Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 11 Tamu Terhormat Bank

Share

Bab 11 Tamu Terhormat Bank

Author: Sarjana
"Masih berpura-pura! Dari mana seorang idiot punya uang untuk membeli Hati Peri?"

Sambil pamer ke arah Luna, Wulan pun berkata, "Nanti aku akan memakai Hati Peri untuk pesta ulang tahun, kemudian memakainya untuk tanda tangan kontrak dengan Grup Angkasa Sura. Bahagia sekali ...."

Wisnu juga memuji adiknya, "Wulan, nantinya kamu akan menjadi wanita paling menarik perhatian di Kota Banyuli. Adapun beberapa orang, mereka bahkan nggak pantas berada di sisimu."

Semua orang merasa iri. Tuan Muda David sangat baik hati, dia bahkan membelikan hadiah seperti Hati Peri.

Kaya sekali.

Ardika merasa kesabarannya sudah habis. Dia mengepalkan tangannya dan berjalan maju, tetapi dihentikan oleh Luna.

"Ardika, tenangkan dirimu."

"Astaga, coba lihat tampang si idiot ini, dia ingin memukulku, ya?" ucap Wulan sambil berpura-pura takut.

"Kalau dia berani memukulku, aku akan menyuruh Kakek untuk mengusirnya dari Keluarga Basagita."

"Gila! Orang idiot ini mau pukul orang."

Tidak sedikit anggota Keluarga Basagita yang maju untuk membela Wulan.

Wisnu juga mengangkat ponsel sambil mengancamnya, "Kamu ingin memukul adikku? Kamu percaya nggak, satu telepon dariku bisa membuat perusahaan milik Luna bangkrut dan disita."

Ardika menatapnya dengan dingin sambil berkata, "Kamu berani menyita perusahaan milik istriku? Kalau nggak takut mati, coba saja."

"Oh, kamu kira aku takut?" Selesai bicara, Wisnu segera menelepon seseorang dan menyampaikan beberapa hal.

Tak lama kemudian, ponsel Luna pun berdering.

"Bu Luna, gawat! Orang bank tiba-tiba datang dan menyita semua aset kita."

...

Ketika Luna buru-buru datang ke kantor, waktu sudah tengah malam.

Ketika masuk ke dalam, semuanya tampak berantakan.

Banyak perlengkapan yang sudah menghilang dan hanya tersisa beberapa peralatan kantor.

"Bu Amel, komputer-komputer jelek ini juga harus dicatat?"

Beberapa orang asing yang mengenakan seragam kerja sedang menghitung aset.

"Semua ini adalah aset milik bank kita, kenapa nggak perlu dicatat? Catat dengan saksama, kalau sampai kurang, aku akan mencarimu."

Seorang wanita paruh baya dengan tampang jahat sedang berdiri di tengah sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Luna berjalan ke depan dengan ekspresi kesal, dia lalu berkata, "Bu Amel, bukankah jatuh temponya masih beberapa hari lagi?"

"Siapa kamu?" Amel menoleh dan memperhatikan Luna dari atas ke bawah, dia lalu melanjutkan, "Nggak punya sopan santun, bicara apa kamu? Pergi sana! Jangan mengganggu pekerjaan kami."

"Sombong sekali! Dari bank mana kamu?" tanya Ardika dengan ekspresi dingin.

Meihat Ardika yang mengenakan pakaian murahan, Amel hanya mendengkus dingin.

"Buta, ya?"

Wanita itu mengangkat jarinya yang kasar dan besar, kemudian menunjuk kartu pekerja di dadanya sambil berkata, "Bank Banyuli! Buka matamu dan lihat dengan jelas."

Ketika melihatnya, Luna segera menarik Ardika ke belakang sambil meminta maaf, "Bu Amel, jangan marah. Dia memang sedikit emosian, bukan sengaja menyerang Anda. Saya minta maaf."

"Saya adalah bos perusahaan ini, Luna."

Luna berusaha tersenyum dan berkata, "Bu Amel, bolehkah Anda memberikan waktu beberapa hari lagi. Jangan disita dulu, saya pasti akan membayarnya."

"Ternyata kamu adalah bosnya. Ada yang melaporkan bahwa perusahaan kalian nggak mampu untuk bayar utang, jadi kami harus menyitanya lebih awal."

Amel berkata dengan kesal, "Perlengkapan kantor kalian sudah dibawa ke bank, sekarang minggir dulu, jangan menggangguku. Kalau bukan karena perusahaan ini, aku juga nggak perlu lembur."

Luna yang marah tidak berani melawan.

"Aku akan bertanya kepada pemimpin banknya dulu."

Luna menarik Ardika untuk pergi ke bank cabang selatan.

Ketika sampai, mereka melihat pintu bank sudah tutup.

Setelah menelepon beberapa kali, Luna mendapatkan jawaban bahwa mereka baru bisa bertransaksi keesokan harinya.

Luna pun jongkok dengan ekspresi sedih.

Ardika memberikan satu botol minuman.

Setelah membuka tutup botol, Ardika berusaha menghiburnya, "Nggak apa-apa, aku sudah menelepon pimpinan bank. Besok kita datang lagi."

Pimpinan Bank Banyuli bernama Calvin Rewind, Ardika pernah bertemu dengannya di Restoran Gatotkaca. Dia juga memberikan satu kartu hitam kepada Ardika.

Ardika sudah meneleponnya. Calvin juga berjanji bahwa besok akan menyiapkan orang untuk menyambut mereka dan membantu proses transaksi mereka.

...

Keesokan harinya, Luna dan Ardika datang ke bank cabang selatan.

Amel yang semalam sedang menunggu di depan pintu bank dengan hormat bersama beberapa karyawan lain. Dia tampak gemetar dan sepertinya sudah menunggu cukup lama.

Sambil mengangkat alisnya, Ardika menarik Luna ke depan dan bertanya, "Orang yang diatur Calvin itu kamu?"

"Apaan kamu? Minggir sana!"

Amel memarahinya dengan kesal. Dia lalu menoleh ke arah Luna dan berkata, "Oh, kamu masih berani datang! Melihat tampangmu itu, kamu sepertinya nggak bisa tidur sepanjang malam. Uangnya pasti nggak cukup, 'kan? Jangan menghabiskan waktu di sini, bank kami bukan badan amal, kami nggak bertransaksi dengan orang miskin."

Setelah mendengarnya, Luna pun merasa sedih.

Namun, dia berusaha tersenyum dan ingin mengatakan sesuatu.

Ardika tiba-tiba berdiri di sampingnya, lalu memarahinya, "Minggir sana, sialan!"

"Kurang ajar ... kamu!"

Melihat tatapan Ardika yang begitu dingin, Amel langsung terkejut.

"Ck! Luna, gimana rasanya disita? Nggak enak, 'kan?"

Tiba-tiba, suara wanita yang penuh sindiran terdengar dari belakang.

Ketika mengangkat kepalanya, kedua mata Amel langsung berbinar. Dia segera membungkuk dan menyambutnya, "Oh, Tuan Muda David dan Nona Wulan sudah datang. Pak Calvin meneleponku semalam, dia bilang ada orang penting yang akan datang bertransaksi pagi-pagi, aku sudah menunggu kalian sejak pagi."

"Cepat masuk, orang penting seperti kalian ini adalah tamu yang harus kami layani. Aku akan mendahulukan kalian."

David menunjukkan ekspresi bangga.

Wulan mengangkat dagunya dengan tinggi dan berkata, "Ayo masuk."

Lalu, Wulan juga mengandeng tangan David dan berjalan dengan ekspresi sombong.

Ketika melewati Luna, Wulan sengaja berkata dengan sinis, "Buat apa datang pagi-pagi? Berebut tempat untuk mengemis, ya?"

Ardika berkata dengan kejam, "Siapa yang mengemis masih belum pasti."

David tiba-tiba menghentikan langkahnya, lalu menatap Ardika dengan kesal.

Amel takut kekacauan yang disebabkan dua orang ini akan menyeretnya. Dia pun segera menghibur David, "Tuan Muda David, Anda jangan marah. Jangan bertengkar dengan dua orang miskin ini, supaya nggak mengotori identitas Anda."

"Yuni, bawa mereka untuk pergi transaksi. Aku akan membawa Tuan Muda David dan Nona Wulan masuk dulu."

Selesai berkata, dia segera membawa Wulan dan David masuk ke dalam.

"Silakan ikuti saya."

Yuni mungkin baru lulus, sehingga terlihat masih muda. Dia pun mempersilakan mereka masuk dengan sopan, lalu berkata, "Transaksi apa yang akan kalian lakukan?"

"Kami datang membayar utang perusahaan."

Ardika menjawab dengan jujur dan membuat Luna terkejut. Dia segera menarik tangan Ardika dan berkata, "Jangan asal bicara, aku mana punya uang ...."

Awalnya, Luna datang untuk memohon kepada Amel agar diberikan waktu beberapa hari lagi.

Yuni adalah anak baru, tentu saja tidak bisa membuat keputusan. Dia pun terdiam dan tidak berbicara.

"Aku ada."

Ardika menggenggam tangannya dan berusaha menenangkannya.

"Membayar utang."

Ardika mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dari sakunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Arsih Julia N
jelek bgt gila . muter muter di situ aja ceritanya andika emang beneran idiot walpun udh sadar
goodnovel comment avatar
atsya romantika
Ardika goblok
goodnovel comment avatar
Bening Cinta
paling males tau nggak baca cerita bertele-tele gini. kayak sinetron ikan terbang.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 12 Kartu Hitam Misterius

    Yuni menerima kartu itu dengan ekspresi bingung, dia lalu bertanya, "Tuan Ardika, apakah ini kartu bank kami? Kenapa aku nggak pernah melihat yang warna hitam seperti ini?"Setelah Wulan dan David selesai bertransaksi, mereka pun mendekat ketika mendengar ucapan Yuni. Mereka juga melirik kartu bank di tangan Ardika."Haha, Ardika si pecundang ini, kamu ingin bertransaksi dengan kartu palsu, ya? Konyol sekali!"Wulan tertawa dengan keras. David juga ikut tersenyum sinis dan berkata kepada Amel, "Aku nggak tahan lagi, cepat usir si bodoh ini.""Baik, aku akan segera ...."Amel pun langsung mengangguk. Namun, ketika tatapannya jatuh di kartu hitam milik Ardika, dia langsung terdiam.Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tidak yakin, dia lalu merebut kartu hitam di tangan Ardika."Yuni, kamu jaga dulu. Aku akan menanyakan kepada pimpinan cabang."Setelah merebut kartunya, Amel melihat kartu itu beberapa kali, kemudian berlari ke atas tanpa menoleh ke belakang.Wulan berjalan mendekat dan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 13 Bercerai dan Kembali ke Keluarga Basagita

    Desi menatap Ardika dengan penuh kebencian, napasnya juga tampak terengah-engah. Kemudian, dia tiba-tiba berlari ke dalam dapur, lalu kembali dengan pisau di tangannya."Masih saja membual! Kalau bukan idiot seperti kamu, kami nggak akan diusir dari Keluarga Basagita.""Hari ini, aku harus membunuhmu."Selesai bicara, Desi pun melemparkan pisau di tangannya."Bu! Apa yang kamu lakukan?" teriak Luna. Wajahnya sudah menjadi pucat karena terkejut.Jacky juga terkejut, dia tidak menyangka Desi akan melempar pisau.Ketika pisau hampir mengenainya, Ardika malah tampak tenang. Dia hanya sedikit memiringkan tubuhnya, pisau pun mengenai pintu dan terjatuh ke lantai."Astaga!"Terdengar seruan kaget dari depan pintu.Semua orang menoleh ke belakang, lalu menyadari orang yang datang adalah Tony."Tony? Kenapa kamu datang?"Desi segera menenangkan diri dan menyambutnya.Setelah terkejut, Tony langsung menenangkan diri. Dia berusaha tersenyum dan berkata, "Bibi, aku mendengar bahwa kalian dikeluark

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 14 Nona Luna Dipersilakan Masuk Ke Hotel

    Kompleks Anggrek.Hari ini, Luna berdandan dengan cantik dan mengenakan baju baru.Namun, dia masih terlihat miskin."Ardika, aku sudah selesai, ayo berangkat."Luna tersenyum dengan ceria. Meskipun Ardika tidak bisa memberikan pesta ulang tahun yang meriah, Luna sudah merasa puas selama mereka bisa bersama.Ardika juga mengangguk sambil tersenyum. Ketika dia ingin menggandeng tangan Luna, Desi malah memukulnya.Desi lalu berkata dengan kesal, "Kamu mau pergi makan warung pinggir jalan dengan si idiot ini?""Tuan Muda Tony sudah memesan hotel bintang lima untukmu, dia memesan satu meja seharga dua ratus juta." Setelah itu, terdengar suara klakson yang keras.Desi pun menunjukkan ekspresi gembira sambil berkata, "Tony sudah datang, Luna, ayo kita pergi."Ketika mereka turun ke bawah, mereka melihat Tony yang mengenakan jas putih sedang memegang satu buket mawar merah muda. Dia berdiri di samping mobil Maserati.Melihat Luna turun ke bawah, dia segera mendekat."Luna, selamat ulang tahun

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 15 Ardika Adalah Direktur Utama

    Suasana di depan hotel terasa sangat hening.Perhatian semua orang tertuju kepada Ardika dan Luna.Pesta ulang tahun Nona Luna?Kalau begitu, direktur utama Grup Angkasa Sura ... adalah Ardika?Anggota Keluarga Basagita langsung bengong, mereka juga sangat terkejut.Wulan juga merasa pusing."Nggak! Nggak mungkin ....""Pak ... Pak Henry, Apakah Anda salah ...."Wulan hampir saja pingsan, mana mungkin Ardika adalah direktur utama Grup Angkasa Sura?"Diam!"Henry langsung menampar wajah Wulan, aura seorang bos besar memang berbeda. Wulan yang ketakutan setengah mati langsung terjatuh ke tanah.Henry kembali berkata dengan hormat kepada Luna, "Nona Luna, silakan masuk.""Aku ...."Luna berdiri di tempat dengan tegang dan bingung. Dia tidak bisa menggerakkan kakinya, karena semua ini terasa tidak nyata.Pada saat ini, sebuah mobil Rolls-Royce yang panjang keluar dari hotel. Henry pun datang ke samping mobil, kemudian membukakan pintu untuk Ardika dan Luna.Sikap yang seperti seorang pelay

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 16 Dibubarkan

    Tanpa menunggu Ardika menjawab, daftar hadiah sudah mulai dibacakan."Wali Kota Banyuli, Ridwan Basuki, memberikan hadiah satu lukisan bersejarah ....""Kepala Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax dan keluarga lainnya memberikan hadiah uang tunai sebesar 10 miliar.""Direktur Irwan, Direktur Calvin, Direktur Bella ...."Ketika sampai di aula pesta, orang-orang yang sedang menunggu langsung terkejut.Orang-orang dari pemerintahan dan dunia bisnis, bahkan ada orang-orang dari dunia kepolisian dan dunia bawah.Semua orang besar di Kota Banyuli datang merayakan pesta ini serta memberikan hadiah yang mahal.Herkules yang bertugas membacakan nama juga diam-diam menelan ludah. Meskipun Herkules sudah sering melihat banyak hal, dia juga tidak pernah melihat hadiah yang begitu mahal.Ketika Tuan Besar Basagita mendengar daftar hadiah yang diberikan, matanya memancarkan kecemburuan, terutama si Wulan.Kalau semua hadiah itu diberikan kepada Keluarga Basagita, mereka pasti akan sangat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 17 Perubahan Mendadak

    Ardika tersenyum dan menjawab, "Bu, aku adalah direktur utama dari Grup Angkasa Sura."Wajah Desi sangat merah, dia terus menggenggam lengan Ardika dan tidak mau melepaskannya lagi.Direktur utama dari Grup Angkasa Sura adalah menantunya. Kalau begitu, bukankah Desi akan menjadi ibu mertua kaya raya di Kota Banyuli?Lain kali, ketika berkumpul dengan teman-temannya, dia akan merasa sangat bangga.Semua sahabat yang sering merendahkan Desi mungkin akan berlutut untuk memujinya lagi.Melihat tumpukan hadiah yang sangat banyak itu, Tuan Besar Basagita tidak bisa menahan diri. Dia pun membawa segelas anggur dan mendekat, lalu berkata, "Luna, belakangan ini keuangan Grup Agung Makmur sedang bermasalah, apakah kamu boleh membagikan sedikit hadiahnya kepada kakek? Anggap saja kontribusi kepada keluarga ...."Setelah mendengarnya, Desi langsung tidak senang."Tuan Besar, aku ingat kami sudah dikeluarkan dari Keluarga Basagita, 'kan? Kenapa kami harus berkontribusi terhadap keluarga?"Tuan Besa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 18 Kamu Dipecat

    "Direktur kami bilang kalau dia nggak kenal dengan yang namanya Ardika."Jangan-jangan ... Ardika berpura-pura menjadi direktur utama?Desi langsung terkejut, semua harapannya hancur menjadi kekecewaan.Luna menatap Ardika dengan bingung, dia tidak mengerti kenapa Ardika harus berpura-pura menjadi direktur utama."Tapi, semua hadiah ini memang untuk Luna."Setelah itu, Jenny melanjutkan dengan kesal, "Meskipun nggak tahu alasannya, semua hadiah ini adalah pemberian direktur utama. Selamat ulang tahun, Nona Luna."Selesai berkata, dia hanya bisa menggertakkan gigi dengan penuh kebencian.Awalnya, dia mengira dirinya bisa menginjak-injak Luna. Siapa sangka direktur utama mereka malah menyukai Luna?Namun, sepertinya Ardika akan diselingkuhi.Jenny pun menatap Ardika dengan tatapan hina.Ardika tidak bisa berkata-kata. Belakangan ini, Grup Angkasa Sura diurus oleh para bawahannya, sehingga wajar saja kalau para karyawan perusahaan tidak mengenalnya.Luna bertanya dengan bingung, "Ardika,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 19 Perusahaan Baru

    Setelah selesai bicara, Jenny tidak berani berlama-lama lagi, dia buru-buru meletakkan hadiah ulang tahun dan pergi dari sana.Meskipun orang-orang merasa bingung, suasana pesta ulang tahun juga tidak terpengaruh.Walaupun Ardika bukan direktur utama, dia juga kenal dengan direktur utama, sehingga Ardika bisa saja memperkenalkan mereka.Oleh karena itu, Luna sekeluarga dikelilingi oleh orang-orang dan terus dipuji.Desi dan Jacky merasa sangat bahagia. Sudah berapa tahun, akhirnya mereka bisa mengangkat kepalanya di depan anggota Keluarga Basagita yang lain.Tuan Besar Basagita tiba-tiba berkata dengan wajah ceria, "Luna, kalau direktur utama berutang budi kepada Ardika, coba suruh Ardika bilang ke direktur utama untuk memberikan investasi kepada Keluarga Basagita.""Nggak usah terlalu banyak, 200 sampai 400 miliar juga sudah cukup.""Kakek ... ini ...." Luna tampak kesulitan."Kenapa? Kamu nggak mau? Sebagai anggota Keluarga Basagita, kamu bahkan nggak mau memberikan bantuan kecil sep

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2175 Empat Miliar

    Sementara itu, Ardika tidak bermaksud untuk melepaskan Kalris begitu saja.Dia sengaja menyebutkan akun Kalris di kolom komentar. [@Kal Si Tampan: Cucu, bukankah sudah saatnya untuk memanggil Kakek?][Tentu saja, harus menerima kekalahan!][@Kal Si Tampan: Cepat panggil saja! Kakak Pria Pecundang sedang menunggu!]Di antara para penonton, tentu saja ada orang yang menyukai pertunjukan seperti ini. Tentu saja, mereka berinisiatif untuk memanas-manasi situasi.Ekspresi Kalris tampak sangat muram. Karena dia berdiam diri saja cukup lama, tentu saja dia kembali menjadi bahan ejekan.Jeslin yang duduk di depan kamera mulai merasakan ada yang tidak beres.Jelas-jelas Kalris yang mengatur semua ini untuk membantunya meningkatkan popularitasnya, bagaimana situasi bisa menjadi seserius ini?'Eh? Ada apa ini? Apa perlu aku buka suara, agar kedua belah pihak berhenti? Dengan begitu, pertunjukan ini baru bisa terlihat lebih nyata?'Karena itulah, Jeslin buru-buru buka suara untuk meredakan suasana

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2174 Mengeluarkan Hadiah Senilai Miliaran

    [Pria Pecundang, 'kan? Aku akui sebelumnya aku sudah meremehkanmu. Tapi, hanya dengan modal 200 juta saja, kamu berani berlagak hebat di hadapanku?][Kamu sudah terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!]Kalris mengirimkan sebuah emoji mengejek.[Oh, benar. 400 juta juga nggak ada bedanya dengan 200 juta.]Ardika tersenyum.Dengan memasang ekspresi acuh tak acuh, Kalris kembali mengetik. [Kalau begitu, lanjutkan. Jangan hanya berlagak ....]Namun, sebelum dia selesai mengetikkan kata-katanya, tiba-tiba muncul 10 buah pesawat ruang angkasa di layar.Satu buah pesawat ruang angkasa bernilai 200 juta.Dua miliar!Pria Pecundang langsung memberi hadiah senilai dua miliar sekaligus![Eh ... ini ... dua miliar!]Suasana di siaran langsung berubah menjadi hening sejenak akibat hadiah fantastis yang diberikan oleh Ardika secara tiba-tiba.Kemudian, kolom komentar mulai dibombardir.Suasana di siaran langsung sepenuhnya gempar.Mereka bukannya tidak pernah melihat orang kaya yang memberikan hadi

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2173 Perang Hadiah

    [Menganggap remeh hadiah 20 juta yang kuberikan?][Paling nggak aku benar-benar sudah menghabiskan uang untuk memberi hadiah, nggak seperti kamu, seorang pecundang yang hanya bisa mengetik. Berlagak hebat dengan bicara saja, tapi sama sekali nggak menunjukkan tindakan nyata!]Kalris mengirimkan sebuah emoji mengorek hidung, meningkatkan kemampuan mengejeknya.Ardika menanggapi dengan santai. [Yah, kamu juga hanya bisa pamer di dunia maya. Hanya 20 juta saja, sudah berani berlagak hebat?]Emosi Kalris sudah sepenuhnya tersulut. Dia mengetik dengan sangat cepat. [Eh, pecundang, sini kamu! Kalau kamu berkemampuan, ayo kita beri hadiah untuk Jesjes! Bagi yang sudah nggak sanggup lagi, orang itu yang menjadi cucu! Setelah memanggil Kakek, baru boleh meninggalkan siaran langsung ini!][Oh? Kalau begitu, sebaiknya kamu panggil Kakek terlebih dulu, karena sebelum mulai saja, kamu sudah kalah.]Ardika "berbaik hati" mengingatkan lawannya.Namun, faktanya memang demikian.Akunnya adalah Akun VIP

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2172 Siapa yang Mendalami Peran

    Sementara itu, selesai berkomentar, tanpa menunggu ada orang di siaran langsung yang menyangkalnya, dia langsung menghadiahkan sepuluh mobil balap untuk Jeslin. Dalam sekejap, layar siaran langsung pun dipenuhi dengan efek mobil balap yang menarik.Satu mobil balap nilainya sekitar 2 juta.Begitu memberi hadiah, Kalris langsung mengeluarkan 20 juta.Ardika tahu identitas Kalris. Uang 20 juta bukanlah apa-apa bagi pria itu.Namun, Jeslin hanyalah seorang penyiar biasa yang tidak terlalu terkenal. Biasanya, mendapatkan hadiah sebesar puluhan ribu saja, dia sudah sangat berterima kasih.Sekarang, begitu Kalris memberi hadiah sebesar 20 juta sekaligus, suasana di dalam siaran langsung tersebut pun gempar.[Orang kaya, luar biasa ....][Luar biasa ....][Orang kaya, beri lagi sedikit hadiah ....]Para penonton yang awalnya tidak senang melihat sikap arogan Kalris, saat ini juga mendukungnya.Selain itu, pemberian hadiah sebesar ini juga langsung diumumkan di seluruh platform. Dalam sekejap,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2171 Akun VIP Raja Internal

    Melalui hal ini saja, sudah terlihat gaya platform siaran langsung Grup Goldis ini.Memanfaatkan penyiar wanita cantik untuk menarik pengikut, menghasilkan banyak uang.Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan bersifat setengah dunia pemerintahan, setengah dunia preman. Jadi, wajar saja mereka menggunakan cara seperti mengeluarkan platform siaran langsung ini untuk menghasilkan uang.Paling tidak, Grup Goldis memang punya cara untuk merekrut wanita-wanita cantik dengan berbagai gaya.Setelah berpikir sejenak, Ardika mengirimkan sebuah pesan untuk Vita.Saat ini, Vita mewakili Chamir untuk memegang saham Grup Goldis, adalah pemegang saham terbesar.Tanpa butuh waktu lama, dia langsung menginstruksikan orang untuk menaikkan level akun Ardika menjadi Akun VIP Raja internal.Akun VIP Raja adalah akun level tertinggi di Platform Meijiki, yang dikendalikan oleh pihak manajemen platform. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan hadiah-hadiah kepada penyiar-penyiar yang ingin dibantu oleh pih

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2170 Platform Meijiki

    Namun, tak lama kemudian, Jeslin berkata dengan agak putus asa, "Tapi, aku mau juga nggak ada gunanya. Aku sudah mulai siaran langsungku selama dua bulan. Biasanya tetap saja kurang bisa menarik perhatian penonton.""Sekarang ini, penyiar seperti kami yang hanya mengandalkan paras tanpa memiliki keterampilan unggul apa pun, hanya bisa mengandalkan hadiah besar yang diperoleh untuk meningkatkan popularitas.""Tapi, uang siapa pun juga bukannya jatuh dari langit. Hanya dengan menjadi teman tidur, baru ada orang yang bersedia mengeluarkan uang untuk membantumu meningkatkan popularitas.""Tapi aku nggak bisa melakukan hal seperti itu, memperoleh uang hanya dengan berbaring."Walaupun Jeslin adalah seorang wanita yang matre, tetapi dia tetap punya batasan sendiri.Dia tidak akan melakukan hal-hal yang menginjak-injak harga dirinya hanya demi memperoleh popularitas.Kalris berkata, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal ini. Jangan lupa, platform siaran langsungmu itu dibuka oleh Grup Goldis.

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2169 Apa Kamu Ingin Menjadi Selebritis Internet Terkenal

    Sutandi tidak bisa mengungkapkan pemikiran Leane secara terang-terangan.Karena kalau dia benar-benar melakukan hal seperti itu, Leane akan langsung menjemput ayah dan ibu mertuanya untuk tinggal di sini.Selain itu, ayah dan ibu mertuanya adalah pensiunan dari instansi pemerintahan. Boleh dibilang pasangan tua itu adalah petinggi level menengah di ibu kota provinsi. Jadi, mereka cukup temperamen dan arogan.Saat itu tiba, kalau mereka tahu dia ingin menikahkan cucu perempuan kesayangan mereka pada Ardika, pasti akan menimbulkan keributan besar di rumah."Ardika, ini ...."Sutandi mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, sedikit kesulitan untuk bicara.Kemarin Ardika baru menghadiahkan herba senilai puluhan miliar untuk dirinya, hari ini dia baru saja meminta Ardika untuk tinggal di rumahnya, sekarang dia malah harus mengusir Ardika, bagaimana mungkin kata-kata itu bisa terucap olehnya?Ardika berkata sambil tersenyum, "Pak Sutandi, kamu nggak perlu repot-repot membantuku mengatur semu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2168 Bagaimana Kalau Curi Sedikit Lagi

    "Bisa menghadiahkan begitu banyak herba begitu saja, siapa yang percaya kalau dibilang sudah nggak ada begitu saja?"Leane memutar matanya pada Sutandi. Sambil tersenyum, dia menatap Ardika dan berkata, "Benar, 'kan, Ardika? Kamu pasti masih punya herba-herba seperti itu, 'kan?""Bisakah kamu memberi kami sedikit lagi? Kamu sendiri juga tahu kondisi kesehatan gurumu kurang baik selama ini."Tadi malam, saking kesalnya, Leane tidak bisa terjaga. Mungkin dia terjaga hingga subuh.Pada akhirnya, dia dan Jeslin beranggapan bahwa Ardika bisa menghadiahkan begitu banyak herba-herba senilai puluhan miliar pada keluarga mereka, itu artinya Ardika pasti punya herba yang lebih banyak lagi.Adapun mengenai Ardika telah menghadiahkan semua herba yang dimilikinya untuk Sutandi, dia tidak percaya.Jadi, tadi malam Leane dan Jeslin sudah mendiskusikan hal ini dan mencapai kesepakatan bersama. Hari ini, mereka mengundang Ardika makan di rumah mereka, berbicara baik-baik pada Ardika. Tentu saja lebih b

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2176 Apa Masih Ada Herba

    "Ardika, kamu nggak sedang sibuk, 'kan?""Kalau besok kamu bisa bangun pagi, datanglah ke rumah untuk sarapan!"Secara naluriah, Ardika menolak dengan halus. "Pak Sutandi, bukankah kurang pantas kalau aku mengganggu kalian pagi-pagi buta begitu?""Astaga, anak ini, jangan bicara begitu. Begitu sampai di ibu kota provinsi, kamu langsung datang menemuiku, bahkan memberi kami herba-herba senilai puluhan miliar. Alhasil malah kami sia-siakan begitu saja. Aku benar-benar merasa bersalah.""Istriku juga bilang dia akan menjamu kamu dengan baik, sekalian meminta maaf padamu.""Sudah, sudah, jangan banyak omong kosong lagi, ya. Besok pagi datang ke rumah kami. Kami masih tinggal di tempat tinggal yang lama."Ardika meletakkan ponselnya, menggelengkan kepalanya dengan sedikit tidak berdaya.Walaupun herba-herba senilai 20 miliar itu telah disia-siakan seperti itu, tetapi sepertinya "layak" juga....Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Ardika sudah bangun.Kali ini, dia tidak membawa Levin bersam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status