Share

32. Hanya Orang Asing

Penulis: Putri Cahaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-07 23:58:30
“Siapa yang wanita yang kau bawa itu Albern?”

Semua orang menoleh ke arah sumber suara, tak terkecuali Naina.

Tak jauh dari posisi mereka, ada seorang wanita tua yang berdiri tegap. Ia masih tampak sehat dan bugar.

Meski terdapat banyak kerutan, wajahnya terlihat masih cantik di usianya yang senja. Pakaian yang dikenakan pun sederhana, tetapi tampak elegan dan pas sesuai usia.

Hanya daster batik panjang dilengkapi dengan kerudung yang menutupi rambutnya. Meskipun begitu, sudah dipastikan harganya bukan kaleng-kaleng.

Naina menebak jika beliau merupakan ibu dari Tuan Albern. Ia mengerutkan keningnya merasa terheran-heran.

Benarkah dirinya akan menjadi perawat untuk wanita tua itu? Namun, beliau kelihatannya masih sehat-sehat saja.

“Apa kau membawa istri baru atau wanita simpananmu ke sini?”

Zelda berdiri dan menghampiri wanita itu. “Bukan, Oma. Dia itu sahabatku.”

Naina tersenyum sopan dan langsung beranjak dari duduknya lantas mencium tangan wanita tua itu dengan taw
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   33. Rencana Perceraian

    “Emm….” Naina mengarahkan kedua bola matanya ke atas tanda berpikir, kemudian menggeleng. “Nggak ada sih. Aku bahkan jarang posting. Paling cuma story aja.”Zelda manggut-manggut paham. “Nanti aku bakal bantu kamu menghapus akunnya, oke?”“Iya, aku serahkan semuanya sama kamu. Asalkan nggak membuatmu repot aja.”Zelda tertawa kecil. “Ya, enggak lah, Naina. Kamu ini masih aja nggak enakan.”Naina hanya membalas dengan senyuman manis saja.“Sebelum ke rencana selanjutnya. Aku mau tanya sama kamu sekali lagi.” Zelda menatap Naina dengan raut wajah serius.“Apa kamu yakin dengan keputusanmu yang akan menggugat cerai Dhafin?” tanyanya. Naina terdiam selama beberapa detik. Ia menarik napas dalam-dalam lantas mengangguk mantap. “Yakin!”“Baiklah, lalu berkas-berkasnya udah siap belum?” tanya Zelda lagi. “Udah ada.” Naina beranjak untuk mengambil dokumen penting dari dalam lemari pakaian yang sudah ditata. Ia lantas menunjukkannya kepada Zelda.“Ini aku udah fotokopi semuanya. Untuk buku ni

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   34. Menyesuaikan Diri

    Naina terbungkam dengan kepala tertunduk. Tebakan Oma Hira sangat tepat sasaran. Ia tidak tahu harus menjawab apa, takut salah bicara yang membuat Oma Hira semakin tidak menyukai. Oma Hira mengangguk paham. “Baiklah, aku mengizinkanmu tinggal di sini selama beberapa hari. Setelah itu, kau harus kembali kepada suamimu. Kalau bisa secepatnya.”Wanita tua itu lantas bangkit dari duduknya karena telah menyelesaikan makan malam. “Oma pamit ke kamar duluan. Selamat malam.”“Tapi Oma–”Ucapan Zelda terpotong ketika Oma mengangkat sebelah tangannya kemudian berlalu meninggalkan meja makan. “Ibu memang sangat membenci yang namanya perceraian,” ucap Tuan Albern lantas ikut beranjak pergi.Deg!Naina semakin menunduk seraya meremas jemarinya yang berkeringat. Hatinya mencelos. Sama seperti Tuan Albern, Oma memintanya kembali kepada Dhafin. Namun, dirinya sungguh-sungguh tidak ingin kembali. Mendengar namanya saja ia sudah bergetar ketakutan.Zelda menggenggam tangan Naina. “Oma bilang sepert

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   35. Pagi Pertama

    “Kan Mbak Nai udah klarifikasi,” ucap Mira menyahuti ucapan Gayatri sebelumnya. “Tapi berita itu memang ndak bener kan, Mbak?” tanya Gayatri kepada Naina untuk mengonfirmasi langsung. “Tidak! Saya difitnah,” jawab Naina tegas membuat semuanya mengucapkan syukur serentak.“Iya, sih. Tuan Albern nggak mungkin membawa seseorang tanpa tau seluk-beluknya. Kita aja masuk ke sini pakai seleksi ketat,” timpal Arum.“Udah, nggak usah bahas masalah itu. Kasihan Mbak Nai jadi keingat,” kata Mira.Naina tersenyum. “Makasih pengertiannya.”“Sama-sama, Mbak Nai,” balas mereka bebarengan kemudian melanjutkan kegiatannya untuk memasak sarapan.“Kalian mau masak apa? Boleh saya membantu?” tanya Naina menawarkan bantuan. Ia melihat mereka yang sepertinya sudah memiliki tugas masing-masing.“Jangan, Mbak, ndak usah,” tolak Gayatri.Seketika, raut wajah Naina berubah sedih. “Kenapa? Apa kalian takut makanannya akan saya kasih racun?”Wanita itu kembali teringat kejadian dimana dirinya dituduh memasukka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   36. Sore Bersama Oma

    “Mbak Nai mau pergi ke sana sendirian atau perlu diantar?”Pertanyaan dari Mira itu membuat Naina sedikit tersentak. “Diantar saja, saya takut kesasar. Tunggu, ya, Mbak. Saya bersiap-siap dulu.”Tak membutuhkan waktu lama, Naina sudah selesai. Ia menutup pintu kamarnya lalu mengikuti langkah Mira menuju arah kolam renang.Selama perjalanan, Naina memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan dihadapinya ketika bertemu dengan Oma Hira. Ia menjadi overthinking sendiri. Apakah Naina melakukan kesalahan lagi? Apakah Oma Hira akan berubah pikiran dan malah mengusirnya? Kalau itu beneran terjadi, bagaimana selanjutnya?“Mbak Nai nggak perlu khawatir. Oma nggak gigit kok. Saya tadi melihat raut wajah Oma kelihatannya bersahabat. Insyaallah, aman,” kata Mira.Naina tidak menyahut. Ia masih terlarut dalam pikirannya sendiri.Sampai di teras samping rumah, Mira menunjuk ke arah satu gazebo yang sudah ditempati Oma Hira.“Itu Oma di sana. Kalau gitu saya pamit, ya. Semangat, Mbak Nai,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   37. Bayangan Masa Lalu

    “Saya merasa tidak aman, Oma. Sudah cukup putra saya yang menjadi korban.” Naina mengangkat kepala membalas tatapan Oma Hira.“Saya tidak ingin anak yang ada dalam kandungan saya ini bernasib sama dengan kakaknya. Saya ingin menyelamatkan diri dulu,” ujarnya seraya mengusap perut.Oma Hira menangguk paham. Sorot matanya terlihat sendu. “Apa karena itu kau ingin bercerai, Nak?”“Iya, Oma.”Oma Hira memegang tangan Naina. “Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik? Apalagi kan kamu sedang hamil.” Naina menggeleng dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Saya merasa lelah, Oma. Mas Dhafin menerima perjodohan dengan Freya, mantannya.”“Mereka bahkan akan melangsungkan pertunangan dalam waktu dekat. Mas Dhafin sangat mencintai Freya.”“Saya ini hanya istri pengganti yang hanya dijadikan bayang-bayang masa lalunya. Saya tidak lagi dibutuhkan. Selain itu…”Dengan suara bergetar menahan tangis, Naina pun menceritakan semua perlakuan yang ia dapatkan selama berada di rumah mertuanya. Rasa sesak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   38. Tanda Tangan

    “Naina, apa kamu yakin ingin bercerai dari Dhafin, Nak? Pikirkan sekali lagi. Oma nggak ingin kamu menyesal nantinya.”Naina menatap lekat-lekat kertas yang berisi gugatan cerai di tangannya. Ia membaca satu-perasatu kalimat yang tertera di sana. Hari yang dinanti pun tiba. Hari dimana Naina harus menandatangani surat perceraian yang dirinya ajukan beberapa hari yang lalu. Ia memejamkan mata sejenak lalu menarik napas dalam-dalam. “Yakin, Oma, karena ini kutunggu-tunggu.”Naina meletakkan kertas itu di atas meja kemudian meraih bolpoin bertinta hitam di dekatnya. Jantung yang berdetak sangat cepat membuatnya dilingkupi rasa gugup luar biasa.Saat akan membubuhkan tanda tangan, tangannya tremor dan gemetaran hebat. Keringat dingin membasahi wajahnya disertai napas yang terdengar memburu.Zelda segera memegang tangan Naina dan meletakkan bolpoin. “Ada apa denganmu, Nai?” tanyanya panik.Naina menggeleng. Ia juga tidak mengerti kenapa tubuhnya bereaksi sedemikian rupa. Perasaannya tib

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   39. Ingin Bekerja

    “Taraaa....!”Zelda menunjukkan satu box berisi ponsel baru dengan merek terkenal lantas menyerahkannya pada Naina.Naina tentu saja sangat terkejut saat menerima box itu. “Ini....”“Ponsel baru untukmu. Biar kita bisa komunikasi lagi,” sahut Zelda penuh semangat dan antusias.Beberapa hari tinggal di sini Naina memang sama sekali tidak memegang ponsel. Ponsel lama sudah benar-benar ia nonaktifkan setelah selesai menghapus akun sosial medianya.“Suka nggak?”Naina mengangguk menjawab pertanyaan Zelda. “Ini pasti mahal banget. Berapa harganya? Nanti aku akan ganti.”Zelda menggeleng. “Nggak usah. Ini memang sengaja aku belikan untukmu.”“Nggak enak aku, Zel. Kamu udah bantu aku banyak banget. Pokoknya yang ini aku mau menggantinya.”Zelda menggenggam tangan Naina. “Aku ikhlas, Nai. Anggaplah ini sebagai hadiah atas kehamilanmu dan kamu yang udah bertahan sejauh ini.”Naina tetap menggeleng dan mengembalikan ponsel itu pada Zelda. “Aku nggak mau menerimanya dengan cuma-cuma.”“Udahlah,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   40. Morning Sickness

    “Jangan-jangan apa?” “Jangan-jangan memang bukan kamu yang mengidam, tapi si Dhafin,” tebak Zelda. Naina terperangah tidak percaya. “Hah?! Kok bisa?” “Bisa! Kan di luar sana, ada kasus yang seperti itu. Dimana istri yang hamil, tapi suami yang merasakan ngidam. Masa nggak tau?” “Ya, aku tau. Maksudnya, itu kan terjadi karena rasa empati suami pada istrinya. Sedangkan aku? Kamu tau sendiri hubunganku sama Mas Dhafin gimana.” Naina menyangkal perkataan Zelda yang menurutnya sangat tidak masuk akal itu. Namun, Zelda tetap keukeuh dengan praduganya. “Bisa jadi loh, Nai, buktinya kamu nggak merasakan apa-apa kan?” Naina menghela napas lelah. “Aku nggak merasa ngidam bukan berarti berpindah ke Mas Dhafin, Zelda. Mustahil Mas Dhafin mengalami yang namanya ngidam.” “Nggak ada yang mustahil kalau Allah udah berkehendak, Nak. Mungkin dari luar suamimu tampak cuek dan nggak peduli. Tapi dalam hatinya, siapa yang tahu?” Oma Hira yang sedari tadi hanya diam kini angkat suara mengemukakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11

Bab terbaru

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   206. Tanggal Lahir yang Sama

    “Apa? Jadi, Bu Linda sudah mengetahuinya?”Florence mengangguk membenarkan. “Aku tau informasi ini dari mantan ART yang pernah bekerja di sana.”“Dia bekerja bareng bersama Ibu Sekar, tapi waktu masuk dan keluarnya lebih lama. Setelah mengetahui perbuatan suaminya, apa Bu Linda bakal diam aja?”Ia menggeleng pelan. “Tentu, tidak. Dia bahkan berencana melakukan sesuatu terhadap bayinya Ibu Sekar. Tapi aku belum tau apa yang dilakukannya.”“Ini aku masih berusaha mencari tau dengan mengakses ke dalam rumah sakit tempat Lora dilahirkan,” katanya.Grissham menatap Florence tanpa berkedip. Ia merasa kagum dengan perempuan ini yang bertindak sangat cekatan bahkan lebih cepat dari dirinya. Memang benar, perempuan kalau sudah kepo jiwa detektifnya melebihi Badan Intelijen Negara. “Waw! Bagaimana bisa kau mendapatkan semua informasi itu?”Florence terkekeh kecil. “Ada deh. Aku pastikan semua informasi ini akurat, no hoax.”Ia lantas menoleh ke arah Grissham yang masih menatapnya lalu memukul

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   205. Saudara Satu Ayah

    Selama melakukan penyelidikan tentang jati diri Lora, Grissham memang dibantu oleh Florence.Masih ingat siapa itu Florence? Benar, perempuan itu adalah putri tunggal dari pasangan Pak Raynald dan Dokter Radha. Awal mula Grissham mengenalnya ketika ia ingin membangun perusahaan cabangnya di negara ini yang otomatis membutuhkan seorang arsitek. Ayahnya sendiri yang merekomendasikan Florence yang sangat handal dalam bidang tersebut selain karena anak dari sahabatnya.Singkat cerita mereka pun akhirnya saling bekerja sama untuk membangun gedung kantor Garfield Technology Company yang tak kalah megahnya dengan kantor pusat di luar negeri. Keduanya pun sempat putus kontak hingga beberapa minggu kemarin mereka kembali bekerja sama untuk mencari tahu semuanya tentang Lora. Florence yang pertama kali menawarkan dan membuat Grissham sendiri merasa aneh. Mungkin ada maksud terselubung, tetapi… entahlah. “Sebenarnya aku masih tidak mengerti, mengapa kau ikut menyelidiki tentang Lora?” tanya

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   204. Merasa Diteror

    Freya melemparkan tasnya ke lantai setelah tiba di kamar. Wajahnya memerah menahan amarah yang meluap-luap dalam dirinya. Teringat kembali kejadian tadi ketika salah satu brand yang selama ini menjalin kerja sama dan menjadikannya sebagai brand ambassador tidak lagi memperpanjang kontrak.“Maaf, Mbak Freya, kami tidak bisa lagi memperpanjang kontrak ini,” ucap kepala pemasaran ketika Freya mendatangi ruangannya.“Tapi kenapa, Pak? Bukankah sebelumnya Bapak bilang akan terus menjadikan saya sebagai brand ambassador selamanya? Kenapa tiba-tiba jadi seperti ini?” tanya Freya sekaligus protes.Kepala pemasaran itu menghela napas. “Ini sudah menjadi keputusan pemilik brand ini. Jadi, saya hanya menjalankan perintah sesuai prosedur saja.”Freya menggeleng tidak terima. “Nggak bisa begitu dong, Pak. Bapak tidak bisa memutuskan hal ini tanpa persetujuan saya.” “Maaf, Mbak Freya, saya tidak bisa membantu banyak,” balas pria itu. Raut wajahnya yang biasa ramah kini terlihat datar dan terkesan

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   203. Harga Diri yang Tercoreng

    “Dhafin!”Dhafin yang semula sedang fokus membaca berkasnya mendongak guna menatap sang ayah. Ia mengernyit heran melihat raut wajah Pak Daniel yang kurang bersahabat.Pria itu pun bangkit berdiri disertai senyum tipis untuk menyambut kedatangan ayahnya. “Papa, ada apa ke ruanganku?”Plak! “Dasar ceroboh!” hardik Pak Daniel setelah menampar keras pipi putranya.Dhafin memegang pipinya bekas tamparan sang ayah. Kepalanya yang tertoleh kembali menghadap ke arah Pak Daniel dengan pandangan heran sekaligus tidak menyangka. “Pa? Kenapa Papa menamparku?” tanyanya.Pak Daniel menudingkan jari telunjuknya ke depan. “Kau benar-benar ceroboh, Dhafin! Bagaimana bisa kau sampai tidak tahu kalau Grissham itu putranya Albern, hah?!”Rupanya berita tentang Grissham yang merupakan anak dari Pak Albern sudah sampai ke telinga Pak Daniel. Pernikahan Zelda yang digelar besar-besaran beberapa hari yang lalu itu memang sangat menghebohkan publik. Jati diri seorang Zelda yang merupakan putri tunggal da

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   202. Fakta Mengejutkan

    Hari ini merupakan hari spesial bagi Zelda dan Evan, di mana mereka akhirnya melangsungkan pernikahan yang sudah lama ditunggu-tunggu. Pesta pernikahan keduanya berlangsung sangat megah dengan mengundang banyak tamu undangan. Maklum Zelda adalah putri tunggal keluarga Steward sehingga Pak Anton dan Bu Kayla tidak tanggung-tanggung dalam mengadakan pesta ini. Pak Albern pun ikut membantu sekaligus menjadi perwakilan dari pihak Evan yang sudah tidak mempunyai orang tua maupun sanak saudara. Di pernikahan ini, Lora berperan sebagai bridesmaid bersama dengan teman Zelda yang lain. Ia kini tampil sangat cantik dengan balutan seragam bridesmaid pilihan sahabatnya. Si kembar pun memiliki peran tak kalah pentingnya dengan sang ibu. Kedua balita itu menjadi pengiring pengantin ketika berjalan menuju tempat pelaminan.“Sayang, ayo, beri selamat ke Onty El,” ucap Lora kepada putrinya dengan badan membungkuk. Ia mengangkat Zora ke dalam gendongannya agar lebih mudah berinteraksi. “Celamat,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   201. Tentang Ibu Kandung Lora

    Lora mengangguk lantas menyandarkan tubuhnya di sofa. “Ibu Tari bilang, Bapak udah menuntut keadilan atas kecelakaan ini. Tapi pihak kepolisian menolak mentah-mentah.”“Kami hanya orang kecil yang nggak punya kuasa untuk melawan. Akhirnya, kasus ini dipaksa damai dan ditutup begitu saja. Si supir taksi itu pun bebas dari hukuman dan hanya membayar denda aja.”“Ibu Tari juga bilang semenjak itu sifat Bapak juga berubah. Lebih banyak diam seperti menanggung banyak beban. Ketika ditanya bilangnya baik-baik saja.”“Ibu Tari merasa Bapak menyembunyikan sesuatu, tapi nggak tau tentang apa itu. Hingga di akhir hayatnya, Bapak sama sekali nggak cerita apa-apa.”“Setelah seratus harinya Bapak, Ibu Tari mengajakku pindah ke kota dan bekerja di rumah Freya,” ceritanya panjang lebar sambil mengingat kembali apa saja yang diceritakan oleh almarhumah ibu angkatnya semasa hidup.Grissham terdiam mendengarkan semua cerita Lora sambil sesekali mencatat poin penting yang langsung dikirimkan kepada oran

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   200. Bukan Kecelakaan Biasa

    Dhafin menggenggam tangan Lora yang terkepal dan mengusapnya lembut. “Iya, aku mengerti. Aku juga nggak setuju dan menolak keras usulan Papa itu. Azhar juga masih balita yang secara hukum hak asuh jatuh kepada ibunya.” Lora menarik tangannya seraya tersenyum sinis. “Tumben nggak nurut-nurut aja. Bisanya apapun perkataan orang tuamu selalu kamu patuhi dan sangat berbaki sebagai anak yang baik,” sindirnya.“Itu kan dulu. Sekarang aku nggak ingin mengulang kesalahan yang sama,” balas Dhafin. Ia sebenarnya juga menyesali sikapnya dahulu yang terlalu patuh dan tidak bisa tegas.“Bagus deh kalau kamu udah sadar dan nggak gampang terpengaruh.” Lora mengedikkan bahunya tak acuh. Dalam hati, ia sangat bersyukur Dhafin tidak memenuhi permintaan orang tuanya. Bila itu terjadi, dirinya harus menyiapkan tenaga ekstra untuk melawan keluarga Wirabuana di meja hijau dan pastinya tidak akan mudah.Lora meminum jusnya yang tinggal setengah lantas kembali memusatkan perhatiannya pada Dhafin. “Aku bers

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   199. Penjelasan Lengkap

    Sore ini, Lora sedang menunggu kedatangan Dhafin di restorannya cabang dua yang sudah mulai dibuka. Ia mengedarkan pandangan menatap para pengunjung yang silih berganti masuk. Meskipun tidak seramai dulu, tetapi baginya sudah cukup membuktikan bahwa restoran ini kembali diterima oleh publik.Wanita yang mengenakan cardigan rajut warna merah muda dengan bawahan rok berwarna putih itu beralih menatap jam tangannya. Sudah sepuluh menit berlalu sejak ia datang ke sini. Namun, belum ada tanda-tanda Dhafin akan datang padahal jarak kantornya ke restoran ini pun tidak terlalu jauh.Lora menghembuskan napas kesal. Dhafin yang membuat janji, tetapi pria itu juga yang telat. Ia bahkan sampai meninggalkan putrinya bersama dengan Grissham yang datang berkunjung sebelum dirinya berangkat tadi. Kalau dalam waktu tiga puluh menit Dhafin belum datang juga, ia akan meninggalkan restoran ini dan kembali ke rumah sakit.Sebenarnya, Lora juga tidak ingin menerima ajakan Dhafin untuk bertemu. Namun,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   198. Pelukan Seorang Ibu

    Dokter Radha melipat tangannya di atas meja. “Dokter Livia dipindah tugaskan di rumah sakit daerah kota Semarang. Beliau yang menunjuk Tante secara langsung untuk menjadi dokternya Dek Zora.”“Kebetulan Tante ini dokter spesialis anak yang khusus penyakit jantung, jadi pas banget bisa menangani Dek Zora. Tante juga baru dipindahkan ke rumah sakit ini. Ya, sekitar semingguan lah,” jelasnya.Lora manggut-manggut paham. “Tapi Dokter Livia nggak bilang apa-apa ke aku tentang masalah ini, Tan.”“Mungkin belum sempat. Kan pindah tugas juga butuh banyak persiapan. Nanti pasti dikabarin kok. Atau nggak kamu yang tanya duluan,” balas Dokter Radha.Lora mengangguk patuh. “Iya, Tante, nanti aku akan menghubungi Dokter Livia.”Selanjutnya, mereka berdua membahas tentang masalah penyakit Zora. Dokter Radha yang sudah terbiasa menangani pasien penyakit jantung memberikan tips agar penyakit Zora tidak mudah kambuh. Obrolan keduanya pun mengalir hingga ke pribadi bahkan sampai bertukar nomor ponsel

DMCA.com Protection Status