Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 12 Kartu Hitam Misterius

Share

Bab 12 Kartu Hitam Misterius

Author: Sarjana
Yuni menerima kartu itu dengan ekspresi bingung, dia lalu bertanya, "Tuan Ardika, apakah ini kartu bank kami? Kenapa aku nggak pernah melihat yang warna hitam seperti ini?"

Setelah Wulan dan David selesai bertransaksi, mereka pun mendekat ketika mendengar ucapan Yuni. Mereka juga melirik kartu bank di tangan Ardika.

"Haha, Ardika si pecundang ini, kamu ingin bertransaksi dengan kartu palsu, ya? Konyol sekali!"

Wulan tertawa dengan keras. David juga ikut tersenyum sinis dan berkata kepada Amel, "Aku nggak tahan lagi, cepat usir si bodoh ini."

"Baik, aku akan segera ...."

Amel pun langsung mengangguk. Namun, ketika tatapannya jatuh di kartu hitam milik Ardika, dia langsung terdiam.

Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tidak yakin, dia lalu merebut kartu hitam di tangan Ardika.

"Yuni, kamu jaga dulu. Aku akan menanyakan kepada pimpinan cabang."

Setelah merebut kartunya, Amel melihat kartu itu beberapa kali, kemudian berlari ke atas tanpa menoleh ke belakang.

Wulan berjalan mendekat dan berkata, "Luna, kamu tahu nggak, pakai kartu palsu untuk menipu bank adalah tindakan kriminal. Kalian berdua benar-benar cari mati!"

Luna langsung ketakutan, kedua tangan dan kakinya terasa dingin.

Wulan masih saja menyindirnya, "Baguslah. Sekarang kalian nggak perlu mengemis lagi, negara akan memberikan tempat tidur dan makanan untuk kalian."

Selesai bicara, mereka melihat Amel sudah kembali. Di belakangnya ikut seorang pria paruh baya yang memakai kacamata. Orang itu adalah pimpinan bank yang bernama Yogi Irawan.

Luna buru-buru berjalan maju dan berkata, "Pak Yogi, kami salah ambil kartu. Kami punya kartu Bank Banyuli ...."

"Kartu palsu? Siapa yang bilang kartu palsu?"

Sambil memegang kartu hitam, Yogi berkata dengan serius, "Ini adalah kartu hitam yang diberikan Bank Banyuli kepada nasabah terhormat. Sampai sekarang, kami hanya pernah mengeluarkan satu kartu. Nilai kredit yang diberikan adalah 200 miliar."

Apa!

Kartu hitam?

Kredit sampai 200 miliar?

Semua orang terkejut, mereka tidak menyangka anak muda yang mengenakan pakaian biasa ini adalah nasabah Bank Banyuli yang paling terhormat. Bahkan Wulan dan David juga kaget.

"Nggak mungkin! Mana mungkin pecundang sepertimu memiliki kartu hitam? Pak Yogi, kamu salah lihat nggak?" seru Wulan dengan kaget.

"Ardika, kenapa kamu punya kartu hitam?" seru Luna dengan kaget.

"Tapi ...."

Saat ini, Yogi tiba-tiba berkata, "Bank kami hanya pernah mengeluarkan satu kartu hitam sepeti ini, pemiliknya adalah orang terkaya nomor satu di Kota Banyuli, Tuan Henry Hutapea. Nak, sebaiknya kamu jujur saja, apakah kamu mencuri kartu hitam ini?"

Setelah itu, suasana seluruh ruangan pun menjadi hening.

Henry merupakan orang hebat di dunia bisnis Kota Banyuli, dia juga merupakan tamu terhormat wali kota dengan aset puluhan triliun. Ternyata ada yang berani mencuri kartu hitam miliknya?

Cari mati!

"Hahaha ...."

Wulan tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Kemudian, dia menatap Ardika dan berkata, "Nyalimu besar juga, pecundang! Beraninya kamu mencuri kartu hitam milik Tuan Henry. Kamu benar-benar cari mati!"

"Ayo kita pergi, jangan sampai terlibat dengan mereka."

David juga terlihat senang.

Lalu, mereka pun berjalan pergi.

Yogi melambaikan tangan ke arah Amel dan berkata, "Panggil satpam!"

"Pak Yogi, bukankah kamu terlalu buru-buru? Bagaimana kalau kartu hitam milikku adalah kartu kedua?" tanya Ardika dengan tenang sambil tersenyum.

Yogi pun mendengus dingin dan berkata, "Kartu kedua? Aku bahkan nggak pernah mendengarnya. Nak, kamu benar-benar keras kepala! Amel, nggak usah panggil satpam lagi. Cepat lapor polisi dan tangkap mereka."

Wajah Luna sudah pucat karena ketakutan, kedua matanya dipenuhi oleh kekecewaan.

Ardika segera menggenggam Luna, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menelepon, "Orang dari cabang selatan bilang kalau kartu hitamnya palsu, mereka juga mau menangkapku."

Selesai bicara, terdengar suara keras dari ujung telepon. Sepertinya suara Calvin jatuh ke lantai.

Ardika langsung menutup teleponnya.

"Nak, siapa yang kamu telepon? Aku kasih tahu, karena kamu sudah berani mencuri kartu hitam, maka nggak ada yang bisa menyelamatkanmu!" ucap Yogi dengan tegas.

Selesai berbicara, suara dering telepon pun terdengar.

"Yogi, bajingan kamu! Aku yang memberikan kartu hitam itu kepada Tuan Ardika, beraninya kamu bilang palsu? Apakah kamu ingin dipecat?"

Setelah Yogi mengangkat teleponnya, dia langsung mendengar teriakan penuh amarah dari Calvin.

"Ah?"

Yogi menggenggam ponselnya sambil bercucuran keringat dingin, seluruh tubuhnya sangat lemas karena ketakutan.

Ketika melihat ekspresi Yogi yang tiba-tiba berubah, semua orang merasa bingung. Amel lalu bertanya dengan bingung, "Pak, kamu kenapa? Aku sudah lapor polisi, dua orang miskin itu akan segera ditangkap."

"Plak!"

Yogi langsung menampar wanita itu, lalu berteriak dengan penuh amarah, "Sialan! Mulai sekarang, kamu dipecat! Yuni, bawa dua nasabah terhormat ini untuk bertransaksi. Ah bukan, biar aku saja."

"Ah?"

...

"Tuan Ardika, Nona Luna, aku akan membawa orang untuk mengembalikan semua perlengkapan milik Perusahaan Jaya Semi."

Dua puluh menit kemudian, Yuni mengantar mereka keluar dari bank dengan penuh semangat.

Hanya dalam waktu singkat, Yuni sudah menjadi manajer bisnis.

"Ah ... baiklah, terima kasih," jawab Luna yang sedang tidak fokus. Dia masih bingung dan tidak tahu apa yang terjadi.

Intinya, semua utang perusahaan sudah lunas.

Pada saat ini, di vila Keluarga Basagita.

Setelah David dan Wulan kembali, mereka langsung menceritakan masalah yang terjadi di bank. Kejadian itu membuat seluruh anggota Keluarga Basagita tertawa terbahak-bahak. Mereka menertawakan Ardika adalah seorang idiot, beraninya dia mencuri kartu hitam milik Henry.

Lalu, Luna juga sudah gila. Dia bahkan ikut mengacau dengan idiot itu.

Wulan pun memanfaatkan kesempatan untuk menghasut, "Kakek, lebih baik kita keluarkan Luna dan keluarganya dari keluarga kita saja. Kalau sampai Tuan Henry marah, Keluarga Basagita nggak akan ikut terseret."

Ekspresi Tuan Besar Basagita sangat masam, dia pun mengangguk tanpa berbicara.

Di sisi lain.

Luna ingin segera memberitahukan kabar baik ini kepada orang tuanya, dia ingin orang tuanya tahu bahwa kali ini berkat bantuan Ardika.

Ketika masuk ke dalam rumah, mereka merasakan suasana yang sangat suram.

Jacky terlihat putus asa, Desi juga duduk di lantai sambil menangis.

"Bu, apa yang terjadi?" tanya Luna sambil memapah Desi untuk berdiri.

Ketika melihat Ardika, Desi segera berdiri dan berteriak, "Ardika, kamu masih berani datang ke rumah kami! Kenapa kamu bisa mencuri kartu hitam milik Tuan Henry? Tuan Besar baru saja meneleponku, karena takut terlibat, dia sudah mengeluarkan kami sekeluarga! Huhuhu, bagaimana dengan kehidupan kami ...."

"Tidak .... Kakek? Kenapa dia begitu kejam?"

Wajah Luna tiba-tiba menjadi pucat, dia juga ikut menangis.

Diusir dari keluarga akan membuat reputasi mereka hancur dan sulit untuk melakukan apa pun lagi.

Tatapan Ardika menjadi dingin, dia pun berjalan maju dan berkata, "Nggak apa-apa. Ke depannya, aku akan membuat Keluarga Basagita memohon kalian untuk pulang."

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Mohamad Hanif Tans
Buruk macam babi perangai orang indon.
goodnovel comment avatar
Yuzia Marsya Kh.
peemeran utama yg di buat bego ..
goodnovel comment avatar
Cantika05085020
cerita nya hampir dama dengan "lelaki yang tak terlihat kaya",,,, mbulet, menjengkelkan, dan bertele tele
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 13 Bercerai dan Kembali ke Keluarga Basagita

    Desi menatap Ardika dengan penuh kebencian, napasnya juga tampak terengah-engah. Kemudian, dia tiba-tiba berlari ke dalam dapur, lalu kembali dengan pisau di tangannya."Masih saja membual! Kalau bukan idiot seperti kamu, kami nggak akan diusir dari Keluarga Basagita.""Hari ini, aku harus membunuhmu."Selesai bicara, Desi pun melemparkan pisau di tangannya."Bu! Apa yang kamu lakukan?" teriak Luna. Wajahnya sudah menjadi pucat karena terkejut.Jacky juga terkejut, dia tidak menyangka Desi akan melempar pisau.Ketika pisau hampir mengenainya, Ardika malah tampak tenang. Dia hanya sedikit memiringkan tubuhnya, pisau pun mengenai pintu dan terjatuh ke lantai."Astaga!"Terdengar seruan kaget dari depan pintu.Semua orang menoleh ke belakang, lalu menyadari orang yang datang adalah Tony."Tony? Kenapa kamu datang?"Desi segera menenangkan diri dan menyambutnya.Setelah terkejut, Tony langsung menenangkan diri. Dia berusaha tersenyum dan berkata, "Bibi, aku mendengar bahwa kalian dikeluark

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 14 Nona Luna Dipersilakan Masuk Ke Hotel

    Kompleks Anggrek.Hari ini, Luna berdandan dengan cantik dan mengenakan baju baru.Namun, dia masih terlihat miskin."Ardika, aku sudah selesai, ayo berangkat."Luna tersenyum dengan ceria. Meskipun Ardika tidak bisa memberikan pesta ulang tahun yang meriah, Luna sudah merasa puas selama mereka bisa bersama.Ardika juga mengangguk sambil tersenyum. Ketika dia ingin menggandeng tangan Luna, Desi malah memukulnya.Desi lalu berkata dengan kesal, "Kamu mau pergi makan warung pinggir jalan dengan si idiot ini?""Tuan Muda Tony sudah memesan hotel bintang lima untukmu, dia memesan satu meja seharga dua ratus juta." Setelah itu, terdengar suara klakson yang keras.Desi pun menunjukkan ekspresi gembira sambil berkata, "Tony sudah datang, Luna, ayo kita pergi."Ketika mereka turun ke bawah, mereka melihat Tony yang mengenakan jas putih sedang memegang satu buket mawar merah muda. Dia berdiri di samping mobil Maserati.Melihat Luna turun ke bawah, dia segera mendekat."Luna, selamat ulang tahun

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 15 Ardika Adalah Direktur Utama

    Suasana di depan hotel terasa sangat hening.Perhatian semua orang tertuju kepada Ardika dan Luna.Pesta ulang tahun Nona Luna?Kalau begitu, direktur utama Grup Angkasa Sura ... adalah Ardika?Anggota Keluarga Basagita langsung bengong, mereka juga sangat terkejut.Wulan juga merasa pusing."Nggak! Nggak mungkin ....""Pak ... Pak Henry, Apakah Anda salah ...."Wulan hampir saja pingsan, mana mungkin Ardika adalah direktur utama Grup Angkasa Sura?"Diam!"Henry langsung menampar wajah Wulan, aura seorang bos besar memang berbeda. Wulan yang ketakutan setengah mati langsung terjatuh ke tanah.Henry kembali berkata dengan hormat kepada Luna, "Nona Luna, silakan masuk.""Aku ...."Luna berdiri di tempat dengan tegang dan bingung. Dia tidak bisa menggerakkan kakinya, karena semua ini terasa tidak nyata.Pada saat ini, sebuah mobil Rolls-Royce yang panjang keluar dari hotel. Henry pun datang ke samping mobil, kemudian membukakan pintu untuk Ardika dan Luna.Sikap yang seperti seorang pelay

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 16 Dibubarkan

    Tanpa menunggu Ardika menjawab, daftar hadiah sudah mulai dibacakan."Wali Kota Banyuli, Ridwan Basuki, memberikan hadiah satu lukisan bersejarah ....""Kepala Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax dan keluarga lainnya memberikan hadiah uang tunai sebesar 10 miliar.""Direktur Irwan, Direktur Calvin, Direktur Bella ...."Ketika sampai di aula pesta, orang-orang yang sedang menunggu langsung terkejut.Orang-orang dari pemerintahan dan dunia bisnis, bahkan ada orang-orang dari dunia kepolisian dan dunia bawah.Semua orang besar di Kota Banyuli datang merayakan pesta ini serta memberikan hadiah yang mahal.Herkules yang bertugas membacakan nama juga diam-diam menelan ludah. Meskipun Herkules sudah sering melihat banyak hal, dia juga tidak pernah melihat hadiah yang begitu mahal.Ketika Tuan Besar Basagita mendengar daftar hadiah yang diberikan, matanya memancarkan kecemburuan, terutama si Wulan.Kalau semua hadiah itu diberikan kepada Keluarga Basagita, mereka pasti akan sangat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 17 Perubahan Mendadak

    Ardika tersenyum dan menjawab, "Bu, aku adalah direktur utama dari Grup Angkasa Sura."Wajah Desi sangat merah, dia terus menggenggam lengan Ardika dan tidak mau melepaskannya lagi.Direktur utama dari Grup Angkasa Sura adalah menantunya. Kalau begitu, bukankah Desi akan menjadi ibu mertua kaya raya di Kota Banyuli?Lain kali, ketika berkumpul dengan teman-temannya, dia akan merasa sangat bangga.Semua sahabat yang sering merendahkan Desi mungkin akan berlutut untuk memujinya lagi.Melihat tumpukan hadiah yang sangat banyak itu, Tuan Besar Basagita tidak bisa menahan diri. Dia pun membawa segelas anggur dan mendekat, lalu berkata, "Luna, belakangan ini keuangan Grup Agung Makmur sedang bermasalah, apakah kamu boleh membagikan sedikit hadiahnya kepada kakek? Anggap saja kontribusi kepada keluarga ...."Setelah mendengarnya, Desi langsung tidak senang."Tuan Besar, aku ingat kami sudah dikeluarkan dari Keluarga Basagita, 'kan? Kenapa kami harus berkontribusi terhadap keluarga?"Tuan Besa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 18 Kamu Dipecat

    "Direktur kami bilang kalau dia nggak kenal dengan yang namanya Ardika."Jangan-jangan ... Ardika berpura-pura menjadi direktur utama?Desi langsung terkejut, semua harapannya hancur menjadi kekecewaan.Luna menatap Ardika dengan bingung, dia tidak mengerti kenapa Ardika harus berpura-pura menjadi direktur utama."Tapi, semua hadiah ini memang untuk Luna."Setelah itu, Jenny melanjutkan dengan kesal, "Meskipun nggak tahu alasannya, semua hadiah ini adalah pemberian direktur utama. Selamat ulang tahun, Nona Luna."Selesai berkata, dia hanya bisa menggertakkan gigi dengan penuh kebencian.Awalnya, dia mengira dirinya bisa menginjak-injak Luna. Siapa sangka direktur utama mereka malah menyukai Luna?Namun, sepertinya Ardika akan diselingkuhi.Jenny pun menatap Ardika dengan tatapan hina.Ardika tidak bisa berkata-kata. Belakangan ini, Grup Angkasa Sura diurus oleh para bawahannya, sehingga wajar saja kalau para karyawan perusahaan tidak mengenalnya.Luna bertanya dengan bingung, "Ardika,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 19 Perusahaan Baru

    Setelah selesai bicara, Jenny tidak berani berlama-lama lagi, dia buru-buru meletakkan hadiah ulang tahun dan pergi dari sana.Meskipun orang-orang merasa bingung, suasana pesta ulang tahun juga tidak terpengaruh.Walaupun Ardika bukan direktur utama, dia juga kenal dengan direktur utama, sehingga Ardika bisa saja memperkenalkan mereka.Oleh karena itu, Luna sekeluarga dikelilingi oleh orang-orang dan terus dipuji.Desi dan Jacky merasa sangat bahagia. Sudah berapa tahun, akhirnya mereka bisa mengangkat kepalanya di depan anggota Keluarga Basagita yang lain.Tuan Besar Basagita tiba-tiba berkata dengan wajah ceria, "Luna, kalau direktur utama berutang budi kepada Ardika, coba suruh Ardika bilang ke direktur utama untuk memberikan investasi kepada Keluarga Basagita.""Nggak usah terlalu banyak, 200 sampai 400 miliar juga sudah cukup.""Kakek ... ini ...." Luna tampak kesulitan."Kenapa? Kamu nggak mau? Sebagai anggota Keluarga Basagita, kamu bahkan nggak mau memberikan bantuan kecil sep

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 20 Ferry yang Lancang

    "Tuan Ardika, Grup Angkasa Sura terlalu besar, sehingga Nona Luna pasti sulit memercayainya. Wajar saja ....""Begini saja, Asosiasi Bahan Bangunan baru dibubarkan, kita bisa menyuruh 18 orang direktur untuk membentuk perusahaan baru dan Anda yang jadi direktur utamanya, bagaimana?""Meskipun status itu nggak cocok dengan Tuan Ardika, Anda jadi bisa punya status yang resmi di masyarakat. Anda juga bisa bergerak lebih leluasa ...."Setelah berpikir sejenak, Ardika pun mengangguk dan berkata, "Boleh, Grup Angkasa Sura akan memberikan modal, para direktur yang sebelumnya bisa memberikan sumber daya mereka. Perusahaan ini akan dipegang oleh Grup Angkasa Sura dan dinamakan Grup Sentosa Jaya."Setelah mendengarnya, Henry pun merasa sangat senang. Dengan begitu, anggota Asosiasi Bahan Bangunan sudah resmi bekerja sama dengan Grup Angkasa Sura.Ardika melihat Henry dan berkata, "Kalau begitu, kamu yang jadi manajer umum, aku hanya menaruh nama di jabatan saja.""Siap!" jawab Henry sambil menga

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1876 Kesulitan Tersendiri

    "Kulihat masih ada hubungan kekeluargaan antara Bibi dengan Tina, kamu bukanlah tipe orang yang akan menjual keponakan sendiri demi keuntungan."Kalau bukan karena alasan ini, bagaimana mungkin Ardika bersedia berbicara sebanyak ini dengan Violet?"Huh! Kamu nggak berhak mengomentari hubunganku dengan Tina!"Violet mendengus dingin dan berkata, "Eh, Ardika, dari awal sudah kubilang kamu seperti katak dalam tempurung, tapi kamu tetap saja nggak sadar diri sedikit pun.""Hanya posisi sebagai Wali Kota Banyuli saja?""Apa kamu kira nilai Wali Kota Banyuli sekarang masih sama seperti saat kamu menjabat sebagai wali kota?!""Nggak lama lagi Kota Banyuli sudah naik level, saat itu tiba posisi Wali Kota Banyuli sudah setara dengan Wakil Kodam!""Terlebih lagi, ini baru permulaan.""Melalui batu loncatan ini, kelak masih bisa menjadi Duta Perbatasan, bahkan penguasa suatu wilayah!""Apa kamu tahu ada berapa banyak pihak yang memperebutkan posisi ini?""Terlepas dari anggota keluargaku itu, beb

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1875 Tidak Takut Karena Tidak Tahu Apa-Apa

    "Diam!"Violet menegur dengan tajam.Sikap arogan Ardika yang tidak menganggap serius Sego membuatnya sangat kesal.Bagaimanapun juga, dalam lubuk hatinya, dia beranggapan Sego dan Tina adalah pasangan yang serasi, sedangkan Ardika sudah memiliki istri dan merupakan seorang menantu benalu. Akan tetapi, bisa-bisanya pria itu melakukan intervensi dalam urusan pernikahan keponakannya.Baginya, Ardika benar-benar tidak tahu diri."Eh, Ardika, atas dasar apa kamu menyindir Pangeran Sego!""Aku beri tahu kamu, hal-hal buruk tentangmu di masa lalu, aku mengetahuinya dengan sangat jelas!""Kamu diusir oleh Keluarga Mahasura, dengan mengandalkan istrimu, kamu baru bisa melangkah sejauh ini.""Harus kuakui, kamu ahli dalam meminjam kekuatan orang lain dan berlagak hebat. Pria yang mengandalkan wanita biasa, nggak punya kemampuan dan nggak menguasai trik yang kamu kuasai ini.""Tapi, terlepas dari seberapa hebat dirimu dalam menguasai trik dan seberapa berkemampuan dirimu, identitasmu hanyalah se

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1874 Pembersihan Besar-Besaran

    Melihat Ardika tertimpa masalah, orang-orang Organisasi Snakei itu sangat senang.Ardika melirik borgol berkilauan perak di tanah itu sekilas. Tiba-tiba, dia mengentakkan kakinya."Krak ... krak ...."Dengan iringan suara pecahan logam yang memekakkan telinga, borgol di atas tanah itu sudah hancur berkeping-keping akibat entakan kaki Ardika."Kamu ... berani-beraninya kamu menghalangi kami bertugas!"Hanko langsung marah besar. Kemudian, kilatan niat membunuh melintas di matanya. Dia langsung mengulurkan tangannya ke arah sarung senjata di pinggangnya untuk mengeluarkan senjata api.Sorot mata Ardika langsung berubah menjadi dingin.Tepat pada saat pertempuran akan pecah.Pada saat ini pula, tiba-tiba saja sebuah Toiyotan Alphard melaju kemari.Melihat Alphard tersebut, Hanko mengerutkan keningnya, diam-diam menyimpan kembali senjata apinya, lalu menyambut orang itu."Hormat kepada Nyonya Violet!"Hanko sedikit membungkukkan badannya, memberi hormat kepada orang yang baru turun dari mo

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1873 Orang yang Paling Dicurigai Sebagai Pelaku

    "Pak Ardika, kita bertemu lagi."Hanko melangkah maju beberapa langkah, menghentikan langkah kakinya saat berjarak sekitar lima atau enam meter dari Ardika. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan menatap Ardika sambil tersenyum tipis.Hanya saja, sorot matanya tampak dingin dan tajam seperti ular beracun."Kenapa? Ada masalah?"Ardika menanggapi lawan bicaranya dengan acuh tak acuh, dia bahkan tidak melirik belasan orang anggota Organisasi Snakei lainnya.Sebelumnya, saat Chamir secara pribadi datang mencari masalah dengannya, Hanko sudah mengundurkan diri dari Organisasi Snakei.Sekarang sepertinya pemuda yang satu ini sudah menjalin hubungan dengan seorang tokoh hebat lagi, kembali ke Organisasi Snakei dan menduduki jabatannya sebelumnya.Hanko menyalakan sebatang rokok, tidak cepat, juga tidak lambat. Setelah menyesapnya sejenak, dia baru berkata dengan perlahan, "Terjadi kasus pembunuhan di Kota Banyuli, korbannya adalah Tuan Shimizu, penanggung jawab Yayasan Inv

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1872 Menghadapi Masalah

    Kalau dilihat sekarang, pilihan Amir adalah pilihan yang tepat.Dari berbagai aspek, Ardika tampak sangat percaya diri. Hal ini membuatnya merasa jauh lebih tenang.Beberapa saat setelah kepergian Amir, Jesika tiba-tiba keluar dari sebuah ruangan kecil di dalam ruang pribadi mewah tersebut."Pak Ardika, Amir adalah orang yang sangat licik.""Melihat kemungkinan kelak Keluarga Mahasura akan dihancurkan oleh Bapak, dia segera beralih pada Bapak, tapi dia juga nggak berani mengkhianati Keluarga Mahasura sepenuhnya.""Begitu dia menemukan kesempatan, orang seperti ini akan berbalik menyerang Bapak tanpa ragu."Ardika berkata dengan santai, "Nggak masalah. Kalau dia patuh, nggak perlu memedulikannya.""Kalau dia benar-benar berani berpikiran macam-macam, aku akan menghabisinya."Intinya, Ardika sama sekali tidak peduli Amir adalah orang seperti apa.Dia sengaja mengatur "senjata rahasia" ini, ingin memanfaatkan nilai Amir dalam pertarungannya melawan Keluarga Mahasura.Dia ingin membuat Kel

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1871 Lalu Memangnya Kenapa

    Ardika pernah merasakan pengkhianatan tak tahu malu dari Keluarga Mahasura.Hingga kini, rasa sakit itu masih terukir jelas dalam dirinya.Kalau dia bisa membuat Keluarga Mahasura juga merasakan sensasi seperti ini, boleh dibilang juga merupakan pilihan yang cukup baik.Demi hal ini, dia tidak keberatan untuk membantu Amir sekali."Baik, aku akan senantiasa mengingat tugas dari Pak Ardika ini!"Amir mengangguk dengan sungguh-sungguh. Kemudian, dia bangkit dan berkata, "Tapi, aku ingin mengingatkan Pak Ardika satu hal. Keluarga Mahasura nggak sesederhana kelihatannya.""Dengar-dengar, ada anggota Keluarga Mahasura di kemiliteran, bahkan sepertinya berkembang dengan lumayan baik."Tim tempur adalah keberadaan yang cukup luar biasa sepanjang sejarah Negara Nusantara.Biasanya, mereka tidak ikut campur dalam urusan daerah, tetapi keluarga-keluarga besar setempat juga tidak ada yang berani mengabaikan keberadaan tim tempur.Kalau ada anggota sebuah keluarga yang menjadi anggota tim tempur,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1870 Jaminan Kesetiaan

    Tepat pada saat Shimizu diliputi oleh keinginan yang kuat untuk bertahan hidup, dia membuka mulutnya memohon pengampunan dengan tidak berdaya, sang perekam malah langsung melangkah maju dan menginjak dada Shimizu.Serangan ini langsung merenggut nyawa Shimizu.Pada akhirnya, sang perekam mengalihkan kamera ke arah dirinya sendiri, menunjukkan wajahnya.Ardika langsung mengenali orang tersebut.Orang itu tidak lain adalah sopir yang berkendara dalam kondisi mabuk.Video tersebut berhenti sampai di situ.Sangat jelas, Shimizu sama sekali bukan mati dalam kecelakaan mobil.Melainkan dihabisi oleh orang lain!Ardika meletakkan ponsel itu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Amir dan berkata, "Jadi, Pak Amir yang mengatur kecelakaan semalam?""Mengapa kamu melakukan tindakan seperti itu?""Kalau aku bilang aku melakukannya karena membenci bajingan-bajingan kecil itu, apa Pak Ardika percaya?" tanya Amir balik.Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal.Lagi pula, dia tidak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1869 Penyebab Kematian Shimizu

    "Selama Pak Ardika bersedia membantuku, kelak aku akan bekerja keras untuk Pak Ardika, senantiasa mendengarkan Pak Ardika dengan setia!"Amir berdiri membungkuk di seberang Ardika, menatap Ardika dengan tatapan penuh harap.Ardika mengambil mangkuk supnya, mendekatkannya ke bibirnya. Setelah meneguk satu tegukan, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Memintaku untuk menyerahkan lima puluh persen saham begitu saja untuk menyelamatkan nyawamu. Selain itu, kelak kamu masih bisa mendapatkan perlindungan dariku atas nama sebagai anak buahku.""Pak Amir, perencanaanmu ini sangat luar biasa.""Tapi, apa kamu merasa kamu pantas untuk menerima semua itu?"Saham sebesar lima puluh persen tidaklah sedikit.Dengan memegang saham ini, Ardika bisa langsung menjadi pemegang saham besar Perusahaan Investasi Mahasura, bahkan kalau dia menggunakan sedikit trik saja, dia bisa membawa dampak besar bagi Perusahaan Investasi Mahasura.Biarpun dia langsung menjadikannya sebagai uang tunai, dia juga bisa mendapa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1868 Menyerah

    "Pak Ardika, hal-hal nggak menyenangkan yang sudah berlalu itu, jangan diungkit dulu. Mari makan dulu, nanti aku akan bersulang dengan Pak Ardika!"Amir mencoba untuk meredakan suasana.Bos Hotel Blazar juga ikut mengundang dengan ramah."Dengan mempertimbangkan Kak Tiko, kalau begitu makan dulu."Ardika tersenyum tanpa menyetujui, juga tidak menolak. Dia tetap tidak bermaksud untuk menerima niat baik Amir.Boleh dibilang dia sudah berteman lama dengan bos Hotel Blazar, ditambah lagi Asosiasi Dagang Kota Banyuli juga berada di gedung yang sama. Karena sudah sering berinteraksi dengan pria ini, Ardika sudah cukup dekat dengannya.Menghadapi Ardika yang tetap menanggapinya dengan acuh tak acuh, Amir tetap tersenyum, sama sekali tidak keberatan.Saat acara makan-makan sudah hampir selesai, bos Hotel Blazar mencari sebuah alasan untuk pergi dengan peka, bermaksud untuk memberi ruang kepada mereka berdua untuk berbincang."Pak Amir, katakan saja apa yang ingin kamu katakan."Sambil meminum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status