Chapter: 180. Bukti yang Terkumpul“Ingat perjanjian kita. Kalau sampai restoran itu bangkrut, saya akan mengambil kembali peninggalan ibu saya dan tidak mengizinkanmu mengelolanya lagi.”Lora menelan salivanya susah payah. Tangannya berkeringat dingin dan sedikit gemetaran.Ia dilanda gugup yang luar biasa hingga tanpa sadar mengeratkan genggaman tangan pada jemari Grissham. “Lora.” Suara Pak Albern kembali terdengar memanggil namanya.Lora berdehem sejenak untuk mengurangi kegugupannya. “I-iya, Om. Saya... saya ingat perjanjian itu. Saya tidak akan membiarkan Restoran Star Shine jatuh.”“Ayah tenang saja. Kami semua saling bekerja sama untuk mengatasi semua masalah ini dan memulihkan kembali nama baik restoran,” timpal Grissham dengan suara sedikit keras.“Aku juga tidak akan tinggal diam dan membiarkan restoran peninggalan Oma hancur begitu saja.” Laki-laki itu melepaskan genggaman tangannya pada Lora lantas memegang persneling. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan agar bisa fokus membantu Lora dalam menjawab
Terakhir Diperbarui: 2024-12-11
Chapter: 179. Saling Bekerja SamaZelda mengedarkan pandangan menatap orang-orang yang berada di ruangan ini bermaksud meminta pendapat mereka.Grissham menjentikkan jarinya. “Ide bagus. Saya setuju dengan usulanmu. Nanti saya akan bilang ke Ayah terkait hal itu.”Zelda tersenyum puas. “Ini juga menguntungkan untuk si anak karena Rumah Sakit Medika Utama kan menjadi salah satu rumah sakit swasta terbaik dengan pengobatan yang sangat bagus.”Grissham mengangguk setuju. “Betul sekali. Kita lanjutkan, ya.”Ia beralih menatap Mira di seberangnya. “Mira, besok kau pergi ke restoran kedua untuk menemui waiter yang bersangkutan dan dengarkan cerita selengkapnya.”“Cek juga CCTV di hari kejadian itu berlangsung. Video yang tersebar hanya sepotong saja sehingga semua orang tidak tahu cerita awalnya bagaimana. Kuncinya di sini,” titahnya.“Baik, Pak, besok saya yang akan ke sana,” balas Mira.“Lalu untuk yang ke restoran ketiga….” Grissham menatap orang terdekatnya bergantian.Evan yang duduk di samping Zelda mengangkat tangann
Terakhir Diperbarui: 2024-12-10
Chapter: 178. Mencari Solusi Bersama“Kau pulangnya bersama Pak Dhafin?” Suara Grissham terdengar terkejut. Mungkin tidak menyangka Lora bisa bersama mantan suaminya.“Oh, baiklah. Pulangnya hati-hati, ya. Kalau bisa, kau langsung ke restoran saja. Di sini ada aku, Mira, Zelda, dan Evan. Nanti kita cari solusi bersama-sama,” katanya.“Iya, Kak. Aku memang niatnya langsung ke restoran,” balas Lora.“Baiklah, kami tunggu. Kau yang tenang, ya. Ingat, kau tak sendirian. Ada kami yang akan membantumu, hm?” ujar Grissham dengan suara yang teduh sekaligus menenangkan.“Iya, Kak.” Lora mengangguk kecil meskipun tahu Grissham tidak bisa melihatnya. Setetes air jatuh dari kelopak matanya tanpa bisa dicegah dan dengan segera ia menghapusnya.Panggilan telepon pun berakhir.Lora menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi rasa sesak dalam dadanya. Benar kata Grissham, ia harus tenang agar bisa mencari solusi dengan kepala dingin.Dhafin yang melihat itu sedikit banyak merasa cemburu dan iri. Sejak tadi Lora enggan berbicara padanya.
Terakhir Diperbarui: 2024-12-10
Chapter: 177. Kembali Viral[Restoran yang sebagus itu ternyata dalamnya cuma gimmick doang][Percuma makanan enak, tapi ada racunnya][Udah ada dua korban. Dan mungkin aja masih ada korban lain yang belum speak up][Jadi takut buat makan di sana. Entar jadi korban selanjutnya lagi][Mending tutup aja sih kalau kata gue mah. Percuma juga, nggak bakal laku lagi][Jangan-jangan ramainya karena penglaris lagi. Terus sekarang memakan korban. Hiii... serem. Nggak lagi deh makan di sana][Belum pernah makan di sana dan pengen banget nyoba. Tapi setelah tau berita ini, nggak jadi deh][Sumpah! Ini restoran terburuk yang pernah gue temui][Dapurnya pasti jorok tuh. Ewh 🤮][Katanya punya pelayanan yang bagus. Pelayanan bagus apaan yang membentak anak kecil?][Gue nggak bisa bayangin gimana perasaan si ibu melihat anaknya dibentak di depan umum][Kalau capek istirahat dulu, Mbak. Jangan malah melampiaskan ke anak kecil yang nggak tau apa-apa][Tolong dong, itu waitersnya didisiplinkan biar nggak semena-mena sama pelangga
Terakhir Diperbarui: 2024-12-09
Chapter: 176. Layaknya Keluarga UtuhDhafin menelan salivanya susah payah lalu menatap anak-anaknya yang tampak senang. Ia tidak punya pilihan lain selain pasrah membuka mulut dan menerima suapan makanan dari Lora. “Aemmm…. Enak kan, Papa?” Lora tertawa puas melihat Dhafin yang kesusahan mengunyah makanan itu.Rasakan! Siapa suruh jahil.Dhafin menatap Naina kesal dengan mulut yang penuh. Meskipun begitu, ia tersenyum tipis melihat Lora dan anak-anaknya tertawa bahagia.Pria itu merasa dejavu karena pernah mengalami ini sebelumnya. Bayangan ketika dirinya disiapi bakso jumbo oleh Lora kembali terngiang. Ia tersenyum kecil mengingatnya.Hari kelima liburan, Lora mengajak anak-anak ke kebun binatang. Bedanya kali ini ada Dhafin yang ikut bersama mereka. Tujuan utama mengajak ke tempat ini adalah sebagai pembelajaran agar anak-anak bisa melihat secara nyata visualisasi hewan-hewan, bukan hanya lewat gambar atau video saja.Mereka berjalan beriringan dengan Dhafin yang menggendong Zora dan Lora yang menggandeng Azhar. Suda
Terakhir Diperbarui: 2024-12-08
Chapter: 175. Kejahilan DhafinLora menarik napasnya berusaha sabar. “Iya, Nak, tapi mandi dulu. Tadi kalian habis main air dari kolam terus nggak bilas. Badannya bisa gatal-gatal loh.”“Mandi dulu, yuk, Sayang. Habis mandi kalian boleh main sama Papa sepuasnya,” bujuknya tanpa menyerah.“Mau ndi ma Papa,” balas mereka seakan memberikan penawaran.Lora sedikit terkejut mendengar permintaan anaknya yang semakin nyeleneh lalu menggeleng. “Nggak boleh, Nak. Mandi sama Mama aja, ya.”“Ndak mau! Ndak mau! Ndak mau!” Dua bocil itu merengek seraya menggeleng ribut tanda-tanda akan tantrum.“Azhar! Zora! Nurut atau Mama marah,” ucap Lora tegas lantas menatap Dhafin yang hanya diam saja. “Bantuin bujuk kek. Gara-gara kamu nih.”Dhafin kembali berlutut untuk menyesuaikan tinggi si kembar. “Kalian mandi dulu, ya, sama Mama. Papa nggak akan kemana-mana kok. Setelah mandi, Papa janji akan mengajak kalian jalan-jalan sore di sekitar villa. Mau?”Si kembar mengangguk antusias. “Mau, Papa.”“Baiklah, sekarang kalian masuk kamar te
Terakhir Diperbarui: 2024-12-08
Chapter: Extra Part 3 : Dadah, Aarash“Anak bungsu lo. Jadi, kami bisa mengasuhnya dari bayi biar berasa punya baby newborn,” jawab Kahfi seraya menatap intens ke arah Dedek Aya di pangkuan ibunya. “Nggak boleh!” sahut Azwa langsung. Dia memeluk bayi perempuannya posesif. “Dedek Aya nggak bisa jauh dari Azwa karena dia butuh banget ASI eksklusif.” “Putri gue ini kayak masnya Wafa yang punya alergi susu formula. Nutrisinya harus dari ASI, nggak boleh dari yang lain,” timpal Aufal ketika melihat Kahfi yang ingin bersuara. “Mungkin bisa pakai ASI perah, tapi kan rumah lo ada di Jakarta. Nggak mungkin lo bolak balik Jakarta-Semarang cuma untuk mengambil ASI perah doang.” “Gue tau, lo nggak segabut itu. Kalau misalnya lo tinggal di kota ini, mungkin permintaan lo bisa kami pertimbangkan. Ya kan, Dek?” Pria itu menoleh ke arah istrinya meminta pendapat. Azwa mengangguk setuju karena memang itulah alasan utamanya. “Dedek Aya punya alergi cukup serius, jadi nggak bisa makan atau minum sembarangan.” Kahfi menyandarkan tubuh
Terakhir Diperbarui: 2024-05-29
Chapter: Extra Part 2 : Permintaan Kahfi“Fal, lo kan udah punya empat anak, sedangkan gue, satu aja belum punya. Boleh nggak kalau gue adopsi salah satu anak lo?” tanya Kahfi.“Apa? Lo gila?!” Aufal membelalakkan mata terkejut. Tangannya mengepal geram mendengar permintaan tak masuk akal Kahfi. “Gue masih sangat sanggup membesarkan dan mengasuh anak gue sendiri,” balasnya ngegas.“Gue tau.” Kahfi mengalihkan pandangannya ke depan. “Gue benar-benar ingin mengasuh anak lo, Fal. Gue pengen banget ngerasain gimana rasanya menjadi orang tua.”“Kenapa lo tiba-tiba berpikiran kayak gitu?” tanya Aufal dengan nada lebih rendah. Dia merasa, permasalahan yang Kahfi hadapi tidak sesederhana itu.Kahfi menghela napas panjang dan kembali menatap Aufal. “Lo pasti tau, permasalahan yang selama ini gue hadapi itu apa. Tentang anak yang sampai detik ini belum hadir diantara kami.”“Dan sekarang muncul masalah baru. Khanza desak gue buat menikah lagi agar bisa mendapatkan keturunan. Padahal gue sama sekali nggak masalah kalau nggak ada anak,
Terakhir Diperbarui: 2024-05-28
Chapter: Extra Part 1 : Keluarga Kecil Aufal“Astaga! Kenapa kalian berantakin lagi?!” Azwa memekik terkejut melihat mainan yang kembali berserakan padahal sebelumnya sudah dibereskan agar mudah disapu. Baru ditinggal sebentar untuk menyapu halaman rumah, anak-anaknya kembali berulah. Dia menatap satu-persatu ketiga anaknya yang hanya diam mematung. “Bunda kan udah bilang sebelumnya, jangan diberantakin lagi. Mau Bunda sapu lantainya. Kalau ingin main lagi, nanti aja habis Bunda nyapu,” omelnya. “Kalau kayak gini, Bunda jadinya kerja dua kali. Kalian kan udah berkali-kali Bunda bilangin, habis main itu dibereskan mainannya biar rapi dan nggak kececeran.” Azwa masih terus mengomeli anak-anaknya yang kini menunduk takut. Wanita itu menyandarkan sapu di dinding. Dia hendak membereskan lagi mainan mereka dan memasukkannya ke dalam keranjang. Baru satu mainan yang masuk, terdengar suara tangisan bayi berasal dari dalam kamarnya. Azwa menghela napas lelah lalu menatap putra-putrinya. “Bunda nggak mau tau pokoknya kalian bereska
Terakhir Diperbarui: 2024-05-27
Chapter: 155. Cinta Masa Depanku [End]“Kenapa, Sayang? Papa ingin peluk Aarash loh.” Azwa mengusap lembut rambut Aarash. Dia sangat mengerti bila putranya sudah seperti ini. “Aarash takut?” tanyanya yang dijawab anggukan oleh Aarash. “Nggak papa, Nak. Papa itu orangnya baik kok. Papa sayang banget sama Aarash.” Aarash tetap menggeleng dan malah berlari menuju opanya menyusul kedua saudaranya yang lebih dulu ke sana. Azwa menghela napas dan tersenyum tidak enak kepada Aufal. “Namanya Aarash Nazhief Putra Ar-Rasyid kembarannya Aresha. Dia memang begitu kalau sama orang baru. Harap maklum, ya, Mas,” ucapnya. “Nggak papa, Dek. Mas mengerti kok. Mereka pasti bingung dengan kehadiran Mas. Nggak pernah bertemu wajar kalau merasa asing dan takut,” balas Aufal. Azwa memandang sendu Aarash yang sedang bercanda dengan Papa Wirya. “Aarash mengalami yang namanya speech delay, Mas, membuat dia lebih banyak diam. Dia mengerti bahasa yang kita ucapkan.” “Tapi, untuk mengucapkannya sendiri dia agak kesulitan kalau nggak dipan
Terakhir Diperbarui: 2024-05-26
Chapter: 154. Ini Papa, NakBukan hanya Azwa saja yang terkejut, melainkan orang tua Aufal pun tak kalah kagetnya. “Yang bener kamu, Andra? Sejak kapan?” tanya Mama Erina. “Beneran, Tante. Kami udah menikah empat tahun yang lalu,” jawab Andra. Aufal terkekeh kecil melihat respons mereka. “Aufal awalnya juga sangat kaget sama kayak kalian. Pasalnya setau Aufal, Andra ini benci banget sama Sheilla. Eh, nggak taunya malah udah nikah dan punya anak.” “Gue kemakan omongan sendiri, Fal. Dari yang mulanya benci banget berubah jadi cinta. Sekarang mah kami saling mencintai bahkan udah bucin. Iya kan, Sayang?” Andra mengedipkan sebelah matanya pada Sheilla bermaksud menggoda. Sheilla membalas dengan mata melotot sambil mencubit keras pinggang suaminya lalu kembali tersenyum ke arah semua orang. “Pernikahan kami ini sebenarnya masih ada kaitannya sama kondisi Aufal yang koma,” timpalnya. Dia berdehem sejenak dan memperbaiki posisi duduknya untuk memulai bercerita. “Jadi, gini. Kami sebetulnya udah dekat sejak Azwa
Terakhir Diperbarui: 2024-05-25
Chapter: 153. Tentang Kecelakaan Itu“Nggak, Dek, nggak ada perceraian diantara kita.” Aufal masih terus membujuk Azwa agar bersedia mendengarkan penjelasannya. Dia bahkan sampai berlutut di depan pintu kamar Azwa dengan kening yang menyentuh daun pintu. “Mas mohon, buka pintunya, Sayang. Beri Mas kesempatan buat menjelaskan semuanya ke kamu. Tolong, Dek,” ucapnya dengan suara yang semakin parau. Di dalam kamar, Azwa yang duduk di balik pintu menutup mulutnya rapat-rapat guna meredam suara isaknya. Dia sebenarnya tidak tega mendengar nada melas dan parau milik Aufal. Namun, dirinya belum siap apabila penjelasan itu tidak sesuai harapannya. “Pergilah, Mas.” “Mas nggak akan pergi sebelum kamu membuka pintu. Mas akan menunggumu sampai kamu mau mendengarkan penjelasan Mas,” balas Aufal. Azwa tidak sampai hati membiarkan Aufal terus berada di sana dan memohon seperti itu. Dia mengusap air matanya, menarik napas dalam-dalam, sebelum bangkit berdiri. Tangannya memutar kunci lalu membuka pintu kamarnya. Aufal juga ikut be
Terakhir Diperbarui: 2024-05-24