"Kenapa kau kemari!?" ucap Mira saat melihat siapa yang datang ke rumahnya.
"Aku datang untuk meminta maaf dengan kejadian tadi pagi, aku benar benar tidak tahu jika sebelumnya Bagas sudah menikah denganmu," ujar wanita tersebut.
Mira menatap wanita di depannya, tak percaya dengan ucapannya begitu saja.
"Tak mungkin kamu tak tahu, memangnya status pernikahan kalian bagaimana saat ini?" tanya Mira ingin tahu.
"Hanya menikah siri, aku pernah bertanya tentang status pernikahan kami. Tapi keluarganya meyakinkanku, jika semua akan baik baik saja dan sudah disetujui olehmu," sahut wanita itu.
"Aku bahkan tak tahu kalian menikah dan punya anak, bahkan kebohongan itu berjalan hingga beberapa tahun lamanya."
Wanita di depan Mira terkejut dengan penuturannya, dahinya berkerut.
"Mbak gak tahu soal ini!? bagaimana mungkin!? Apa Bagas tak pernah mengatakannya?"
Mira menggeleng pelan, matanya menatap tajam dan lurus ke depan.
"Jadi selama ini keluarga Bagas membohongiku juga dirimu, sungguh egois! Tapi semua sudah terlanjur, dan kami punya anak. Aku tak dapat melepaskan Bagas begitu saja, karena ada anak. Kuharap Mbak mengerti posisiku saat ini," ujar wanita tersebut.
"Aku menunggu keputusan Bagas, bagaimana akhir pernikahan ini. Aku juga gak mau digantung, karena aku tahu diri. Selama ini tak pernah dianggap menantu, dan mungkin sejak kehadiranmu juga anakmu!" cecar Mira sambil jemarinya menunjuk ke wajah wanita itu.
Wanita itu terkejut dengan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Mira, tak menyangka jika Mira begitu terluka olehnya.
"Aku benar benar tak tahu hal itu! Saat menikah dengan Bagas, sudah aku tanyakan dimana dirimu tapi mereka meyakinkanku jika kamu merestui pernikahan ini. Tapi ternyata...." wanita itu tak melanjutkan kalimatnya.
"Ah sudahlah, semua sudah terjadi. Lupakan saja semua, aku juga berusaha melupakan Bagas dan semua masalah hidupku. Hiduplah bersama dia dan keluarganya, mereka lebih menganggapku daripada aku! Dan untuk saat ini, aku ingin sendiri."
Wanita itu berdiri, lalu melangkah keluar menuju mobilnya. Tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibirnya, namun matanya tersirat rasa iba buat Mira.
Mobil yang ditumpangi wanita itu telah berlalu meninggalkan rumah Mira dua puluh menit yang lalu, namun Mira masih saja duduk di sofa tak juga beranjak dari sana.
"Kamu pikir aku percaya begitu saja sama kamu? Mana ada perempuan yang telah merebut suami orang akan melepaskannya dengan mudah? Air mata juga ucapanmu hanya sekedar simpati di bibir merahmu yang semu," batin Mira berucap.
***
Sore menjelang saat Mira sedang menatap serpihan kaca dibawah lukisan pernikahannya, tak ada niat untuk membersihkannya karena masih kesal.
Sudah tiga hari Bagas tak pulang kerumah, mungkin tidur di rumah istri sirinya itu.
"Bagas sudah mulai jarang pulang, mungkin saat ini sedang bahagia bersama anaknya itu," gumam Mira dalam hati.
Terlintas di matanya saat Bagas memeluk gadis kecil itu, menciuminya dengan penuh kasih sayang. Tanpa terasa setitik air bening kembali jatuh dipipi Mira, hati wanita itu begitu perih mengingatnya.
"Sudah saatnya aku mulai melupakannya, tak baik berlarut larut toh keluarganya juga tak menganggapku," gumam Mira dalam hati.
Mira beranjak dari duduknya di tepi jendela kamar, menutup jendela karena hari sudah sore.
Adzan Mahgrib terdengar, membuat wanita itu gegas mengambil wudhu dan menunaikan kewajibannya sebagai muslim. Selesai dengan tugasnya, tak lupa berdoa dan mengadu pada Allah tentang nasibnya.
"Ya Allah, kuatkan dan sabarkan aku menghadapi ini semua. Aku tahu, hanya diri-Mu tempatku mengadu dan meminta semua kebaikan di hidupku. Amin...." ditangkupkan kedua tangannya sebagai penutup doanya.
Hati Mira sedikit merasa tenang dan damai, tak ada lagi rasa gundah dan bimbang menggelayuti hatinya. Semua sudah dipasrahkan pada Yang Maha Kuasa, bibirnya sedikit mengulas senyum.
Tok...tok...
Terdengar suara ketukan dipintu, gegas Mira melangkahkan kaki untuk membuka pintu.
"Siapa malam malam begini mengetuk pintu?" ucap Mira dalam hati.
Setelah pintu terbuka, barulah Mira tahu suara yang datang dan mengetuk pintu.
"Mas Bagas!? Tumben ingat pulang? Ada angin apa datang kemari?" tanya Mira pada suaminya itu.
"Aku hanya ingin memastikan kamu baik baik saja, aku takut kamu sakit Mira," balas Bagas suaminya.
"Seperti yang kamu lihat bukan, aku baik baik saja. Untuk apa kemari lagi, nanti istrimu mencarimu," imbuh Mira.
"Aku sudah bilang sama dia jika aku akan mengunjungimu sore ini, dan dia mengijinkan," sahut Bagas.
Mira tak menjawab, pandanfannya beralih ke arah lain.
"Tentu saja dia menginginkanmu, kemarin istrimu itu baru saja dari sini!" kalimat ya g baru saja di ucapkan Mira ternyata membuat Bagas terkejut.
"Apa!? Dia dari sini!? Lalu dia bilang apa saja, dan gak ngapa ngapain kamu bukan!?" cecar Bagas.
Mira tak segera menjawab pertanyaan itu, karena menurutnya tak perlu di jawab.
Jam menunjuk angka sepuluh pagi, Mira sudah janji akan menemui Damar di sebuah kafe.Mira mengedarkan pandangan sesaat setelah sampai di tempat tujuan, ternyata sosok yang dicarinya belum datang."Aku duduk disini saja," ujar wanita itu lalu duduk, dipesannya minuman sambil menunggu Damar.Hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya Damar datang juga."Sudah lama nunggunya? Maaf tadi ada sedikit kendala, ban motorku bocor," ujar Damar sambil duduk, raut mukanya tampak lelah."Gak apa apa, aku juga baru datang kok. Aku pesan minuman untukmu," dan tak lama pesanan Mira datang.Damar tampak sungkan, karena dia yang mengundang tapi dia juga yang terlambat datang."Sekali lagi aku minta maaf Mira, aku jadi merepotkanmu," gumam Damar.Mira hanya membalas dengan tersenyum, karena wanita itu tahu betul bagaimana sifat Damar."Aku gak nyangka kamu bisa datang, bagaimana kabarmu hati ini? Sudah lebih baik?" tanya Damar setelah menyeruput jus jeruk untuk menghilangkan dahaganya."Seperti yang kamu l
"Lagi dimana!?" "Dirumah, memangnya ada apa!?" jawab Mira setelah menerima telepon dari Bagas."Kamu bilang apa saja Mbak Ratna!?"Mira terdiam sejenak, lalu teringat kembali semua yang dia katakan pada kakak iparnya itu."Oh, soal itu. Aku tak bilang apapun sama dia, hanya bilang jika suatu saat aibnya juga akan terbongkar. Itu saja," jawab Mira."Memangnya kamu tahu apa tentang Mbak Ratna!?" tanya Bagas sedikit emosi."Banyak! Aku tahu banyak tentang Mbak Ratna, hanya saja aku tak pernah mengatakan itu pada kalian!""Mbak Ratna bilang memergoki kamu bersama laki laki lain di sebuah kafe, benar begitu!?""Iya, kenapa!? Toh kamu juga berselingkuh di belakangku, lalu apa bedanya!? Dan satu hal lagi yang harus kamu sampaikan pada kakak iparmu yang sok baik itu, jangan menuduh orang berselingkuh jika dia sendiri juga melakukannya!" sahut Mira lalu memutus sambungan teleponnya dengan Bagas.Ponsel kembali berdering, namun Mira enggan untuk menerimanya karena dia tahu siapa si penelepon.
Sejak bertemu Ratna waktu itu di kafe, membuat pikiran Mira tak tenang. Tuduhan Bagas padanya, ingin dimentahkannya, bukan dya yang berselingkuh tapi keluarganyalah tukang selingkuh!Pagi ini untuk menghilangkan suntuk, Mira pergi ke taman di mana dia bertemu dengan Damar.Suasana cukup ramai di Minggu pagi yang cerah, banyak anak kecil yang bermain begitu juga anak anak muda yang sedang duduk dan bermain gadget saja.Mira memilih duduk dibawah pohon Mahoni yang cukup rindang, membuatnya cukup nyaman. Pandangannya diedarkan ke sekeliling, dan tertumbuk pada dua gadis kecil yang sedang bermain.Mira ikut tersenyum melihat kelucuan mereka, sedikit menghibur hatinya yang sedang gundah."Mbak Ratna...." gumam Mira saat pandangannya terpaku pada satu sosok yang sedang duduk sendirian dikurai taman."Sedang apa dia disini!? Bukankah seharusnya menemani Mas Ramlan? Apa mungkin sedang menunggu seseorang?" Mira masih menatap lekat sosok yang dikenalnya itu dari kejauhan, memperhatikan setiap
Ternyata tak hanya saat itu saja bertemu Ratna, Mira bahkan mengenal salah satu laki laki yang pernah bersama wanita itu tanpa sengaja saat mereka bertemu."Mira!?""Kamu!? Sedang apa kamu disini!?" jawab Mira heran, karena melihat laki laki yang sangat dikenalnya saat sekolahnya dulu."Sedang menemani seseorang belanja, kamu juga belanja atau hanya sekedar jalan jalan?" kembali laki laki itu bertanya pada Mira."Jalan jalan saja sambil belanja. Oya, kenalin dong sama pacar kamu," pinta Mira pada temannya itu."Gampang, sebentar lagi juga selesai belanjanya. Oya, berapa lama ya kita gak ketemu? Kamu masih sama seperti dulu, gak banyak berubah hanya sedikit gemuk saja," canda laki laki teman Mira saat sekolah dulu."Kamu bisa saja Ren, kamu yang semakin ganteng dan terlihat mapan saja," puji Mira."Mapan bagaimana? Kerja saja gak kok mapan," jawab Rendi."Nah buktinya penampilanmu rapi, terlihat sedikit mentereng dan berduit pastinya he... he...." seloroh Mira."Kamu bisa saja Mira, ak
POV Bagas"Apa kabar Mas?" tanya Bagas pada kakak laki lakinya Ramlan, laki laki lumpuh sejak kecelakaan yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu."Baik, kamu sendiri bagaimana Gas?" jawab laki laki di depan Bagas sambil memeluk adiknya itu erat."Baik Mas, Mbak Ratna kemana kok daritadi aku gak melihatnya!?" sengaja Bagas memancing kakaknya."Oh Ratna, dia sedang menjenguk temannya yang sedang sakit. Kenapa!? Ada yang penting hingga mencari Mbakmu itu?" sahut kakaknya mulai curiga."Gak ada apa apa Mas, hanya saja setiap aku datang kemari dia gak ada di rumah. Begitu sibuknya sampai membiarkan suaminya sendirian bersama Mak Minah," sungutku kesal."Biarkan saja, mungkin dia juga jenuh di rumah terus. Oya, bagaimana kabar Mira sejak tahu kamu menikah dengan Dina dan punya anak?" tiba tiba saja mas Ramlan menanyakan. hal itu padaku.Aku terdiam, tak langsung menjawab apa yang ditanyakan ya padaku."Mira sangat kecewa Mas, dia membenciku sekarang. Dia juga enggan untuk bertemu, bahkan se
POV Ramlan"Assallamualaikum Mas," sebuah suara mengagetkanku dari arah pintu, gegas aku menoleh karena tahu siapa pemilik suara itu."Baru pulang? Bagaimana kabar temanmu, sudah sembuh?" ucapnya saat tangannya menyentuh jemariku."Sudah Mas, sudah lebih baik. Oya, Mas Ramlan sudah makan belum tadi?" sebuah pertanyaan yang selalu dilontarkannya padaku saat baru pulang dari luar rumah."Sudah tadi Bik Minah yang mengambilkan," jawabku sekenanya."Maafkan aku ya Mas, tak bisa merawatmu dengan baik," ujarnya sambil memeluk lenganku.Aku hanya tersenyum mendengar kalimat manis yang diucapkan istriku itu, sejenak terlupakan apa yang Bagas ucapkan tentang dirinya."Pergi saja siapa tadi?" aku sengaja memancingnya agar jujur."Oh, aku tadi pergi saja Dewi temanku. Mas ingat sama Dewi?" Ratna mencoba mengimbangi obrolanku.Sejenak aku pura pura mengingat Dewi yabg Ratna maksud, karena banyak nama Dewi yang aku kenal."Kenapa aku gak bisa mengingatnya ya, banyak sekali nama Dewi yang aku kenal
Mira menepati janji untuk bertemu Mas Ramlan hari ini, dari pagi aku sudah bersiap untuk ke rumahnya.Mira melajukan motornya perlahan, menuju rumah kakak iparnya yang berjarak empat puluh lima menit dari rumahnya itu.Namun tak disangka, saat di traffic light Mira bertemu dengan Damar. "Hei mau kemana?" tanya Damar pada Mira.Sontak Mira menoleh, dan senyum menghiasi bibirnya saat tahu siapa yang menyapanya."Damar!? Mau kemana!?" sapa Mira pada teman sekolahnya itu."Mau survey job baru, kamu sendiri mau kemana sepagi ini?" sahut Damar sambil menepi ke trotoar agar tak mengganggu pengendara yang lain.Mira mengikuti apa yang Damar lakukan, lalu mereka berdiri sejenak di bawah pohon pinggir jalan."Kakak iparmu? Apa istrinya yang kita temui di mall itu?" sahut Damar mengerutkan dahi."Yap betul! Tapi ini suaminya, lebih tepatnya kakak suamiku Bagas," ucap Mira dengan suara sedikit keras karena bisingnya lalu lintas pagi itu."Oh begitu, aku kira mau kemana. Ada kepentingan pergi kes
"Sudah lama nunggunya?" sapa Mira pada Damar yang sedang duduk di sebuah cafe, seperti kesepakatan mereka kemarin."Gak juga, baru aja aku datang. Biasanya kamu yang lebih awal, tapi ternyata aku yang datang lebih dulu. Oya, mau minum apa buat aku panggil pelayan?" tanya Damar pada Mira."Apa saja boleh, orange jus aja deh! Sepertinya lebih segar, maklum cuacanya panas dan ingin minum yang segar segar," jawab Mira, dan tak lupa senyum manis menghiasi bibir wanita cantik itu.Damar setuju, lalu memanggil pelayan dan memesan apa yang Mira inginkan. Tak lama minuman yang dipesan Mirapun datang, wanita itu menyeruput sedikit jus orange dalam gelas besar itu."Segar sekali," gumam Mira lirih."Oya, tak seperti biasanya kamu terlambat. Ada kendala di jalan?" tanya Damar khawatir."Gak kok, hanya saja ban motorku sedikit kempes jadi berhenti dulu untuk menambah angin. Takut bocor," jawab Mira sambil kembali menyeruput jus orangenya."Oh, aku kira kenapa. Bagaimana kabar suamimu juga istrinya