Bab 1
"Apa yang kamu katakan Mas!? Jadi selama ini keluargamu hanya menganggapku sebagai pelengkap dirimu!?" ujar Mira emosi saat suaminya yang baru pulang kerja mengatakan kebenaran yang selama ini menjadi teka teki bagi Mira.
"Iya Mira, maafkan aku terlambat mengatakan semua ini sama kamu," jawab Bagas lirih.
"Apa pernikahan kita gak ada artinya hingga mereka mengganggapku seperti itu? Lalu untuk apa mereka menyetujui pernikahan ini!? Apa maksudnya!?" tanya Mira kesal, ditatap suaminya yang duduk terdiam tak berani melihat Mira.
"Maafkan aku Mira...."
"Kalian kejam Mas!" ucap Mira sambil berlari keluar kamar, meninggalkan suaminya seorang diri di kamar.
Mira tak menyangka jika pernikahannya dengan Bagas hanya sebagai penutup rasa malu mereka. Malu? Ya! Karena Bagas perjaka tua, dan Mira menerima semua kekurangan itu dengan ikhlas. Tapi ternyata semua hanya untuk menutupi kehormatan mereka tanpa mempedulikan perasaan Mira.
Mira melangkahkan kakinya menuju taman dekat tempat tinggalnya, rasa gusar membuatnya berjalan menunduk tak melihat jalan.
Brugh!
"Aduh maaf!" ujar Mira kaget, karena tanpa sengaja menabrak seseorang.
"Kalau jalan hati hati mbak, jangan sambil melamun," ternyata orang yang ditabrak Mira tak marah.
"I-iya Mas, maaf" ucap Mira sambilmendongak untuk melihat siapa yang telah ditabraknya.
"Mira!? Kamu Mira kan!?" seseorang berucap di depan Mira seakan mengenalinya.
Mira mencoba mengingat, "Damar? Kamu Damar?"
"Ternyata kamu masih mengingatku dengan baik Mira, aku kira setelah lama berpisah kamu akan melupakanmu begitu saja," seloroh laki laki di depan Mira.
"Mana mungkin aku melupakanmu? Tak semudah itu bung! Oya, bagaimana kabarmu? Dan sedang apa kamu disini?" cecar Mira, seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya.
"Aku jawab yang mana dulu nih!? Kamu masih sama seperti dulu gak berubah, hanya saja sekarang tambah cantik saja!" kata lelaki itu.
"Kamu bisa saja, playboy kelas teri!" canda Mira sambil tergelak.
"Aku tak sengaja melewati taman ini, memoriku langsung teringat sama kamu. Dan ternyata, tanpa sengaja benar benar menemukanmu disini! Oya, sedang apa kamu disini sendirian? Mana suamimu?" tanya Damar sambil celingukan.
"Dirumah, lagipula untuk apa kamu menanyakannya?" sahut Mira kesal.
"Ya biasanya namanya suami istri kemana mana berdua, tapi kenapa kamu sendiri? Lagi ada masalah?"
"Gak ada apa apa, namanya juga rumah tangga pasti ada riak kecil menghiasi perkawinan kami," ucap Mira menutupi masalahnya.
"Syukurlah, hanya saja aku merasa tak begitu. Ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan, dan tak ingin orang lain tahu."
Mira memandang Damar lekat, dalam hati wanita itu tahu jika laki laki itu pasti tak akan percaya dengan apa yang dia katakan.
"Kamu jadi dukun ya sekarang, kok bisa membaca pikiranku?" canda Mira.
"Bukan begitu Mira, karena aku tahu kamu tak bisa berbohong. Kamu lupa berapa lama kita saling mengenal?"
Mira terdiam mendengar jawaban Damar, memang Mira mengakui jika Damar tak bisa dibohongi.
"Ah sudahlah, semua orang punya privasi. Maaf sudah banyak bertanya, lupakan saja! Oya Mira, anakmu berapa sekarang?" tanya Damar mengalihkan pembicaraan.
"Aku belum punya anak, entahlah! Padahal aku sudah begitu merindukan kehadiran seorang anak, untuk menutupi hari hariku yang sepi," sahut Mira menunduk.
"Sabar saja, memang belum rejekinya. Allah itu adil kita hanya menunggu saja, berikhtiar dan berdoa. Betul gak?" sahut Damar mencari persetujuan Mira.
"Iya aku tahu itu, makanya aku hanya bisa bersabar. Dihujat dan dicemooh seperti apapun, buktinya aku masih kuat sampai hari ini meski sebenarnya rapuh," keluh Mira lirih.
Damar, laki laki di depan Mira terdiam mendengar jawaban itu. Sedang Mira mengalihkan pandangan matanya ke arah lain, kosong!
"Lihat gadis kecil itu, sangat cantik!" ujar Damar sambil menunjuk ke satu arah. Mira mengikuti jari Damar, lalu tersenyum.
Tampak di depan Mira seorang gadis kecil tengah belajar berjalan dibantu ibunya, suatu pemandangan yang membuat hati wanita itu terasa sakit.
"Kenapa Mira?" tanya Damar yang melihat perubahan di wajah Mira.
"Aku terkadang iri melihatnya, kenapa juga Allah tak segera memberiku momongan? Aku iri, aku cemburu melihat kedekatan seorang ibu dengan anaknya Damar," keluh Mira, dan tanpa terasa air mata menitik di pipi wanita cantik itu.
Damar terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan Mira. Sedang Mira masih saja menatap lekat mereka, tanpa menghiraukan Damar sedikitpun.
"Andaikan saja dulu aku menurut kata ibuku, pasti hidupku akan bahagia sekarang bersama orang yang aku kasihi. Tapi sayang, demi bakti pada bapak, aku harus mengorbankan semuanya," gumam Mira lirih.
"Lihat Mira, siapa yang sedang duduk di bangku taman itu!" terdengar suara Damar lirih di telinga Mira.
Mau tak mau, Mira harus menoleh untuk melihat apa yang dimaksud oleh Damar. Dan apa yang dilihat, sungguh membuat wanita itu begitu terkejut.
Apa yang dilihat Mira membuat mata wanita itu terbelalak, sulit dipercaya. Perlahan wanita itu melangkahkan kakinya, mendekati sosok yang dilihatnya."Mas, sedang apa disini!?" tanya Mira, ternyata yang dilihatnya adalah suaminya."A-ku....." tergagap Bagas melihat Mira ada di depannya.Mira melihat Bagas suaminya sedang memeluk gadis kecil yang dilihatnya tadi. Ada suatu rasa yang aneh saat melihat mereka, namun Mira mencoba menepis rasa itu jauh jauh."Siapa gadis kecil ini Mas!? Bukankah dia anak perempuan itu!? Lalu apa hubungannya denganmu, hingga kamu memeluknya sedemikian rupa!?" tanya Mira sambil menunjuk peroyan yang sedang berjalan membawa es krim."D-dia...." Bagas menjeda kalimatnya, lalu menatap bocah kecil dipelukannya."Bocah itu anaknya Mbak, dan aku istrinya," terdengar suara sahutan dari belakang Mira.Mira sudah menduga dengan jawaban itu, jadi tak terkejut lagi."Jadi selama ini kamu membohongiku Mas!? Padahal selama ini aku tak pernah berbohong sedikitpun sama kam
"Maafkan aku Mira...." ucap Bagas saat Mira membuka mata.Mira membuang muka melihat suaminya yang tengah bersimpuh di sisi tempat tidur, terasa muak melihatnya."Pergi saja kau Mas! Untuk apa kamu masih disini!?" seru Mira ketus."Jangan begitu Mira, maafkan aku telah membuatmu terluka.""Rasa sakit ini akan selalu kuingat Mas, apalagi saat kebogonganmu terbongkar! Harusnya kau mengatakannya dari awal, jadi aku bisa merasakan sakitnya dari awal. Tapi kenapa setelah sekian tahun aku baru tahu? Kau benar benar menyakitiku Mas!"Bagas terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan Mira. Raut wajahnya keruh, mungkin rasa sesal telah menyelimuti relung hatinya."Katakan saja satu hal padaku Mas, kita bercerai atau bagaimana!?" cecar Mira."Aku tak bisa mengatakannya sekarang Mira, beri aku waktu untuk berpikir!" sahut Bagas lirih.Mira tak menjawab, airmata mengalir deras membasahi pipi wanita itu."Kenapa, kenapa semua harus begini Mas? Apa hanya karena tak punya anak, keluargamu bersikap seperti
"Kenapa kau kemari!?" ucap Mira saat melihat siapa yang datang ke rumahnya."Aku datang untuk meminta maaf dengan kejadian tadi pagi, aku benar benar tidak tahu jika sebelumnya Bagas sudah menikah denganmu," ujar wanita tersebut.Mira menatap wanita di depannya, tak percaya dengan ucapannya begitu saja."Tak mungkin kamu tak tahu, memangnya status pernikahan kalian bagaimana saat ini?" tanya Mira ingin tahu."Hanya menikah siri, aku pernah bertanya tentang status pernikahan kami. Tapi keluarganya meyakinkanku, jika semua akan baik baik saja dan sudah disetujui olehmu," sahut wanita itu."Aku bahkan tak tahu kalian menikah dan punya anak, bahkan kebohongan itu berjalan hingga beberapa tahun lamanya."Wanita di depan Mira terkejut dengan penuturannya, dahinya berkerut."Mbak gak tahu soal ini!? bagaimana mungkin!? Apa Bagas tak pernah mengatakannya?"Mira menggeleng pelan, matanya menatap tajam dan lurus ke depan."Jadi selama ini keluarga Bagas membohongiku juga dirimu, sungguh egois!
Jam menunjuk angka sepuluh pagi, Mira sudah janji akan menemui Damar di sebuah kafe.Mira mengedarkan pandangan sesaat setelah sampai di tempat tujuan, ternyata sosok yang dicarinya belum datang."Aku duduk disini saja," ujar wanita itu lalu duduk, dipesannya minuman sambil menunggu Damar.Hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya Damar datang juga."Sudah lama nunggunya? Maaf tadi ada sedikit kendala, ban motorku bocor," ujar Damar sambil duduk, raut mukanya tampak lelah."Gak apa apa, aku juga baru datang kok. Aku pesan minuman untukmu," dan tak lama pesanan Mira datang.Damar tampak sungkan, karena dia yang mengundang tapi dia juga yang terlambat datang."Sekali lagi aku minta maaf Mira, aku jadi merepotkanmu," gumam Damar.Mira hanya membalas dengan tersenyum, karena wanita itu tahu betul bagaimana sifat Damar."Aku gak nyangka kamu bisa datang, bagaimana kabarmu hati ini? Sudah lebih baik?" tanya Damar setelah menyeruput jus jeruk untuk menghilangkan dahaganya."Seperti yang kamu l
"Lagi dimana!?" "Dirumah, memangnya ada apa!?" jawab Mira setelah menerima telepon dari Bagas."Kamu bilang apa saja Mbak Ratna!?"Mira terdiam sejenak, lalu teringat kembali semua yang dia katakan pada kakak iparnya itu."Oh, soal itu. Aku tak bilang apapun sama dia, hanya bilang jika suatu saat aibnya juga akan terbongkar. Itu saja," jawab Mira."Memangnya kamu tahu apa tentang Mbak Ratna!?" tanya Bagas sedikit emosi."Banyak! Aku tahu banyak tentang Mbak Ratna, hanya saja aku tak pernah mengatakan itu pada kalian!""Mbak Ratna bilang memergoki kamu bersama laki laki lain di sebuah kafe, benar begitu!?""Iya, kenapa!? Toh kamu juga berselingkuh di belakangku, lalu apa bedanya!? Dan satu hal lagi yang harus kamu sampaikan pada kakak iparmu yang sok baik itu, jangan menuduh orang berselingkuh jika dia sendiri juga melakukannya!" sahut Mira lalu memutus sambungan teleponnya dengan Bagas.Ponsel kembali berdering, namun Mira enggan untuk menerimanya karena dia tahu siapa si penelepon.
Sejak bertemu Ratna waktu itu di kafe, membuat pikiran Mira tak tenang. Tuduhan Bagas padanya, ingin dimentahkannya, bukan dya yang berselingkuh tapi keluarganyalah tukang selingkuh!Pagi ini untuk menghilangkan suntuk, Mira pergi ke taman di mana dia bertemu dengan Damar.Suasana cukup ramai di Minggu pagi yang cerah, banyak anak kecil yang bermain begitu juga anak anak muda yang sedang duduk dan bermain gadget saja.Mira memilih duduk dibawah pohon Mahoni yang cukup rindang, membuatnya cukup nyaman. Pandangannya diedarkan ke sekeliling, dan tertumbuk pada dua gadis kecil yang sedang bermain.Mira ikut tersenyum melihat kelucuan mereka, sedikit menghibur hatinya yang sedang gundah."Mbak Ratna...." gumam Mira saat pandangannya terpaku pada satu sosok yang sedang duduk sendirian dikurai taman."Sedang apa dia disini!? Bukankah seharusnya menemani Mas Ramlan? Apa mungkin sedang menunggu seseorang?" Mira masih menatap lekat sosok yang dikenalnya itu dari kejauhan, memperhatikan setiap
Ternyata tak hanya saat itu saja bertemu Ratna, Mira bahkan mengenal salah satu laki laki yang pernah bersama wanita itu tanpa sengaja saat mereka bertemu."Mira!?""Kamu!? Sedang apa kamu disini!?" jawab Mira heran, karena melihat laki laki yang sangat dikenalnya saat sekolahnya dulu."Sedang menemani seseorang belanja, kamu juga belanja atau hanya sekedar jalan jalan?" kembali laki laki itu bertanya pada Mira."Jalan jalan saja sambil belanja. Oya, kenalin dong sama pacar kamu," pinta Mira pada temannya itu."Gampang, sebentar lagi juga selesai belanjanya. Oya, berapa lama ya kita gak ketemu? Kamu masih sama seperti dulu, gak banyak berubah hanya sedikit gemuk saja," canda laki laki teman Mira saat sekolah dulu."Kamu bisa saja Ren, kamu yang semakin ganteng dan terlihat mapan saja," puji Mira."Mapan bagaimana? Kerja saja gak kok mapan," jawab Rendi."Nah buktinya penampilanmu rapi, terlihat sedikit mentereng dan berduit pastinya he... he...." seloroh Mira."Kamu bisa saja Mira, ak
POV Bagas"Apa kabar Mas?" tanya Bagas pada kakak laki lakinya Ramlan, laki laki lumpuh sejak kecelakaan yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu."Baik, kamu sendiri bagaimana Gas?" jawab laki laki di depan Bagas sambil memeluk adiknya itu erat."Baik Mas, Mbak Ratna kemana kok daritadi aku gak melihatnya!?" sengaja Bagas memancing kakaknya."Oh Ratna, dia sedang menjenguk temannya yang sedang sakit. Kenapa!? Ada yang penting hingga mencari Mbakmu itu?" sahut kakaknya mulai curiga."Gak ada apa apa Mas, hanya saja setiap aku datang kemari dia gak ada di rumah. Begitu sibuknya sampai membiarkan suaminya sendirian bersama Mak Minah," sungutku kesal."Biarkan saja, mungkin dia juga jenuh di rumah terus. Oya, bagaimana kabar Mira sejak tahu kamu menikah dengan Dina dan punya anak?" tiba tiba saja mas Ramlan menanyakan. hal itu padaku.Aku terdiam, tak langsung menjawab apa yang ditanyakan ya padaku."Mira sangat kecewa Mas, dia membenciku sekarang. Dia juga enggan untuk bertemu, bahkan se