TERSESAT DALAM GAIRAH

TERSESAT DALAM GAIRAH

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-02
โดย:  SURIYANAยังไม่จบ
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 การให้คะแนน. 3 ความคิดเห็น
58บท
9.9Kviews
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

คำโปรย

Dewi mencoba mengelak saat tangan Anton memulai aktivitas tempat tidur. Ia tahu betul kalau laki-laki itu berusaha keras membangkitkan hasratnya. Pasalnya, laki-laki itu mengeluarkan bisikan penuh rayu di telinganya. Sentuhan laki-laki itu mengelus-elus bahunya. Rayuan mendayu-dayu yang dilancarkan Anton dirasakan Dewi sebagai romantisisme palsu saja. Empat perempuan yang dari luar terlihat bahagia dengan kehidupan cintanya masing-masing, justru tersesat dengan hubungan asmara yang mereka miliki bersama pasangannya. Apakah mereka bisa menemukan jalan menuju kebahagian yang sesungguhnya? Jalan mana yang harus mereka tempuh? Berbalik arah, memutar, atau berbelok menuju jalur yang baru?

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

1. Dewi Pagi Hari

Suara tangisan bayi membangunkan Dewi dari tidur lelapnya. Pukul 06.00 WIB! Tak ada waktu untuk bermalas-malasan! Sekilas ia melihat Anton yang masih terlelap. Dewi menarik selimut yang dipakai suaminya itu dengan sekali hentakan.

Anton terlonjak kaget. Dewi mengeraskan rahang dan menatap tajam suaminya namun tidak berkata apa-apa. Ia sudah bosan menasihati suaminya agar mengurangi sifat malasnya itu. Tapi, apa? Sampai saat ini, tidak ada perubahan apapun dari suaminya itu.

***

Aktivitas pagi harinya selalu sama. Dewi akan menghampiri boks bayi dan mengangkat Romeo ke luar kamar. Sambil menggendong anak keduanya yang masih berusia tujuh bulan itu, ia akan menyiapkan MPASI. Makanan pendamping ASI. Sering kali, ia hanya menyajikan bubur instan karena berpacu dengan waktu.

Betul sekali. Ia wajib cepat-cepat, karena setelah makan, bayinya itu harus dimandikan. Di momen tersebut, Dewi berusaha menciptakan senyum pada wajah jagoan kecilnya itu dengan bersenandung. Prinsipnya, suasana boleh sedang susah, tapi anak-anaknya tidak boleh mengetahuinya.

Senyum yang diberikan Romeo adalah penghiburan baginya. Kebahagiaan yang sejenak dapat membuatnya lupa bahwa hari demi hari harus Dewi lewati dengan perjuangan. Giginya gemeretak mengingat apa penyebab hidupnya begitu menderita seperti sekarang ini. Ralat, bukan apa, melainkan siapa. Tidak lain dan tidak bukan adalah Anton yang sekarang terbaring di tempat tidur mereka.

***

Dewi membungkus tubuh Romeo dengan handuk dan membawanya kembali ke kamar. Mulutnya terkatup rapat karena menyaksikan suaminya masih molor. Benar-benar babi pemalas! Ayah dari anak-anaknya tersebut kembali tidur setelah tadi jatuh dari tempat tidur karena Dewi menarik selimut yang Anton pakai. Samar-samar, Dewi mendengar suara dengkuran dari entah mulut atau hidung suaminya. Sudah tidak mau membantu apa-apa, terus membuat polusi suara pula pagi-pagi begini, gerutu Dewi dalam hati.

Dewi mencoba menguasai emosinya. Secara teratur, ia menarik dan mengembuskan napas untuk merasa rileks. Setelah melakukannya sebanyak empat kali repetisi, ia semampunya berusaha mengabaikan hal-hal yang membuatnya kesal pagi ini. Ia masih memiliki tugas mengurus Romeo.

Pada awal pernikahan mereka, Dewi tidak akan membiarkan kejadian itu begitu saja. Ia menjelma menjadi istri paling cerewet sedunia. Ia memarahi Anton bila tidak bertindak seperti yang ia mau. Tidak mencuci piring setelah makan, Dewi akan meneriakinya. Tidak meletakkan baju kotor di keranjang cucian, Dewi akan memungut dan melemparkan baju kotor itu kembali ke wajah Anton. Jangan coba-coba bersikap manja dan meminta dilayani bak raja! Akibatnya Dewi tidak segan-segan mendaratkan cubitan ganas yang bekasnya tidak akan hilang selama sebulan. Namun, karena itu tidak membuat Anton berubah menjadi lebih baik, Dewi menjadi tidak acuh.

Jika tidak karena kehadiran kedua anaknya; Odetta dan Romeo, Dewi tidak tahu apa yang akan ia lakukan terhadap suaminya itu. Ia ingin anak-anaknya tetap merasakan kehangatan kasih sayang seorang ayah. Itu sebabnya ia bertahan dalam pernikahan ini.

Penipu, ujarnya dalam hati. Celetukan itu lebih ditujukan kepada dirinya sendiri karena pandai berpura-pura. Tapi kalau Dewi pikir-pikir lagi, semua hal tentang pernikahan ini juga merupakan penipuan.

Mendadak, kamar tidur mereka dipenuhi dengan gema riang dari celoteh seorang anak kecil. Anak perempuan berambut ikal panjang dan berpipi montok menggelayuti kaki sambil sesekali menunjukkan kertas yang ia bawa. Ganjalan hati Dewi tentang suaminya yang mengawang-awang di kepalanya tadi pun terhenti untuk sejenak.

“Mama! Mama!”

Dewi tidak dapat mengangkat anak perempuannya itu karena sedang menggendong bayi laki-lakinya.

“Lihat gambar Odet deh, Ma!” pinta Odetta yang sekarang berdiri di hadapannya sambil melambai-lambaikan kertas lusuh.

“Wah bagus sekali, sayang!” Dewi memuji sambil lalu. Di kepalanya sama sekali tidak ada imaji gambar yang baru saja ditunjukkan oleh Odetta. Penipu lagi, ujarnya dalam hati.

“Bener, Ma?”

Dewi sedang membaringkan Romeo ke dalam boks bayi sehingga ia hanya mengangguk asal-asalan. Tidak ada sedikit pun usahanya untuk menebak gambar apa yang ditorehkan oleh Odetta di kertas tersebut. Ia malah memikirkan apa saja yang harus dilakukannya hari ini. Yang jelas, sudah waktunya membayar tunggakan tagihan kartu kredit.

Dewi sebenarnya bukan tipe yang senang menggunakan kartu kredit. Tapi, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga setiap bulannya, wanita itu masih mengandalkan fasilitas utang tersebut. Walaupun pada akhirnya ia sendiri yang akan kelimpungan memikirkan cara untuk membayar cicilannya. Dewi menarik dan mengembuskan napas perlahan-lahan agar emosinya tidak semakin membara.

“Kan bagus, jadi Odet udah bisa masuk sekolah?”

Dewi yang sedang mencari-cari busana kerja menghentikan aksinya. Ia tahu kalau anaknya itu sudah berusia tujuh tahun. Sudah waktunya masuk SD. Ia juga tidak lupa kalau Anton yang berjanji untuk mendaftarkan Odetta. Namun, lihat apa yang terjadi sekarang? Suaminya itu bersuka ria di alam mimpi, cibirnya melirik Anton yang tahu-tahu tersenyum dalam tidurnya.

Salah besar kalau Dewi tetap mengandalkan suaminya itu. Tidak ada apapun yang beres kalau Anton yang ambil kendali. Mau tidak mau, harus Dewi juga yang turun tangan, termasuk urusan pendaftaran sekolah Odetta. Bagaimana ini, ya? Pekerjaan di kantor sedang banyak-banyaknya. Tak mungkin ia bolos hari ini.

Terdengar suara tawa pelan dari suaminya yang cengar-cengir saat tidur. Kembali tenggorokan Dewi terasa seperti dipenuhi batu-batu kerikil yang besar-besar. Kesal luar biasa! Ayah seperti apa yang melupakan urusan pendaftaran sekolah Odetta, putri mereka. Selalu begini! Selalu Dewi yang pontang-panting membereskan keperluan rumah tangga mereka sejak menikah enam tahun yang lalu.

Tidak ada waktu memikirkan itu sekarang! Tidak ada lagi tempat di otaknya untuk masalah yang baru. Nanti saja sepulang kerja! Tidak ada waktu untuk berdiam saja di rumah! Termasuk hari ini, ujar Dewi dalam hati. Ia bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya laksana bebek yang sedang dikejar-kejar buaya.

***

Sebenarnya, Dewi bersyukur karena kamar mereka dilengkapi kamar mandi sehingga ia dapat mondar-mandir dengan mengenakan kimono saja. Tapi, kebebasannya terenggut total karena semua anggota keluarganya akan berkumpul dalam satu tempat. Jadi, ia tidak lagi heran kalau melihat Odetta menungguinya di pintu toilet.

Dewi sedang terburu-buru sehingga tidak mengindahkan gadis kecilnya itu. Ia harus memoles wajahnya dengan riasan sebelum berangkat ke tempat kerja. Odetta mengekor di belakangnya dan tak lepas memandanginya. Lagi-lagi Dewi mengabaikannya, meskipun ia dapat melihat anak kecilnya itu dari cermin. Ia memoles pemerah pipi.

Dewi sebenarnya tidak suka berdandan. Akan tetapi, pekerjaannya sebagai staf marketing menuntutnya untuk tampil rapi dan menarik. Sekilas, ia mengamati bentuk tubuhnya yang belum kembali langsing setelah melahirkan. Masih ada sedikit lemak di beberapa tempat. Satu alasan kuat lain untuk tidak melewatkan acara dandan demi mengalihkan perhatian orang-orang dari bentuk tubuhnya yang tidak ideal itu.

Dewi beralih ke lemari untuk mengganti kimononya dengan baju kerja. Ia selalu melakukan hal ini di saat yang paling akhir. Bukan apa-apa, keberadaan dua anak yang masih kecil-kecil akan merusak penampilannya. Mungkin saja bajunya kusut atau kecipratan noda bubur. Jadi, lebih aman apabila ia akan mengenakan busana kerja saat benar-benar sudah akan berangkat.

“Mama…” rengek Odetta.

Di tengah kesibukannya yang berpacu dengan waktu, haruskah ia menghentikan aktivitasnya demi mencari tahu dan memenuhi keinginan Odetta?

***

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

user avatar
nura0484
bagus banget
2022-10-09 12:39:11
1
user avatar
nura0484
keren ceritanya
2022-10-09 12:38:29
1
user avatar
Rianievy
Seru ceritanya ...
2022-09-20 18:36:48
3
58
1. Dewi Pagi Hari
Suara tangisan bayi membangunkan Dewi dari tidur lelapnya. Pukul 06.00 WIB! Tak ada waktu untuk bermalas-malasan! Sekilas ia melihat Anton yang masih terlelap. Dewi menarik selimut yang dipakai suaminya itu dengan sekali hentakan. Anton terlonjak kaget. Dewi mengeraskan rahang dan menatap tajam suaminya namun tidak berkata apa-apa. Ia sudah bosan menasihati suaminya agar mengurangi sifat malasnya itu. Tapi, apa? Sampai saat ini, tidak ada perubahan apapun dari suaminya itu. *** Aktivitas pagi harinya selalu sama. Dewi akan menghampiri boks bayi dan mengangkat Romeo ke luar kamar. Sambil menggendong anak keduanya yang masih berusia tujuh bulan itu, ia akan menyiapkan MPASI. Makanan pendamping ASI. Sering kali, ia hanya menyajikan bubur instan karena berpacu dengan waktu. Betul sekali. Ia wajib cepat-cepat, karena setelah makan, bayinya itu harus dimandikan. Di momen tersebut, Dewi berusaha menciptakan senyum pada wajah jagoan kecilnya itu dengan bersenandung. Prinsipnya, suasana bol
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-08-13
อ่านเพิ่มเติม
2. Bakti Pada Suami
Dewi menengok jam dinding. Jika ia memusatkan perhatiannya pada Odetta, bisa dipastikan Dewi akan terlambat masuk kantor. Kalau sudah begitu, gajinya bisa terkena potongan. Jangan sampai, pikirnya. Oleh karena itu, ia berusaha mengabaikan saja rengekan anak pertamanya itu.Rupanya Odetta tidak menyerah karena sekarang anak perempuannya itu menarik-narik ujung kimononya.“Mama harus kerja, Odet!” tegur Dewi.Bukannya mengerti situasi Dewi yang sedang terburu-buru, Odetta semakin mengguncang-guncang tubuhnya. Tidak cukup sampai di situ, anak pertamanya itu kemudian berteriak memanggil-manggilnya tanpa henti.Teriakan itu rupanya membangunkan Romeo. Anak laki-laki Dewi pun ikut-ikutan merengek seperti kakaknya. Lama-lama pelan, tetapi beberapa detik kemudian bertambah keras.“Mamaaaa,” panggil Odetta dengan nada suara yang terseret-seret.Dewi kehilangan sabar, “Odetta!” hentaknya. “Mama sudah bilang Mama harus kerja! Biar dapat duit. Sekolah itu perlu duit. Kalau nggak ada, kamu malah n
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-08-13
อ่านเพิ่มเติม
3. Cherry yang Merekah
Setelah beberapa saat mengalami pergulatan batin, Dewi akhirnya menerima begitu saja kehendak Anton. Ia merespon aksi suaminya itu seadanya saja, tanpa antusiasme tinggi seperti yang dimiliki Anton. Ketika Dewi berbaring telentang dengan Anton berada di atas tubuhnya, ia membuka mata dan menyaksikan pemandangan paling mengerikan yang pernah ia lihat. Wajah Anton terpejam dengan keringat yang bercucuran. Dewi mendesahkan semangat palsu agar semua ini cepat selesai. Matanya terpejam rapat-rapat mencoba mengenyahkan pemandangan buruk tersebut. Bagaimana bisa dulu ia pernah menganggap laki-laki yang ada di hadapannya sekarang ini adalah jodohnya? *** Pagi itu, di sebuah kompleks perumahan yang berada di pinggiran Jakarta, penghuninya masing-masing sibuk bersiap-siap untuk menjalani hari. Tapi, tidak demikian halnya di kamar yang berada di satu rumah yang mungil dan sederhana. Pukul 6.30 WIB! Seorang wanita berparas cantik dan berpipi tirus mematikan bunyi alarm dari telepon selulernya.
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-08-13
อ่านเพิ่มเติม
4. Kedatangan Nay
Pukul delapan pagi dan Cherry sudah tiba di gedung tempatnya bekerja. Bukan hal yang aneh bagi gadis itu karena memang ia suka. Menunggu lift yang akan mengantarnya ke lantai perusahaannya beralamat, Cherry melirik penampilannya di cermin. Walaupun pakaian yang ia kenakan adalah bekas semalam, Cherry masih tetap memesona. Itu berkat riasan wajah yang ia pastikan menonjolkan kelebihan-kelebihannya.Seorang laki-laki tersenyum kepadanya seraya mengambil posisi di samping Cherry. Gadis itu melirik, lalu tidak mengindahkannya. Mata pria itu mengingatkannya kepada Dika. Lengkapnya Dika Irandi, pria ke-13 yang berkasih-kasihan dengannya. Laki-laki yang ditinggalnya tadi merupakan harapan Cherry akan suatu hubungan asmara yang membara. Rupanya, gagal.Sama seperti pria-pria yang pernah dekat dengan Cherry sebelumnya, Dika tidak mampu memberikan hubungan yang panas dan menghanyutkan. Apaan tuh dikit-dikit bertanya, ‘Suka nggak dibeginikan?’ atau ‘Siap-siap, ya’, Cherry menggeleng-gelengkan ke
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-08-13
อ่านเพิ่มเติม
5. Hasrat Maya Maria
Mendengar dering telepon, Maria mengangkatnya dan langsung berkata, “Delia, Yazid, and Partners. May I help you?” Ternyata atasannya, Delia yang menelepon. Maria mendengarkan sambil menuliskan perintah-perintah yang dilontarkan bosnya tersebut di secarik kertas. Tidak terdengar kata apa pun selain kata, “Iya” dan gumaman “He eh” dari Maria. Sesekali, wajahnya berkernyit tanda tidak nyaman berkomunikasi dengan Delia. Ketika akhirnya Maria meletakkan gagang telepon di tempatnya semula, ia langsung menghembuskan napas lega. Seraya melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 09.15 WIB, ia membaca daftar tugas yang harus ia kerjakan hari ini. - Ambil baju di laundry. - Tulis surat perjanjian kerjasama dengan Mr. Gordy. - Telepon Pak Yazid dan atur ulang rapat. - Sepulang kerja nanti tolong belikan pensil 2B untuk Nazmi. Huft, baru membaca empat daftar tersebut, Maria sudah kehilangan semangat bekerja. Padahal masih ada sepuluh perintah lagi yang harus segera ia kerjakan. Ia melirik ja
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-08-13
อ่านเพิ่มเติม
6. Kabur atau Berkunjung?
Cherry memandang penyanyi perempuan yang duduk di depannya. Inilah akibatnya mengambil undangan permintaan wawancara secara sembarangan. Cherry terpaksa harus mendengarkan celoteh penyanyi baru yang ada di hadapannya saat itu.Ruangan tempat Cherry melaksanakan tugasnya merupakan ruang khusus yang disediakan pihak perusahaan musik untuk melakukan sesi wawancara dengan artis-artis orbitan mereka. Di sana ada sofa dua dudukan, satu kursi, dan seperangkat alat musik akustik. Pada dindingnya, dipajang poster beberapa musisi terkenal. Cherry mengenali semua penyanyi yang ada di sana.Sang penyanyi yang diwawancara oleh Cherry mengenakan crop top yang menurutnya tampak kedodoran. Ia yakin baju itu adalah pinjaman. Dalam industri musik, penyanyi baru tidak memiliki anggaran khusus untuk penampilan, sehingga wajar kalau mereka tidak tampak glamor.Pihak label musik tadi menyatakan kalau jatah untuk wawancara dan sesi foto untuk Melody adalah sebanyak satu jam. Ini baru berjalan sepuluh menit,
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-08-13
อ่านเพิ่มเติม
7. Reuni Empat Sahabat
Cherry menyesap air mineral yang ia pesan dan merasakan dingin menukik ke ubun-ubun kepalanya. Sepertinya harus mengurangi minum minuman dingin-dingin, nih, pikir Cherry. Di sebelahnya ada Nay yang duduk sambil menyelupkan roti ke dalam sup makaroni yang tersaji. Sahabatnya itu tampak ogah-ogahan menikmati menu yang ia pesan tadi dari Kafe Starlite.“Lo belum cerita kok bisa ya tiba-tiba ke Jakarta?” tanya Cherry. Begitulah ia. Sebaik rasa penasaran hinggap di kepala, ia tidak akan bisa melepaskannya dari usaha mencari tahu.“Bukannya datang ke Jakarta itu biasa? Apalagi lo, Dewi, dan Maria kan sudah tinggal di sini?”Cherry mengamati temannya itu lekat-lekat. “Believe me, Nay! Untuk ukuran lo yang anti sama Jakarta, itu bikin kita takjub.” Ia duduk lebih dekat dengan Nay dan membisikkan, “Nay, lo cuma bawa ransel.”Nay terdiam dan menjatuhkan roti ke dalam sup makaroninya. Cherry meneliti air muka
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-09-16
อ่านเพิ่มเติม
8. Tersesat Dalam Cinta
Cherry ingin menertawakan pertanyaan Maria itu. Tapi, ia batal tertawa. Pasalnya, kalau ia pikir-pikir, ia sendiri tidak tahu apa jawaban yang tepat untuk itu. “Kalau panduannya majalah metropolitan, yang bisa bikin kita merasakan the big O.” “Lo pernah dong, Cher?” Nay bertanya. Nah, ini kenapa ia tidak tahu jawabannya. Ia bukanlah wanita kuno yang tidak pernah bercinta dengan pacar-pacarnya. Tapi, apa tepatnya orgasme yang digembar-gemborkan oleh berbagai media itu, ia tidak tahu. “Kayak gimana, sih? Yang rasanya berdenyut-denyut itu bukan, sih?” katanya asal-asalan. “Katanya sih, saat merasakannya, aliran napas dan jantung kita berhenti sepersekian detik,” sambung Nay. “Rasanya aliran darah mengalir naik terus ke kepala sementara badan kita seperti dialiri aliran listrik ringan yang membuat jantung kita menyerap perasaan bahagia?” Semua orang memandang Maria yang setelah berdiam diri cukup lama jika mereka membicarakan topik
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-09-17
อ่านเพิ่มเติม
9. Keputusan Penting
Cherry terbelalak melihat siapa yang ada di luar yang menuntutnya membuka jendela. Dika Irandi. Cowok yang tadi pagi ia tinggalkan diam-diam. Cowok yang rencananya akan ia putuskan satu atau dua hari ke depan. Cowok yang tidak mampu memuaskannya di tempat tidur. “Buka saja, Cher! Nggak enak kalau tetangga sampai ke luar melihat ribut-ribut gini,” suruh Nay. Cherry menurut. Ia menurunkan kaca jendela. Hanya setengahnya saja. Ia menghindari kemungkinan laki-laki bertindak nekad dengan mencekik lehernya. “Cherry, kenapa?” Gadis itu memalingkan wajah. Inilah salah satu kesulitan dalam berkomitmen. Waktu hubungan itu harus berakhir. Cherry tidak piawai menyusun kata-kata perpisahan sehingga cara yang terbaik menurutnya adalah dengan pergi saja dan mengabaikan yang lainnya. Rupanya, lajang nomor tiga belas di sampingnya itu tidak dapat membaca petunjuk yang ia layangkan tadi pagi. “Aku tadi telepon kamu berulang kali. Tapi nggak diangkat.” “
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-09-18
อ่านเพิ่มเติม
10. Pembantu Rumah Tangga
Seraya mendesah, Dewi menatap Odetta dengan permohonan maaf. Dewi mengangkat bayi Romeo dari boks bayi. Untungnya ketika digendong sebentar, bayi Romeo langsung menghentikan tangisnya. Jika tidak, Ibu Mertua pasti akan segera menghambur ke kamar mereka dan seperti biasa mengomelinya tentang ketidakbecusan Dewi sebagai seorang ibu. Setelah menggantikan popok basah bayinya, Dewi langsung menyerahkan Romeo kepada Anton. Ia tidak mau berlama-lama lagi di rumah ini. Hari ini, sepulang bekerja, ia berencana mencari rumah kontrakan agar bisa segera pergi dari rumah ini. Bisa terbebas dari Anton yang tidak bisa memberinya apa-apa kecuali kemiskinan. Ia mencari Odetta yang duduk meringkuk di sofa di ruang tamu. Ia menunduk dan memeluk Odetta tanpa berkata-kata. Ia berharap putrinya mengerti. Ia akan menjemput mereka saat keadaan sudah membaik. Ia janji! “Dewi….” Anton menggenggam tangan istrinya tersebut. Dewi menepisnya. Setelah mengecup kening Romeo sekilas,
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-09-19
อ่านเพิ่มเติม
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status