Kalau kamu turun tangan, semua satpam profesional pasti akan kabur. Bagaimanapun kita sudah kenal lama, tolong bantu aku.""Baiklah, aku setuju. Kalau bukan karena menghargaimu, aku nggak akan menerima pekerjaan ini."Ketika Wisnu sedang terharu, Bambang tiba-tiba berkata, "Tapi, bayarannya harus ditambah.""Kakek, dia minta 10 miliar."Wisnu memberi tahu Tuan Besar Basagita sambil menutupi ponselnya.Semua orang langsung terkejut. 10 Miliar? Kenapa
Bambang tiba-tiba berteriak, "Oi, tua bangka, berhenti kalian!"Ketika menoleh ke belakang dan melihat banyak preman, Desi langsung berhenti karena ketakutan.Bambang mendekat dengan gaya sombong, lalu berkata, "Kalian adalah orang Keluarga Basagita yang tinggal di Vila Cakrawala, 'kan? Hari ini, kalian harus pindah.""Kenapa kami harus pindah? Ini adalah rumah kami."Meskipun wajah Desi sudah pucat karena ketakutan, dia tetap berusaha berdebat.Tentu saja, para preman tidak mungkin mau berdebat dengannya.Plak!Bambang langsung menamparnya, lalu berkata dengan sombong, "Aku nggak peduli ini rumah siapa, kalau disuruh pindah, ya pindah saja.""Kalau kami nggak mau pindah?"Ketika mendengar kehebohan, Ardika pun berjalan keluar bersama Draco.Melihat Desi menutupi wajahnya, aura membunuh terbesit di mata Ardika."Oh, ternyata masih ada yang keras kepala."Sambil menoleh ke arah Ardika, Bambang langsung berkata dengan kesal, "Pergi dan tampar dia 10 kali."Seketika, salah satu preman lan
Setelah menjelaskan panjang lebar, Ardika berhasil menenangkan ayah dan ibu mertuanya.Setelah masuk ke vila, Desi dan Jacky pun pergi istirahat. Mereka masih ketakutan karena kejadian tadi.Ketika Ardika keluar dari vila, dia melihat Juna berlari kemari bersama beberapa orang."Tuan Ardika, mohon maaf. Satpam kami nggak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga membiarkan para preman menerobos masuk. Ini adalah tanggung jawab kami."Setelah sampai di hadapan Ardika, Juna terus membungkuk dan minta maaf."Satpam manajemen properti memang nggak berguna," ucap Ardika dengan ekspresi dingin.Beberapa satpam itu bukanlah satpam pria tua seperti di kompleks kecil, melainkan satpam dari perusahaan keamanan yang profesional. Namun, mereka ternyata tidak sanggup menahan para preman."Tuan Ardika, mereka ketakutan karena mendengar nama Tuan Jinto. Aku sudah memberikan perintah kepada para satpam, kalau sampai para preman itu datang lagi, mereka harus menahannya sekuat tenaga."Juna juga t
Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi
"Seharusnya Tuan Ardika juga tahu, bukan Negara Enggrim saja yang melakukan hal seperti ini ...."Harrison mengamati ekspresi Ardika dengan hati-hati, mencoba untuk membela diri.Ardika tertawa dingin dan berkata, "Tapi Andrew meminta mereka untuk mematahkan lengan dan kakiku, lalu menghabisiku.""Karena mereka adalah anggota luar departemen luar negeri Negara Enggrim, kalau begitu bukankah aku boleh menganggap hal ini sebagai bentuk provokasi Negara Enggrim terhadapku?"Begitu mendengar ucapan Ardika, saking ketakutannya Harrison segera bersujud tanpa henti di hadapan Ardika."Tuan Ardika, Tuan salah paham! Negara Enggrim sama sekali nggak bermaksud seperti itu! Tuan nggak perlu ragu, negara kami nggak mungkin bermaksud seperti itu!""Pasti ada orang-orang tertentu yang mencoba untuk merusak hubungan antara kita, kami sama sekali nggak bermaksud nggak hormat pada Tuan!"Semua orang di dalam ruangan tersebut menyaksikan pemandangan ini dengan tercengang.Sebenarnya siapa Ardika? Bisa-b
Harrison mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Andrew, saat itu juga dia melihat Ardika.Ekspresinya langsung berubah drastis, sekujur tubuhnya mulai gemetaran.Walaupun dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi hal ini, tetapi begitu mendengar Andrew mengatakan ingin menghabisi Ardika, perasaan ketakutan langsung menyelimuti hatinya."Diam!"Harrison melangkah maju satu langkah, melayangkan satu tendangan ke dada Andrew.Andrew berteriak kesakitan. Saking kesakitannya, tubuhnya meringkuk, dia bahkan tidak bisa berkata-kata lagi."Brak ...."Kemudian, di bawah tatapan terkejut semua orang, Harrison berlutut di lantai."Tuan Ardika, aku sudah datang dalam sepuluh menit! Silakan beri instruksi!"Kemudian, dalam posisi bersujud, Harrison merangkak menghampiri Ardika, lalu mengucapkan kalimat itu dengan sangat merendah.Menyaksikan pemandangan itu, semua orang langsung tersentak.Selain Luna yang sudah pernah menyaksikan adegan yang sama, saat ini bahkan Felda yang m
Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika langsung memutuskan panggilan telepon.Orang-orang lainnya tidak bisa mendengar suara Harrison di ujung telepon sana, mereka tidak tahu bagaimana sikap sang Konsul Jenderal terhadap Ardika.Mereka hanya mendengar Ardika mengucapkan beberapa patah kata dengan santai, lalu langsung memutuskan panggilan telepon begitu saja. Terlebih lagi, jelas-jelas Ardika memerintahkan Harrison untuk kemari, tentu saja hal ini membuat mereka semua tercengang.Memerintahkan Konsul Jenderal Negara Enggrim yang bertugas di Provinsi Denpapan untuk kemari?Apa mereka salah dengar?Atau bocah ini benar-benar sudah gila?Andrew memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Eh, bocah Negara Nusantara, berani-beraninya kamu memerintahkan Pak Harrison untuk kemari! Tamat sudah riwayatmu!""Apa kamu tahu sebelum dia menjadi seorang konsul, dulu dia adalah salah seorang prajurit yang paling terkenal di Negara Enggrim?""Berani-beraninya kamu menghinanya seperti itu! Dia p
Ekspresi Luna juga sedikit pucat, tetapi dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang dan berkata dengan dingin, "Memangnya kalau suamiku nggak memperlakukan mereka seperti itu, Grup Kamel akan melepaskan kami?"Melihat Andrew begitu menyedihkan, dia merasa ketakutan sekaligus puas."Eh ... ini ...."Semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Apa maksud Luna, dia ingin hancur bersama?"Bam!"Tepat pada saat ini, Ardika mengambil sebotol anggur, lalu menggunakan botol anggur itu untuk memukuli kepala Andrew tanpa ragu.Saat itu juga, botol anggur pecah, kepala Andrew juga berdarah. Dia merasa kesakitan setengah mati.Ardika melirik Piom dan Lando dengan sorot mata dingin. "Kalau kalian mengucapkan satu kalimat omong kosong lagi, aku akan menghantam kepalanya dengan satu botol anggur.""Kamu!"Piom membuka mulutnya, tetapi segera menutup mulutnya.Dia takut Ardika benar-benar memukuli Andrew sampai mati. Saat itu tiba, dia juga akan ikut terseret dalam masalah.Orang-orang lainnya juga tidak
"Sayang, bantu aku pegang sebentar, ya."Dengan seulas senyum tipis menghiasi wajahnya, Ardika menyerahkan cangkir tehnya kepada Luna."Ajal sudah hampir menjemputnya, tapi bocah ini masih sempat berlagak hebat?"Ada banyak orang yang mencibir.Ketua pengawal itu menerjang di paling depan. Saat ini, ekspresi marah juga sudah mulai terlihat di wajahnya."Cari mati!"Dia mengayunkan lengannya, lalu mengarahkan tinjunya ke arah bahu Ardika dengan keras.Kalau bukan karena Andrew memberi perintah untuk mematahkan lengan dan kaki Ardika terlebih dahulu, dia akan langsung melayangkan tinjunya ke arah tengkuk Ardika, Ardika pasti akan mati saat itu juga."Sayang, hati-hati!"Luna berseru dengan kaget."Nggak apa-apa," kata Ardika dengan tenang. Saat ini, dia masih menghadap Luna, belum sempat menoleh.Tepat pada saat tinju lawan hampir mengenai pundaknya, akhirnya dia mulai bergerak.Bagaikan ada sepasang mata di belakang kepalanya, Ardika kelihatan seperti melayangkan tamparan ke arah belaka
"Luna, sekarang hanya dengan satu kalimat dariku, para pengawalku akan menghajar suamimu sampai mati!""Oh ya, aku lupa memberitahumu, mereka memiliki status utusan luar negeri Negara Enggrim.""Dengan kata lain, biarpun mereka menghajar orang hingga mati di sini, mereka juga memiliki hak kekebalan diplomatik.""Apa kamu mengerti apa itu hak kekebalan diplomatik?!"Menghadapi pertanyaan mendesak dari Andrew, ekspresi Luna berubah menjadi pucat pasi, ketakutan tampak jelas di matanya.Tentu saja dia tahu apa artinya hak kekebalan diplomatik.Itu artinya biarpun orang-orang Andrew menghajar Ardika hingga mati di sini, juga tidak akan menghadapi tuntutan hukum.Saat ini, Andrew mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Eh, bocah Negara Nusantara, kamu sudah berhasil menyulut amarahku. Bagus, luar biasa bagus.""Sekarang biarpun kamu berlutut meminta maaf padaku, aku juga nggak akan melepaskanmu!"Semua orang menatap Ardika dengan tatapan ajal akan segera m
Jangankan Beryl yang hanya seorang Miss Gamiga, bahkan kalaupun dia dewi yang turun dari kayangan pun, Ardika tidak akan berpikiran untuk berbelas kasihan pada wanita seperti itu."Hehe, memangnya rakyat jelata sepertimu bisa apa?"Beryl tertawa dingin meremehkan, dia menatap Ardika dengan sorot mata penuh kebencian.Walaupun dia tidak sepenuhnya khawatir Ardika bisa melakukan apa yang dikatakannya, tetapi ucapan pria itu telah mengekspos isi hatinya yang paling dalam.Dia tidak peduli apakah dia dipermainkan oleh Andrew atau tidak.Karena sebelum dia menggoda pria itu, dia sudah mempersiapkan mentalnya.Bagi orang yang bermimpi pun bahkan ingin meningkatkan status sosial sendiri, selama Andrew membawanya ke acara formal, selama dia mendampingi pria itu, nilai dirinya sudah meningkat secara signifikan.Karena itulah, Andrew bahkan tidak perlu membayarnya.Masing-masing dari mereka mendapatkan kebutuhan masing-masing.Hanya saja, dia tidak bisa terima orang lain yang mengungkapkan pemik
Menghadapi kontrak pengalihan saham di hadapannya, api amarah mulai membara di mata Luna.Namun, dia tidak menyalahkan Ardika telah bertindak gegabah memukuli orang hingga menyebabkan situasi menjadi seperti sekarang ini.Sebelumnya, Zilwar membawa orang-orang bersenjata api untuk memaksanya menyerahkan Grup Hatari.Sekarang, Andrew menggunakan alasan mengadakan perjamuan malam, memasang jebakan dan menunggu mereka masuk dalam jebakan.Ada banyak pihak yang menargetkan Grup Hatari.Situasi seperti ini sangat sulit untuk dihindari.Biarpun Ardika tidak menghajar Givon, apa mungkin Andrew tidak bisa menggunakan cara lain lagi?Tentu saja tidak.Luna tahu sejak dia menyetujui ajakan Piom untuk menghadiri perjamuan malam ini, hal-hal seperti ini sudah tidak bisa dia hindari.Selalu ada alasan yang cocok untuk mereka.Namun, marah juga tidak ada gunanya.Grup Kamel yang luar biasa kuat dan berpengaruh, membuat Luna merasa sangat tidak berdaya.Melihat keraguan Luna, Andrew tertawa dingin da