Beranda / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 11 Tamu Terhormat Bank

Share

Bab 11 Tamu Terhormat Bank

Penulis: Sarjana
"Masih berpura-pura! Dari mana seorang idiot punya uang untuk membeli Hati Peri?"

Sambil pamer ke arah Luna, Wulan pun berkata, "Nanti aku akan memakai Hati Peri untuk pesta ulang tahun, kemudian memakainya untuk tanda tangan kontrak dengan Grup Angkasa Sura. Bahagia sekali ...."

Wisnu juga memuji adiknya, "Wulan, nantinya kamu akan menjadi wanita paling menarik perhatian di Kota Banyuli. Adapun beberapa orang, mereka bahkan nggak pantas berada di sisimu."

Semua orang merasa iri. Tuan Muda David sangat baik hati, dia bahkan membelikan hadiah seperti Hati Peri.

Kaya sekali.

Ardika merasa kesabarannya sudah habis. Dia mengepalkan tangannya dan berjalan maju, tetapi dihentikan oleh Luna.

"Ardika, tenangkan dirimu."

"Astaga, coba lihat tampang si idiot ini, dia ingin memukulku, ya?" ucap Wulan sambil berpura-pura takut.

"Kalau dia berani memukulku, aku akan menyuruh Kakek untuk mengusirnya dari Keluarga Basagita."

"Gila! Orang idiot ini mau pukul orang."

Tidak sedikit anggota Keluarga Basagita yang maju untuk membela Wulan.

Wisnu juga mengangkat ponsel sambil mengancamnya, "Kamu ingin memukul adikku? Kamu percaya nggak, satu telepon dariku bisa membuat perusahaan milik Luna bangkrut dan disita."

Ardika menatapnya dengan dingin sambil berkata, "Kamu berani menyita perusahaan milik istriku? Kalau nggak takut mati, coba saja."

"Oh, kamu kira aku takut?" Selesai bicara, Wisnu segera menelepon seseorang dan menyampaikan beberapa hal.

Tak lama kemudian, ponsel Luna pun berdering.

"Bu Luna, gawat! Orang bank tiba-tiba datang dan menyita semua aset kita."

...

Ketika Luna buru-buru datang ke kantor, waktu sudah tengah malam.

Ketika masuk ke dalam, semuanya tampak berantakan.

Banyak perlengkapan yang sudah menghilang dan hanya tersisa beberapa peralatan kantor.

"Bu Amel, komputer-komputer jelek ini juga harus dicatat?"

Beberapa orang asing yang mengenakan seragam kerja sedang menghitung aset.

"Semua ini adalah aset milik bank kita, kenapa nggak perlu dicatat? Catat dengan saksama, kalau sampai kurang, aku akan mencarimu."

Seorang wanita paruh baya dengan tampang jahat sedang berdiri di tengah sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Luna berjalan ke depan dengan ekspresi kesal, dia lalu berkata, "Bu Amel, bukankah jatuh temponya masih beberapa hari lagi?"

"Siapa kamu?" Amel menoleh dan memperhatikan Luna dari atas ke bawah, dia lalu melanjutkan, "Nggak punya sopan santun, bicara apa kamu? Pergi sana! Jangan mengganggu pekerjaan kami."

"Sombong sekali! Dari bank mana kamu?" tanya Ardika dengan ekspresi dingin.

Meihat Ardika yang mengenakan pakaian murahan, Amel hanya mendengkus dingin.

"Buta, ya?"

Wanita itu mengangkat jarinya yang kasar dan besar, kemudian menunjuk kartu pekerja di dadanya sambil berkata, "Bank Banyuli! Buka matamu dan lihat dengan jelas."

Ketika melihatnya, Luna segera menarik Ardika ke belakang sambil meminta maaf, "Bu Amel, jangan marah. Dia memang sedikit emosian, bukan sengaja menyerang Anda. Saya minta maaf."

"Saya adalah bos perusahaan ini, Luna."

Luna berusaha tersenyum dan berkata, "Bu Amel, bolehkah Anda memberikan waktu beberapa hari lagi. Jangan disita dulu, saya pasti akan membayarnya."

"Ternyata kamu adalah bosnya. Ada yang melaporkan bahwa perusahaan kalian nggak mampu untuk bayar utang, jadi kami harus menyitanya lebih awal."

Amel berkata dengan kesal, "Perlengkapan kantor kalian sudah dibawa ke bank, sekarang minggir dulu, jangan menggangguku. Kalau bukan karena perusahaan ini, aku juga nggak perlu lembur."

Luna yang marah tidak berani melawan.

"Aku akan bertanya kepada pemimpin banknya dulu."

Luna menarik Ardika untuk pergi ke bank cabang selatan.

Ketika sampai, mereka melihat pintu bank sudah tutup.

Setelah menelepon beberapa kali, Luna mendapatkan jawaban bahwa mereka baru bisa bertransaksi keesokan harinya.

Luna pun jongkok dengan ekspresi sedih.

Ardika memberikan satu botol minuman.

Setelah membuka tutup botol, Ardika berusaha menghiburnya, "Nggak apa-apa, aku sudah menelepon pimpinan bank. Besok kita datang lagi."

Pimpinan Bank Banyuli bernama Calvin Rewind, Ardika pernah bertemu dengannya di Restoran Gatotkaca. Dia juga memberikan satu kartu hitam kepada Ardika.

Ardika sudah meneleponnya. Calvin juga berjanji bahwa besok akan menyiapkan orang untuk menyambut mereka dan membantu proses transaksi mereka.

...

Keesokan harinya, Luna dan Ardika datang ke bank cabang selatan.

Amel yang semalam sedang menunggu di depan pintu bank dengan hormat bersama beberapa karyawan lain. Dia tampak gemetar dan sepertinya sudah menunggu cukup lama.

Sambil mengangkat alisnya, Ardika menarik Luna ke depan dan bertanya, "Orang yang diatur Calvin itu kamu?"

"Apaan kamu? Minggir sana!"

Amel memarahinya dengan kesal. Dia lalu menoleh ke arah Luna dan berkata, "Oh, kamu masih berani datang! Melihat tampangmu itu, kamu sepertinya nggak bisa tidur sepanjang malam. Uangnya pasti nggak cukup, 'kan? Jangan menghabiskan waktu di sini, bank kami bukan badan amal, kami nggak bertransaksi dengan orang miskin."

Setelah mendengarnya, Luna pun merasa sedih.

Namun, dia berusaha tersenyum dan ingin mengatakan sesuatu.

Ardika tiba-tiba berdiri di sampingnya, lalu memarahinya, "Minggir sana, sialan!"

"Kurang ajar ... kamu!"

Melihat tatapan Ardika yang begitu dingin, Amel langsung terkejut.

"Ck! Luna, gimana rasanya disita? Nggak enak, 'kan?"

Tiba-tiba, suara wanita yang penuh sindiran terdengar dari belakang.

Ketika mengangkat kepalanya, kedua mata Amel langsung berbinar. Dia segera membungkuk dan menyambutnya, "Oh, Tuan Muda David dan Nona Wulan sudah datang. Pak Calvin meneleponku semalam, dia bilang ada orang penting yang akan datang bertransaksi pagi-pagi, aku sudah menunggu kalian sejak pagi."

"Cepat masuk, orang penting seperti kalian ini adalah tamu yang harus kami layani. Aku akan mendahulukan kalian."

David menunjukkan ekspresi bangga.

Wulan mengangkat dagunya dengan tinggi dan berkata, "Ayo masuk."

Lalu, Wulan juga mengandeng tangan David dan berjalan dengan ekspresi sombong.

Ketika melewati Luna, Wulan sengaja berkata dengan sinis, "Buat apa datang pagi-pagi? Berebut tempat untuk mengemis, ya?"

Ardika berkata dengan kejam, "Siapa yang mengemis masih belum pasti."

David tiba-tiba menghentikan langkahnya, lalu menatap Ardika dengan kesal.

Amel takut kekacauan yang disebabkan dua orang ini akan menyeretnya. Dia pun segera menghibur David, "Tuan Muda David, Anda jangan marah. Jangan bertengkar dengan dua orang miskin ini, supaya nggak mengotori identitas Anda."

"Yuni, bawa mereka untuk pergi transaksi. Aku akan membawa Tuan Muda David dan Nona Wulan masuk dulu."

Selesai berkata, dia segera membawa Wulan dan David masuk ke dalam.

"Silakan ikuti saya."

Yuni mungkin baru lulus, sehingga terlihat masih muda. Dia pun mempersilakan mereka masuk dengan sopan, lalu berkata, "Transaksi apa yang akan kalian lakukan?"

"Kami datang membayar utang perusahaan."

Ardika menjawab dengan jujur dan membuat Luna terkejut. Dia segera menarik tangan Ardika dan berkata, "Jangan asal bicara, aku mana punya uang ...."

Awalnya, Luna datang untuk memohon kepada Amel agar diberikan waktu beberapa hari lagi.

Yuni adalah anak baru, tentu saja tidak bisa membuat keputusan. Dia pun terdiam dan tidak berbicara.

"Aku ada."

Ardika menggenggam tangannya dan berusaha menenangkannya.

"Membayar utang."

Ardika mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dari sakunya.

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Arsih Julia N
jelek bgt gila . muter muter di situ aja ceritanya andika emang beneran idiot walpun udh sadar
goodnovel comment avatar
atsya romantika
Ardika goblok
goodnovel comment avatar
Bening Cinta
paling males tau nggak baca cerita bertele-tele gini. kayak sinetron ikan terbang.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 12 Kartu Hitam Misterius

    Yuni menerima kartu itu dengan ekspresi bingung, dia lalu bertanya, "Tuan Ardika, apakah ini kartu bank kami? Kenapa aku nggak pernah melihat yang warna hitam seperti ini?"Setelah Wulan dan David selesai bertransaksi, mereka pun mendekat ketika mendengar ucapan Yuni. Mereka juga melirik kartu bank di tangan Ardika."Haha, Ardika si pecundang ini, kamu ingin bertransaksi dengan kartu palsu, ya? Konyol sekali!"Wulan tertawa dengan keras. David juga ikut tersenyum sinis dan berkata kepada Amel, "Aku nggak tahan lagi, cepat usir si bodoh ini.""Baik, aku akan segera ...."Amel pun langsung mengangguk. Namun, ketika tatapannya jatuh di kartu hitam milik Ardika, dia langsung terdiam.Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tidak yakin, dia lalu merebut kartu hitam di tangan Ardika."Yuni, kamu jaga dulu. Aku akan menanyakan kepada pimpinan cabang."Setelah merebut kartunya, Amel melihat kartu itu beberapa kali, kemudian berlari ke atas tanpa menoleh ke belakang.Wulan berjalan mendekat dan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 13 Bercerai dan Kembali ke Keluarga Basagita

    Desi menatap Ardika dengan penuh kebencian, napasnya juga tampak terengah-engah. Kemudian, dia tiba-tiba berlari ke dalam dapur, lalu kembali dengan pisau di tangannya."Masih saja membual! Kalau bukan idiot seperti kamu, kami nggak akan diusir dari Keluarga Basagita.""Hari ini, aku harus membunuhmu."Selesai bicara, Desi pun melemparkan pisau di tangannya."Bu! Apa yang kamu lakukan?" teriak Luna. Wajahnya sudah menjadi pucat karena terkejut.Jacky juga terkejut, dia tidak menyangka Desi akan melempar pisau.Ketika pisau hampir mengenainya, Ardika malah tampak tenang. Dia hanya sedikit memiringkan tubuhnya, pisau pun mengenai pintu dan terjatuh ke lantai."Astaga!"Terdengar seruan kaget dari depan pintu.Semua orang menoleh ke belakang, lalu menyadari orang yang datang adalah Tony."Tony? Kenapa kamu datang?"Desi segera menenangkan diri dan menyambutnya.Setelah terkejut, Tony langsung menenangkan diri. Dia berusaha tersenyum dan berkata, "Bibi, aku mendengar bahwa kalian dikeluark

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 14 Nona Luna Dipersilakan Masuk Ke Hotel

    Kompleks Anggrek.Hari ini, Luna berdandan dengan cantik dan mengenakan baju baru.Namun, dia masih terlihat miskin."Ardika, aku sudah selesai, ayo berangkat."Luna tersenyum dengan ceria. Meskipun Ardika tidak bisa memberikan pesta ulang tahun yang meriah, Luna sudah merasa puas selama mereka bisa bersama.Ardika juga mengangguk sambil tersenyum. Ketika dia ingin menggandeng tangan Luna, Desi malah memukulnya.Desi lalu berkata dengan kesal, "Kamu mau pergi makan warung pinggir jalan dengan si idiot ini?""Tuan Muda Tony sudah memesan hotel bintang lima untukmu, dia memesan satu meja seharga dua ratus juta." Setelah itu, terdengar suara klakson yang keras.Desi pun menunjukkan ekspresi gembira sambil berkata, "Tony sudah datang, Luna, ayo kita pergi."Ketika mereka turun ke bawah, mereka melihat Tony yang mengenakan jas putih sedang memegang satu buket mawar merah muda. Dia berdiri di samping mobil Maserati.Melihat Luna turun ke bawah, dia segera mendekat."Luna, selamat ulang tahun

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 15 Ardika Adalah Direktur Utama

    Suasana di depan hotel terasa sangat hening.Perhatian semua orang tertuju kepada Ardika dan Luna.Pesta ulang tahun Nona Luna?Kalau begitu, direktur utama Grup Angkasa Sura ... adalah Ardika?Anggota Keluarga Basagita langsung bengong, mereka juga sangat terkejut.Wulan juga merasa pusing."Nggak! Nggak mungkin ....""Pak ... Pak Henry, Apakah Anda salah ...."Wulan hampir saja pingsan, mana mungkin Ardika adalah direktur utama Grup Angkasa Sura?"Diam!"Henry langsung menampar wajah Wulan, aura seorang bos besar memang berbeda. Wulan yang ketakutan setengah mati langsung terjatuh ke tanah.Henry kembali berkata dengan hormat kepada Luna, "Nona Luna, silakan masuk.""Aku ...."Luna berdiri di tempat dengan tegang dan bingung. Dia tidak bisa menggerakkan kakinya, karena semua ini terasa tidak nyata.Pada saat ini, sebuah mobil Rolls-Royce yang panjang keluar dari hotel. Henry pun datang ke samping mobil, kemudian membukakan pintu untuk Ardika dan Luna.Sikap yang seperti seorang pelay

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 16 Dibubarkan

    Tanpa menunggu Ardika menjawab, daftar hadiah sudah mulai dibacakan."Wali Kota Banyuli, Ridwan Basuki, memberikan hadiah satu lukisan bersejarah ....""Kepala Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax dan keluarga lainnya memberikan hadiah uang tunai sebesar 10 miliar.""Direktur Irwan, Direktur Calvin, Direktur Bella ...."Ketika sampai di aula pesta, orang-orang yang sedang menunggu langsung terkejut.Orang-orang dari pemerintahan dan dunia bisnis, bahkan ada orang-orang dari dunia kepolisian dan dunia bawah.Semua orang besar di Kota Banyuli datang merayakan pesta ini serta memberikan hadiah yang mahal.Herkules yang bertugas membacakan nama juga diam-diam menelan ludah. Meskipun Herkules sudah sering melihat banyak hal, dia juga tidak pernah melihat hadiah yang begitu mahal.Ketika Tuan Besar Basagita mendengar daftar hadiah yang diberikan, matanya memancarkan kecemburuan, terutama si Wulan.Kalau semua hadiah itu diberikan kepada Keluarga Basagita, mereka pasti akan sangat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 17 Perubahan Mendadak

    Ardika tersenyum dan menjawab, "Bu, aku adalah direktur utama dari Grup Angkasa Sura."Wajah Desi sangat merah, dia terus menggenggam lengan Ardika dan tidak mau melepaskannya lagi.Direktur utama dari Grup Angkasa Sura adalah menantunya. Kalau begitu, bukankah Desi akan menjadi ibu mertua kaya raya di Kota Banyuli?Lain kali, ketika berkumpul dengan teman-temannya, dia akan merasa sangat bangga.Semua sahabat yang sering merendahkan Desi mungkin akan berlutut untuk memujinya lagi.Melihat tumpukan hadiah yang sangat banyak itu, Tuan Besar Basagita tidak bisa menahan diri. Dia pun membawa segelas anggur dan mendekat, lalu berkata, "Luna, belakangan ini keuangan Grup Agung Makmur sedang bermasalah, apakah kamu boleh membagikan sedikit hadiahnya kepada kakek? Anggap saja kontribusi kepada keluarga ...."Setelah mendengarnya, Desi langsung tidak senang."Tuan Besar, aku ingat kami sudah dikeluarkan dari Keluarga Basagita, 'kan? Kenapa kami harus berkontribusi terhadap keluarga?"Tuan Besa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 18 Kamu Dipecat

    "Direktur kami bilang kalau dia nggak kenal dengan yang namanya Ardika."Jangan-jangan ... Ardika berpura-pura menjadi direktur utama?Desi langsung terkejut, semua harapannya hancur menjadi kekecewaan.Luna menatap Ardika dengan bingung, dia tidak mengerti kenapa Ardika harus berpura-pura menjadi direktur utama."Tapi, semua hadiah ini memang untuk Luna."Setelah itu, Jenny melanjutkan dengan kesal, "Meskipun nggak tahu alasannya, semua hadiah ini adalah pemberian direktur utama. Selamat ulang tahun, Nona Luna."Selesai berkata, dia hanya bisa menggertakkan gigi dengan penuh kebencian.Awalnya, dia mengira dirinya bisa menginjak-injak Luna. Siapa sangka direktur utama mereka malah menyukai Luna?Namun, sepertinya Ardika akan diselingkuhi.Jenny pun menatap Ardika dengan tatapan hina.Ardika tidak bisa berkata-kata. Belakangan ini, Grup Angkasa Sura diurus oleh para bawahannya, sehingga wajar saja kalau para karyawan perusahaan tidak mengenalnya.Luna bertanya dengan bingung, "Ardika,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 19 Perusahaan Baru

    Setelah selesai bicara, Jenny tidak berani berlama-lama lagi, dia buru-buru meletakkan hadiah ulang tahun dan pergi dari sana.Meskipun orang-orang merasa bingung, suasana pesta ulang tahun juga tidak terpengaruh.Walaupun Ardika bukan direktur utama, dia juga kenal dengan direktur utama, sehingga Ardika bisa saja memperkenalkan mereka.Oleh karena itu, Luna sekeluarga dikelilingi oleh orang-orang dan terus dipuji.Desi dan Jacky merasa sangat bahagia. Sudah berapa tahun, akhirnya mereka bisa mengangkat kepalanya di depan anggota Keluarga Basagita yang lain.Tuan Besar Basagita tiba-tiba berkata dengan wajah ceria, "Luna, kalau direktur utama berutang budi kepada Ardika, coba suruh Ardika bilang ke direktur utama untuk memberikan investasi kepada Keluarga Basagita.""Nggak usah terlalu banyak, 200 sampai 400 miliar juga sudah cukup.""Kakek ... ini ...." Luna tampak kesulitan."Kenapa? Kamu nggak mau? Sebagai anggota Keluarga Basagita, kamu bahkan nggak mau memberikan bantuan kecil sep

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2047 Menjadi Menantu di Ibu Kota Provinsi

    "Hahaha, ternyata memang benar kamu! Kenapa? Apa kamu bahkan sudah melupakanku? Aku sudah meneleponmu cukup lama, kamu baru menjawab panggilan teleponku!"Pria di ujung telepon berpura-pura tidak senang, tetapi suara tawa riangnya telah menunjukkan suasana hatinya saat ini.Ardika langsung tertawa dan berkata, "Melupakan siapa pun, aku juga nggak akan berani melupakan Pak Sutandi. Pak Sutandi, bagaimana kondisi tubuh Bapak? Sudah bertahun-tahun berlalu, paling nggak Bapak pasti sudah menjadi kepala sekolah, 'kan?"Sutandi Yasin, wali kelas Ardika saat dia bersekolah di ibu kota provinsi.Saat itu, dia diabaikan oleh Keluarga Mahasura, ditindas oleh anak-anak Keluarga Mahasura yang lain. Jadi, sering kali dia tidak bersedia pulang ke rumah.Di saat-saat inilah, Sutandi selalu membawa Ardika pulang ke rumahnya, meminta istrinya untuk membuatkan masakan lezat untuk Ardika, serta memberi Ardika bimbingan belajar.Tentu saja Ardika masih mengingat hal-hal ini.Hanya saja, setelah dirinya te

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2046 Pak Sutandi

    Hanya segelintir orang yang mengetahui kebenaran mengenai apa yang terjadi di Grup Susanto Raya pada pagi harinya.Juga hanya beberapa orang yang berada di lokasi kejadian itu yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Namun, karena hal itu berkaitan dengan Keluarga Bangsawan Basagita, Keluarga Rewind, serta tokoh-tokoh besar seperti Vanya dan Jigo, jadi tentu saja orang-orang ini tidak berani membicarakan hal tersebut pada orang luar.Karena itulah, mengenai bagaimana Grup Susanto Raya bisa membalikkan keadaan seperti menciptakan keajaiban itu, pihak luar memiliki asumsi masing-masing.Sekarang, presdir Grup Susanto Raya tiba-tiba berganti orang, sedangkan Jesika, sang presdir baru, dengar-dengar adalah seorang Nona Keluarga Siantar, yang merupakan sebuah keluarga kaya di Gotawa.Dengan begitu, kebenaran sudah tidak sulit ditebak lagi.Sangat jelas, kekuasaan Ardika telah direbut oleh asistennya sendiri, dia telah disingkirkan.Grup Susanto Raya sudah menjadi aset Keluarga Siantar

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2045 Menantu Luar Biasa

    Lagi pula, selama ini Jesika yang mengelola Grup Susanto Raya, bahkan mengelolanya dengan sangat baik.Kalau benar-benar membiarkan Jesika meninggalkan Grup Susanto Raya, tentu saja Ardika sangat tidak rela.Bahkan Rivani yang sudah berpengalaman dan berwawasan luas, saat ini juga membelalak kaget mendengar kemurahan hati Ardika. "Meminta Jesika menjabat sebagai presdir, memegang kendali atas Grup Susanto Raya? Apa kamu nggak khawatir suatu hari nanti kamu disingkirkan?"Kenyataan bahwa keluarga besar mempekerjakan manajer profesional untuk mengelola perusahaan, alhasil sang pemilik malah disingkirkan, sudah terlalu banyak contohnya.Apalagi, maksud Ardika adalah langsung menyerahkan Grup Susanto Raya kepada Jesika, membiarkan Jesika memegang kendali penuh.Rivani benar-benar tidak mengerti dari mana kepercayaan diri Ardika ini.Ardika melirik Jesika, lalu berkata sambil tersenyum, "Bibi, kalau bahkan putrimu saja nggak bisa seratus persen kupercayai, di dunia ini hanya segelintir oran

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2044 Memintanya Menjadi Presdir

    "Nggak perlu bayaran?"Rivani membelalak tak percaya. "Bagaimana mungkin nggak perlu bayaran?"Dia tidak percaya ada yang gratis di dunia ini."Nggak ada yang nggak mungkin."Sambil tersenyum, Ardika berkata dengan percaya diri, "Selama aku yang meminta, berapa pun bayarannya juga nggak akan cukup."Melihat Ardika yang saat ini sangat percaya diri, hati Rivani terasa campur aduk.Keluarga Siantar ingin memanggil pembunuh yang menempati daftar peringkat pembunuh, tetapi mereka bahkan tidak punya aksesnya. Namun, hanya dengan satu panggilan telepon saja, Ardika sudah bisa memanggil salah satu di antara pembunuh yang menempati daftar peringkat sepuluh besar itu kemari.Selain melindungi Keluarga Siantar selama dua puluh empat jam, juga tidak meminta bayaran satu peser pun!Sebenarnya apa latar belakang pemuda yang satu ini?Ardika menyimpan kembali senyuman yang menghiasi wajahnya, lalu berkata dengan datar, "Bibi, sekarang aku sudah mengundang Dewi Racun kemari, kupikir Keluarga Siantar

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2043 Tidak Perlu Bayaran

    "Nyonya, tolong izinkan Pak Muktar untuk menyerang si Ardika itu. Tadi jelas-jelas dia ingin membunuhku, dia berniat jahat pada Keluarga Siantar!"Saat ini, Yanti yang napasnya sudah mulai normal kembali, bangkit dari lantai. Hal pertama yang dilakukannya adalah menyalahkan Ardika.Sorot mata penuh kebencian tampak jelas di matanya.Tadi dia benar-benar mengira dirinya akan mati.Ardika melirik wanita itu dengan sorot mata seperti menatap orang idiot, lalu berkata pada Rivani, "Bibi, sebaiknya kamu pecat saja wanita ini. Kalau orang bodoh sepertinya menjabat sebagai kepala departemen keamanan, dia hanya akan mencelakai kalian."Menghadapi Yanti, dia benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi.Jelas-jelas tadi dia yang memanggil Dewi Racun masuk, itulah sebabnya nyawa wanita arogan itu bisa diselamatkan.Akan tetapi, wanita itu malah tidak tahu diri, kini berbalik menargetkannya."Sialan! Berani-beraninya kamu mencoba untuk merusak hubungan kami?!"Yanti mengeluarkan teriakan melengking s

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2042 Keinginan Membalas Dendam Terlalu Kuat

    "Tolong ... tolong selamatkan aku ...."Yanti langsung terjatuh ke lantai, mengeluarkan permohonan putus asa pada Rivani dan yang lainnya.Tepat pada saat ini, Ardika melihat ke arah pintu, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau kamu nggak turun tangan sekarang, nyawanya akan melayang."Semua orang mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu dengan terkejut. Saat itu juga, mereka melihat seorang wanita yang tadi ditegur oleh Yanti berjalan memasuki ruangan perlahan-lahan."Mungkinkah ini adalah Dewi Racun?"Rivani dan Muktar membelalak tak percaya.Seorang pelayan yang terlihat sangat biasa saja dari sudut pandang mana pun ini, bahkan sebelumnya sempat melayani mereka selama setengah jam, bisa-bisanya tidak ada seorang pun yang memperhatikannya.Kalau bukan karena saat ini wanita tersebut memasang ekspresi dingin, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan sosok pelayan yang sebelumnya sangat patuh dan merendah itu, mereka sama sekali tidak akan terpikir akan kemungkinan ini."Ya,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2041 Menguji Racun Sendiri

    "Baik."Pelayan itu membungkuk memberi hormat, lalu berbalik dan mengambilkan satu gelas kosong."Kenapa kamu masih di sana? Cepat keluar!"Yanti memelototi pelayan tersebut, sikapnya benar-benar sangat arogan.Melihat sikapnya terhadap orang asing ini, bahkan Rivani juga tidak bisa menahan diri dan mengerutkan keningnya. Namun, mengingat Keluarga Siantar masih membutuhkan Yanti untuk bertanggung jawab atas keselamatan mereka, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Terlepas dari seberapa buruk temperamen Yanti, paling tidak juga merupakan anggota Keluarga Siantar yang unggul dan bisa diandalkan. Dalam situasi seperti sekarang ini, tentu saja wanita arogan tersebut lebih layak dipercaya daripada orang asing.Setelah pelayan pergi, Yanti baru mengeluarkan sebuah tabung reaksi yang masih terbungkus rapat dengan hati-hati, lalu menuangkan larutan berwarna oranye di dalamnya ke dalam gelas tersebut dengan hati-hati.Saat itu juga, aroma alkohol yang membuat orang sulit untuk menolak itu pu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2040 Kepala Departemen Keamanan

    Setengah jam kemudian, Ardika dan Jesika sudah tiba di hotel tempat Rivani menginap."Tuan Ardika dan Nona Jesika, 'kan? Silakan ikut denganku."Setelah membungkuk memberi hormat, seorang pelayan wanita membawa mereka berdua ke restoran. Rivani dan Muktar, ahli bela diri yang dipekerjakan oleh Keluarga Siantar sudah menunggu di sana.Selain mereka berdua, masih ada seorang wanita asing yang mengenakan pakaian ketat dan berparas cantik dingin di sana. Begitu melihat Ardika masuk, wanita tersebut langsung mengamatinya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan sorot mata sedikit waspada.Ardika tidak memedulikan wanita itu. Dia langsung berjalan melintasi wanita tersebut, duduk di sofa seberang Rivani, lalu berkata dengan tenang, "Bibi, aku sudah memanggil Dewi Racun ke Kota Banyuli.""Mulai sekarang, kalian nggak perlu mengkhawatirkan keselamatan kalian lagi.""Aku yakin sepulang kemarin, kamu juga pasti sudah menyelidiki data-data Dewi Racun. Aku yakin dengan kemampuannya, biarpun R

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2039 Memberimu Waktu Satu Hari

    Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Rivani dan berkata, "Bibi, apa aku sudah membuktikan kemampuanku?"Ekspresi Rivani berubah lagi dan lagi.Muktar yang ditampar, tetapi dia juga merasakan wajahnya panas.Pada akhirnya, Rivani memelototi Ardika dengan tajam, lalu berbalik dan pergi."Ardika, karena kamu sudah menang, maka aku akan mengikuti apa yang kamu katakan. Untuk sementara waktu ini, aku akan memercayaimu.""Aku memberimu waktu satu hari. Kalau kamu benar-benar bisa memanggil Dewi Racun itu kemari dan menangani masalah Keluarga Siantar. Tanpa banyak bicara, aku akan meninggalkan Kota Banyuli.""Kalau nggak, aku harus membawa Jesika pergi.""Aku nggak akan menjadikan nyawa putriku sebagai bahan bercanda!"Ardika mengerutkan keningnya, lalu rileks kembali.Satu hari, ya?'Juga sudah cukup.'Setelah melontarkan kata-kata itu, Rivani langsung membawa Muktar meninggalkan Apartemen Sundain."Pak Ardika, sikap ibuku terhadapmu buruk, harap maklum, ya. Jangan dimasukkan ke dalam hat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status