"Sudah lama nunggunya?" sapa Mira pada Damar yang sedang duduk di sebuah cafe, seperti kesepakatan mereka kemarin.
"Gak juga, baru aja aku datang. Biasanya kamu yang lebih awal, tapi ternyata aku yang datang lebih dulu. Oya, mau minum apa buat aku panggil pelayan?" tanya Damar pada Mira.
"Apa saja boleh, orange jus aja deh! Sepertinya lebih segar, maklum cuacanya panas dan ingin minum yang segar segar," jawab Mira, dan tak lupa senyum manis menghiasi bibir wanita cantik itu.
Damar setuju, lalu memanggil pelayan dan memesan apa yang Mira inginkan. Tak lama minuman yang dipesan Mirapun datang, wanita itu menyeruput sedikit jus orange dalam gelas besar itu.
"Segar sekali," gumam Mira lirih.
"Oya, tak seperti biasanya kamu terlambat. Ada kendala di jalan?" tanya Damar khawatir.
"Gak kok, hanya saja ban motorku sedikit kempes jadi berhenti dulu untuk menambah angin. Takut bocor," jawab Mira sambil kembali menyeruput jus orangenya.
"Oh, aku kira kenapa. Bagaimana kabar suamimu juga istrinya? Apa kamu masih marah sama mereka?"
Mira menghela napas, dan dadanya tiba tiba terasa sesak dengan pertanyaan Damar.
"Aku gak tahu harus senang atau sedih, namun rasa sakit akibat dibohongi itu tak bisa diobati dengan kata maaf begitu saja. Kamu pasti tahu itu bukan?" jawab Mira dingin.
"Aku tahu, tapi setidaknya berusahalah menerima mereka meski berat. Gadis kecil itu tak berdosa, karena lahir dari pernikahan yang sah. Yang salah itu suamimu yang tak bisa jujur, malah menyetujui usul keluarganya. Bukalah hatimu Mira, ada yang lebih baik menunggumu di masa mendatang," tutur Damar.
"Entahlah, aku gak yakin bisa melupakan itu. Tapi aku berusaha menerima meski sakit, entah sampai kapan aku gak tahu."
"Berusahalah bersabar, kebahagiaan akan datang sesudah ini. Terus bagaimana dengan Ratna?"
"Wanita itu benar benar ular betina! Beberapa hari yang lalu aku bertemu Mas Ramlan, dan membicarakan masalah ini," ucap Mira sedikit hati hati.
"Terus bagaimana tanggapan suaminya?"
"Mas Ramlan gak percaya meski ada bukti foto yang aku tunjukkan padanya, dia masih berusaha menyelidiki dengan caranya sendiri," jawab Mira tersenyum.
"Kasihan suaminya, lain waktu ajak aku berkenalan dengannya. Aku ingin tahu, seperti apa suami yang dipermainkan istrinya sendiri tanpa sepengetahuannya," pinta Damar pada Mira.
"Dengan senang hati, kamu pasti suka ngobrol sama dia. Mas Ramlan pandai membawa diri, dan bergaul dengan siapa saja," imbuh Mira.
"Ok, nanti aku sempatkan waktu untuk mengunjunginya jika kamu mau mengantarkanmu kesana," imbuh Damar.
"Jangan khawatir, aku akan mengabarimu nanti. Oya, bagaimana pekerjaan yang. kau tawarkan padaku? Apa aku cocok bekerja disana?"
"Sebenarnya sih aku gak mau kamu bekerja disana," sahut Damar lalu terdiam.
Mira melihat perubahan wajah Damar, dan bisa dipastikan jika laki laki itu tak menginginkan Mira bekerja di perusahan tempatnya bekerja.
"Apa alasannya kamu gak ingin aku bekerja disana?" sela Mira dengan keheranan.
"Kamu gak cocok bekerja di pabrik konveksi, suatu pekerjaan yang kasar menurutku buat perempuan secantik kamu," seloroh Damar sambil tersenyum.
"Bisa saja kamu, sebenarnya aku bisa saja bekerja di bidang apapun asal aku cocok. Tak harus bekerja di perusahaan atau pabrik, di toko juga gak masalah buatku," imbuh Mira kemudian.
"Nantilah aku carikan pekerjaan yang cocok sama kamu, tak usah terburu buru," sahut Damar lagi.
"Jangan terlalu lama, aku juga butuh untuk biaya sehari hari. Meski Bagas masih menafkahiku, tapi setidaknya aku punya penghasilan sendiri itu lebih bagus bukan?" sanggah Mira penuh harap.
"Aku tahu itu, jika soal itu gampang aku bisa membantumu. Tak perlu sungkan, jika butuh bantuanku, kamu hubungi aku saja!" pinta Damar dengan penuh keyakinan.
"Gak usah, aku gak mau merepotkanmu apalagi sampai berhutang budi. Biar aku berusaha sendiri, bukankah itu lebih baik?" jawab Mira meyakinkan Damar.
Damar mengangguk, lalu menggeleng pelan.
"Aku tahu itu, tapi apa salahnya aku membantumu? Setelah kamu mendapat pekerjaan, kamu boleh mengembalikannya," tuturnya lembut.
"Kalau itu aku mau, kamu tahu sendiri kan bagaimana aku? Aku pantang menerima apapun secara cuma cuma, kamu pasti tak luka itu," kata Mira sambil kembali menyeruput orange jusnya.
"Baiklah, jadi kamu setuju dengan usulku bukan!?"
"Setuju! Janji ya, jika aku sudah. kerja akan aku kembalikan semuanya!" sahut Mira senang.
"Tak perlu terburu buru, santai saja!" jawab Damar tersenyum.
Mira mengangguk, bibirnya lalu tersenyum. Damar menatapnya tak berkedip.
"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Mira heran, dan Damar menjadi salah tingkah dibuatnya.
"Gak ada apa apa, kamu masih terlihat cantik dan menarik seperti dulu. Tak banyak berubah!" jawab Damar sambil tersenyum.
Mira yang mendapat sanjungan seperti itu semakin maju, pipinya merona merah seperti ABG yang baru jatuh cinta.
"Kamu menuduhku ular, tapi justeru sebaliknya kamu sendiri yang ular Ratna!" ucap Mira, saat mengetahui perempuan itu tengah di gandeng seorang laki laki botak di sebuah pusat perbelanjaan.Perempuan yang dipanggil Ratna menoleh, namun tak terkejut dengan siapa berhadapan kini."Mira, lalu apa bedanya aku sama kamu!? Kamu juga sering bertemu dengan laki laki itu bukan!?" sahut Ratna."Kita berbeda Ratna! Kamu sengaja meninggalkan suamimu yang lumpuh demi kepuasan, sedang aku ditinggalkan suamiku demi sebuah keturunan. Jadi jangan samakan aku denganmu!" dengan kesal Mira menunjuk wajah Ratna."Siapa perempuan ini sayang?" tanya laki laki disamping Ratna."Oh dia, hanya perempuan yang menjadi gila karena ditinggal suaminya menikah lagi!" sahut Ratna sambil tersenyum mencibir."Pergi kau, jangan ganggu istriku!" hardik laki laki itu pada Mira.Mira yang mendengarnya tentu saja terkejut, tak menyangka dengan jawaban laki laki itu."Istri anda bilang!? Dengarkan ya, Ratna ini kakak iparku.
POV Bagas"Mas, ada acara tidak hari ini?" tanya dia saat aku bermain dengan Angel."Ada apa?" jawabku ingin tahu."Bisa tidak mengantarkan Angel periksa gigi? Beberapa hari ini Angel makannya sedikit sekali, itupun langsung di telan tanpa dikunyah," kata Dina sambil menyuapi Angel.Menang kulihat beberapa hari ini Angel makan bubur nasi, mungkin untuk memudahkannya mengunyah."Nanti aku antar, kamu buat janji dulu dengan dokter gigi jadi nanti kita tinggal berangkat saja," sahutku sambil menggendong Angel."Baik Mas, makasih," ucap Dina dan kembali menyuapi Angel.Bocah tiga tahun itu menelan bubur dalam mulutnya, mungkin benar yang dikatakan Dina ada masalah dengan gigi bocah itu.Aku masih menemani Angel makan saat ponselku berdering, kulirik sekilas ternyata dari Mira."Tak seperti biasanya Mira menelepon? Ada apa ya?" kataku dalam hati."Hallo Mira, ada apa?" tanyaku saat panggilan videonya aku angkat."Coba kamu lihat Mas, mungkin kamu mengenalnya," sahut Mira sambil memutar kam
"Ada waktu gak hari ini?" tanya Damar saat aku mengangkat teleponnya pagi ini."Sebentar, aku ingat ingat dulu," jawab Mira sambil berpikir sejenak."Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat jika kamu ada waktu," kembali terdengar suara Damar."Sepertinya aku longgar hari ini. Mau mengajakku kemana sih?" sahut Mira penasaran."Pokoknya itu aja, pasti kamu akan suka," imbuh Damar dan semakin membuat Mira penasaran."Oke deh, kita ketemu dimana?" "Aku jemput di rumah ya? Boleh?" pinta Damar."Jangan, biar aku tunggu kamu di taman saja ya? Bagaimana?""Boleh. Bersiaplah, jam sepuluh nanti aku menjemputmu!""Siap!" ucap Mira, dan Damar menutup panggilannya.Mira gegas ke kamar mandi, selesai dengan aktivitas mandinya wanita itu bersolek. Tak berani mencolok, natural saja takut jadi bahan omongan orang nanti.Jam dinding menunjuk angka sembilan pagi, Mira bersiap menuju taman setelah order mobil online.Sepuluh menit perjalanan menuju taman, akhirnya sampailah Mira di tempat yang sudah disepa
"Subhanallah!" pekik Mira saat pandangan matanya lurus ke depan.Sebuah view yang luar biasa! Pantai dengan pohon kelapanya yang melambai, dan ombak yang memutih di kejauhan. Terlihat anak anak bermain pasir pantai, dan beberapa wisatawan asing yang sedang berjemur."Indah bukan?""Sangat indah! Aku suka sekali! Sudah lama sekali aku tak mencium bau pantai," candaku pada Damar."Masa sih!? Suamimu tak pernah mengajakmu healing?" sahut Damar tak percaya, matanya menatap Mira tak berkedip."Masa aku bohong?" jawab Mira meyakinkan Damar."Aku sering ke pantai, istriku paling suka. Dan sekarang aku mengajakmu kemari, berharap kamu bisa melupakan sejenak semua bebanmu," kata Damar namun pandangannya jauh ke depan.Mira tak menyahut, hanya diam saja. Mungkin yang dikatakan Damar ada benarnya juga, membahagiakan diri sendiri itu nomor satu."Kita ke sana yuk! Aku melihat ada penjual souvenir, aku ingin membelikanmu sesuatu!" kata Damar sambil melangkah mendekati seorang bocah penjual sovenir
Bab 1"Apa yang kamu katakan Mas!? Jadi selama ini keluargamu hanya menganggapku sebagai pelengkap dirimu!?" ujar Mira emosi saat suaminya yang baru pulang kerja mengatakan kebenaran yang selama ini menjadi teka teki bagi Mira."Iya Mira, maafkan aku terlambat mengatakan semua ini sama kamu," jawab Bagas lirih."Apa pernikahan kita gak ada artinya hingga mereka mengganggapku seperti itu? Lalu untuk apa mereka menyetujui pernikahan ini!? Apa maksudnya!?" tanya Mira kesal, ditatap suaminya yang duduk terdiam tak berani melihat Mira."Maafkan aku Mira....""Kalian kejam Mas!" ucap Mira sambil berlari keluar kamar, meninggalkan suaminya seorang diri di kamar.Mira tak menyangka jika pernikahannya dengan Bagas hanya sebagai penutup rasa malu mereka. Malu? Ya! Karena Bagas perjaka tua, dan Mira menerima semua kekurangan itu dengan ikhlas. Tapi ternyata semua hanya untuk menutupi kehormatan mereka tanpa mempedulikan perasaan Mira.Mira melangkahkan kakinya menuju taman dekat tempat tinggalny
Apa yang dilihat Mira membuat mata wanita itu terbelalak, sulit dipercaya. Perlahan wanita itu melangkahkan kakinya, mendekati sosok yang dilihatnya."Mas, sedang apa disini!?" tanya Mira, ternyata yang dilihatnya adalah suaminya."A-ku....." tergagap Bagas melihat Mira ada di depannya.Mira melihat Bagas suaminya sedang memeluk gadis kecil yang dilihatnya tadi. Ada suatu rasa yang aneh saat melihat mereka, namun Mira mencoba menepis rasa itu jauh jauh."Siapa gadis kecil ini Mas!? Bukankah dia anak perempuan itu!? Lalu apa hubungannya denganmu, hingga kamu memeluknya sedemikian rupa!?" tanya Mira sambil menunjuk peroyan yang sedang berjalan membawa es krim."D-dia...." Bagas menjeda kalimatnya, lalu menatap bocah kecil dipelukannya."Bocah itu anaknya Mbak, dan aku istrinya," terdengar suara sahutan dari belakang Mira.Mira sudah menduga dengan jawaban itu, jadi tak terkejut lagi."Jadi selama ini kamu membohongiku Mas!? Padahal selama ini aku tak pernah berbohong sedikitpun sama kam
"Maafkan aku Mira...." ucap Bagas saat Mira membuka mata.Mira membuang muka melihat suaminya yang tengah bersimpuh di sisi tempat tidur, terasa muak melihatnya."Pergi saja kau Mas! Untuk apa kamu masih disini!?" seru Mira ketus."Jangan begitu Mira, maafkan aku telah membuatmu terluka.""Rasa sakit ini akan selalu kuingat Mas, apalagi saat kebogonganmu terbongkar! Harusnya kau mengatakannya dari awal, jadi aku bisa merasakan sakitnya dari awal. Tapi kenapa setelah sekian tahun aku baru tahu? Kau benar benar menyakitiku Mas!"Bagas terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan Mira. Raut wajahnya keruh, mungkin rasa sesal telah menyelimuti relung hatinya."Katakan saja satu hal padaku Mas, kita bercerai atau bagaimana!?" cecar Mira."Aku tak bisa mengatakannya sekarang Mira, beri aku waktu untuk berpikir!" sahut Bagas lirih.Mira tak menjawab, airmata mengalir deras membasahi pipi wanita itu."Kenapa, kenapa semua harus begini Mas? Apa hanya karena tak punya anak, keluargamu bersikap seperti
"Kenapa kau kemari!?" ucap Mira saat melihat siapa yang datang ke rumahnya."Aku datang untuk meminta maaf dengan kejadian tadi pagi, aku benar benar tidak tahu jika sebelumnya Bagas sudah menikah denganmu," ujar wanita tersebut.Mira menatap wanita di depannya, tak percaya dengan ucapannya begitu saja."Tak mungkin kamu tak tahu, memangnya status pernikahan kalian bagaimana saat ini?" tanya Mira ingin tahu."Hanya menikah siri, aku pernah bertanya tentang status pernikahan kami. Tapi keluarganya meyakinkanku, jika semua akan baik baik saja dan sudah disetujui olehmu," sahut wanita itu."Aku bahkan tak tahu kalian menikah dan punya anak, bahkan kebohongan itu berjalan hingga beberapa tahun lamanya."Wanita di depan Mira terkejut dengan penuturannya, dahinya berkerut."Mbak gak tahu soal ini!? bagaimana mungkin!? Apa Bagas tak pernah mengatakannya?"Mira menggeleng pelan, matanya menatap tajam dan lurus ke depan."Jadi selama ini keluarga Bagas membohongiku juga dirimu, sungguh egois!