Acara penutupan selesai dan kami pun menuju rumah masing-masing dengan menyimpan sejuta kenangan.
Sesampai dirumah, Ibu langsung duduk bersujud, menangis bahagia. Aku terharu dan ikut meneteskan air mata.
"Alhamdulillah, ya Gusti Allah. Engkau kabulkan permohonan hambamu," ucapIbu sambil menarikku ke dalam pelukannya.
Aku terisak juga melihat bidadariku menangis. Bukan karena sedih, tapi aku yakin karena keberhasilanku mendapatkan beasiswa yang aku idamkan selama ini. Aku sadar bahwa seandainya aku tidak berhasil mendapatkan beasiswa itu, rasanya mustahil untuk duduk di bangku kuliah.
"Ibu bangga denganmu Abel," ucap Ibu. "Ini juga berkat doa Ibu," aku mengeratkan pelukanku. Terima Kasih ya Allah!
"Bel, besok kita sedekah yuk. Kita buat jualan nasi uduk kayak biasa dan jualan lainnya, tapi sesiapa yang datang jangan kita ambil uangnya. Kemudian, kita bikin lebih untuk panti asuhan langganan kita. Anak-anak disana pasti seneng, " ucap Ibu.
"Terserah Ibu aja mana baiknya. Abel ngikut aja dan pasti bantu Ibu," balasku.
Besoknya, aku dan Ibu bangun lebih awal dari biasanya karena porsi yang akan kami buat kurang lebih 2x lipat dari porsi sehari- hari jualan kami.
Seperti biasa aku menanak nasi terlebih dahulu. Setelah setengah matang, aku masukkan santan dan bumbu lainnya. Tinggal menunggu nasinya masak. Sambil menunggu, aku memotong kacang panjang, wortel, dan kol serta paprika untuk bahan sayurnya. Sementara Ibu menggoreng kerupuk, kacang dan ikan terinya. Setelah selesai memotong sayuran, aku langsung menumisnya menjadi satu. Harum semerbak memenuhi dapur reot kami. Dan Ibu selesai menggoreng, langsung menuju cabe yang sudah direndam dengan air hangat, meniriskannya dan memasukkannya ke dalam blender. Dan menambahkan bumbu lainnya. Setelah itu, dimasaklah ke dalam kuali hingga matang.
Nasi sudah masak, sayuran sudah jadi, ikan teri dan kacang juga sudah selesai. Hanya tinggal menunggu sambalnya saja.
Azan subuh berkumandang. Aku izin melaksanakan 2 rakaat dulu. Lalu bergantian dengan Ibu. Dan tak terasa sudah jam 06.30. Aku bersiap menurunkan semua nasi uduk yang sudah jadi ke warung kami.
"Pelan-pelan Bu," ucapku melihat Ibu yang tergopoh mengangkat panci nasi uduk.
"Iya, santai neng," jawab Ibu. Aku cuma bisa tersenyum.
Sudah beres semua, waktu memasuki pukul 06.00. Pelanggan kami satu persatu mendatangi warung kami.
Ada yang makan ditempat, ada yang membawa rantang, ada juga yang sengaja membawa plastik putih. Katanya untuk beli sambal nasi uduknya. Jadi, jika tidak ada lauk dirumah, cukup goreng telor dan makan dengan sambal buatan Ibuku. Sambal Ibuku memang tiada duanya di komplek kami.
"Berapa semua Bu Warsih?" Tanya salahsatu pelanggan kami.
"Gak usah Bu. Khusus hari ini semua gratis Bu," jawab Ibuku.
"Lho apa gak rugi?" tanya yang lain.
"Gak, inshaallah saya ikhlas," jawab Ibu.
"Waaah... dalam rangka apa Bu?" tanya bapak yang masih duduk menikmati kopi dan nasi uduknya.
"Ini, Si Abel dapat beasiswa Pak, di kedokteran Umum Trisakti," jawab Ibuku bangga.
"Oalah, selamat ya Abel. Nanti kalau sudah jadi dokter kita bisa gratisan ya, "jawab Ibu yang lain.
Dan satu persatu mereka menyalami aku dan Ibuku seraya mengucapkan selamat. Aku tersenyum bangga. Begitu juga Ibu. Entah dengan kata-kata apa bisa mengekspresikan kebahagiaan kami berdua.
Nasi uduk sudah habis dibagikan. Tinggal kami membereskan nasi untuk anak-anak panti.
"Bel, ini dibungkus pelan-pelan aja kalau capek. Jangan cepat-cepat. Gak buru-buru juga koq. Setelah zuhur kita ke baru ke panti," titah Ibuku.
Dengan telaten aku memasukkan nasi uduk dan lauk pauknya ke dalam bungkusan nasi yang sudah kami lapisi dengan daun pisang. Juga sayur, dan kerupuknya. Tak terasa sudah satu jam lebih aku membungkusnya. Kurang lebih ada sekitar 300 nasi uduk yang akan kami berikan ke Panti asuhan langganan kami.
Tiba-tiba dari luar terdengar suara mobil berhenti.
"Assalamualaikum," sapa suara dari luar.
"Walaikumsalam," jawabku sambil bangkit dari dudukku.
"Rangga?!" Teriakku.
"Ngapain?" sambil kepalaku celingak celinguk gak karuan.
"Sendirian?" Todongku lagi.
"Haduh, bawel. Satu-satu napa nanyanya? Bukan disuruh masuk. Haus nih. Panas diluar!" Ucapnya acuh tak acuh.
"Eeh iya, masuk dulu. Duduk ya. Aku ambilin es teh mau?" tawarku.
"Ya maulah, panas gini," balasnya.
Aku gegas ke dapur.
"Bu, ada teman Abel diluar," ucapku kepada Ibu
"Siapa Bel?" tanya Ibu penasaran.
"Itu, yg lolos beasiswa Trisakti juga. Cuma Rangga ngambilnya Fakultas Ekonomi,"jelasku.
"Rangga?" Cowok Bel? Tumben dapat tamu cowok?" tanya Ibu. Biasanya juga Mira..mira..dan Mira lagi yang kesini.
"Cowoklah Bu, namanya kan Rangga,masa cewek,"jawabku.
Gak tau juga ya Bu, gak pernah lho dia kesini. Ini pertama kalinya. Abel juga heran Bu,"tambahku.
"Minum Ngga. Teh es doank. Udah makan siang belom? Ini kebetulan ada nasi uduk, mau?" Tawarku.
"Gak, ma kasih. Udah kenyang. Ini aja es lagi. Kurang juga kayaknya,"jawab Rangga sambil meneguk habis es teh yang aku sodorkan kepadanya.
"Bocor," ujarnya sambil memberikan gelas kosong kepadaku.
Aku geleng-geleng kepala melihat tingkahnya. Lalu kembali ke dapur sambil membawa gelas kosong tadi dan kembali dengan seceret penuh es teh tadi.
Rangga terbahak melihatku.
"Beneran ditambahin lagi, ha...ha...ha...,"tawanya renyah.
"Tumben Ngga, ada apa kemari?"tanyaku.
"Hemmmm.. emang silaturahmi nggak boleh?" dia balik bertanya.
"Nggak, bukan gitu. Rasanya Lo gak pernah deh kemari. Bukannya gimana ya, Lo kan playboy kakap, atau jangan-jangan Lo jadiin gue target berikutnya,ya?" Selorohku. Meskipun dalam hatiku berharap suatu saat bisa menjadi kekasihnya.
"Ha...ha...ha... asal deh Lo. Nggak lah. Gue kemari cuma pengen ngajak Lo sama-sama ngurusin berkas beasiswa kita. Sebenarnya tadi gue ke rumah Mira, tapi Tante Siska bilang Mira lagi diajak Papanya keluar kota sebagai hadiah," ucap Rangga.
"Oooh," jawabku. Tapi Mira gak chat gue tumben ya,"tanyaku
"Tau,"jawab Rangga. Bye the way, itu untuk apa nasi bungkus sebanyak itu?"tanyanya lagi.
"Ini, buat syukuran keberhasilanku. Mau dibagi ke panti asuhan," aku berkata seraya memasukkan nasi-nasi tersebut ke keranjang.
"Gue bantuin ya," tawar Rangga.
Aku mengangguk.
Tiba-tiba dari kamar Ibu berteriak. "Bel..Abel...Grab udah di order belom? Ntar keburu sore?" Tanya Ibu.
Sambil menepuk jidat tanda lupa, " Oww ya Bu. Maaf lupa karena sibuk gini," jawabku.
"Pake mobil gue aja, nanggung mah pake grab. Ongkos lagi. Mending ongkosnya buat gue," tawar Rangga kepadaku.
"Boleh?"tanyaku. Berapa ongkosnya?" tambahku lagi.
Rangga cuma tertawa.
"Bayarannya ntar malam aja. Dinner sama gue ya,di kafe Mama, mau?"ajaknya.
"Boleh Bu?" Tanyaku kepada Ibu.
"Boleh aja tapi jangan berdua,"jawab Ibuku.
"Gak koq Bu de, kami rame disana. Ngerayain kelulusan. Tadinya Rangga mau ngajak Mira juga, tapi Mira keluar kota sama Papanya. Jadi Rangga langsung kesini aja," jelas Rangga.
"Trus, ini dibawa kemana Bu de,"tanya Rangga sambil menunjuk nasi yang sudah aku masukkan ke keranjang.
"Ke panti Nak. Di jalan Nusa Indah sana,"jawab ibuku.
"Owh.. di perempatan itu ya Bu de,?" tanyanya.
"Ya, tau kan?" tanya Ibu lagi.
"Tau donk. Kan langganan Mama juga kesana," jelas Rangga.
"Ya udah, buruan yuk," ajak Ibu.Dan kamipun mengangkat keranjang nasi tersebut ke dalam mobil Rangga.
Sesampai di panti, Ibu panti menerima kami dengan ramah.
"Masuk Bu Warsih,"ajaknya.
"Ada acara apa ini?"tambahnya.
"Ini Bu. Mau nganterin nasi uduk rumahan buat anak-anak. Masih hangat Bu. Tolong dibagikan ya,"jawab Ibu.
"Oalah, dalam rangka apa?" Tanya Bu panti.
"Ini Abel keterima beasiswa di Trisakti kedokteran umum, jadi bagi-bagi rezeki. Cuma ini yang bisa kami bagi buat anak- anak dan ini sedikit untuk panti asuhan ini," tanbah Ibuku sambil menyerahkan amplop berwarna kuning.
"Alhamdulillah, ini juga udah cukup Bu,saya terima ya," ujarnya.
"Dan inikan udah mau masuk Ashar ya. Shalat berjamaah dulu yuk. Nanti kita baca doa selamat untuk Abella. Rame2 biar diijabah oleh Allah. Aamiin," ujar Bu panti lagi.
"Aamiin," jawab kami bertiga serempak.
Dan azan berkumandang. Kami mengikuti Ibu panti ke mesjid yang dimaksud dan melaksanakan shalat berjamaah. Setelah shalat, semua melakukan doa bersama yang ditujukan kepadaku dan Ibuku.
"Aamiin, semoga apa yang didoakan akan dikabulkan dan di permudah oleh Allah," batinku sambil mengusapkan kedua telapak tanganku ke wajahku.
Dan azan berkumandang. Kami mengikuti Ibu panti ke mesjid yang dimaksud dan melaksanakan shalat berjamaah. Setelah shalat, semua melakukan doa bersama yang ditujukan kepadaku aku dan Ibuku."Aamiin, semoga apa yang didoakan akan dikabulkan dan di permudah oleh Allah," batinku sambil mengusapkan kedua telapak tanganku ke wajahku.Setelah selesai semua urusan di panti, Rangga mengantarku dan Ibu pulang. Sesampainya dirumah, Rangga membukakan pintu buat Ibuku karena Ibu duduk dibelakang, sedangkan aku duduk disamping Rangga membuka pintu untuk diriku sendiri."Sudah sampai Bu De," ucapnya."Ma kasih ya Nak Rangga udah capek-capek ngantarin kita. Mampir dulu Nak,"tambah ibuku."Sama-sama Bu De. Rangga langsung pamit ya. Kan ntar malam mau kesini lagi jemput Bella. Rangga juga mau bantuin mama di kafe buat ntar malam," tolak Rangga sopan."Abel, setelah isya ya gue jemput Lo," tambahnya.Aku menggangguk."Pamit Bu De,
Mereka pun meninggalkan Kafe Mutiara, kafe mama Rangga sesuai namanya. Ya, tante Mutiara adalah mama Rangga. Terkenal dengan kesupelannya dan mudah bergaul dengan teman-teman anak semata wayangnya.Aku dan Rangga tiba di rumah. Ternyata, Ibu sudah menungguku."Assalamualaikum," ucapku sambil menyalami Ibu."Walaikumsalam," jawab Ibu."Bu De, maaf agak telat, tadi ada insiden dikit di kafe Mama," sesal Rangga."Gak apa, baru lewat 15 menit," jawab Ibuku."Kalau gitu, Rangga pamit ya Bu De. Bel, minggu depan kita urus berkas bareng Mira ya," tambah Rangga."Iya, hati-hati ya," ucapku."Assalamualaikum," ucap Rangga sambil menyalami tangan Ibuku.Ibu tersenyum, "Walaikumsalam," balas Ibu.Aku dan Ibu masuk seraya memeriksa pintu dan jendela. Ibu memandangku penuh selidik."Pacarmu Abella?" ucapnya.Jika Ibu sudah memanggil nama lengkapku berarti Ibu perlu penjelasan dariku."Nggak,Bu. Untuk saat
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. 💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓 Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau