"Kamu menuduhku ular, tapi justeru sebaliknya kamu sendiri yang ular Ratna!" ucap Mira, saat mengetahui perempuan itu tengah di gandeng seorang laki laki botak di sebuah pusat perbelanjaan.
Perempuan yang dipanggil Ratna menoleh, namun tak terkejut dengan siapa berhadapan kini.
"Mira, lalu apa bedanya aku sama kamu!? Kamu juga sering bertemu dengan laki laki itu bukan!?" sahut Ratna.
"Kita berbeda Ratna! Kamu sengaja meninggalkan suamimu yang lumpuh demi kepuasan, sedang aku ditinggalkan suamiku demi sebuah keturunan. Jadi jangan samakan aku denganmu!" dengan kesal Mira menunjuk wajah Ratna.
"Siapa perempuan ini sayang?" tanya laki laki disamping Ratna.
"Oh dia, hanya perempuan yang menjadi gila karena ditinggal suaminya menikah lagi!" sahut Ratna sambil tersenyum mencibir.
"Pergi kau, jangan ganggu istriku!" hardik laki laki itu pada Mira.
Mira yang mendengarnya tentu saja terkejut, tak menyangka dengan jawaban laki laki itu.
"Istri anda bilang!? Dengarkan ya, Ratna ini kakak iparku. Suaminya lumpuh dan sering ditinggalkannya bersama laki laki lain demi sebuah kepuasan, dan sekarang anda mengakuinya sebagai istri? Istri darimana?" tanya Mira heran.
"Aku berani mengakuinya sebagai istri karena kami menikah siri satu bulan yang lalu!"
Mira terkejut mendengar pengakuan laki laki itu, apa iya? Tapi mana mungkin?
"Anda kira aku anak kecil yang bisa dibohongi begitu saja? Memangnya anda punya buktinya?" sahut Mira tak percaya.
Laki laki disamping Mira membuka ponselnya, lalu menunjukkan sebuah gambar, Mira mengamatinya dan tersenyum.
"Sekarang kamu percaya bukan jika kami menikah siri?" kembali laki laki itu berahta pad Mira.
"Gambar bisa saja di edit menyerupai siapapun, dan aku meragukan gambar itu!"
Ratna yang ada didepan Mira wajahnya terlihat pucat, entah apa yang ada dalam benaknya.
"Kamu terlihat takut? Jadi benar dugaanku jika foto itu hanya editan bukan?" imbuh Mira tersenyum mencibir.
"Jangan asal bicara kamu Mira! Aku bisa saja mengadukanmu pada laki laki lumpuh itu! Ingat, laki laki itu tak ubahnya diri dalam hidupku!"
"Oya!? Apa kamu lupa!? Berapa banyak harta Mas Ramlan yang kamu habiskan dengan laki laki lain termasuk dia! Tak terhitung! Ingat Ratna, karena itu ada dan sebentar lagi kamu akan menuai hasilnya. Ingat itu!"
"Berani sekali kamu menyumpahiku? Memangnya kamu siapa? Tuhan?"
"Dan kamu tuan, kamu bukan satu satunya laki laki yang pernah tidur sama dia! Jadi jika kamu menikah siri sebabnya, sungguh memalukan menikahi perempuan bekas banyak laki laki ha... ha...." imbuh Mira sambil berlalu dari tempat itu.
"Apa yang dikatakannya benar!? Jadi selama ini kamu berbohong sama aku!?"
"Dengarkan aku Mas, dia berbohong! Percaya sama aku! Aku tak pernah melakukan seperti yang dia tuduhkan padaku!"
"Awas saja jika terbukti kamu bohong! Aku akan minta kembalikan semua yang telah aku berikan sama kamu!"
Mira yang sempat mendengar perdebatan mereka tersenyum puas, penuh kemenangan!
"Tahu rasa kamu Ratna, memangnya enak!" sahut Mira sambil berlalu dari tempat itu.
Di lahan parkir, tanpa sengaja mereka bertemu lagi. Namun Mira hanya bertemu laki laki botak tersebut, entah kemana Ratna.
"Heh kamu, tunggu!" seru laki laki itu pada Mira, dan wanita itupun berhenti karena merasa dipanggil.
"Ya, ada apa!? Kemana perempuan ular itu!?"
"Aku mau tanya satu hal sama kamu, apa benar semua yang kamu katakan tadi!?"
"Yang mana!? Soal suaminya, atau sial Ratna yang sering berkencan dengan banyak kak laki?" tanya Mira penuh selidik, karena dia tak mau terjebak.
"Soal suaminya aku sudah tahu, tapi tentang dta tidur dengan banyak kaki laki aku tak tahu. Sepertinya kamu tahu banyak tentang dia?"
"Tentu saja! Aku bertahun tahun mengenalnya sebagai kakak ipar, hanya saja tak menyangka sejak suaminya lumpuh dia banyak berubah!"
"Dia bercerita banyak tentang suaminya saja aku, dan aku iba. Katanya dia butuh banyak biaya untuk berobat suaminya, makanya dia mau menikah siri denganku."
"Dan ternyata semua untuk kesenangannya sendiri bukan? Dan suaminya terlantar, dan seorang pembantu yang mengurusnya setiap hari," ucap Mira meyakinkan laki laki itu.
"Benar benar kurang ajar! Tak bisa dikasih hati wanita itu, sungguh aku menyesal menikahinya!" sahut laki laki itu sambil mengepalkan tangannya tanda marah!
"Kamu belum tahu saja siapa Ratna, dia wanita ular! Suaminya aja dibohongi, apalagi kamu yang hanya suami siri! Sekarang menyesal bukan setelah tahu siapa Ratna?" ucap Mira sambil menatap laki laki di depannya tajam.
"Aku kira dua perempuan baik baik, makanya aku percaya. Tapi ternyata...."
"Sudahlah, aku harus pulang! Aku tak mau Ratna melihatku ngobrol denganmu, nanti yang ada malah aku difitnahnya!" ucap Mira sambil berlaku bersama motor kesayangannya. Mira sempat melihat dari spio motornya, laki laki itu masih berdiri disana menatap kepergiannya.
POV Bagas"Mas, ada acara tidak hari ini?" tanya dia saat aku bermain dengan Angel."Ada apa?" jawabku ingin tahu."Bisa tidak mengantarkan Angel periksa gigi? Beberapa hari ini Angel makannya sedikit sekali, itupun langsung di telan tanpa dikunyah," kata Dina sambil menyuapi Angel.Menang kulihat beberapa hari ini Angel makan bubur nasi, mungkin untuk memudahkannya mengunyah."Nanti aku antar, kamu buat janji dulu dengan dokter gigi jadi nanti kita tinggal berangkat saja," sahutku sambil menggendong Angel."Baik Mas, makasih," ucap Dina dan kembali menyuapi Angel.Bocah tiga tahun itu menelan bubur dalam mulutnya, mungkin benar yang dikatakan Dina ada masalah dengan gigi bocah itu.Aku masih menemani Angel makan saat ponselku berdering, kulirik sekilas ternyata dari Mira."Tak seperti biasanya Mira menelepon? Ada apa ya?" kataku dalam hati."Hallo Mira, ada apa?" tanyaku saat panggilan videonya aku angkat."Coba kamu lihat Mas, mungkin kamu mengenalnya," sahut Mira sambil memutar kam
"Ada waktu gak hari ini?" tanya Damar saat aku mengangkat teleponnya pagi ini."Sebentar, aku ingat ingat dulu," jawab Mira sambil berpikir sejenak."Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat jika kamu ada waktu," kembali terdengar suara Damar."Sepertinya aku longgar hari ini. Mau mengajakku kemana sih?" sahut Mira penasaran."Pokoknya itu aja, pasti kamu akan suka," imbuh Damar dan semakin membuat Mira penasaran."Oke deh, kita ketemu dimana?" "Aku jemput di rumah ya? Boleh?" pinta Damar."Jangan, biar aku tunggu kamu di taman saja ya? Bagaimana?""Boleh. Bersiaplah, jam sepuluh nanti aku menjemputmu!""Siap!" ucap Mira, dan Damar menutup panggilannya.Mira gegas ke kamar mandi, selesai dengan aktivitas mandinya wanita itu bersolek. Tak berani mencolok, natural saja takut jadi bahan omongan orang nanti.Jam dinding menunjuk angka sembilan pagi, Mira bersiap menuju taman setelah order mobil online.Sepuluh menit perjalanan menuju taman, akhirnya sampailah Mira di tempat yang sudah disepa
"Subhanallah!" pekik Mira saat pandangan matanya lurus ke depan.Sebuah view yang luar biasa! Pantai dengan pohon kelapanya yang melambai, dan ombak yang memutih di kejauhan. Terlihat anak anak bermain pasir pantai, dan beberapa wisatawan asing yang sedang berjemur."Indah bukan?""Sangat indah! Aku suka sekali! Sudah lama sekali aku tak mencium bau pantai," candaku pada Damar."Masa sih!? Suamimu tak pernah mengajakmu healing?" sahut Damar tak percaya, matanya menatap Mira tak berkedip."Masa aku bohong?" jawab Mira meyakinkan Damar."Aku sering ke pantai, istriku paling suka. Dan sekarang aku mengajakmu kemari, berharap kamu bisa melupakan sejenak semua bebanmu," kata Damar namun pandangannya jauh ke depan.Mira tak menyahut, hanya diam saja. Mungkin yang dikatakan Damar ada benarnya juga, membahagiakan diri sendiri itu nomor satu."Kita ke sana yuk! Aku melihat ada penjual souvenir, aku ingin membelikanmu sesuatu!" kata Damar sambil melangkah mendekati seorang bocah penjual sovenir
Bab 1"Apa yang kamu katakan Mas!? Jadi selama ini keluargamu hanya menganggapku sebagai pelengkap dirimu!?" ujar Mira emosi saat suaminya yang baru pulang kerja mengatakan kebenaran yang selama ini menjadi teka teki bagi Mira."Iya Mira, maafkan aku terlambat mengatakan semua ini sama kamu," jawab Bagas lirih."Apa pernikahan kita gak ada artinya hingga mereka mengganggapku seperti itu? Lalu untuk apa mereka menyetujui pernikahan ini!? Apa maksudnya!?" tanya Mira kesal, ditatap suaminya yang duduk terdiam tak berani melihat Mira."Maafkan aku Mira....""Kalian kejam Mas!" ucap Mira sambil berlari keluar kamar, meninggalkan suaminya seorang diri di kamar.Mira tak menyangka jika pernikahannya dengan Bagas hanya sebagai penutup rasa malu mereka. Malu? Ya! Karena Bagas perjaka tua, dan Mira menerima semua kekurangan itu dengan ikhlas. Tapi ternyata semua hanya untuk menutupi kehormatan mereka tanpa mempedulikan perasaan Mira.Mira melangkahkan kakinya menuju taman dekat tempat tinggalny
Apa yang dilihat Mira membuat mata wanita itu terbelalak, sulit dipercaya. Perlahan wanita itu melangkahkan kakinya, mendekati sosok yang dilihatnya."Mas, sedang apa disini!?" tanya Mira, ternyata yang dilihatnya adalah suaminya."A-ku....." tergagap Bagas melihat Mira ada di depannya.Mira melihat Bagas suaminya sedang memeluk gadis kecil yang dilihatnya tadi. Ada suatu rasa yang aneh saat melihat mereka, namun Mira mencoba menepis rasa itu jauh jauh."Siapa gadis kecil ini Mas!? Bukankah dia anak perempuan itu!? Lalu apa hubungannya denganmu, hingga kamu memeluknya sedemikian rupa!?" tanya Mira sambil menunjuk peroyan yang sedang berjalan membawa es krim."D-dia...." Bagas menjeda kalimatnya, lalu menatap bocah kecil dipelukannya."Bocah itu anaknya Mbak, dan aku istrinya," terdengar suara sahutan dari belakang Mira.Mira sudah menduga dengan jawaban itu, jadi tak terkejut lagi."Jadi selama ini kamu membohongiku Mas!? Padahal selama ini aku tak pernah berbohong sedikitpun sama kam
"Maafkan aku Mira...." ucap Bagas saat Mira membuka mata.Mira membuang muka melihat suaminya yang tengah bersimpuh di sisi tempat tidur, terasa muak melihatnya."Pergi saja kau Mas! Untuk apa kamu masih disini!?" seru Mira ketus."Jangan begitu Mira, maafkan aku telah membuatmu terluka.""Rasa sakit ini akan selalu kuingat Mas, apalagi saat kebogonganmu terbongkar! Harusnya kau mengatakannya dari awal, jadi aku bisa merasakan sakitnya dari awal. Tapi kenapa setelah sekian tahun aku baru tahu? Kau benar benar menyakitiku Mas!"Bagas terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan Mira. Raut wajahnya keruh, mungkin rasa sesal telah menyelimuti relung hatinya."Katakan saja satu hal padaku Mas, kita bercerai atau bagaimana!?" cecar Mira."Aku tak bisa mengatakannya sekarang Mira, beri aku waktu untuk berpikir!" sahut Bagas lirih.Mira tak menjawab, airmata mengalir deras membasahi pipi wanita itu."Kenapa, kenapa semua harus begini Mas? Apa hanya karena tak punya anak, keluargamu bersikap seperti
"Kenapa kau kemari!?" ucap Mira saat melihat siapa yang datang ke rumahnya."Aku datang untuk meminta maaf dengan kejadian tadi pagi, aku benar benar tidak tahu jika sebelumnya Bagas sudah menikah denganmu," ujar wanita tersebut.Mira menatap wanita di depannya, tak percaya dengan ucapannya begitu saja."Tak mungkin kamu tak tahu, memangnya status pernikahan kalian bagaimana saat ini?" tanya Mira ingin tahu."Hanya menikah siri, aku pernah bertanya tentang status pernikahan kami. Tapi keluarganya meyakinkanku, jika semua akan baik baik saja dan sudah disetujui olehmu," sahut wanita itu."Aku bahkan tak tahu kalian menikah dan punya anak, bahkan kebohongan itu berjalan hingga beberapa tahun lamanya."Wanita di depan Mira terkejut dengan penuturannya, dahinya berkerut."Mbak gak tahu soal ini!? bagaimana mungkin!? Apa Bagas tak pernah mengatakannya?"Mira menggeleng pelan, matanya menatap tajam dan lurus ke depan."Jadi selama ini keluarga Bagas membohongiku juga dirimu, sungguh egois!
Jam menunjuk angka sepuluh pagi, Mira sudah janji akan menemui Damar di sebuah kafe.Mira mengedarkan pandangan sesaat setelah sampai di tempat tujuan, ternyata sosok yang dicarinya belum datang."Aku duduk disini saja," ujar wanita itu lalu duduk, dipesannya minuman sambil menunggu Damar.Hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya Damar datang juga."Sudah lama nunggunya? Maaf tadi ada sedikit kendala, ban motorku bocor," ujar Damar sambil duduk, raut mukanya tampak lelah."Gak apa apa, aku juga baru datang kok. Aku pesan minuman untukmu," dan tak lama pesanan Mira datang.Damar tampak sungkan, karena dia yang mengundang tapi dia juga yang terlambat datang."Sekali lagi aku minta maaf Mira, aku jadi merepotkanmu," gumam Damar.Mira hanya membalas dengan tersenyum, karena wanita itu tahu betul bagaimana sifat Damar."Aku gak nyangka kamu bisa datang, bagaimana kabarmu hati ini? Sudah lebih baik?" tanya Damar setelah menyeruput jus jeruk untuk menghilangkan dahaganya."Seperti yang kamu l